• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. OBESITAS 2.1.1 DEFINISI

Obesitas atau kegemukan adalah akibat dari makan. Karena dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan sebagai makan, sehingga obesitas merupakan keadaan adanya kelebihan lemak dalam tubuh. Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas didefinisikan sebagai lebihnya akumulasi lemak yang dapat mempengaruhi kesehatan individu (WHO). Pengukuran yang biasa digunakan untuk menentukan obesitas adalah dengan mengira Body Mass Index (BMI) atau nama lainnya Indeks Massa Tubuh (IMT). Individu yang mempunyai BMI melebihi 30 dianggap sebagai obesitas manakala individu yang mempunyai BMI sama atau lebih 25 dianggap overweigth. Obesitas dapat juga didefenisikan sebagai ketidakseimbangan energi, dimana energi yang diambil berlebihan dibanding energi yang digunakan serta dengan dengan indeks massa tubuh (BMI) >30 (www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity/sum_intr.htm).

Lemak tubuh diperlukan pada semua individu sebagai penyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerapan guncangan dan fungsi lainya. Tapi apabila lemak berlebihan ini akan mengakibatkan pelbagai masalah kesehatan. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak berbanding pria. Perbandingan lemak normal antara lemak tubuh dengan berat badan sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Pada individu yang mengalami obesitas dapat dibedakan menurut distribusi lemak yaitu apple shape body (android) dan pear shape body (gynecoid).

Apple shape adalah apabila lebih banyak lemak di bagian tubuh atas (dada dan

(2)

dan diabetes dibanding dengan pear shape yang distribusi lemak lebih banyak di bagian bawah (pinggul dan paha). (Rosengren A et al.2008)

Keadaan yang sangat membimbangkan pada individu obesitas adalah kesehatan yang membimbangkan jika tidak ditangani dengan awal. Obesitas secara langsung akan meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi, stroke, infark miokardium, gagal jantung, batu kandung kemih, arthritis gout, tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur) dan Sindroma Pickwikian. (Kathryn L et al,2008).

2.1.2 PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO OBESITAS

Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam tubuh. Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini disertai oleh pelbagai faktor yang dapat dihindari untuk mengelakkan obesitas. Faktor genetik merupakan faktor utama terjadinya obesitas. Obesitas diduga cenderung diturunkan kerana mempunyai penyebab genetik. Tetapi pola pemakanan dan kebiasaan gaya hidup turut mendorong kepada obesitas. Faktor genetik dan faktor gaya hidup sangat sukar untuk dipisahkan. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

Faktor psikologika juga berperanan penting didalam obesitas. Terdapat beberapa sumber mengatakan bahwa pola makan sangat dipengaruhi oleh emosi seseorang. Persepsi diri yang negatif merupakan salah satu daripada contoh bentuk gangguan emosi yang dapat meningkatkan pola makan individu. Gangguan ini merupakan

(3)

masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas dan biasa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukkannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Gangguan ini dapat mengakibatkan dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan dimalam hari. Pola makan ini sentiasa dikaitkan dengan stress dan kekecewaan. Binge sangat mirip dengan bulimia nervosa, yaitu seseorang yang makan sangat banyak, yang membedakannya ialah binge tidak diikuti dengan memuntahkannya kembali.

Terdapat juga beberapa faktor kesehatan yang bisa mengakibatkan obesitas. Hipotiroidisme merupakan penyakit yang ditandai dengan berkurangnya hormon tiroid di dalam tubuh. Pada orang dewasa hipotiroid dapat mengakibatkan cepat lelah, penambahan berat badan dan turunnya denyut nadi. Selain ini kebanyakkan hormon kortrikosteroid juga dapat mengakibatkan obesitas. Keadaan ini dinamakan sindroma Cushing yang disebabkan stimulasi berlebihan pada kelenjar adrenal oleh hormon ACTH. Sindrom ini juga mengakibatkan peningkatan berat badan dan berperan langsung dalam menentukan BMI individu. Pengambilan obat-obat tertentu seperti steroid dan anti-depresi juga berperanan untuk terjadinya obesitas.

