• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I BERDIRI DI TITIK NOL - Finding the Glassbox of Wonder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I BERDIRI DI TITIK NOL - Finding the Glassbox of Wonder"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I.

BERDIRI DI TITIK NOL

1.1. Titik Mula

Terkadang, ketika kita hendak memulai sesuatu, untuk berhasil melihat

tujuan akhir tanpa keambiguan pandang, tempat dimana kita berdiri mungkin

harus berganti beberapa kali. Kasus perancangan arsitektur 6 yang menjadi fokus

pembahasan kami pada awalnya berjudul “Revitalisasi kawasan pusat

pemerintahan ibu kota Kabupaten Nias Utara”, kawasan ini sendiri terletak di kota

Lotu, Kabupaten Nias Utara yang resmi menjadi ibu kota kabupaten sejak

pemekaran kabupaten Nias Utara tahun 2008 silam. Lotu sendiri sejatinya belum

dapat dikategorikan sebagai sebuah kota mengingat wilayahnya yang masih

sangat minim infrastruktur yang dibutuhkan sebuah tempat untuk disebut kota.

Lotu sendiri belum mengalami pembangunan secara optimal ditandai dengan

sebagian besar wilayahnya yang sama sekali belum terbangun. Fakta ini sendiri

menjadi penanda bahwa Lotu masih termasuk dalam kelompok desa pada

umumnya, bahkan kota tetangganya, Lahewa, memiliki tingkat perkembangan

yang jauh lebih di depan baik dari segi pembangunan fisik wilayah maupun

kepadatan penduduk berkat posisinya sebagai kota pelabuhan.

Kasus perancangan arsitektur 6 ini awalnya hanyalah berupa proyek fiktif

dengan luas kawasan dan batas perancangan yang sama sekali belum dikonsepkan

(3)

pada sebuah proyek nyata. Masih di dalam area perancangan yang sama, yaitu

Kota Lotu di Nias Utara, sebuah kawasan berwawasan pendidikan akan dibangun

dalam rangka memajukan mutu generasi muda lokal. Semangat masyarakat

setempat begitu besar sampai ke titik dimana mereka dengan sukarela

menghibahkan tanah milik pribadi untuk proses pembangunan. Berangkat dari

semangat melaksanakan pengabdian masyarakat dan kebutuhan mendesak akan

adanya desain kawasan dan bangunan kampus inilah yang pada akhirnya

mengubah judul besar kasus perancangan kami menjadi “Perancangan Kawasan

Kampus Akademi Komunitas Negeri Nias Utara”.

Pemekaran Kabupaten Nias Utara pada tahun 2008 silam tentu memberikan

harapan baru bagi segenap masyarakatnya akan terwujudnya kesejahteraan sosial

di daerah mereka, Nias Utara. Otonomi daerah memberikan kebebasan bagi setiap

wilayah administratif di Indonesia untuk maju dan mengelola sendiri potensi

wilayahnya dalam rangka pengembangan wilayah dan perwujudan kesejahteraan

rakyat. Nias Utara pada dasarnya memiliki banyak potensi daerah yang bila

dikembangkan, akan mampu menjadi sumber pendapatan asli daerah sebagai

modal pembangunan wilayahnya, namun pada kenyataannya, sejak pemekarannya

pada tahun 2008, devisa daerah Nias Utara masihlah pada taraf yang sangat kecil

sehingga belanja daerah masih mengandalkan dana alokasi umum dari Provinsi

Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan belum berdikarinya masyarakat lokal dalam

(4)

Ketidakoptimalan ini merupakan dampak dari masih minimnya tingkat

pendidikan dan keahlian masyarakat Nias Utara dalam segala sektor yang

potensial. Kurangnya tenaga ahli ini merupakan dampak dari kondisi ekonomi

masyarakat yang masih labil dan ketidaktersediaan wadah pendidikan tinggi

berbasis keahlian di seluruh wilayah Pulau Nias. Berangkat dari fakta inilah,

Bapak Saharman Gea, P.hD, seorang putra daerah Nias Utara mencetuskan idenya

untuk mendirikan sebuah lembaga perguruan tinggi berbasis vokasi di wilayah

Nias Utara. Sambutan baik dari pemerintah daerah dan masyarakat merupakan

faktor utama dari terealisasinya Akademi Komunitas Negeri Nias Utara

(AKNIRA).

