• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Forum Komunikasi Guru-Guru Agama di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Media Forum Komunikasi Guru-Guru Agama di Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Edisi IX/Th/II Agustus 2008

G uru M erdeka

Media Forum Komunikasi Guru-Guru Agama di Indonesia

Sajian Utama :

kekerasan (violence) di sekitar kita.

Segi-segi kerasan ini bukan hanya praktik melukai fisik, tetapi juga praktik melukai perasaan d e n g a n m e m b e r i t e k a n a n psikologis, praktek ekonomi yang tidak jujur sehingga ada pihak yang mengalami kerugian secara tidak s a h a t a u t i d a k m e n d a p a t kesempatan untuk memperbaiki penghasilan. Selain itu terdapat juga kekerasan dalam bentuk simbolis, seperti tulisan-tulisan atau gambar yang mendiskreditkan orang atau kelompok tertentu. K e k e r a s a n d a l a m b e r b a g a i Agustus 2008 ini menampilkan notulensi dan refleksi hasil pertemuan Forum Komunikasi Guru-Guru Agama yang diisi dengan diskusi Film Mahatma G a n d h i ' P a h l a w a n E m o h Kekerasan' India yang menjadi i n s p i r a t o r b a n y a k p e j u a n g perdamaian di seluruh dunia.

Selamat membaca

A

HIMSA

- E

MOH

K

EKERASAN

ALAH satu praktik kekerasan yang sangat penting diperhatikan guru adalah kekerasan terhadap anak (KTA).

S

(2)

mengancam anak yang dilakukan guru tatwam asi: kamu adalah aku, aku menjelang pelaksanaan ujian nasional adalah kamu. Penafsiran dari ajaran ini atau ujian akhir sekolah berstandar kuran g lebih adalah apa dan nasional. Sementara itu kita sangat bagaimana yang kita lakukan terhadap memahami bahwa setiap bentuk yang lain pada dasarnya adalah kekerasan ak an men gh asi lk an dilakukan juga untuk diri kita sendiri. kekerasan yang lain bila tidak segera Umat Kristiani memahami secara kita putus lingkaran kekerasan ini. mendalam apa yang dikatakan Yesus ketika menjawab pertanyaan orang-EM O H KE KE R AS AN D AN KAS I H orang Saduki dalam Injil Matheus

SAYANG 22:28-34, “Hukum manakah yang

Ajaran emoh kekerasan (ahimsa, paling utama?” Yesus menjawab:

non violence) ada dalam semua agama. “H ukum yan g terut ama ialah ,

(3)

Edisi IX/Th/II Agustus 2008

3

Penyayang. ini dapat ditelusuri pada akar satu, Namun saat ini bicara emoh yaitu hasrat kuasa-menguasai atau ego kekerasan menjadi sebuah perjuangan. atau hawa nafsu yang tak terkendali. Televisi yang setiap hari menjadi candu H asrat in i sesun gguh nya akan dan kiblat hampir setiap orang, hampir terkendali kesanggupan untuk kritis tidak absen memperton ton kan pada diri sendiri, introspeksi terus kekerasan. Para wakil rakyat dan tokoh menerus sehingga mampu keluar dari masyarakat j uga tidak sungkan jebakan yang ada dalam diri kita mempertontonkan kata-kata atau sen diri. Kesan ggupan in i akan sikap kekerasan terhadap orang atau diperkuat oleh tali ketulusan mengabdi kelompok yang tidak disukai dengan pada upaya mewujudkan kehidupan hujatan atau menebar gosip yang yang lebih baik. Pengendalian yang mencederai martabat orang lain. Para hanya mungkin ketika ada orentasi pemimpin kita juga tega membiarkan atau tujuan hidup yang jelas, bahwa ada warga Negara yang dianiaya pada akhirnya segala sesuatu kembali bahkan diusir dari rumahnya karena pada Sang asal kehidupan. Segalanya mempunyai keyakinan berbeda dari yang dilakukan dalam mengisi saat orang kebanyakan. h i du p pe r l u di b e r i ke r an gk a

Bagaiamana situasi di sekolah- pengabdian pada Nya.

sekolah kita? Bagaimana sikap rekan- U n tuk men gen ali h asrat rekan guru ketika menghadapi anak- berkuasa, ego atau hawa nafsu ini, bisa anak yang tertekan oleh situasi di dicermati dari keinginan-keinginan, rumah? Bagaimana menghadapi anak- kekhawatiran atau ketakutan, rasa anak yang mempunyai kemampuan marah dan cemburu, serta dalam atau karakter berbeda dari pada persepsi diri kita tentang diri sendiri, u m u m n ya a n a k ? B a ga i m a n a persepsi pada orang lain maupun menemani anak-anak yang tertipu oleh kehidupan secara umum. Hasrat terror iklan televisi? Saatnya kita lebih berkuasa yang menguasai diri manusia, pro-aktif un tuk waspada emoh membuat ia melihat dirinya sebagai kekerasan. pusat segala sesuatu. Dalam keadaan ini seolah apa yang dipikir, apa yang AKAR KEKERASAN PADA HASRAT dilihat, dirasa dan diinginkan oleh

