• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

DISUSUN O L E H

ARIEF UMARDHANI HAMONANGAN 122600138

Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul "Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan".

Penyusun Laporan Tugas Akhir ini ditunjukkan untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam proposal ini masih jauh dari kata sempurna sekalipun telah dilakukan sebaik-baiknya.

Saya berharap, semoga judul ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya bagi para pembaca umumnya.

Medan,6 Mei 2015 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 4

C. Uraian Teoritis... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 7

E. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM)... 8

F. Metode Pengumpulan Data... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik kerja Lapangan Mandiri... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan...12

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan...15

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas pendapatan Kota Medan...19

D. Gambaran Jumlah Pegawai DISPENDA Kota Medan ...29

BAB IIIGAMBARAN DATA PAJAK PARKIR A. Ketentuan Pajak Parkir...31

B. Subjek, Wajib Pajak dan Pajak Parkir...33

C. Tata Cara Perizinan, Penyetoran, dan Pemungutan...34

D. Dasar Pengenaan Pajak Parkir...39

(4)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Potensi Pajak...42

B. Analisa Masalah yang Dihadapi...43

C. Upaya Penyelesaian Masalah...44

D. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir...44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...47

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, pemerintah perlu melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut. Masalah pembiayaan pembangunan, membutuhkan perhatian yang cukup besar. Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan cara menggali sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak dan retribusi daerah yang telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah. Pada saat ini, sektor perpajakan memegang peran penting sebagai sumber penerimaan utama negara, baik untuk penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berdasarkan pelaku pemungutnya, pajak dapat dibedakan atas dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

(6)

keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Sumber pendapatan daerah yang dimaksud terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan, Pinjaman daerah dan hal lain yang merupakan pendapatan daerah yang sah.

(7)

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Di dalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut terdapat jenis-jenis Pajak yang dapat dipungut oleh Pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota salah satunya adalah Pajak Parkir.

Segala kondisi di atas memang dimungkinkan dalam pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir. Agar tidak membingungkan dan merugikan masyarakat, peraturan tentang pajak dan retribusi darah harus disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami dengan jelas oleh semua pihak maka lembaga pendidikan sebagai salah satu lembaga mempunyai peranan dalam membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui teori-teori keahlian yang diterima di bangku kuliah dan mengaplikasikannya di lapangan melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Untuk mencapai maksud tersebut, maka diadakanlah suatu kegiatan yang disebut dengan PKLM. Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa/i lebih mengenal dan mengetahui keadaan kerja yang sebenarnya khususnya pada bidang Pajak Parkir, serta dapat memPraktikkan teori-teori yang diterima selama masa perkuliahan.

(8)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima di bangku perkuliahan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Setiap usaha atau kegiatan sudah tentu mempunyai tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Berhasil tidaknya suatu kegiatan tergantung pada kesungguhan dari pihak yang melaksanakan serta dukungan berbagai pihak.

1. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri:

1.1. Untuk mengetahui mekanisme pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan.

1.2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan dalam mengelola pajak parkir dalam periode 2012 -2014.

1.3. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengoptimalkan pajak parkir

(9)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan mandiri ini adalah: 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara efesien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah ke dalam permasalahan kehidupan yang nyata.

c. Untuk menciptakan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja sebenarnya.

2.2 Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan.

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.

(10)

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuka interaksi antara Dosen dengan DISPENDA dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Mempertinggi Image (pandangan) masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya .Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

C. Uraian Teoritis

Untuk lebih mendalami pembahasan mengenai Pajak Parkir ada baiknya terlebih dahulu kita mengerti arti pajak yang sebenarnya.