Akademi Komunitas Negeri Nias Utara ini sudah beroperasi sejak 2008

silam, namun proses pembelajarannya masih harus mengandalkan bangunan SMA

Negeri 1 Lotu sebagai fisik kampus. Keadaan ini jelas memprihatinkan dan tentu

tidak memenuhi standar dalam segi fisik kampus. Hal ini menjadikan keberadaan

AKNIRA masih terkesan semu untuk diperkenalkan ke wilayah luar daerah. Pada

perjalanannya, masyarakat setempat memberikan lokasi untuk pembangunan fisik

kampus AKNIRA seluas 20 ha di kota Lotu. Inilah yang menjadi titik awal

dimulainya rencana besar pembangunan kawasan berwawasan pendidikan tinggi

berbasis keahlian pertama di wilayah Nias.

Nias Utara memiliki potensi besar pada sektor pertanian, perikanan, dan

pariwisata. Hal ini berkaitan dengan karakter daerahnya yang memiliki garis

(5)

keberadaan situs-situs arkeologi yang layak menjadi bahan penelitian dan objek

wisata sejarah juga kondisi tanah yang subur. Untuk itulah, AKNIRA

mengakomodasi proses pembelajaran pada tiga bidang keahlian pada saat ini yaitu

D-2 teknologi budidaya tanaman karet, D-2 teknologi budidaya ternak potong,

dan D-2 teknologi budidaya perikanan air tawar. Ketiga bidang keahlian ini

merupakan bidang yang paling potensial untuk dikembangkan saat ini di wilayah

Nias Utara. Fokus penulisan ini membahas tentang perancangan kawasan kampus

jurusan budidaya tanaman karet AKNIRA.

Tanaman karet merupakan komoditas tani yang paling produktif di wilayah

Nias selain kelapa, kakao, kopi dan cengkeh. Karet menjadi salah komoditas

utama yang produksinya selalu meningkat dari tahun ke tahun, namun

peningkatan tersebut tidaklah terlalu signifikan, hal ini dapat dilihat dari data

produksi karet tahun 2010 sampai tahun 2012.

Tabel 1.1. Jumlah Produksi Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Nias Utara.

Tahun

Data Statistik Perkebunan Sumatera

Utara tahun 2010;

Dinas Perkebunan Sumatera Utara 07-04-2015

2011 7.673

Sumatera Utara Dalam Angka 2012;

(6)

2012 7701

Sumatera Utara Dalam Angka 2013;

BPS Sumatera Utara

sumber: regionalinvestment.bkpm.go.id

Berdasarkan tabel 1.1. dapat dilihat bahwa tahun 2010 dan 2011 jumlah

produksi tidak mengalami peningkatan yaitu pada 7.673 ton/tahun, pada tahun

2012 barulah mengalami peningkatan produksi menjadi 7.701 ton/tahun. Secara

umum di wilayah Provinsi Sumatera Utara, keberadaan perkebunan karet rakyat

merupakan areal terluas dibandingkan dengan luas areal perkebunan milik PTPN,

PBSN maupun PBSA, namun dari skala produktifitas, luas areal perkebunan

rakyat tidak mampu memberikan hasil produksi getah karet yang berimbang,

seperti yang terlihat pada data luas dan produksi tanaman karet berdasarkan

pengelolaannya tahun 2008 sampai tahun 2012.

