BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini adalah salah satu jenis penyakit yang sangat berbahaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit hipertensi? 2. Bagaimana epidemiologi penyakit hipertensi? 3. Bagaimana patofisiologis penyakit hipertensi? 4. Apa-apa saja klasifikasi penyakit hipertensi?
5. Apa saja faktor resiko terjadinya penyakit hipertensi? 6. Bagaimana upaya pencegahan dari penyakit hipertensi?
1.3 Manfaat
Selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, makalah ini dibuat untuk memberikan uraian atau gambaran tentang penyakit hipertensi, bagaimana jalan penyakitnya, gejala-gejala klinisnya bahkan faktor resiko hipertensi itu sendiri serta pencegahan yang bisa dilakukan pada penaykit hipertensi.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai pengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Treatment of High Blood pressure, dalam buku Brunner dan suddarth (896, 2002).
Sumber : Brunner dan suddarth (896, 2002).
2.2 Epidemiologi Hipertensi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejalayang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telahmenjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertamba h.Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang,tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15milyar kasus di tahun 2025.
masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 smpai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendahterdapat Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan JayaWijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di TalangSumatera Barat 17,8%.
2.3 Patofisiologis Hipertensi
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008).
Angiotensin I
Patofisiologi hipertensi.
(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)
2.4 Klasifikasi Hipertensi
Angiotensin II
↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron darikorteks adrenal
↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas
Mengentalkan
↑ Konsentrasi NaCl di pembuluh darah Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler
Diencerkan dengan ↑ volume ekstraseluler
Volume darah ↑
↑ Volume darah ↑ Tekanan darah
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata dua kalai atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan. Beberapa klasifikasi hipertensi :
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi.
b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)
telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi,
hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat.
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Tekanan DarahDiatol (mmHg)
Optimal Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109 Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistol terisolasi
c. Klasifikasi Hipertensi Menurut Bentuknya :
Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan.
d. Klasifikasi Hipertensi Menurut Sebabnya Dibagi Menjadi Dua, yaitu sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui.
e. Klasifikasi Hipertensi Menurut Gejala Dibedakan Menjadi :
Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up.
Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.
2.5 Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
c. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
d. Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara
1) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
2) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
e. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
f. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
g. Keracunan timbal akut
Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
a. Stress
b. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
c. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.
d. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
e. Kurang olahraga
Sebelum penyakit hipertensi menyerang kita akan lebih baik jika kita mencegahnya terlebih dahulu. Cara yang tepat untuk mencegah hipertensi yaitu :
1. Tidak merokok karena nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah kecil yang menyebabkan jantung terpaksa memompa lebih kuat untuk memenuhi keperluan tubuh kita
2. Kurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat menyebabkan lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi
3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling pembuluh darah dan menjadikannya tebal dan kaku
4. Pertahankan berat badan ideal
5. Olahraga secara teratur
6. Hindari konsumsi alkohol
7. Konsumsi makanan sehat, rendah lemak, kaya vitamin dan mineral alami
8. Pencegahan primordial
9. Promosi kesehatan
10. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko
11. Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up
12. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal awal keluhan
BAB III PENUTUP
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Klasifikasi hipertensi menurut WHO dibedakan menjadi 4 yaitu, normal, pre hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Gejala ringan hipertensi adalah pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala.
Penyebab hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (genetik, jenis kelamin, ethis, penyakit ginjal, obat-obatan, preeklamsi, dan keracunan timbal akut), dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (stress, obesitas, nutrisi, merokok, dan kurang olahraga).
Patofisiologisnya adalah saat mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan kejang. Penatalaksanaan hipertensi adalah dengan terapi tanpa obat (diet, latihan fisik dan edukasi psikologi) dan terapi obat (pengobatan dan follow up). Cara mencegah penyakit hipertensi adalah mempertahankan berat badan ideal, memperbaiki pola makan, diet rendah sodium, aktifitas fisik (aerobik), tidak minum alkohol dan berhenti merokok, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan menurunkan asupan lemak.
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan yang berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan nutrisi yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Sobel, Barry J, et all.1999 Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Hipokrates