Menurut Rochmat Soemitro , Pajak adalah iuran jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun ruang lingkup dari PKLM ini adalah:

1. Mekanisme pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan.

(11)

3. Upaya - upaya untuk mengoptimalkan pajak parkir.

4. Peranan Pemerintah Kota Medan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak parkir periode 2012 - 2014.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Tahap - tahap yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dalam Praktik Kerja Mandiri ( PKLM ) adalah :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan tahapan berikut :

Memilih jenis pajak yang akan dijadikan judul yang akan dibahas, mengajukan judul kepada ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, persetujuan penentuan judul tempat Praktik Kerja Lapangan Mandirioleh ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, penyusunan Proposal Parktik Kerja Lapangan Mandiri, seminar Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), perbaikan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Penunjukan dosen pembimbing oleh ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,bimbingan dan konseling dengan dosen pembimbing, mengurus surat izin riset kepada fakultas.

2. Studi Literatur

(12)

3. Observasi Lapangan

Pada tahapan ini penulis melakukan pengamatan secara langsung kepada instansi yang berkaitan.

4. Pengumpulan Data.

Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber - sumber asli, hasil wawancara yang berkompeten.Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari sumber yang telah ada misalnya, studi kepustakaan dan dokumentasi.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Penulis menganalisis dan mengevaluasi data meliputi : menganalisa data yang telah diperoleh dengan menggunakan penjelasan dengan kata - kata yang sistematik sehingga permasalahan terungkap dengan objektif.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara-cara pengumpulan data Primer dan Sekunder di atas adalah sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

(13)

2. Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan pengumplan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.

3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam instansi yang bersangkutan untuk menambah objektivitas yang dibutuhkan guna melengkapi laporan PKLM. Dokumen tersebut dapat berupa struktur organisasi, peraturan-peraturan daerah, rencana kerja, surat keputusan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi maksud membuat sistematika penulisan laporan PKLM. Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci:

BAB I : PENDAHULAN

(14)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Penulis menguraikan tentang sejarah singkat Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan, struktur organisasi Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan.

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PARKIR

Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci tentang peranan DISPENDA dalam Pajak Parkir, Objek dan Subjek Pajak Parkir, Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, dan Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak parkir.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bagian ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil pembahasan atau analisa pada bagian di atas serta saran-saran yang diajukan oleh penulis.

DAFTAR PUSAKA

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak, maka dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta Potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya mengelola penerimaan dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

(16)

yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah, struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang sistem dan prosedur Perpajakan/Retribusi daerah dan Pendapatan daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.

(17)

Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan daerah Kotamadya Daerah TK II Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. Dinas Pendapatan daerah di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah, terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) sub bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.

Adapun yang memimpin Dinas Pendapatan sejak Bagian IX/Pendapatan sampai dengan saat ini adalah :

1. Aminuddin Yusuf

2. Achmad Purba

3. Drs. Mahluddin Lubis

4. Drs. H. Bahauddin Nasution

5. Drs. H. Amansyah Nasution

(18)

7. Drs. H. Azwar S.Msi

8 Drs. H. Basyrul Kamali, MM

9. Drs. H. Ramli, MM

10. Drs. H. Dzulmi Eldin S,Msi

11. Lahum SH,MM

12. Drs. H, Randiman Tarigan, MAP

13. Drs. H. Syahrul Harahap, MAP

14. Drs. M. Husni SE, M.Si

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(19)

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.

Struktur organisasi yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak bawahan bertangungjawab kepada pimpinan atas pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :

Kepala Dinas : M. Husni, SE, M.Si (19680705 199503 1 002)

Sekretaris : Dra. Edlity, MAP

• Kasubbag Keuangan : Delisah, S.Sos

• Kasubbag Umum : Fitriati Hasibuan

• Kasubbag Peny. Program : Ilham Nur, SE

Bidang Pendataan dan Penetapan Kepala Bidang : Drs. Nawawi

• Kasi. Pendataan dan Pendaftaran : Benny Sinomba Siregar, SE

(20)