(7)

Produksi (ton) 216.249 61.019 75.530 46.455 444.253

2011 Luas (Ha) 378.309,95 93.254,60 62.264,96 41.252,99 575.083

Produksi (ton) 280.445,65 65.466,39 63.005,42 50.543,88 459.460

2012

Luas (Ha) 378.423,44 93.282,58 62.271,64 41.258,37 576.236

Produksi (ton) 287.653,10 67.148,88 63.244,56 50.621,83 468.668

sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

Berdasarkan tabel 1.2. dapat dilihat bahwa produktifitas perkebunan rakyat

0.76 ton/ha, masih dibawah produksi PBSN sebesar 1,02 ton/ha dan PBSA

sebesar 1,23 ton/ha. Hal ini mengidentifikasi perlunya dukungan dan perhatian

untuk peningkatan kualitas dan kuantitas panen dengan penggunaan teknologi

yang lebih baik dan peremajaan karet tua dengan klon unggul. Untuk mencapai

peningkatan produksi dengan metode pengandalan tekonologi pertanian, maka

tuntutan untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli di bidang budidaya tanaman karet

semakin besar.

Ditinjau dari kepadatan populasinya, Pulau Nias pada tahun 2010 memiliki

801.317 penduduk. Kabupaten Nias Utara sendiri pada tahun 2010 memiliki

populasi penduduk sebesar 127.244 jiwa. Dari angka tersebut, 56.771 jiwa

penduduk Nias Utara tercatat sebagai penduduk yang telah memiliki pekerjaan

dengan 49.143 jiwa tercatat berprofesi di bidang pertanian. Dominasi profesi

(8)

manusia yang dibutuhkan untuk pengembangan sektor pertanian khususnya

pertanian karet di masa depan. Ketersediaan jumlah petani tentu harus diimbangi

dengan ketersediaan tenaga ahli muda yang terampil dalam pengolah potensi tani

tersebut bersama dengan petani lokal Nias Utara. Harapan besar tentu jatuh

kepada para generasi muda lokal usia produktif. Potensi populasi generasi muda

lokal sebenarnya sudah cukup baik, seperti yang tercatat pada data jumlah lulusan

SMA/SMK di Nias Utara tahun 2008-2012.

Tabel 1.3. Jumlah Siswa Lulusan SMA/SMK Negeri dan Swasta Kab. Nias Utara

tahun 2008-2012.

sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Tahun 2012

Berdasarkan tabel 1.3. jumlah lulusan SMK menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Hal ini mengindikasikan kesadaran generasi muda lokal akan

(9)

kecepatan produktifitas dalam karir dibandingkan dengan memilih jalur SMA.

Pendidikan keahlian jelas sangat diminati di Kabupaten Nias Utara. Kesadaran

akan pendidikan tinggi juga semakin meningkat setiap tahunnya terbukti dengan

semakin bertambahnya jumlah lulusan SMA/SMK di Nias Utara yang menempuh

jalur pendidikan tinggi pada tahun 2008-2012.

Tabel 1.4. Jumlah Tamatan Sekolah Menengah di Kab. Nias Yang Melanjutkan

Studi Ke Perguruan Tinggi Tahun 2008-2012.

Jenis

sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Tahun 2012

Berdasarkan tabel 1.4. potensi peningkatan siswa lulusan SMA/SMK pada

tahun 2012 berada pada angka yang tinggi. Hal ini kembali mengindikasikan

besarnya minat belajar yang dimiliki oleh generasi muda Nias. Tentu hal ini perlu

didukung dengan penyediaan infrastruktur pendidikan tinggi yang mumpuni di

Pulau Nias. Perancangan kampus AKNIRA tentu akan memberikan angin segar

(10)

Nias masih memiliki kondisi ekonomi yang labil, maka keberadaan sebuah

institusi pendidikan tinggi yang terstandarisasi dengan tambahan kurikulum

berbasis keahlian tentu memberikan kemudahan dan kelegaan bagi masyarakat

Nias.

1.2. Proyeksi

Sejalan dengan kaki menapak lurus ke depan,tentu benak terpikir untuk

apakah kaki bergerak kearah tersebut. Kasus perancangan 6 ini juga mengajak kita

untuk memikirkan tujuan dan manfaat dari proses desain ini bagi masa depan.

