43
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA
GANGGUAN MAKAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI YAYASAN
PENDIDIKAN ISLAM RIYADOL MAHIRIN CIMAHI
Setiawati
Stikes Jenderal A. Yani Cimahi
ABSTRAK
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa factor baik
internal maupun eksternal. Salah satu factor eksternal adalah nutrisi yang didapat
oleh anak. Usia Balita adalah usia kritis dimana seorang anak akan tumbuh dengan
pesat baik secara fisik maupun mental. Dimasa inilah seorang anak membutuhkan
nutrisi yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otaknya.
Sebagai orang tua pasti sering mengalami masalah anak susah makan, bahkan
waktu makan menjadi waktu “Perang” antara anak dan orang tua.
Penenelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan terjadinya gangguan
makan Pada Anak Usia Pra Sekolah di Yayasan Pendidikan Islam Riyadol Mahirin
Cimahi .Rancangan penelitian yang digunakan cross sectional, teknik pengumpulan
data dengan menggunakan kuesioner dengan total sampling 30 orang. Hasil
penelitian menunjukkan hampir seluruh responden 86.7% mempunyai kebiasaan
menyukai jenis makananan tertentu dan sebagian kecil responden 26.7%
mengalami gangguan makan. Secara statistic tdk ada hubungan yang significant
antara kebiasaan makan dengan gangguan makan. Saran sediakan selalu lingkungan
yang menyenangkan saat makan, buat menu makanan sehat yang bervariasi untuk
dibawa bekal ke sekolah.
44
Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal.Salah satu faktor eksternal adalah nutrisi yang didapat oleh anak. Orang tua diharapkan mempunyai pemahaman yang tepat tentang nutrisi yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang, serta zat gizi yang dibutuhkan anak pada usia tertentu sehingga dapat diberikan dengan tepat walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan dan status social ekonomi keluarga sangat mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk anak. Pemberian nutrisi untuk anak tidak hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik atau fisiologis anak, tetapi juga berdampak pada aspek psikodinamik, perkembangan psikososial, dan maturasi organic. Usia balita adalah usia kritis dimana seorang anak akan tumbuh dengan pesat baik secara fisik maupun mental. Dimasa inilah seorang anak sangat membutuhkan nutrisi yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otaknya.Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal anak memerlukan nutrisi yang adekuat. Sebagai orang tua pasti sering mengalami masalah anak susah makan, bahkan terkadang waktu makan menjadi
waktu “perang” antara orang tua dengan
anak. Memaksa anak makan tanpa mengetahui alasan mengapa ia sulit makan hanya akan membuat ia trauma
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional (potong lintang). Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada orang tua dan menimbang berat badan anak.
Analisis data
Data dianalisa dengan menggunakan uni variat dan bivariat
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kebiasaan makan pada anak
usia pra sekolah di Yayasan Pendidikan
Islam Riyadol Mahirin Cimahi” Periode
October sampai dengan Desember 2014
Kebiasaan Makan
Frekuensi Persentase (%) mempunyai kebiasaan menyukai jenis makanan tertentu.
45 pola makan yang baik adalah dengan
menciptakan situasi lingkungan yang nyaman.Hal ini dapat meningkatkan gairah makan dan membuat anak menyukai makanan yang disajikan.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan gangguan makan pada anak usia pra sekolah di Yayasan Pendidikan Islam Riyadol Mahirin
Cimahi” Periode Oktober sampai
dengan Desember 2014. Gangguan
Makan
Frekuensi Persentase (%)
sebagian kecil 8 orang (26,7%) anak
mengalami gangguan makan
Gangguan
sulit
makan
sering
dialami anak-anak usia 1
–
5 tahun.
Usia 1-5 tahun biasanya anak
menjadi sulit makan karena semakin
bertambahnya
aktivitas
mereka
seperti bermain dan berlari sehingga
kadang mereka menjadi malas untuk
makan. Selain itu, pola pemberian
makan yang tidak sesuai dengan
keinginan anak dapat menyebab
anak
menjadi
sulit
makan,
sedangkan pada balita terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan
yang
membutuhkan
kecukupan
nutrisi. Nutrisi yang dikonsumsi
pada usia balita mengalami banyak
perubahan mulai dari perubahan
bentuk makanan mulai dari ASI,
makanan bertekstur halus dan
sampai akhirnya makanan bertekstur
padat sebagai asupan utama Liza,
2010., dalam Nurjanah (2013)
Masalah sulit makan pada anak
sifatnya
kompleks
dan
perlu
dicermati
factor
penyebabnya.
Kesulitan
makan
pada
anak
dibedakan menjadi tiga factor yaitu
hilang nafsu makan, gangguan
proses makan di mulut dan pengaruh
psikologis. Penanganan sulit makan
pada anak secara optimal diharapkan
akan mencegah timbulnya masalah
gizi, terutama masalah kurang gizi,
sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas anak Indonesia Liza,( 2010 )
dalam Nurjanah (2013).
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kebiasaan makan dengan gangguan makan pada anak prasekolah, dari 26 anak yang memiliki kebiasaan makan dengan kategori anak menyukai jenis makanan tertentu dan mengalami susah makan berjumlah 8 orang dan kategori anak menyukai jenis makanan tertentu dan mau makan berjumlah 18 orang.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan gangguan makan pada anak prasekolah di Yayasan Pendidikan Islam Riyadol Mahirin Cimahi dengan nilaiX2 = 0,550 dengan p = 0,267 > ɑ = 0,05.
Meskipun berdasarkan hasil uji statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan terjadinya gangguan makan, tetapi kalau dilihat dari hasil univariat terdapat 86,7% dari responden yang menyukai satu jenis makanan tertentu, dan ada 26,7% responden yang mengalami susah makan sehingga BB kurang dari normal sesuai dengan usianya.
Beberapa kemungkinan anak susah makan menurut Lukito dalam talkshow "Feeding Difficulty in Children", di Tirtayu Healing Center, Jakarta, Sabtu (6/8/2011) yang pertama
46
termasuk “picky eaters” atau pemilih
makanan.
Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadangsulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar),
yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.
Kesimpulan dan Saran
(86,7%) responden mempunyai
kebiasaan menyukai jenis makanan
tertentu dan (26,7%) mengalami
gangguan makan. Saran: a) Kenalkan
jenis makanan sehat yang bervariari ,
Ajarkan anak supaya terbiasa memakan makan sehat yang bervariasib) Sediakan selalu makanan sehat yang bervariasi setiap harinya supaya anak tidak bosan. Supaya anak tidak mengalami gangguan makan :a) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan saat makan.b) Ajarkan anak untuk bereksplorasi mengenai cara menggunakan alat - alat makan.c) Jangan terlalu panik dan langsung memberikan vitamin atau membawa anak ke dokter untuk diberikan suplemen..d) Alangkah lebih baik kalau anak tidak mau makan cari terlebih dahulu apa penyebab mereka tidak mau makan.