• Kasi. Penetapan : Ali Fitri Harahap, SE

• Kasi. Pengolahan Data dan Informasi : Popy Maya Syafira, SP. MM

Bidang Penagihan

Kepala Bidang : Hj. Yusdarliana, S.Sos

• Kasi. Pembukuan dan Verifikasi : Hardy Faisal Siregar, S.Sos

• Kasi. Penagihan dan Perhitungan : Sutan Partahi P, SH

• Kasi. Pertimbangan dan Restitusi : Syahruddin Siregar, SE

Bidang Bagi Hasil Pendapatan Kepala Bidang : Zakaria, S.Kom, MM

• Kasi. Bagi Hasil Pajak : Azhar M. Tanjung, S.Sos

• Kasi. Bagi Hasil Bukan Pajak : Mutiara F.A. Manullang, SSTP

• Kasi. Penata Usahaan Bagi Hasil : M. Amri Harahap, S.Sos

• Kasi. Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan : A. Untung Lubis, S.Sos

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah Kepala Bidang : Drs. H. Empani Lubis

• Kasi. Pengembangan Pajak : T. Dahrisan, SE

• Kasi. Pengembangan Retribusi : Yuni Firbriyanti, S.Sos

(21)

Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Kepala UPT I : Edral Hasyim Harahap,S.Sos

Kasubag TU : Hj. Suendang

Kepala UPT II : M. Hadeli Sundhana, SE, Msi

Kasubag TU : Ronald F.I. Tarigan, SE

Kepala UPT III : Hasanal Haris Harahap, SSTP

Kasubag TU : Khairunsyah, SH

Kepala UPT IV : Andi Yan Wahyudi, S.Sos, MAP

Kasubag TU : Respawan Lubis

Kepala UPT V : Sofyan Effendi Hasibuan, SE

Kasubag TU : Drs. Hardi Putra

Kepala UPT VI : Kiky Zulfikar, S.Sos, Msi

Kasubag TU : Muhammad Amsar, SE, MM

Kepala UPT VII : Satria Rizal

(22)

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas pendapatan Kota Medan

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronasi, baik dalam lingkungan DISPENDA maupun antar unit organisasi lain diluar dinas pendapatan daerah selain bidang tugasnya.

2. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian tata usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Tata usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas pokok dinas dibidang ketatausahaan yang meliputi : penggolongan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, kerumahtanggaan dan unsur umum lainnya.

Untuk melaksanakan tugas, bagian Tata Usaha mempunayi tugas dan fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan urusan surat menyurat

c. Mengelola urusan keuangan

d. Mengelola administrasi kepegawaian

(23)

Bagian Tata Usaha tediri dari : a. Sub Bagian Keuangan

Mempunyai tugas mengelola keuangan dan perbendaharaan dan menyusun laporan keuangan.

b. Sub Bagian Kepegawaian

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengolahan administrsi di bidang kepegawaian.

c. Sub Bagian Perlengkapan

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang.

3. Sub Dinas Program

Sub Dinas program di pimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab Kepada Sub Dinas Program. Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penyusunan program.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai tugas dan fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan program kegiatan dan perencanaan pendapatan daerah.

(24)

d. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistim dan prosedur kerja.

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah.

f. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah.

g. Mengkaji data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah.

h. Melaksanakan penyuluhan di budang pendapatan daerah.

i. Melaksanakan tukar informasi tentang target/realisasi penerimaan daerah dengan daerah lainnya.

j. Mempersiapkan rencana peraturan daerah, keputusan Kepala Daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional pengolahan pendapatan daerah.

l. Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.

(25)

Sub Dinas Program terdiri dari : a. Seksi Penyusunan Program

Mempunyai tugas merencanakan penerimaan Pendapatan Daerah, menyusun kebijaksanaan teknis program kerja pendek, menengah dan panjang.

b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian

Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan. c. Seksi Pengembangan Pendapatan

Mempunyai tugas menyusun rencana serta mengkaji untuk mengembangkan potensi Pendapatan Daerah.

d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan teknis operasional pengolahan Pendapatan Daerah.