Tujuan utama dari perancangan kawasan dan bangunan kampus AKNIRA adalah

mewujudkan langkah pengabdian masyarakat dalam rangka pengembangan mutu

pendidikan masyarakat Nias sebagai batu loncatan menuju kesejahteraan dan

kemandirian sosial. Tujuan lainnya adalah menstimulus generasi muda lokal

untuk bergabung dengan AKNIRA melalui pendekatan desain sebagai pembentuk

citra dari mutu pendidikan yang ditawarkan AKNIRA. Perancangan kawasan

berwawasan pendidikan AKNIRA juga merupakan langkah pengakomodasian

proses belajar bagi para generasi muda Nias yang berminat untuk menempuh

pendidikan tinggi berbasis keahlian tanpa harus ke luar daerah Nias. Perancangan

fisik kampus AKNIRA nantinya akan mengakomodasi segala kegiatan belajar,

berlatih dan berinteraksi masyarakat kampusnya secara optimal. Tujuan terakhir

(11)

adalah memberikan memori yang tidak akan terlupakan bagi masyarakat

kampusnya lewat keunikan karakter desain yang disuguhkan.

Perancangan kampus D-2 Budidaya Tanaman Karet AKNIRA ini

khususnya, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa terpenuhinya syarat

pengadaan fisik kampus AKNIRA di masa depan yang mampu mengakomodasi

tuntutan pertumbuhan minta belajar generasi muda lokal di Nias. Manfaat lainnya

adalah semakin meningkatnya keoptimalan proses belajar yang terjadi dan

peningkatan mutu kampus AKNIRA. Perancangan ini juga diharapkan mampu

memperkaya wawasan arsitektur bagi masyarakat dan pemerintah dalam kontek

pembangunan fisik kawasan di masa depan. Berangkat dari pemikiran inilah

diharapkan bahwa proyeksi masa depan akan wujud nyata kawasan merupakan

karya arsitektur yang merepresentasikan semangat bertumbuh dan berkembang

masyarakat Nias Utara yang tak berkesudahan.

1.3. Mengenal Arah

Semakin jauh melangkah ke dalam belantara, jalan-jaan kecil terpampang di

depan, saatnya untuk mengenali arah dan batas sebelum menempuh mil tersebut.

Perancangan 6 dengan kasus perancangan kawasan kampus AKNIRA berfokus

pada bagaimana desain kawasan mampu merepresentasikan semangat dari

masyarakat Nias Utara dalam memajukan daerahnya di bidang pendidikan

keahlian dengan penerapan tema Spirit of Place terhadap perancangan kawasan

(12)

Karet AKNIRA, masalah difokuskan pada bagaimana desain dan struktur

bangunan mampu merepresentasikan tema pribadi “ketidaklekangan”. Bagaimana

desain mampu membentuk karakter bangunan yang tidak terikat pada trend

melainkan mampu membawa identitas diri penggunanya. Bagaimana bangunan

kampus mampu secara optimal mengakomodir fungsi utamanya sebagai tempat

belajar, berlatih dan berinteraksi antara subjek dan objek belajar. Bagaimana

desain mampu memberi pengalaman yang tidak terlupakan baik secara visual

maupun kejiwaan manusia baik dari luar maupun dari dalam bangunan. Terakhir

adalah bagaimana desain struktur mampu memberikan jaminan kekokohan

bangunan diatas tanah labil dengan sejarah bencana gempa bumi yang terjadi dan

tetap mempertimbangkan faktor ekologi dan teknologi.

1.4. Membuka Jalan

Terduduk di pos perhentian pertama, selanjutnya adalah rimba yang belum

tersentuh, untuk keluar dari sana, kita harus membuka jalan. Dalam proses desain

perancangan 6 kasus perancangan kampus AKNIRA tentu dibutuhkan banyak

pendalaman materi. Proses pendalaman materi proyek tentu dibutuhkan dalam

rangka menemukan masalah dan mencari jalan keluarnya. Dalam kasus desain

kampus D-2 jurusan budidaya tanaman karet akan dilakukan pendalama materi

berupa kajian literatur, survey, wawancara dan kajian perbandingan proyek

(13)

