BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara
memerlukan pembiayaan baik dari pemerintah dan masyarakat. Penerimaan
pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional diperoleh dari pajak dan
penerimaan lainnya. Adapun masyarakat dapat memperoleh dana untuk
berinvestasi melalui perbankan, lembaga pembiayaan, dan pasar modal.
Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk
meningkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak
keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang
disebut juga investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam
menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan
menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi, maka semakin
tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal
1 angka 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sesuai dengan rumusan
definisi tentang pasar modal secara menyeluruh melainkan lebih
menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal.
Pasar Modal dijumpai pada banyak negara menjalankan dua fungsi
sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan
fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana
dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada pihak yang
membutuhkan dana (borrower).
Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya, lenders
berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut, sedangkan
borrower akan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa
harus menunggu tersedianya dana dari kegiatan usaha perusahaan. Di pihak
lain, negara sangat berkepentingan karena mekanisme pasar seperti itu akan
mendorong peningkatan produksi dan kemakmuran masyarakat, sehingga
pasar modal merupakan instrumen ekonomi yang sangat penting2
Pasar Modal merupakan alternatif pendanaan baik bagi pemerintah
maupun swasta. Pemerintah yang membutuhkan dana dapat menerbitkan
obligasi atau surat utang dan menjualnya ke masyarakat lewat pasar modal.
Demikian juga swasta yang dalam hal ini adalah perusahaan yang
membutuhkan dana dapat menerbitkan efek, baik dalam bentuk saham
ataupun obligasi dan menjualnya ke masyarakat melalui pasar modal .
3
Transaksi efek cukup rentan terhadap tindakan pelanggaran dan
kejahatan yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab serta .
2
M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Mitra Wacana Media,2008), hlm 4
3
hanya berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperhatikan prinsip
fairness dalam berbisnis. Untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dan
kejahatan tersebut, maka diperlukan pembaruan peraturan
perundang-undangan dan ketegasan dalam penegakan hukum serta peningkatan fungsi
pengawasan, karena keberadaan pasar modal yang didasarkan atas
undang-undang yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, sehingga adanya kepastian hukum
tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan investor di pasar modal agar
terhindar dari praktek curang dan kejahatan pasar modal pada umumnya.
Selain itu pelaku pasar dalam bertransaksi juga wajib menjalankan
prinsip-prinsip keterbukaan informasi dalam segala aspek ekonomis yang berlangsung
dipasar, dimana hal tersebut sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan
dalam berinvestasi.
Perusahaan Efek selaku Perantara Pedagang Efek merupakan pihak
yang memiliki peran penting dalam menentukan berkembang tidaknya
transaksi efek di pasar modal. Terkait dengan perannya, Perusahaan Efek
dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku. Profesionalisme dan kepercayaan masyarakat terhadap
Perusahaan Efek merupakan sesuatu yang harus terus dijaga dan ditingkatkan,
sejalan dengan tugas melakukan jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau
nasabahnya yang hingga saat ini tidak saja terdiri dari investor lokal tetapi
juga investor asing yang memiliki peran besar dalam perkembangan pasar.
dijalankan, tetapi juga Perusahaan Efek harus memiliki orang-orang yang
berkomitmen tinggi dalam menjalankan perusahaan sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati.
Sebelum tahun 2000-an mayoritas modus pelanggaran yang terjadi di
pasar modal, berupa informasi yang menyesatkan (misleading information),
manipulasi pasar (market manipulation) dan informasi orang dalam (insider
trading). Pelanggaran-pelanggaran tersebut banyak melibatkan
Emiten/Perusahaan Publik dan para nasabahnya afiliasinya. Modus Operandi
yang dilakukan biasanya dengan cara menaikkan harga saham tanpa diikuti
dengan fundamental perusahaan dan perusahaan efek yang digunakan sebagai
kendaran untuk melakukan manipulasi tersebut.
Namun pada era tahun 2000, kejahatan di pasar modal mulai mendapat
tantangan baru selain kejahatan yang terdahulu yaitu dengan maraknya
kejahatan berupa “Penyalahgunaan aset Nasabah”4
Perbuatan perusahaan efek tersebut telah melanggar pasal 38
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyebutkan
Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek dilarang . Kejahatan berupa
“Penyalahgunaan aset nasabah” inilah yang merupakan tindakan wanprestasi
perusahaan efek atas kesepakatannya dengan nasabah, dimana aset nasabah
yang seharusnya disalurkan dalam membeli efek yang diinginkan nasabah,
malah digunakan untuk kepentingan perusahaan efek itu sendiri.
4
BAPEPAM, Perilaku Perusahaan Efek sebagai PPE,
melakukan transaksi atas Efek untuk Pihak terafiliasi atau kepentingan sendiri
apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari Perusahaan Efek tersebut telah
memberikan instruksi untuk membeli dan atau menjual Efek yang
bersangkutan dan Perusahaan Efek tersebut belum melaksanakan instruksi
tersebut.
Terkait dengan kejahatan “Penyalahgunaan aset nasabah” di bidang
pasar modal, pada awal tahun 2009 muncul dua berita ekonomi terhangat di
Indonesia yang memuat informasi adanya bank terkenal dan broker saham di
Indonesia yang melakukan penggelapan dana nasabahnya, yaitu kasus Bank
Century dan Sarijaya Sekuritas. Kasus Bank Century bermula dari kalah
kliringnya bank tersebut di Bank Indonesia. Karena Bank Century mengalami
kesulitan likuiditas, pemerintah akhirnya mengambil alih Bank Century
melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), walaupun masalah likuiditas
merupakan hal yang wajar, terutama dalam krisis finansial, tetapi ada
beberapa hal yang ditanyakan investor, termasuk kaitan dengan reksadana
Antaboga dan lain-lain. Sedangkan kasus Sarijaya Sekuritas bermula dari
tindakan penggelapan dana nasabah dengan cara pembuatan rekening gelap
yang dilakukan untuk bertransaksi saham. Komisaris utama sekaligus
pemiliknya adalah yang dituduh oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sebagai dalang dibalik penggelapan ini.
Kasus penggelapan yang dilakukan oleh Bank Century dan Sarijaya
Sekuritas telah merugikan konsumen serta menciderai kepercayaan nasabah
pasar saham global yang sedang terpuruk. Yang teramat sayang untuk
dikatakan adalah bahwa Sarijaya Sekuritas merupakan salah satu broker besar
yang dipercaya nasabah/investor selama ini. Bahkan dalam beberapa milis
yang ada, Sarijaya Sekuritas merupakan broker yang cukup banyak
direkomendasikan oleh para investor yang sudah terlebih dahulu berinvestasi
di pasar saham5
Adapun langkah untuk mencegah terjadinya kejahatan dan pelanggaran
oleh Perusahaan Efek adalah dengan penerapan prinsip-prinsip Good
Coorporate Governance. Penerapan prinsip-prinsip Good Coorporate
Governance, terutama prinsip Keterbukaan sangat diperlukan untuk
meningkatkan nilai perusahaan (value of firm) , dan untuk mencegah
terjadinya benturan kepentingan tertentu karena adanya benturan kepentingan
ekonomis antara perusahaan dengan kepentingan pihak pengelola perusahaan,
yang akhirnya mengakibatkan penyalahgunaan wewenang dari pihak
pengelola perusahaan (ultra vires). .
Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal memiliki tiga fungsi6
1. Untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.
, yaitu:
2. Untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien.
3. Untuk mencegah penipuan (fraud).
5
Damianus Herman Renjaan SH, MH.,Tinjauan Yuridis Kasus PT Sarijaya,
http://damianus-renjaan.blogspot.com/2010/03/tinjauan-yuridis-kasus-pt-sarijaya.html, terakhir diakses tanggal 15 Desember 2012
6
Perusahaan yang menerapkan Good Coorporate Governance, akan
memisahkan fungsi pengelolaan perusahaan dari kepemilikan perusahaan,
dimana fungsi pengelolaan akan diserahkan kepada pihak diluar pemilik
perusahaan yang independen yang akan bekerja secara independen dan
profesional dalam memberi informasi yang diperlukan dalam kegiatan
perusahaan dalam pasar modal dengan sebenar-benarnya (transparan). Karena
bersifat independen, maka akan lebih kecil kemungkinan munculnya niat/
maksud untuk melindungi perusahaan, atau akan sulit melakukan kecurangan
demi kepentingan pribadi sebagai pengelola perusahaan, karena ia harus
bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan. Oleh karena itu dalam
pengungkapan segala informasi yang diperlukan , tidak akan ada informasi
yang tidak benar tentang perusahaan tersebut (omission), yang berguna demi
memperlancar langkah perusahaan tersebut dan menjaga kredibilitasnya dalam
kegiatan pasar modal.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme jual beli efek di Pasar Modal.
2. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam jual beli efek?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan utama penulisan skripsi ini adalah untuk
memenuhi kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum dari
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus lagi, tujuan penulisan skripsi ini disesuaikan dengan
permasalahan yang sudah dirumuskan. Adapun yang menjadi tujuan penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui mekanisme dan proses transaksi jual beli efek di Pasar
Modal, juga fungsi Perusahaan Efek dalam transaksi jual beli efek.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran berupa wanprestasi dalam
jual beli efek.
c. Untuk mengetahui penegakan hukum apabila terjadi wanprestasi dalam
proses jual-beli Efek, dengan contoh kasus Sarijaya Permana Sekuritas.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Secara teoritis, pembahasan ini bisa menjadi tambahan ilmu dalam
hukum ekonomi. Dan dapat memberikan masukan bagi
penyempurnaan dan pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran dan
kejahatan dalam bidang Pasar Modal, terutama yang dilakukan oleh
b. Secara praktis, peymbahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi
tambahan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan
mahasiswa pada khususnya untuk mengetahui informasi mengenai
kinerja Perusahaan Efek dan proses pelaporan apabila terjadi
pelanggaran dan kejahatan di bidang Pasar Modal, terutama dalam
kejahatan penyalahgunaan dana nasabah oleh Perusahaan Efek.
D. Keaslian Penulisan
Wanprestasi dalam Jual-Beli Efek diangkat menjadi judul skripsi ini
merupakan hasil karya yang dibuat melalui pemikiran, referensi buku,
internet, majalah, bantuan dari para sumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini
bukan merupakan jiplakan atau judul skripsi yang sudah pernah diangkat
sebelumnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Pasar Modal
Secara formal, menurut Suad Husnan, pasar modal dapat
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau
sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah ,
public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar
modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan
perusahaan, Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan yang
membutuhkan dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan
untuk jangka panjang. Dana dalam jumlah besar dan penggunaan dalam
jangka panjang sering kali tidak dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan
sehingga sumber dana alternatif dapat dicari melalui pasar modal7
Pasar modal mempertemukan dua pihak, yaitu pihak yang
membutuhkan modal jangka panjang dengan pihak yang bersedia
menawarkan modal tersebut, karena di satu pihak, banyak perusahaan
yang mebutuhkan dana jangka panjang dalam jumlah yang besar, dan di
pihak lain, banyak anggota masyarakat yang mempunyai dana
menganggur, meskipun tidak dalam jumlah yang besar.Untuk dapat
memanfaatkan dana tersebut, perusahaan menawarkan surat-surat berharga
dalam bentuk saham dan obligasi melalui pasar modal.
.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
memberikan pengertian yang lebih spesifik atas pasar modal dalam Pasal 1
butir 13, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
akan diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.