4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Dalam melaksanakan tugasnya, sub dinas ini berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan wajib pajak/wajib pajak retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

(26)

Sub Dinas Pendaaan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerh lainnya.

b. Seksi Pengolahan Data

Mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah data objek pajak daerah, retribusi daerah dan pemungutan pajak lainnya.

c. Seksi Penetapan

Mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah, pokok retribusi daerah, berdasarkan kartu data, berdasarkan kartu data, termasuk perhitungan denda

d. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaan objek pajak, retribusi serta menata usahakan hasil pemeriksaan lapangan

5. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas penagihan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

(27)

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

e. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a. Seksi pembukuan dan Verifikasi

Mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas penunggakan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan

(28)

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan

Mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak/retribusi dan meneliti keberataan wajib pajak/wajib retribusi dan mempersiapkan surat keputusan kepala dinas tentang persetujuan atau penolakan tersebut.

6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas dalam tugasnya berda dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Untuk melaksanakan tugasnya, sub bagian ini mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan daerah lainnya. c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain

termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lainnya.

e. Melaksanakan legalasi dan pembukuan surat-surat berharga.

f. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai denagn bidang tugasnya.

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan lainnya.

(29)

b. Seksi Penerimaan Lain-lain

Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan peneriman lain-lain dan merencanakan penerimaan, baik dari pemerintah, wakil pemerintah di daerah maupun dari lembaga-lembaga keuangan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

c. Seksi Penerimaan BUMN dan Pendapatan Lainnya

Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan BUMN dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

d. Seksi Legalasi Pembukuan Surat-surat Berharga

Mempunyai tugas melaksanakan legalisasi surat - surat berharga dan melaksanakan pembukuan surat - surat berharga.

7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Untuk melaksanakan tugas, sub bagian ini mempunayi fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak. c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan

pajak

(30)

e. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapaatn daerah di bidang hasil pendapatan.

f. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dians sesuai dengan bidang tugasnya.

a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak

Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat - surat ketetapan pajak parkir dan penatausahaan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak

b. Seksi Bagi Hasil Pajak

Mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) atau Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Parkir, melaksanakan penagihan Pajak Parkir.

c. Seksi Bagi Hasil Pajak

Mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penerimaan dari alokasi umum dana alokasi khusus.

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

Mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan teknis operasional pengelolaan Pendapatan Daerah.

8. Kelompok Jabatan Fungsi

(31)

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya. b. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan peraturn perundang-undangan yang berlaku.

D. Gambaran Jumlah Pegawai DISPENDA Kota Medan Gambaran Jumlah Pegawai Dispenda Kota Medan Tahun 2015:

• Kepala Dinas : 1 orang

• Sekretariat : 67 orang

• Bidang Pengembangan : 27 orang

• Bidang Penagihan : 47 orang

• Bidang Pendataan dan Penetapan : 83 orang

• Bidang Bagi Hasil Pajak : 79 orang

• Unit Pelaksana Teknis : 58 orang

• Pegawai Honorer : 101 orang

• Pegawai Harian Lepas : 340 orang

(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PARKIR

A. Ketentuan Pajak Parkir

Berdasarkan Undang-Undang Dasar yang menetapkan pajak sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatanwajib pajak harus ditetapkan dengan Undang-Undang maka ketentuan tentangPajak Parkir yang digunakan penulis untuk menggambarkan Pajak Parkiradalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retrubusi Daerah

(33)

a. Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pajak Parkir.

b. SK Walikota Medan Nomor 188.342/072/K/2002 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan yang memuat :

1. Bersifat pajak dan bukan retribusi

2. Mengatur dan menetapkan tentang Subjek dan Objek Pajak, cara pemungutan, perhitungan dan penyetoran pajak serta lain-lain.

3. Menetapkan Harga Tanda Parkir (HTP) dan petunjuk teknis pengelolaan perparkiran diluar badan jalan dan tempat khusus parkir di Kota Medan. 2. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan Pajak Parkiradalah pajak yang dipungut atas penyelenggaraan tempat parkir. Parkir adalahkeadaan tidak bergerak atas suatu kendaraan bermotor yang tidak bersifatsementara. Tempat parkir adalah tempat parkir diluar badan jalan oleh orangpribadi atau badan yang, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usahamaupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk tempat penyediaanpenitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor dan garasikendaraan bermotor yang memungut bayaran.