(4)
(5)

Edisi IX/Th/II Agustus 2008

5

yang mendorong A tega relasi-relasi dengan baik, habis untuk bermacam-macam tuntutan ambisi

membuat pencitraan buruk tentang

orang dewasa di sekitarnya, seolah

orang lain?

anak-anak ini adalah manusia-manusia Cerita sederhana ini sering

kecil yang hanya bisa menurut dan muncul dalam sejarah perpolitikan dari

tidak mempunyai keinginan serta tingkat desa hingga nasional. Namun

persoalan pribadi. Karena bukan inilah kekerasan simbolis yang sudah

keinginan pribadi anak, les dan kursus dianggap 'biasa'. Menjadi biasa karena

yang diikuti kadang tidak menambah makin banyak orang yang ingin jadi

kepintarannya. Para orang dewasa ini pemimpin , semat a-mat a karen a

stres oleh ambisinya sendiri dan keinginan untuk berkuasa, bukan

menjadi mudah emosi. Dan anak-anak keinginan untuk mengabdi pada

ini menjadi sasaran kemarahan yang masyarakat. Kejadian seperti dalam

adakalanya berlebihan dan tidak gambaran di atas berlalu begitu saja

terkendali, menimpakan awal sebuah tanpa ada koreksi dan tuntutan

dunia yang muram. perminaan maaf atau sanksi atas

tindakan yang tidak pantas tersebut,

MEMUTUS LINGKARANKEKERASAN sehingga berulang dan berulang. Situasi

S e o r an g yan g se j ar ah n ya inilah yang memungkinkan tampilnya

dibesarkan dalam kekerasan, bila ada pemimpin yang pada masa lalunya

peluang dia akan melakukan hal yang mempunyai sejarah kekerasan yang

sama pada orang lain, karena dalam sulit diharapkan menghadirkan iklim

bawah sadarnya merekam kekerasan yang emoh kekerasan.

sebagai sesuatu yang bisa dilakukan Contoh lain adalah orang tua

pada orang lain. Demi memutus atau guru yang menginginkan anak

lingkaran kekerasan, Mahatma Gandhi atau anak didiknya hebat. Hasrat atau

b ah k an memb i ark an di ri dan

menghidari saling balas terus-menerus hati anak-anak. Masa kanak-kakak yang

dan korban lebih banyak. Di sini emoh wajarnya dipenuhi dengan bermain

kekerasan menjadi bukti kekuatan untuk belajar atau belajar sambil

mengendalikan diri dan kearifan. Dan bermain dan pen gen alan pada

(6)

Krisna pada Radar Bali, Senin sebagai mitra yang sangat penting untuk 30/6/2008: menyadarkan generasi muda agar tidak “Jadikan pengendalian diri terjebak dalam cara berfikir yang arogan sebagai tujuan hidupmu, sebagai dan tertutup, hanya mau bergaul dan j i h a d m u . B e r s u n g g u h - kerjasama dengan orang-orang yang s u n g g u h l a h u n t u k seagama atau kelompoknya saja. mengupayakan hal itu- maka Sebaliknya diharapkan mengajarkan kemenangan akan mencium s i k a p t e r b u k a , t o l e r a n s i kakimu. Maka kau akan meraih m e n ge m b a n gk a n k e m a m p u a n kesempurnaan dalam hidup ini. mengelola beragaman perbedaan yang Jadikan pen gen dalian diri ada dalam masyarakat. Di atas semua itu sebagai kebiasaan, maka kau adalah harapan lahirnya guru-guru yang akan terbebas dari perangkap mampu memberi inspirasi bagi generasi dunia yang ilusif ini. Dunia yang muda dalam menghadapi berbagai saat ini ada dan sesaat kemudian persoalan modernitas dengan sikap tidak ada” [] keberagaman yan g dewasa dan membawa berkah bagi kehidupan bersama.

Dalam refleksi ulang tahun Institut DIAN/Interfidei yang ke-17 pada 10 Agustus 2008 lalu, yang RE F L E K S I 17 IN S T I T U T D I AN/ memberikan sambutan dan refleksi INTERFIDEI adalah atas nama pendiri Bapak Zulkifli Lubis dan Bapak Dniel Dhakidae, Gusti NSTITUT Dialog antariman (DIAN) K a n j e n g R a t u H e m a s, t o k o h perempuan D amairia Pakpahan , / Institute for Interfaith Dialogue

I

in Indonesia (Interfidei) adalah perwakilan dari teman jaringan dari daerah Maluku Ustadz Abdurrahman lembaga dialog antar kelompok

dan refleksi penutup oleh Biksu Sri masyarakat yang berbeda keyakinan

Panyavaro Mahatera. yang didirikan pada 10 Agustus tahun

D alam ref leksinya B an te 1991.:

Panyavaro mengungkapkan, saat ini Mulai tahun 2004, Institut

tantangan yang paling utama dalam D I AN / I n t e r f i de i b e r i n i si at i f

aktifitas dialog antaragama bukanlah bekerjasama dengan guru-guru agama

(7)

Edisi IX/Th/II Agustus 2008

7

p e r so a l a n a n t a r a ga m a , t e t a p i batas.