Faktor perkembangan dan aktivitas fisik juga sangat berperanan dalam obesitas. Dari hasil beberapa penelitian, penderita obesitas mengalami penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh (Volek JS, Vanheest JL, Forsythe CE, 2005). Obesitas biasanya terjadi pada masa kanak-kanak lagi dan bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Obesitas yang terjadi pada anak mempunyai resiko yang besar unutk menghidapi obese pada waktu dewasa (Barnes LA, Opitz JM, 2007). Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. Berkurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu

(4)

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat terutama pada negara berkembang. Aktivitas fisik dapat meningkatkan penggunaan kalori yang berlebihan didalam tubuh namun pada orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Selain daripada faktor genetik, faktor-faktor lain yang menyebabkan obesitas dapat dielakkan untuk mencegah kejadian obesitas di kalangan masyarakat. Namun tingkat kesedaran masyarakat terhadap bahayanya obesitas masih lagi dalam keadaan membimbangkan. Masyarakat tidak mengambil perhatian terhadap masalah ini dan berhubung ke dokter apabila masalah ini telah menimbulkan pelbagai penyakit yang lain. Faktor makanan yang mengandungi banyak lemak juga merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast

food. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi

yang menyebabkan obesitas. Orang-tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makanan cepat saji tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.

2.1.3. BMI dan DIAGNOSA

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI digunakan untuk mengklasifikasikan individu underweight, overweight dan obesitas pada orang dewasa. BMI merupakan rumus

(5)

matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua (www.cdc.gov/growthcharts.)

Table 2.1: Klassifikasi Internasional untuk underweight, overweight dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan BMI

Classification BMI(kg/m�) Principal cut-off points Additional cut-off points Underweight <18.50 <18.50 Severe thinness <16.00 <16.00 Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99 Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49 Normal range 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99 23.00 - 24.99 Overweight ≥25.00 ≥25.00 Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49 27.50 - 29.99 Obese ≥30.00 ≥30.00 Obese class I 30.00 - 34-99 30.00 - 32.49 32.50 - 34.99 Obese class II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49 37.50 - 39.99 Obese class III ≥40.00 ≥40.00

(6)

Nilai BMI tidak bergantung pada umur untuk pria atau wanita. Resiko kesehatan mempunyai hubungan dengan peningkatan BMI dan interprestasi BMI terhadap kesehatan mungkin berbeda untuk populasi yang berlainan.

Selain daripada BMI, obesitas dapat ditentukan dengan mengukur lemak tubuh. Mengukur lemak tubuh adalah satu metode yang sukar dilakukan. Ia memerlukan peralatan yang khusus ddan harus dilakukan oleh tenaga terlatih. Antara cara melakukan pengukuran lemak tubuh adalah underwater weight yaitu pengukuran berat badan dilakukan didalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa. Cara BOD POD menggunakan satu ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi, apabila seorang memasuki ruangan ini lemak yubuh dapat dikira berdasarkan jumlah udara yang tersisa. Dual energy X-ray absorption (DEXA) menggunakan sinar X untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. Cara pengukuran lemak tubuh yang sederhana adalah jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (satu alat yang menyerupai forceps). Analisa tahanan bioelektrik juga dapat digunakan untuk mengukur lemak tubuh. Pada pemeriksaan ini penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa. Walaupun terdapat pelbagai metode pengukuran lemak tubuh, kaedah ini tidak sering digunakan kerana bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika dilakukan tanpa tenaga yang ahli.

Table berat badan-tinggi badan juga telah lama digunakan untuk menentukkan seseorang mengalami kelebihan berat badan. Table ini telah mempunyai suatu kisaran berat badan dan tinggi badan. Masalah yang selalu timbul apabila menggunakan table ini adalah pilihan table yang harus dipakai. Banyak table yang digunakan dan setiap table mempunyai kisaran yang berlainan. Beberapa table menyertakan kerangak, umur dan jenis kelamin. Tabel ini juga tidak dapat membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot.

(7)

2.2. TEKANAN DARAH

Tekanan darah adalah pengaturan tekanan pada dari arteri rata-rata untuk mengontrol curah jantung, resistensi perifer total dan volume darah. Tekanan darah arteri rata-rata (Mean Arterial Pressure) merupakan gaya utama yang digunakan untuk mendorong darah ke seluruh tubuh. Tekanan ini harus cukup tinggi untuk mendorong darah ke jaringan, tanap tekanan yang tinggi darah tidak dapat mengalir ke otak dan organ-organ vital dan mengakibatkan hipoksia. Namun, tekanan ini juga tidak boleh terlalu tinggi kerana dapat menimbulkan beban kerja jantung dan meningkat resiko rupture pembuluh darah kecil (Gerard J, Bryan D,2006).

Tekanan arteri rata-rata dikonrol oleh baroreseptor yang tedapat di sistem sirkulasi. Apabila baroreseptor mendeteksi tekanan yang abnormal, ia akan mengaktivasi sistem respon reflex untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normal. Sistem saraf otonom yang mensarafi jantung, vena dan arteriol akan diaktivasi unutk mengubah curah jantung dan resistensi perifer total. Sistem saraf otonom akan bertindak dalam jangka pendek unutk mengontol tekanan darah. Penyesuaian jangka pangjang melibatkan penyesuian volume darah total dengan mengawal keseimbangan garam dan air melalui pengaturan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Besarnya volume darah total, akan menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata (Sherwood L,1996).

2.3. HIPERTENSI 2.3.1 DEFINISI

Hipertensi merupakan menjadi suatu penyakit yang umum bagi banyak orang saat ini, apalagi bagi mereka yang tinggal di kawasan perkotaan yang mempunyai pelbagai faktor resiko bagi penyakit ini. Penyakit ini sudah jadi epidemi di zaman modern, menggantikan wabah kolera dan TBC di zaman dulu. Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik melebihi 140mmHg dan peningkatan tekanan diastolic

(8)

melebihi 90mmHg (Seventh Report of the Joint National Committee). Hipertensi atau lebih dikenali sebagai tekanan darah tinggi, merupakan keadaan perubahan di mana tekanan darah meningkat secara kronik. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Pada penderita hipertensi, gejala gangguan kesehatan tidak jelas dan tanpa keluhan berarti. Menurut Hanns Peter Wolff, dalam bukunya Speaking of High Blood Pressure, satu dari setiap lima orang menderita tekanan darah tinggi, dan sepertiganya tidak menyadarinya. Padahal, sekitar 40 % kematian di bawah usia 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Hipertensi telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami serangan sakit jantung atau angin ahmar. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat darah dialirkan melaluinya. Tekanan darah juga dapat didefinisikan sebagai tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh manusia. Pada pemeriksaan tekanan darah dua angka akan diperoleh yaitu angka sistolik dan diastolik. Angka sistolik diperoleh saat jantung sedang berkontraksi dan biasanya lebih tinggi nilainya berbanding angka diastolik yang diperoleh saat jantung sedang relaksasi. Tekanan darah yang diperoleh ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik. Tekanan darah yang normal adalah 120/80mmHg. Individu dikatakan mengalami tekanan darah tinggi apabila tekanan darahnya melebihi 140/90mmHg atau lebih, diukur di kedua-dua tangan tiga kali dalam seminggu. Tekanan darah meningkat akibat pembuluh darah menyempit atau meningkatnya jumlah darah yang mengalir.

(9)

2.3.2. PENYEBAB HIPERTENSI

Hipertensi telah diklassifikasikan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang belum diketahui akibatnya (90% daripada seluruh hipertensi). Beberapa keadaan telah dikaitkan dengan hipertensi primer yaitu perubahan pada jantung dan pembuluh darah bersama-sama dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Faktor-faktor penyebab hipertensi primer adalah faktor genetik, hiperaktivasi sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek natriuresis serta konsumsi alkohol yang berlebihan (Dosh S.A., 2009). Manakala hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan oleh penyakit lain. Sekitar 5-10% penderita hipertensi adalah akibat daripada penyakit ginjal dan sekitar 1-2% adalah akibat kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (pil kontrasepsi). Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stress dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi (Adcock B.B. et al., 1997). Terdapat juga beberapa faktor yang mempunyai hubungan dengan hipertensi dan faktor-faktor ini dapat dikontrol untuk mengelak terjadinya hipertensi pada masyarakat.