(34)

B. Subjek, Wajib Pajak dan Pajak Parkir 1. Subjek Pajak Parkir

Yang merupakan subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yangmelakukan pembayaran atas tempat parkir. Berdasarkan PeraturanPemerintah Nomor 65 Tahun 2001, yang menjadi subjek Pajak Parkiradalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempatparkir.

2. Wajib Pajak Parkir

Yang menjadi Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang dapatdikenakan pajak daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah yangmenyelenggarakan tempat parkir.

3. Objek Pajak Parkir

Yang menjadi objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usahamaupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempatpenitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yangmemungut bayaran. Klarifikasi tempat parkir di luar badan jalan yangdikenakan Pajak Parkir adalah :

a. gedung parkir b. pelataran parkir

(35)

Pengecualian terhadap objek Pajak Parkir adalah:

a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan tempat parkir oleh BUMN dan BUMD tidakdikecualikan sebagai objek Pajak Parkir.

b. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negaraasing, dan perwakilan lembaran-lembaran internasional dengan asastimbal balik. Ketentuan tentang pengecualian pengenaan Pajak Parkir bagi perwakilan lembaga-lembaga internasional berpedoman kepadakeputusan Menteri Keuangan

c. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan peraturandaerah, antara lain penyelenggaraan tempat parkir di tempat peribadatandan sekolah serta tempat-tempat lainnya yang diatur lebih lanjut olehbupati/walikota.

C. Tata Cara Perizinan, Penyetoran, dan Pemungutan

Orang pribadi atau Badan sebelum menyelenggarakan tempat parkirterlebih dahulu memperoleh izin tersebut menjadi satu menjadi satu kesatuandengan proses penyetoran dan pemugutan Pajak Parkir.Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/072/K/2002Tahun 2002 tentang Pelaksanaaan Peraturan Daerah Kota Medan, Tata caraperizinan, penyetoran dan pemungutan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Setiap penyelenggaraan parkir terlebih dahulu mengisi SuratPemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Pajak Parkir yang ditujukan kepadaKepala Daerah atau Pejabat. 2. Setelah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) tersebut diisi denganjelas,

(36)

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTDP) harusdisampaikan kepada Dinas Pendapatan disertai dengan lampiran identitasorang pribadi atau badan yang menyelenggarakan parkir (fotokopi KTP,Surat izin penyelenggara perparkiran). 3. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) tersebut

disampaikanselambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

4. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai dengan data-data yangterdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) maka DinasPendapatan atas nama Kepala Daerah atau Pejabat akan menerbitkan SuratKetetapan Pajak Daerah (SKPD).

5. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) tersebut menjadi dasar untukmelaksanakan pemungutan pajak oleh Dinas Pendapatan.

6. Setelah Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) diterima oleh wajib pajak,maka paling lama 30 hari sejak SKPD diterima harus melunasi Pajak Parkiryang terutang berdasarkan SKPD, dan apabila lewat 30 hari setelah SKPDditerima maka dikenakan sanksi administrasi berupa sebesar 2% (duapersen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD.

7. Wajib pajak yang membayar sendiri Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.

(37)

9. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) diterbitkanapabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yangterutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupabunga sebesar 2 % sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambatdibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnyapajak.

10. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) diterbitkanapabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yangmenyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakansanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekuranganpajak tersebut.

11. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) diterbitkan apabila jumlahpajak terutang sama besar dengan jumlah pajak yang telah disetorkan.

12. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB danSKPDKBT tidak sepenuhnya dibaya dalam jangka waktu yang ditentukan,ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2% sebulan.

13. Penyetoran Pajak Parkir dilakukan oleh wajib pajak ke kas daerah atautempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 hariditerimanya SKPD.

14. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasilpenerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah pada tanggal17, 14, 21, dan 28 apabila jatuh pada hari libur maka dimundurkan padatanggal berikutnya.

(38)

16. Setelah Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) diterima oleh DinasPendapatan, maka Surat Izin Perparkiran akan diterbitkan.

17. Setelah Surat Izin diberikan maka wajib pajak dapat menyelenggarakanperparkiran.Izin tersebut diberikan orang pribadi, badan maupun penyelenggaraperparkiran di dalam izin tersebut yang isinya antara lain sebagai berikut :

a. Nomor Surat Izin

b. Identitas Pemegang Izin yang penyelenggaraan perparkiran (Nama,Pekerja,dan Alamat)

c. Keterangan mengenai tempat penyelenggara parkir.Dengan Keputusan Walikota Nomor 26 Tahun 2002 tentang HargaTanda Parkir (HTP) dan petunjuk teknis pengelolaan perparkiran diluar badanjalan dan tempat khusus parkir di Kota Medan.Maka penyelenggaraperparkiran diwajibkan:

a. Memiliki izin dari Kepala Daerah melalui pengelola perparkiran KotaMedan. b. Merobek setiap kupon tanda parkir yang telah digunakan.

c. Menggunakan/mengedarkan kupon tanda parkir secara berurutan dimulaidari nomor urut yang terkecil.

d. Menyimpan struk atau tanda parkir untuk keperluan pemeriksaan.

e. Menjaga dan menyimpan pertinggal dokumen pendapatan/penjualanpenyelenggaraan parkir dengan sistem komputerisasi untuk keperluanpemeriksaan.

(39)

h. Menyetorkan Pajak Parkir dengan menggunakan Surat Pemberitahuan(SPT) atau setoran masa lunas.

Penyelenggaraan perparkiran yang dilarang adalah :

a. Menetapkan dan menjual kupon tanda parkir yang tidak sesuai dengan izin.

b. Menjual kupon tanda parkir sebelum diperforasi oleh Dinas PendapatanKota Medan.

c. Merubah, menghapus atau memuat sedemikian rupa cap atau tanda lainpada kupon tanda parkir yang telah diperforasi oleh Dinas Pendapatan KotaMedan.

d. Memberikan izin kupon tanda parkir yang telah dipakai dan atau digunakansecara berulang-ulang kepada pemakai tempat parkir.Setiap kendaraan bermotor yang parkir di tempat parkir harus diberikankupon tanda parkir, dan dokumen lain yang dipersamakan dan untukpengendalian dan pengawasan kupon tanda parkir, maka untuk setiap jeniskendaraan bermotor diberi warna atau ciri yang berlainan.

D. Dasar Pengenaan Pajak Parkir

(40)

a. Pelataran parkir plaza-plaza dan atau pusat perbelanjaan ditetapkan sebagai berikut: 1. Kendaraan roda 4 (empat) :

- 2 (dua) jam pertama maksimum sebesar Rp 2000 (dua ribu rupiah).

- Penambahan tiap-tiap 1 (satu) jam berikutnya maksimum sebesar Rp 1.000 (seribu rupiah).

2. Kendaraan roda 3 (tiga) :

- 2 (dua) jam pertama maksimum sebesar Rp 1.500 (seribu lima ratusrupiah). - Penambahan tiap-tiap 1 (satu) jam berikutnya maksimum sebesar Rp.500 (lima ratus rupiah).

3. Kendaraan roda 2 (dua) :

- 2 (dua) jam pertama maksimum sebesar Rp 1.000 (seribu rupiah).

- Penambahan tiap-tiap 1 (satu) jam berikutnya maksimum sebesar Rp 500 (lima ratus rupiah).

b. Pelataran parkir perkantoran ditetapkan sebagai berikut : 1. Kendaraan roda empat (empat)

- 2 (dua) jam pertama maksimum sebesar Rp 2.000 (dua rupiah).

- Penambahan tiap-tiap 1 (satu) jam berikutnya maksimum sebesar Rp750 (tujuh ratus lima puluh rupiah).

2. Kendaraan roda 2 (dua) :

- 2 (dua) jam pertama maksimum sebesar Rp 1.000 (seribu rupiah).