Kajian literatur dibutuhkan berkanaan dengan fungsi bangunan yang akan

dirancang, tema yang diterapkan, dan struktur yang dianggap layak untuk

pendirian bangunan. Studi banding diperlukan dalam rangka memperluas

wawasan desain akan bangunan dengan fungsi sejenis, bangunan dengan tema

sejenis dan bangunan dengan struktur sejenis. Wawancara merupakan metode

pengumpulan data primer seperti RENSTRA AKNIRA dan kelengkapannya,

pengenalan lebih lanjut mengenai proyek dan aspirasi yang dimiliki oleh pihak

pemiliki AKNIRA. Survey lapangan dilakukan oleh pihak dosen pembimbing

sehingga data-data primer dan pengembangannya selalu disuplai oleh pihak dosen

pembimbing. Kelompok melakukan survey lapangan fiktif sebagai survey

(14)

1.5. Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Proyek

1. Pemekaran Kabupaten Nias Utara Tahun 2008

2. Potensi perkebunan karet lokal yang belum optimal karena keterbatasan

ilmu pengetahuan

3. Keterbatasan jumlah tenaga ahli dan terampil di bidang budidaya

pertanian

4. Ketidaktersediaan sarana pendidikan tinggi bebasis vokasi di Nias

Tema

1. Interpretasi semangat masyarakat Nias Utara dalam mendukung

kemajuan pendidikan daerah

2. Menyegarkan citra karakter budaya Nias yang menjadi keunggulan

daerah

3. Mencipta ruang yang melukiskan jati diri penggunanya

Tujuan

1. Pengabdian masyarakat dalam rangka pengembangan mutu pendidikan.

2. Menstimulus generasi muda untuk menempuh pendidikan vokasi

3. Mengakomodasi kegiatan belajar, berlatih dan berinterkasi masyarakat

akademis

4. Memberikan memori tak terlupakan bagi mahasiswa AKNIRA

Perumusan Masalah

1. Bagaimana menerapkan tema “Spirit of Place” dan “Timelessness” dalam

desain

2. Bagaimana mencipta ruang berwawasan pendidikan

3. Bagaimana penerapan struktur dalam mencapai pembangunan berkelanjutan

4. Bagaimana penerapan konsep sirkulasi manusia yang baik di dalam

bangunan

Pengumpulan Data

1. Survey lokasi

Survey ke Kota Pancur Batu

2. Wawancara

3. Pengumpulan data primer hasil survey lapangan

4. Kajian pustaka

5. Studi banding

 Studi banding proyek sejenis : Politeknik Negeri Lampung

 Studi banding proyek tema sejenis : “Evergreen Brick Work”

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Produksi Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Nias Utara.
Tabel 1.2. Luas Areal Tanaman dan Produksi Komoditas Karet Berdasarkan
Tabel 1.3. Jumlah Siswa Lulusan SMA/SMK Negeri dan Swasta Kab. Nias Utara
Tabel 1.4. Jumlah Tamatan Sekolah Menengah di Kab. Nias Yang Melanjutkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,479 lebih besar dari 0,05 (0,05< 0,479) jadi hipotesis ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

Permudaan alam di SPTN Wilayah III Kuala Penet Resort Margahayu berdasarkan kerapatan tegakan permudaannya, kerapatan terbanyak pada setiap fase pertumbuhan di SPTN Wilayah

Judul Skripsi : Pengaruh Tax Amnesty, Sanksi Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bentuk koordinasi tersebut berupa pelibatan unsur komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek/hasil yang diharapkan, yaitu mendorong pemerintah daerah (pemda)

Informasi di atas hanya menyangkut bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan sebagai campuran dengan bahan lain atau dalam

26 Hal ini dapat menjadi alasan peningkatan konsentrasi infusa yang diberikan pada kelompok uji dosis 3 tidak memiliki efek yang lebih baik dalam menurunkan kadar

utama yang sama yaitu bertani padi dan juga menggunakan sarana produksi irigasi yang sama, tetapi jika dilihat secara kasat mata terdapat perbedaan perkembangan