K e m a j e m u k a n a g a m a

bagaimana agama-agama berperan

seharusnya menjadi kekuatan bersama

b e r s a m a - s a m a m e n g h a d a p i

sebagaimana yang diingatkan oleh DR

kemerosot an moral masyarakat.

Jalaluddin Rahmat dalam Seminar

Persoalan antaragama sudah mendapat

perhatian dikritisi dan 'dibuatkan p e m b u k a p e r t e m u a n j a r i n g a n

jembatan' oleh banyak kelompok antariman se-Indonesia ke 4 y a n g melalui beberapa forum dialog. Tentu diselenggarakan menjelang peringatan saja forum dialog dalam masyarakat 17 tahun Institut DIAN / Intefidei. san gat pen tin g men gin gat laj u Beliau mengingatkan ayat al- Quran perubahan dan dinamika kehidupan surat al Maidah: 48 “ Untuk tiap-tiap bersama sering kali diluar dugaan umat diantara kamu, kami berikan menimbulkan pergesekan. Namun aturan dan jalan yang terang. Sekiranya tantang bagaimana mewuj udkan Allah menghendaki niscaya kamu ke r j asam a u n t u k m e n gh adapi dijadikan-Nya satu umat (saja). Tetapi tantangan bersama ini menjadi sesuatu Allah hendak menguji kamu terhadap yang makin mendesak dilakukan, pemberin Nya kepadamu. Maka karena berkait dengan misi agama- berlomba-lombalah dalam berbuat agama bagi kehidupan manusia. kebajikan. Hanya kepada Allahlah R e f l e k s i s e m a c a m i n i kembali kamu semua, dan akan selayaknya menggugah keprihatinan di pe r l i h at k an apa yan g k am u dan otokritik semua umat beragama perselisihkan”.[]

mengingat seharusnya umat beragama sudah bisa menyelesaikan persoalan-p e r s o a l a n k e s a l a h persoalan-p a h a m a n , kecurigaan, fanatisme yang arogan dan

menyalahkan atau merendahkan satu RE D A K S I GU R U ME R D E K A dengan yang lain. Namun kenyataannya MENYAMPAIKAN :

sebagai umat beragama yang mengaku

(8)

Pengelola:

Redaksi:

Listia, Purwono, Sartono, Anis Farikhatin dan Suhardiyanto SJ.

Sekretaris Redaksi:

Ira

Bendahara:

Eko Putro Mardiyanto

Alamat:

Banteng Utama 59, Jln Kaliurang Km. 8 Sinduharjo

,

Ngaglik Sleman, Yogyakarta 55581

Telp.

(O274) 880149

Fax:

(0274) 887864 Website: http:/ / guru-merdeka.blogspot.com

Redaksi menerima sumbangan tulisan tentang Pendidikan

Agama

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat Islam 1 dan 2 September 2008, semoga menjadi media mendidik pengendalian diri untuk menghadirkan berkah bagi semesta.[]

Referensi

Dokumen terkait

(2) Subbidang Potensi Sumber Daya Kawasan Perbatasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan, dan

(BORNEO , VOLUME IX, Nomor 1, Juni 2015 ) 199 pada kertas, setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dengan

Setiap masalah yang berkaitan dengan persiapan, pelaksanaan dan penulisan laporan Perancangan Pabrik harus dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang dibuktikan dengan

Tujuan kegiatan ini 1) difusi dan uji coba teknologi budidaya dan sarana produksi pertanian kepada petani dan 2) mengetahui kendala pelaksanaan UPSUS dan solusi mengatasinya. UPSUS

Adapun beberapa karakteristik biometrik lainnya yang sudah sering dipakai maupun yang masih dalam tahap penyelidikan atau pengembangan lebih lanjut untuk proses identifikasi

Sehubungan dengan pennohonan Saudara untuk melakukan praktek kerja , maka bersama ini kami sampaikan bahwa perusahaan kami dapat menerima Saudara dan akan

Untuk memenuhi hal itu, diperlukan suatu sistem produksi yang saling menunjang antara proses yang satu terhadap proses selanjutnya di dalam suatu kesatuan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa status pembayaran dividen, kenaikan jumlah dividen, dan persistensi dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap