• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini ditandai dengan revolusi teknologi informasi, inovasi teknologi dan persaingan bisnis yang ketat agar perusahaan dapat bertahan dan dengan cepat mengubah strategi bisnisnya. Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik pengetahuan (knowledge management), muncul persaingan antar pelaku bisnis yang meningkat dan menghadapi tantangan yang sangat berat dan beragam.Persaingan tersebut diiringi dengan bertambahnya tuntutan pelanggan kepada produsen, yang mendorong pelaku bisnis memperbaiki kualitas diri sehingga mampu bertahan.

Adanya fenomena perdagangan bebas yang menciptakan struktur ekonomi global menyebabkan arus lalu lintas barang, jasa, modal dan tenaga kerja dapat berpindah dari suatu negara ke negara lain tanpa batas dan rintangan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigmaphysical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada intellectual capital. Perubahan tersebut belum ditanggapi memadai oleh akuntan.

(Suhendah, 2012).

Pendapat mengenai pergeseran paradigma physical capital ke paradigma intellectual capital didukung oleh Bontis. Menurut Bontis di Indonesia, pada umumnya perusahaan-perusahaan menggunakan akuntansi tradisional yang lebih menekankan pada penggunaan tangible asset, padahal dengan seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tingkat ketertarikan pada intangible asset pun semakin tinggi. (Bontis, 2000).

Di Indonesia, fenomena intellectual capital mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aset tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai intellectual capital, namun lebih kurang intellectual capital telah mendapat perhatian. (Ulum, 2009). Dalam PSAK No.19

(2)

(revisi 2000), aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik yang diharapkan dapat memiliki manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002).

Menurut Pulic (1998) dalam Santoso (2012) tidak mengukur secara langsung modal intelektual perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (value added intellectual coefficient - VAICTM). Komponennya terhadap modal intelektual terdiri dari: (a) Human Capital adalah kemampuan dan karakteristik karyawan perusahaan seperti energi, kecerdasan, sikap, komitmen, kreatifitas, kemampuan belajar dan sebagainya, termasuk knowledge dan berbagai skill yang dimiliki oleh karyawan yang dapat dikontribusikan untuk penciptaan nilai tambah perusahaan. (b) Structural Capital atau organizational capital adalah knowledge yang dimiliki perusahaan untuk ditransformasikan oleh human capital sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Termasuk dalam komponen ini adalah sistem informasi, teknologi, struktur dan sistem distribusi, sistem produksi dan sebagainya. (c) Customer Capital atau relational capital adalah kemampuan perusahaan untuk berinteraksi dengan pihak luar, seperti customer, supplier dan pihak-pihak lain sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Termasuk dalam komponen ini adalah hubungan baik dengan customer, supplier, franchise dan sebagainya.

Adapun ide awal VAICTM adalah terbentuknya nilai tambah, yang diukur dari selisih antara output dengan input. Nilai tambah ini terbentuk dari penggunaan modal yang ada dalam perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran terhadap besarnya nilai tambah yang dihasilkan oleh modal intelektual dan non-modal intelektual. Nilai tambah yang dihasilkan oleh non- modal intelektual diukur dengan efisiensi penggunaan modal fisik dan keuangan yang digunakan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan.

Efisiensi ini disebut sebagai Capital Employed Efficiency (CEE). CEE ini dihitung

(3)

dari besarnya nilai tambah yang terjadi dalam perusahaan yang dihitung dari selisih output dan input, dibagi dengan total aset selain aset tidak berwujud.

Nilai tambah yang dihasilkan dari efisiensi penggunaan human capital perusahaan disebut sebagai Human Capital Efficiency (HCE).Efisiensi ini diukur dari pembagian antara nilai tambah perusahaan dengan pengeluaran yang dilakukan untuk karyawan. Indikator HCE menunjukkan angka kontribusi karyawan terhadap peningkatan nilai tambah perusahaan. Nilai tambah yang berasal dari komponen modal intelektual yang lain disebut sebagai Structural Capital Efficiency(SCE). VAICTM adalah penjumlahan Capital Employed Efficiency dengan Intelectual Capital Efficiency yang terdiri dari Human Capital Efficiency dan Structural Capital Efficiency. VAICTM merupakan total efisiensi atau intellectualability perusahaan. Indikator VAICTM yang tinggi merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mengelola potensi modal intelektual yang dimilikinya dalam rangka mendatangkan nilai tambah.

Penggunaan VAICTM pada berbagai penelitian yang menguji hubungan antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan telah banyak dilakukan oleh para peneliti pada perusahaan di berbagai negara. Menurut Chen (2005) dalam Santoso (2012) melakukan investigasi empiris untuk mengetahui hubungan antara efisiensi penciptaan nilai tambah perusahaan dengan kinerja keuangan dan market value pada perusahaan yang tergabung dalam pasar modal di Taiwan. Chen menggunakan koefisien efisiensi dari Pulic untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dan membangun model regresi untuk meneliti hubungan antar variabel-variabelnya. Hasilnya menyatakan bahwa efisiensi modal memiliki hubungan positif signifikan terhadap kinerja keuangan dan market value perusahaan. Bahkan efisiensi tersebut dapat dijadikan indikator positif yang mempengaruhi kenerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Hussain (2006) dalam Santoso (2012) yang meneliti pada perusahaan industri di Bangladesh yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara modal intelektual dengan kinerja

(4)

keuangan. Hal ini kemungkinan disebabkan stock market Bangladesh yang bukan merupakan pasar yang efisien. Harga saham di bursa tersebut cenderung overvalued karena pelaku pasar disana melakukan perdagangan tanpa melakukan analisa dan lebih banyak melibatkan unsur spekulasi, gosip, manipulasi internal price. Namun hal ini juga bisa dikarenakan penggunaan tiga macam industri yang berbeda pada sampel perusahaan sehingga menyebabkan efek saling menghilangkan.

Di Indonesia, berbagai penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. Seperti penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan oleh Wijaya (2012) yang menguji pengaruh modal intelektual terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROE pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan bahwa VAIC berpengaruh positif terhadap ROE. Hal ini dapat disebabkan karena modal yang diperoleh oleh investor lebih banyak digunakan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan, dan untuk pengaruhnya terhadap EPS, VAIC berpengaruh positif terhadap EPS karena perusahaan mampu memanfaatkan dan mengelola modal intelektual yang dimiliki dengan baik dan secara maksimal, sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap laba per lembar sahamnya.

Selain itu penelitian oleh Salim dan Golrida (2013) yang meneliti pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan menemukan bahwa modal intelektual mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Bukti empiris menunjukan hubungan antara ketiga komponen intelectual capital dengan salah satu atau kedua proksi kinerja keuangan yakni ROE dan EPS. Capital Employed Efficiency berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan, baik dengan return on equity (ROE) maupun dengan EPS.

Penelitian lain oleh Kolintama dkk (2014) yang meneliti pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada Bank Umum Syariah di Indonesia bahwa komponen-komponen modal intelektual yang terdiri

(5)

dari HCE, CEE dan SCE menunjukkan HCE tidak berpengaruh terhadap ROE, sedangkan CEE dan SCE memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE.

Sedangkan penelitian yang tidak menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara modal intelektual terhadap kinerja perusahaan diantaranya dilakukan oleh Rambe (2011) yang membuktikan bahwa tidak ada pengaruh positif antara modal intelektualpada Bank Negara Indonesa dan Bank Muamalat dengan kinerjanya.

Selain itu penelitian oleh Santoso (2012) juga menunjukan hasil negatif dengan menyatakan bahwa perusahaan di BEI lebih bertumpu pada efisiensi modal fisik dan bukan efisiensi modal intelektual atau human capital dan structural capital.

Modal intelektual dan pengungkapannya tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan baik kinerja yang menggunakan accounting-based performance maupun market-based performance, baik pada saat ini maupun satu tahun yang akan datang.

Sektor industri pabrikasi merupakan sektor bisnis yang termasuk sektor manufaktur, dimana hubungan baik terhadap pemasok bahan baku dan pelayanan dalam berhubungan dengan klien bergantung pada intelek, akal dan kecerdasan modal manusia. Selain itu industri manufaktur merupakan salah satu industri yang termasuk dalam kategori industri berbasis pengetahuan, yaitu industri yang dapat menciptakan inovasi-inovasi teknologi yang sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk yang dihasilkan bagi konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul

“Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015)”.

1.2. Rumusan Masalah

Modal intelektual menjadi aset yang penting bagi perusahaan agar mampu bersaing dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki perusahaan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

(6)

Tabel 1.1

Research Gap Penelitian Terdaulu

Ketidakkonsistenan hasil penelitian ini menjadi alasan untuk melakukan penelitian kembali dengan mereplikasikan penelitian yang dilakukan oleh Salim dan Golrida (2013). Penelitian replikasi ini difokuskan dengan melihat pengaruh masing-masing komponen modal intelektual terhadap ROE dan EPS sebagai indikator kinerja keuangan dengan menggunakan model VAICTM yang di kembangkan oleh Pulic. Selain itu penelitian mengenai modal intelektual penting untuk dilakukan karena di Indonesia sendiri masih jarang dilakukan penelitian mengenai modal intelektual. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

N

O VARIABEL HASIL

INDEPENDEN DEPENDEN

Prima Aprilyani

Rambe (2011)

Shearly Putri Wijaya

(2012)

Selvi Meliza Salim dan

Golrida Karyawati

(2013)

Mersi Raha K.

(2014)

Rosyeni Rasyid

(2015) 1 VAIC (Modal

Intelektual)

ROE,EPS Signifikan,

Signifikan 2 VACA (Nilai

Tambah Modal Fisk)

ROE Signifik

an 3 VAHU (Nilai

Tambah Modal Manusia)

ROE Signifik

an 4 STVA (Nilai

Tambah Modal Struktural)

ROE Signifik

an 5 Human Capital

Efficiency(HCE)

ROE,EPS Tidak

Signifikan

Signifikan, Tidak Signifikan

Tidak Signifikan 6 Structural Capital

Efficiency (SCE)

ROE,EPS Tidak

Signifikan

Tidak Signifikan, Signifikan

Signifikan

7 Capital Employee Efficiency (CEE)

ROE,EPS Tidak

Signifikan

Signifikan, Signifikan

Signifikan

(7)

Dengan demikian dapat diartikan bahwa, keunggulan tersebut dapat meningkatkan reputasi perusahaan kedepannya. Berdasarkan uraian tersebut maka pertanyaan penelitian iniadalah :

1. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE)?

2. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS)?

3. Apakah Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE)?

4. Apakah Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS)?

5. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE)?

6. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS)?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE).

2. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS).

3. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE).

4. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh terhadapEarning Per Share (EPS).

5. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE).

6. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS).

(8)

1.4. Kontribusi dan Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Untuk memperkaya konsep atau teori yang mendalam mengenai ilmu pengetahuan tentang modal intelektual.

2. Mengetahui pengaruh modal intelektual bagi kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI, khususnya dalam sektor industri manufaktur.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk lebih mengembangkan dan memaksimalkan sumber daya terutama modal intelektual yang dimilikinya.

2. Hasil penelitian ini untuk manambah wawasan dan pengetahuan bagi investor sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan.

3. Hasil Penelitian ini sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan bagi Mahasiswa Universitas Semarang.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah nilai yang mencerminkan karakter dari unit pengamatan terkecil atau elemen dari suatu objek penelitian (Soeparno, 2009). Penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi nilai besaran variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah modal intelektual yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh capital employed(CEE), human capital (HCE), dan structural capital (SCE).

Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC™.Formulasi perhitungan VAIC™ yang diformulasikan oleh Pulic (1998; 1999) dalam (Salim dan Golrida, 2013) adalah sebagai berikut:

a. Value Added diukur sebagai berikut :

Value Added (VA) = Selisih antara Output dan Input Output (OUT) = Total penjualan dan pendapatan lain-lain Input (IN) = Beban dan biaya-biaya (selain executive salary) b. Menghitung Capital Employed Efficiency (CEE)

Capital Employed Efficieny (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE.

Formula yang digunakan sebagai berikut :

CEE = Capital Employed Efficiency VA = Value Added

CE = Capital Employed ( modal fisik dan aset finansial) Aset Finansial = Total Asset – Intangible Asset

VA = OUT - IN

CEE = VA / CE

(10)

c. Menghitung Human Capital Efficiency (HCE)

Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia.HCE merupakan rasio dari value added (VA) terhadap human capital (HC).Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada perusahan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. Formula yang digunakan sebagai berikut :

HCE = Human Capital Efficiency VA = Value Added

HC = Human Capital (executive salary)

d. Menghitung Structural Capital Efficiency (SCE)

Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural.SCE merupakan ratio dari SC terhadap VA.Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bilamana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Ulum, 2008) dalam (Salim dan Golrida, 2013). Formula yang digunakan sebagai berikut :

SCE = Structural Capital Coefficient SC = Structural Capital (SC= VA-HC) VA =Value Added

Rasio-rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual sebuah perusahaan.Formulasi ini merupakan jumlah koefisien yang disebutkan sebelumnya. Hasilnya sebuah indikator baru dan unik yaitu the VAIC™, yaitu sebagai berikut:

HCE = VA / HC

SCE = SC / VA

VAICTM= CEE + HCE + SCE

(11)

2. Variabel Terikat (Dependen) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dan kinerja perusahaan. Kinerja keuangan diproksikan dengan return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). Kinerja keuangan pada penelitian ini diukur melalui profitabilitas atas total ekuitas yang dijelaskan dengan ROE dan profitabilitas atas laba per lembar saham yang diukur dengan EPS.Formulasi perhitungan kinerja keuangan dijelaskan sebagai berikut:

a. Return On Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang mewakili profitabilitas perusahaan. ROE mempresentasikan return pemegang saham biasa dan biasanya menjadi pertimbangan dan indikator keuangan yang penting bagi investor (Chen et.al, 2005) dalam Salim dan Golrida, 2013).

Oleh karena itu semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan ROE. Rumus untuk memperoleh ROE adalah:

Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) Total Modal (Equity ) ROE =

b. Earnings Per Share (EPS)

Earnings per Share merupakan analisis laba dari sudut pandang pemilik dipusatkan pada laba per saham dalam suatu perusahaan. EPS juga merupakan salah satu persyaratan dalam pengungkapan laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang diperoleh dengan cara membagi laba setelah dikurangi dividen yang dibagikan untuk pemegang saham preferen dengan rata-rata jumlah saham yang beredar sepanjang tahun (Salim dan Golrida, 2013). Formula untuk memperoleh EPS adalah:

Laba Setelah Pajak (EAT) Jumlah Saham Beredar EPS =

(12)

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasional Variabel

Variabel

Dependen (Y): Definisi Keterangan Sumber

ROE (Return On Equity)

ROE

mempresentas ikan return pemegang saham biasa dan biasanya menjadi pertimbangan dan indikator keuangan yang penting bagi investor.

Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) Total Modal (Equity ) ROE =

Selvi Meliza Salim dan Golrida Karyawati (2013)

EPS (Earnings Per Shared)

Analisis laba dari sudut pandang pemilik dipusatkan pada laba per lembar saham dalam suatu perusahaan.

Laba Bersih Sebelah Pajak (EAT) Jumlah Saham Beredar EPS =

Selvi Meliza Salim dan Golrida Karyawati (2013)

Variabel Independen (X):

Definisi

Keterangan

HCE (Human Capital Efficiency)

Kemampuan modal manusia membuat nilai pada

perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang

dikeluarkan pada modal manusia.

HCE = VA/ HC

Selvi Meliza Salim dan

Golrida Karyawati

(2013)

SCE (Structural Capital Effiency)

Mengukur

jumlah SC SCE = SC / VA Selvi Meliza

Salim dan

(13)

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufakturyang listed dan go public di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2012 sampai 2014 yang merupakan data terbaru perusahaan yang dapat memberikan gambaran terkini tentang kinerja keuangan perusahaan. Metode pengambilan sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Pemilihan sektor manufaktur sebagai sampel mengacu pada pendapat (Chen et al. ,2005) dalam (Solikhah et al, 2010) yang menyatakan pemilihan sektor manufaktur untuk tujuan homogenitas sampel sehingga hasil yang bias bisa dihindari. Homogenitas ini penting untuk memastikan bahwa

yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bilamana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

Golrida Karyawati (2013)

CEE (Capital Employed

Effiency)

Berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan CEE yaitu kalkulasi dari mengelola modal perusahaan.

CEE = VA / CE

Selvi Meliza Salim dan Golrida Karyawati (2013)

(14)

modal intelektual serta ukuran kinerja untuk perusahaan manufaktur tidak terlalu beragam (heterogen), sehingga pengukurannya menjadi lebih objektif. Kelompok industri yang diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut: sektor manufaktur yaitu perusahaan–perusahaan yang berhubungan dengan produksi dan pengolahan barang.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Pada purposive sampling, sampel dipilih secara arbitrer sesuai dengankarakteristik sampel yang dibutuhkan untuk penelitian yang dimaksud. (Cooper, 2008) dalam (Santoso,2012). Kriteria yang memenuhi karakteristik sampel yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015.

2. Perusahaan yang menyerahkan laporan keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2013-2015.

3. Perusahaan yang tidak menderita rugi dan neracanya tidak menunjukkan kekayaan negative berturut-turut tahun 2013-2015.

4. Perusahaan tidak merupakan perusahaan asing atau luar negeri yang melaporkan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang asing.

5. Perusahaan yang membayarkan deviden saham untuk keseluruhan tahun 2013-2015. Hal ini dikarenakan pembayaran deviden saham erat kaitannya dengan EPS (laba per lembar saham) dan ini mempengaruhi investor dalam melihat kinerja keuangan perusahaan.

6. Bila ada ketidaktersediaan data dari salah satu variabel pada perusahaan tertentu maka emiten tersebut tidak digunakan sebagai sampel.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dapat didefinisikan sebagai unit terkecil dari sejumlah informasi tentang keadaan objek penelitian, oleh karena itu sangat penting peranannya dalam analisis dan statistik (Soeparno, 2009 : 6).

(15)

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dari laporan keuangan.Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka hasil pengukuran atau perhitungan (Muthaher, 2013). Data yang akan diambil berkaitan dengan penelitian ini adalah data mengenai pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan yang terdiri dari perhitungan modal fisik, modal manusia, dan modal struktural.

b. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secaratidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihaklain) berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalamarsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidakdipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2003;400) dalam (Susilo,2012). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2014.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, maka data yang dikumpulkan haruslah data yang akurat dan terpecaya. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode studi dokumentasi dan studi pustaka.

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan yang tertulis dan berhubungan dengan masalah penelitian (Susilo, 2012).Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan berkaitan dengan penelitian ini berupa financial report, antara lain laporan tahunan perusahaan, laporan keuangan,

(16)

neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2013-2015. Selain itu penulis juga menggunakan motode studi pustaka dengan membaca literatur yang mendukung penelitian ini.

3.5. Metode Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda (Multiple Regresional Analysis) dan uji asumsi klasik.

Analis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (independen) yaitu: Modal Fisik (X1), Modal Manusia (X2) dan Modal Struktural (X3) terhadap kinerja keuangan (Y). Adapun bentuk persamaan regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y1= b0+b1X1+b2X2+b3X3+e... (1) Y2= b0+b1X1+b2X2+b3X3+e... (2) Keterengan:

Y1 = Return On Equity (ROE) Y2 = Earning Per Share (EPS) X1 = Modal Fisik (CEE) X2 = Modal Manusia (HCE) X3 = Modal Struktural (SCE) b0 = Penduga Bagi Intersept b1,b2,b3 = koefisien regresi

e = error

3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mencakup nilai rata-rata (mean), deviasi standar, minimum, dan maksimum. Mean digunakan untuk menghitung rata-rata variabel yang dianalisis.Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah atribut paling banyak yang diungkapkan

(17)

di sektor manufaktur.Analisis deskriptif ini tidak bertujuan untuk pengujian hipotesis (Ghozali, 2011).

3.5.2. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak (Ghozali, 2011). Seperti diketahui bahwa uji T dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Pada uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas Kolmogorov Smirnov data distribusi dianggap normal apabila nilai signifikan pada tabel diperoleh angka melebihi 0,05 (p < 0,05).

2. Uji Multikolonieritas

Jika pada model persamaan regresi mengandung gejala multikoliteralitas, berarti bahwa terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Suatu model regresi yang bebas multiko mempunyai nilai tolerasnsi lebih dari 0,10 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 (Ghozali, 2011).

3. Uji Autokorelasi

Menurut Ghazali (2011) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 sebelumnya.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada pengujian autokorelasi ini menggunakan uji durbin watson untuk menguji autokorelasi pada sampel yang tersedia. Pada uji durbin watson dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila diketahui nilai DW hitung lebih besar dari batas atas (du) dan batas bawah (dl), serta kurang dari (k – du).

(18)

4. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011) uji heterokedastisitas menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heterokedastisitas. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan berbeda disebut heterokedastisitas. Pada penelitian ini uji heterokedastistas dilakukan dengan uji Glejser.

Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003) dalam (Ghozali, 2011). Uji glejser ini melihat jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka terjadi heterokedastistas. Dikatakan tidak terjadi heterokedastistas apabila tingkat signifikansinya diatas 0,05 atau tidak signifikan terhadap variabel dependen.

3.5.3. Uji Asumsi Klasik

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003) dalam (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis yangdigunakan antara lain adalah uji koefisiensi regresi simultan (uji F), uji Koefisien Determinan dan pengujian signifikan parameter individual (uji T).

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut (Ghozali, 2011) koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0<R2<1. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) semakin mendekati angka 1, maka model regresi dianggap semakin baik karena variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini

(19)

mampu menjelaskan variabel dependennya. Penelitian ini berpatokan pada nilai Adjusted R Square pada hasil koefisien determinasi.

2. Uji F

Pengujian ini menguji faktor variabel independen secara bersama-sama terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen.Menurut (Ghozali, 2011) Penelitian uji F dilakukan dengan melihat Anova yang membandingkan Mean Square dari regression dan Mean Square dari residual sehingga didapat hasil

dinamakan F hitung. Sebagai dasar pengambilan keputusan ada 2 cara yang dapat digunakan dalam kriteria pengujian:

a. Apabila tingkat signifikasi <α (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima, berarti variabel independen secara berasama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila tingkat signifikasi

>α(0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel (F Hitung > F Tabel), maka hipotesis diterima. Tetapi apabila nilai F hitung lebih kecil daripada F tabel ( F Hitung < F Tabel), maka hipotesis ditolak.

3. Uji Signifikan Individual (Uji t)

Uji statistik T pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam hal ini, apakah modal intelektual yang dijelaskan dengan CEE, HCE, dan SCE sebagai variabel independen

(20)

berpengaruh pada Return On Equity dan Earning Per Share sebagai variabel dependen. Sebagai dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari dua kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikasi <α(0,05), maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila t hitung < t tabel dan apabila tingkat signifikasi >(0,05), maka variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Dengan membandingkan nilai T hitung dengan nilai T tabel. Bila nilai T hitung lebih besar daripada nilai T tabel (T Hitung > T Tabel), maka hipotesis diterima. Tetapi apabila nilai T hitung lebih kecil daripada T tabel ( T Hitung < T Tabel), maka hipotesis ditolak.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk perbedaan implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan yang menggunakan SMM ISO dan yang tidak menggunakan SMM ISO adalah secara signifikan ada

Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan nilai korelasi pada variabel Bahan (Material), Jadwal penggunaan material yang terperinci dan tepat waktu (material's

Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dari Institusi Pendidikan STIKes

LKS hasil pengembangan memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (a) Penyusunan LKS didasarkan pada model inkuiri terbimbing yang terdiri dari observasi, pe- rumusan

Delta Merlin Dunia Tekstil dari hasil analisis perhitungan skala T memperlihatkan bahwa pola persebaran UMKM secara keseluruhan adalah mengelompok dengan nilai T

GAMBARAN MUSCULI FACIALIS PADA EKSPRESI WAJAH DAN EMOSI DENGAN MENGGUNAKAN FACIAL ACTION CODING.. SYSTEM PADA CALON

Manajemen menetapkan sasaran umum Sistem Informasi Strategik dikaitkan dengan dukungan terhadap Strategi Bisnis yang sedikitnya meliputi: penyelarasan Teknologi

■ UX is an approach to design and development that focuses on the context of use for the solution being designed and on having empathy for the end-users of a product, service, or