Jadi dapat disimpulkan Pasar Modal merupakan salah satu
alternatif atau sarana dalam memobilisasi dana masayarakat dan sarana
7
investasi bagi pemilik modal, serta sekaligus merupakan tempat kegiatan
perusahaan dalam rangka mencari dana untuk pembiayaan usahanya.
2. Pengertian Jual-Beli
Bab ke-lima Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur
tentang jual-beli.
Jual-beli adalah duatu persetujuan timbal-balik sifatnya yang harus
memenuhi ketentuan yang terdapat di dalam pasal 1320 di bagian umum,
meskipun ketentuan khusus ada yang mengatur lembaga tersebut.
Ketentuan di dalam pasal 1457 menggariskan, bahwa pihak-pihak
yang membentuk persetujuan jual-beli masing-masing mengikatkan
dirinya secara timbal-balik (wederkerig). Penjual mengikatkan dirinya
kepada pembeli untuk menyerahkan obyek jual-beli. Pembeli mengikatkan
dirinya kepada penjual untuk membayar obyek jual-beli.8
Berpedoman kepada tindakan “mengikatkan diri” yang
mengakibatkan lahir beban kewajiban kepada kedua belah pihak, dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada dua persetujuan di dalam lembaga
jual-beli:9
a. Pertama:
Peretujuan tentang kewajiban menyerahkan benda yang menjadi obyek
jual-beli kepada yang berhak, yaitu pembeli.
b. Kedua:
8
Persetujuan tentang kewajiban membayar harga benda yang menjadi
obyek jual-beli kepada yang berhak, yaitu penjual.
3. Pengertian Efek
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun
1995 memberikan pengertian Efek sebagai surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas
efek, dan setiap derivatif dari efek.
Kata efek sesungguhnya berasal dari bahasa Belanda, yaitu
effecten, yang berarti “saham, kertas berharga yang diperjualbelikan,
efek”. Efek dalam istilah bahasa Inggris disebut security. Perusahaan
atapun lembaga yang menerbitkan efek disebut penerbit. Efek tesebut
dapat terdiri dari:
a. surat pengakuan hutang,
b. surat berharga komersial, saham,
c. obligasi,
d. unit penyertaan kontrak investasi kolektif (seperti misalnya reksadana,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek).
Efek dapat diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu:
Efek bersifat hutang ini dapat disebut sebagai surat hutang, obligasi
atau surat berharga komersial tergantung dari tenggang waktu jatuh tempo
pembayarannya ataupun ciri-ciri lain. Pemegang efek bersifat hutang ini
secara khusus berhak atas pembayaran pokok hutang beserta bunganya
beserta hak-hak lainnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam
persyaratan penerbitan surat hutang seperti misalnya hak untuk
memperoleh informasi tertentu.
Efek bersifat hutang ini biasanya diterbitkan dengan jangka waktu
jatuh tempo yang tetap dan hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh
tempo efek. Efek ini dapat disertai jaminan ataupun tanpa disertai jaminan,
dan apabila tanpa disertai jaminan maka dapat diperjanjikan dalam
penerbitan efek bahwa pemegang efek adalah memiliki peringkat yang
tertinggi dibandingkan peringkat pemberi hutang tanpa jaminan lainnya
dalam hal terjadinya kepailitan.
2. Efek bersifat ekuitas
Efek bersifat ekuitas ini adalah saham dari suatu perusahaan (yang
biasanya merupakan saham biasa namun termasuk juga saham preferen).
Pemegang efek bersifat ekuitas ini merupakan pemegang saham. Tidak
seperti pada surat hutang yang mensyaratkan adanya pembayaran bunga
secara teratur kepada si pemegang efek, pada efek bersifat ekuitas ini si
pemegang efek tidak berhak atas pembayaran apapun. Apabila terjadi
dikurangi pembayaran hutang (apabila ada) terhadap seluruh kreditur
perseroan.
Pemegang saham juga berhak atas keuntungan perusahaan dan
kenaikan harga saham dimana pemegang efek bersifat hutang hanya
berhak atas bunga dan pembayaran kembali pokok hutang, namun semua
ini kembali tergantung pada kemapuan manajemen perusahaan dalam
mengelola perseroan. Pemegang efek bersifat hutang hanya memiliki hak
suara hanya dalam hal kepailitan perseroan sedangkan pemegang efek
bersifat ekuitas ini memiliki suatu hak secara pro rata atas kendali
perseroan dimana pemegang saham mayoritas biasanya dapat memimpin
dan mengendalikan perseroan.
4. Pengertian Wanprestasi.
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya “prestasi
yang buruk”.10 Wanprestasi adalah suatu istilah yang menunjuk kepada
ketiadalaksanaan prestasi oleh debitur.11
10
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : PT.Pembimbing Masa, 1970), hlm 50
Atau dengan kata lain apabila si
berhutang atau debitur tidak memenuhi kewajibannya, menurut bahasa
hukum ia melakukan “wanprestasi”, yang menyebabkan ia dapat digugat
di muka hakim. Wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dapat terjadi baik
karena kesengajaan debitur untuk tidak mau melaksanakannya ataupun
karena kelalaian debitur untuk tidak mau melaksanakannya.
11
Ridwan Syahrani mengatakan bahwa prestasi merupakan isi
daripada perikata, debitur yang tidak memenuhi prestasi yang ditentukan
dalam perjanjian maka disebut “wanprestasi”.12
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau
masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis
terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan
perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier
untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama
penelitian.
2. Sumber Data
Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen
peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang
khusus yang berkaitan dengan Pasar Modal yang ada dalam
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang dijadikan sasaran peraturan
pelaksananya.
12
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti hasil seminar dan pendapat dari
kalangan pakar hukum. (buku-buku rujukan tentang wanprestasi dan
pasar modal).
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti
kamus bahasa maupun kamus hukum dan internet.
Pada saat ini Bapepam-LK sebagai badan pengawas pasar modal telah
digantikan tugasnya oleh OJK(Otoritas Jasa Keuangan) dengan UU No. 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, namun karena sebagian besar
buku masih menggunakan Bapepam-LK, maka dalam skripsi ini juga
digunakan Bapepam-LK.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi mengenai “Wanprestasi
dalam Jual-Beli Efek” ini adalah merupakan teknik pengumpulan data
melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian
dengan mengumpulkan data dan meneliti melalui sumber bacaan yang
berhubungan dengan judul skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang
dapat dipegunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa
masalah-masalah yang dihadapi. Teknik ini dipergunakan untuk
mengumpulkan data sekunder. Penelitian yang dilakukan dengan
ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet maupun sumber teoritis
lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi yang penulis ajukan.
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan secara ringkas mengenai latar
belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : MEKANISME JUAL-BELI EFEK DI PASAR MODAL
Dalam bab ini penulis menguraikan pengaturan umum dalam Pasar
Modal, pengertian Efek dan jenis-jenis Efek, pihak-pihak dalam
pasar modal, fungsi dan peranan Perusahaan Efek menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, mekanisme perdagangan
Efek di pasar modal.
BAB III : BENTUK WANPRESTASI DALAM JUAL-BELI EFEK
Bab ini membahas tentang pengertian wanprestasi dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, wanprestasi dalam jual-beli biasa
BAB IV : PENEGAKAN HUKUM APABILA TERJADI WANPRESTASI
DALAM JUAL-BELI EFEK
Bab ini memberikan uraian teoritis tentang penegakan hukum atas
wabprestasi dalam jual-beli efek, fungsi dan peranan Otoritas Jasa
Keuangan, analisis yuridis terhadap kasus wanprestasi,
penggelapan dan penyalahgunaan dana nasabah oleh perusahaan
Sarijaya Permana Sekuritas.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dalam penelitian ini selanjutnya ditarik
kesimpulan, serta memberikan saran-saran kepada investor,
perusahaan sekuritas dan Otoritas Jasa Keuangan di bidang Pasar