Faktor keturunan dan usia merupakan faktor yang paling berperanan dalam kejadian hipertensi dan faktor ini tidak dapat diubah. Statistik telah menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi cenderung menghidapi hipertensi lebih besar. Kejadian hipertensi juga lebih sering terjadi pada kembar identik daripada kembar tak identik. Sebuah penelitian juga menunjukkan 30-40% masalah hipertensi dikaitkan dengan genetik. Kejadian hipertensi juga meningkat dengan bertambahnya umur individu (Kingwell B et al,2007). Pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Ini menyebabkan hipertensi turut digolongkan sebagai salah satu penyakit degeneratif. Namun, tekanan darah dapat dikendalikan agar tidak melewati batas normal dengan menerapkan gaya hidup sehat pada masyarakat.

(10)

Faktor gizi juga merupakan satu faktor penyebab hipertensi dan faktor ini dapat dikendalikan. Pengambilan garam yang berlebihan dapat mengakibatkan hipertensi pada sesetengah orang khususnya penghidap diabetes, prehipertensi dan pada orang usia lanjut. Makanan yang mempunyai kolesterol yang tinggi juga dapat berhubungan dengan hipertensi. Makanan yang berlemak atau berkolesterol tinggi dapat mengakibatkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Ini secara langsung akan meningkatkan tekanan perifer pada sistem peredaran darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga dikaitkan hubungan antara kegemukan dan obesitas. Keadaan yang membimbangkan adalah apabila seseorang mengalami sindroma metabolik yang merupakan kombinasi daripada hipertensi, obesitas, diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterol dan arteriosklerosis. Sindrom ini sulit ditangani keran terdapat pelbagai penyakit dan kompliksai yang menyertai sindrom ini. Konsumsi alkohol dan minuman yang mengadungi kafein juga dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah. Berolahraga dapat mengurangkan resiko hipertensi namun, pada pasein hipertensi tidak dianjurkan berolahraga yang berat kerana dpat meningkatkan kerja jantung yang memperberatkan hipertensi yang dialaminya.

2.3.3. PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tekanan darah dapat diukur di rumah sakit, praktik dokter, di sarana kesehatan lain atau dapat dilakukan sendiri. Alat yang digunakan untuk memeriksa tekanan darah disebut sphygmomanometer atau dikenali juga dengan tensimeter. Tensimeter yang biasa digunakan adalah tensimeter air raksa yang umum digunakan untuk

(11)

pemeriksaan klinis. Terdapat juga tensimeter digital yang biasa digunakan oleh masyarakat kerana cara penggunaanya yang mudah.

Posisi yang terbaik untuk melakukan pengukuran tekanan darah adalah dengan duduk atau berbaring dan pasein dalam keadaan relaksasi dan tidak merokok atu meminum kopi (Feldman R.D. et al., 1999). Setelah pengukuran diambil tekanan sistolik dan diastolik diperolehi dan perbedaan kedua tekanan tersebut dipanggil tekanan denyut. Setelah itu, penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan spigmomanometer untuk tekanan sistolik dan diastolik.

Nasional Institute of Health, lembaga kesehatan nasional di Amerika telah mengklasifikassikan hipertensi seperti jadwal dibawah dan sering digunakan dalam pemeriksaan klinis di Indonesia.

Tabel2.2. Klasifikasi hipertensi.

Tekanan Darah Sistolik Diastolik

Hipotensi Bawah 90 Bawah 60

Normal 90-120 60-80

Prehipertensi 120-140 80-90

Hipertensi (Stadium 1) 140-160 90-100 Hipertensi (Stadium 2) Atas 160 Atas 100

(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Retensi air dan garam Insulin Resistant

Faktor Persekitaran

Inflamasi Disfungsi saraf simpatis,

sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)

Vasokonstriksi

Meningkat resistan

perifer Meningkat volume darah

*meningkat tekanan darah Tinggi badan Berat badan *Body Mass Index

(13)

*Petunjuk: Yang akan diteliti

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah Body Mass Index (BMI) dan tekanan darah pada golongan dewasa muda (mahasiswa) yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

1. Defenisi Operasional : Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan antara berat badan dan tinggi badan. BMI bisa memperkirakan lemak tubuh, tetapi tidak dapat diartikan sebagai persentase yang pasti dari lemak tubuh. Hubungan antara lemak dan BMI dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Wanita lebih mungkin memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan pria dengan nilai BMI yang sama

Cara Ukur : Mengukur berat badan dan tinggi badan kemudian mengira dengan menggunakan rumus

BMI = Berat badan(kg) Tinggi badan(m)2

Alat Ukur : Timbangan dan alat ukur tinggi

Hasil : Interpretasi nilai BMI tanpa memperlihatkan umur dan jenis kelamin dapat ditentukan dengan melihat tabel kriteria WHO tahun 2000 di bawah.

(14)

Tabel 3.1: Kategori BMI

Kategori BMI Eropa kg/(m)2 BMI Asia kg/(m)2 Underweight <18.5 <18.5 Normoweight 18.5-24.9 18.5-22.9 Overweight ≥25 ≥23 Pre-obese 25.0-29.9 23.0-24.9 Obese I 30.0-34.9 25.0-29.9 Obese II 35.0-39.9 ≥30.0 Obese III ≥40.0 (WHO,2000) Skala : Rasio

2. Definisi Operasional : Tekanan darah adalah tekanan didalam arteri yang dihasilkan oleh ventrikel kiri saat sistole dan tekanan yang terdapat dalam arteri saat ventrikel diastole

Cara Ukur : Tekanan darah biasanya diukur pada arteri brakialis kiri

Alat Ukur : Sfigmomanometer dan stetoskop

Hasil pengukuran : Interpretasi tekanan darah dapat ditentukan dengan melihat tabel kriteria JNC7

Tabel 3.2: Klassifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Sistolik Diastolik

Hipotensi Bawah 90 Bawah 60

Normal 90-120 60-80

Prehipertensi 120-140 80-90

Hipertensi (Stadium 1) 140-160 90-100 Hipertensi (Stadium 2) Atas 160 Atas 100 (JNC7, 2003)

(15)

3. Definisi Operasional: Mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi adalah mahasiswa yang ibu atau bapanya mengalami penyakit hipertensi. Tidak kira sama ada penyakit hipertensi primer maupun sekunder.

Cara Pengukuran:Dilakukan anamnese terlebih dahulu kepada mahasiswa untuk mengetahui riwayat keluarga hipertensi.

Alat Ukur : Lembar anamnese

Hasil Pengukuran :Mempunyai riwayat keluarga hipertensi atau tidak mempuyai riwayat keluarga hipertensi.

3.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan besarnya tekanan darah terhadap mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

(16)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian analitik dengan metode

cross sectional. Dengan satu kali pengamatan pada waktu tertentu, akan menganalisa

bagaimana hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah pada mahasiswa ACMS yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu yaitu pada bulan Oktober-November 2010 terhadap mahasiswa ACMS. Kolej ini dipilih karena merupakan fakultas dengan jumlah siswa yang banyak dan berasal dari semua golongan sosial ekonomi. Selain itu, menurut hasil kuesioner yang dilakukan oleh mahasiswa yang meneliti pada tahun 2009 lalu, ditemukan banyak mahasiswa yang menyatakan pada kuesioner tersebut bahwa keluarganya mempunyai riwayat hipertensi. Tempat penelitian adalah di Hostel ACMS Putra Villa.

4.3. Populasi dan Sample Penelitian

Populasi penelitan adalah semua mahasiswa ACMS berumur 18-23 tahun yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

Kriteria inklusi:

1. Mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. 2. Bersedia ikut sebagai subjek penelitian ini (informed consent) Kriteria eksklusi:

1. Mahasiswa yang mempunyai riwayat penyakit seperti diabetes mellitus (DM), penyakit jantung koroner, gangguan hormonal seperti hipertiroid, hyperinsulinemia dan kelainan ginjal.

(17)

2. Mahasiswa yang sedang menggunakan obat (Propanlol, Captopril, Nifedipin, Furosemid) yang mempengaruhi tekanan darah.

Perkiraan besar sampel yang minimal diambil berdasarkan rumus dibawah ini dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relative 10% (Notoatmodjo S, 2005).