(41)

c. Pelataran parkir rumah sakit dan pelataran parkir lainnya :

1. Kendaraan roda 4 (empat) maksimum sebesar Rp 1.500 (seribu limaratus rupiah).

2. Kendaraan roda 3 (tiga) maksimum sebesar Rp1.000 (seribu rupiah). 3. Kendaraan roda 2 (dua) maksimum sebesar Rp.500 (lima ratus rupiah).

d. Pelataran parkir sebagai tempat penyimpanan kendaraan maksimumsebesar Rp 500 (lima ratus rupiah) permalam.

E. Cara Perhitungan Besarnya Pajak Parkir

Adapun cara perhitungan besarnya Pajak Parkir, yaitu : Dasar pengenaan pajak = Omset

Tarif = 20 %

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Harga Tanda Parkir= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaranuntuk Pemakaian Tempat Parkir

Contoh :

Sebuah restoran yang memiliki area parkir yang komersilkan (setiapkendaraan yang parkir dikenai bayaran), selama 1 bulan mendapat penghasilandari parkir pengunjungnya sebesar Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah). Berapakah Pajak Parkir yang harus dibayar untuk bulan tersebut?

Jawab :

(42)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Potensi Pajak

(43)

Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, perluasan kewenanganperpajakan tersebut dilakukan dengan memperluas basis pajak daerah danmemberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif.Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkanlebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya kebutuhanpembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerah melalui Pendapatan AsliDaerah (PAD). Oleh karena itu sumber-sumber penerimaan daerah yangpotensial harus digali secara maksimal, namun tentu saja harus sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk pajak daerah yangmemang telah sejak lama menjadi unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD).

B. Analisa Masalah yang Dihadapi

Berdasarkan proses pemungutan Pajak Parkir yang dilakukan olehDinas Pendapatan Kota Medan, permasalahan yang dihadapi adalah:

1. Adanya keterlambatan wajib pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan(SPT) pada pajak parkir.

2. Terlambatnya setoran pajak parkir atau pembayaran pajak parkir.

(44)

Adapun upaya penyelesaian yang dilakukan oleh Dinas PendapatanDaerah Kota Medan, yaitu :

1. Meningkatkan setoran pajak parkir dari setoran yang lama. 2. Menuangkan temuan dilapangan sesuai dengan hasil verifikasi.

3. Melakukan sosialisasi atas Peraturan Daerah mengenai Pajak Parkir kepadamasyarakat, melalui himbauan-himbauan baik secara langsung maupuntidak langsung yaitu dengan mendatangi wajib pajak yang belum melunasi pajaknya, juga secara tidak langsung yaitu dengan memasang spandukspanduk,memasang billboard, yang isinya menghimbau masyarakat untukmembayar pajak daerah, dalam hal ini Pajak Parkir.

4. Melakukan pemeriksaan ke lapangan atas pemungutan pembayaran parkirdi pelataran parkir diluar tarif yang telah ditentukan.

5. Melakukan pemeriksaan ke lapangan atas kegiatan parkir kendaraan ditempat parkir tanpa izin Kepala Daerah di tindak lanjuti.

D. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir

(45)

Target dan Realisasi Pajak Parkir :

Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Presentase (%) 2012 15.000.000.000,00 6.838.441.855,34 45,59 2013 10.000.000.000,00 7.340.782.715,07 73,41 2014 10.000.000.000,00 8.296.753.514,95 82,97 Sumber data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada tahun 2012 target yang ditetapkan adalah sebesar Rp.15.000.000.000,00 kenyataan dilapangan realisasi penerimaan mencapai target sebesar Rp. 6.838.441.855,34 dengan persentase 45,59%.

Pada tahun 2013 target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000.000,00 kenyataandilapangan realisasi penerimaan mencapai target Rp. 7.340.782.715,07 dengan persentase 73,41%.

Pada tahun 2014 target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 10.000.000.000,00 kenyataan dilapangan realisasi penerimaansebesar Rp. 8.296.753.514,95dengan persentase 82,97%.

(46)
(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sebagai Hasil Akhir penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini,penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan berdasarkan uraian-uraian yangtelah penulis bahas di bab-bab sebelumnya mengenai Pengenaan dan PemungutanPajak Parkir pada Dinas Pendapatan Kota Medan. Beberapa kesimpulan yangdapat diuraikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badanjalan, baik yang berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakansebagai usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasukpenyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Maka tarif pajak parkirdikenakan atas jumlah penerimaan penyelenggaraan parkir yang berasal daripembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkirsebagaimana ditetapkan dalam Harga Tanda Parkir (HTP).

2. Selama 3 (tiga) tahun anggaran yaitu anggaran tahun 2012 sampai dengan tahun anggaran 2014 realisasi penerimaan Pajak Parkir dimana anggaran tersebut tidak ada yang memenuhi target, dapat disimpulkan bahwa proses pemungutan pajak parkir oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan kurang efektif.

(48)

4. Untuk mengatasi hambatan dalam pengoptimalan pengenaan dan pemungutanPajak Parkir dapat dilakukan beberapa cara yaitu dengan memberikanperingatan bagi yang sering memarkirkan kendaraan di jalan umum,memarkirkan kendaraan roda dua di tempat kendaraan roda empat, danmenertibkan proses pemungutan Pajak Parkir.

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan terhadap Pajak Parkir di Kota Medan dapatdilaksanakan dengan baik, dan memperoleh hasil yang optimal. Adapun sara - saranyang dapat disampaikan yaitu :

1. Diharapkan bagi Dinas Pendapatan Kota Medan dan penyelenggara parkirsebagai mitranya dapat memaksimalkan kerja agar dapat meminimalkanmasalah-masalah di lapangan yang sering terjadi.

2. Dalam menetapkan target pajak parkir pada tahun-tahun yang akan tercapai,hendaknya benar-benar melihat atau meninjau kondisi di lapangan. Sejauhmana target dapat ditetapkan untuk mencapai realisasi penerimaan yang baik.

3. Perlu diadakan penyuluhan baik langsung maupun tidak langsung kepadamasyarakat mengenai perpajakan, khususnya pajak daerah yang dilakukansecara teratur dan memberikan kemudahan dalam pengurusan perolehan izinpajak parkir kepada wajib pajak.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot, P, 2012. Pajak dan Retribusi Daerah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sufriadi, Davied, 2013, Pengertian pajak,(di kutip dari Dispendamedan.info

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keadaan eksisting bahwa balok dan kolom berukuran besar sehingga penggunaan ruang gerak sedikit terbatas, diharapkan dari kelemahan struktur bangunan beton

Kedua, ditinjau dengan maṣlaḥah perlindungan hukum atas risiko bagi investor terhadap saham syariah suatu emiten yang delisting dari DES yang ditetapkan oleh OJK sebagai regulator

Berapa banyak material yang dipergunakan untuk kepentingan proses produksi dalam suatu periode akan dapat diperkirakan oleh manajemen perusah^n dengan mendasarkan pada

Likuiditas dengan nilai minimum sebesar 0.16 yang diperoleh dari PT. ATPK Resources Tbk pada tahun 2014. Nilai maksimum sebesar 851.65 yang diperoleh dari PT. Perdana

Masyarakat setempat menilai pengelola kawasan dan Pemerintah Desa tidak bersikap tegas dan tidak adil terhadap pencurian yang dilakukan oleh masyarakat dari luar kawasan,

: Meningkatkan penglibatan murid dalam pelbagai aktiviti RIMUP : Memperkenalkan budaya berbilang kaum dalam aktiviti bercerita : Julai hingga Oktober. : Murid-murid Tahun 1

(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (1), TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan

Sesuai dengan teori semiotik yang dipergunakan dalam penelitian, bagian varian diharapkan mampu membedah fungsi yang terkandung dalam Geguritan Jaé Cekuh..