N= Zα2pq dimana: p=0.5 d=0.1 D2 q=0.5 Z α=1.96

Sampel diambil dari mahasiswa ACMS yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, artinya semua subyek yang memenuhi syarat (kriteria inklusi) akan diikutsertakan dalam penelitian ini sesuai dengan urutan kedatangan mereka. Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan rumus sebanyak 100 orang. Pemilihan cara consecutive

sampling adalah dengan pertimbangan bahwa cara tersebut secara teknis lebih mudah

untuk dilakukan (Imron,2009)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan secara analisis pengukuran yang dilakukan di Hostel ACMS Putra Villa yang mencakupi umur, berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Disamping itu, turut dilakukan kuesioner untuk mengetahui riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga.

4.4.1. Mengukur Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Alat dan Bahan

Timbangan dan alat pengukur tinggi. Cara Kerja

Sebelum mahasiswa diminta untuk naik ke atas alat timbangan, mahasiswa terlebih dahulu melepaskan alas kaki, meletakan tas, handphone dan barang-barang

(18)

lainnya. Mahasiswa diminta berdiri tegak lurus, menghadap ke depan dan membelakangi alat pengukuran. Pemeriksa akan melihat berat badan mahasiswa dengan melihat jarum timbangan dalam unit Kilogram. Untuk pengukuran tinggi mahasiswa, pemeriksa meletakkan hujung alat pengukur tinggi tepat di puncak kepala mahasiswa dan membaca ketinggian pada alat pengukur. BMI dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

IMT= Berat Badan (kg)

Tinggi Badan(m)x Tinggi Badan(m)

4.4.2. Mengukur Tekanan Darah Alat dan Bahan

Sfigmomanometer dan stetoskop Cara Kerja

Tekanan darah biasanya diukur pada arteri brakialis kiri. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sphygmomanometer. Ia terdiri daripada bladder cuff getah yang disambungkan dengan pompa getah yang digunakan untuk inflate bladder cuff dan meter yang digunakan untuk mengukur tekanan yang dikenakan pada bladder cuff. Langkah-langkah pengukuran tekanan darah adalah lilitkan bladder cuff diatas arteri bracialis dan sejajar dengan letak jantung dan pastikan bladder cuff tidak terlalu ketat atau terlalu longgar. Kemudian buka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu dan mengunci katub pompa. Terlebih dahulu, letakkan bell stetoskop di atas arteri bracialis (pastikan seluruh pinggir bell stetoskop menempel pada lengan, sehingga suara korotkoff dapat didengar dengan jelas). Pompa cuff sehingga 150mmHg kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3mmHg per detik. Catat dimana terdengar suara pertama kali (sistole) dan lanjutkan sehingga suara menghilang sempurna (diastole).

(19)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitan ini analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS. Nilai korelasi pearson yang diperoleh r>0, maka berarti adanya hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah pada mahasiswa tersebut.

Gambar

Table  2.1:  Klassifikasi Internasional untuk underweight, overweight dan  obesitas pada orang dewasa berdasarkan BMI

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa strukturmikro hasil proses solution treatment dan aging adala fasa α yang merupakan paduan larut

Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan pembejalaran yang diberikan kepada siswa sekolah dasar kelas rendah. MMP memfokuskan pada pembelajaran yang bertujuan

Berdasarkan pendapat di atas adalah suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pelayanan pembuatan SIUP juga

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan

Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan pengujian antiinflamasi yang dilakukan dengan menggunakan tikus sebagai hewan uji yang memiliki berat badan 150–200 g yang

Jika Anda sanggup memahami program kali ini, maka Anda bisa memanfaatkannya untuk membuat aplikasi yang mampu mem-parse masukan dari QLineEdit menjadi isi dari berkas teks..

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan polutan NH 4 Cl dan Pantai, dapat diketahui bahwa kenaikan persentase bahan pengisi silane menyebabkan sudut kontak

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka yang dapat diambil bahwa taraf signifikan 5% nilai t tertera bilangan 2,000 oleh bilangan yang diperoleh 6,577 lebih besar dari