• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab14 manajemen produksi perusahaan mult

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab14 manajemen produksi perusahaan mult"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 1 

Bab 14

MANAJEMEN PRODUKSI YANG DILAKUKAN OLEH

PERUSAHAAN MULTINASIONAL

A. Pendahuluan

“Pemeriksaan yang bertujuan menemukan barang-barang yang jelek

dan membuangnya adalah cara yang sudah terlambat, tidak efektif, dan

memakan biaya. Kualitas harus diperoleh bukan dari pemeriksaan, tetapi dari

perbaikan proses”, (Dr. W. Edwards Deming)

B. Penggunaan Sumber Global

Ketika perusahaan-perusahaan memasuki pasar global, kompetisi pun

meningkat. Hal ini memaksa manajemen perusahaan-perusahaan

internasional dan nasional untuk mencari cara-cara menurunkan biaya

sekaligus meningkatkan produk-produk mereka agar tetap kompetitif.

Seringkali solusi untuk masalah ini adalah outsourcing, yaitu dengan

menyewa pihak-pihak lain untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan yang tidak

bersifat inti.

1.1 Alasan-alasan Sourcing Global

Alasan-alasan untuk sourcing global antara lain: • Untuk mendapatkan biaya yang rendah.

• Produk tertentu yang dibutuhkan oleh perusahaan tidak tersedia di pasar lokal dan harus diimpor.

• Pesaing asing menggunakan komponen-komponen yang memiliki

kualitas atau rancangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang

tersedia di negeri sendiri, sehingga agar kompetitif maka perusahaan

juga harus mendapat komponen-komponen atau mesin-mesin produksi

(2)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 2  Perusahaan juga mempunyai pilihan mengenai fasilitas-fasilitas sistem

produksinya, apakah perusahaan akan mengadakan fasilitas itu sendiri atau

menyewa sistem produksi ke perusahaan-perusahaan lain. Dengan

outsourcing, perusahaan bisa fokus pada kompetensi inti perusahaan dan

menggunakan keahlian perusahaan-perusahaan lain untuk mengurangi biaya

dan investasi modal, meningkatkan fleksibilitas dan kecepatan respon, dan

meningkatkan kualitas.

Outsourcing semakin mudah karena akses global kepada vendor,

biaya interaksi yang rendah, serta peningkatan teknologi informasi dan

jaringan komunikasi sehingga perusahaan mempunyai banyak pilihan penting.

Setiap bagian rangkaian kegiatan dapat dijalankan dengan

outsourcing, termasuk rancangan produk, pasokan bahan mentah atau

komponen, sistem manufaktur atau perakitan, logistik, distribusi, pemasaran,

penjualan, pelayanan, sumber daya manusia, dll. Jika dilakukan dengan tepat,

termasuk dikaitkan dengan strategi, outsourcing dapat memberikan

peningkatan nilai secara dramatis bagi perusahaan dan para pelanggannya.

Pro-kontra yang muncul mengenai keputusan membuat

sendiri-atau-membeli ini biasanya berkaitan dengan perbandingan harga, pengendalian

pengelolaan spesifikasi rancangan produk rahasia, kuantitas produk yang

dikirim, kualitas produk, rancangan produk, serta waktu dan cara pengiriman

produk, keahlian sistem manufaktur yang disyaratkan, biaya-biaya yang

ditambahkan. Masalah-masalah yang muncul diperparah dengan adanya

faktor jarak, perbedaan bahasa antara pembeli dan penjual, serta perbedaan

hukum dan undang-undang nasional. Daya tarik sourcing global haruslah

lebih besar dari kesulitan-kesulitan yang bisa muncul, dan memang kehadiran

para pemasok global dengan tingkat persaingan harga, kualitas, ketepatan

waktu yang ketat merupakan tawaran yang menarik.

1.2 Pengaturan Sourcing Global

Pengaturan sumber produk asing bagi perusahaan dapat berbentuk

(3)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 3  • Anak perusahaan yang dimiliki penuh

• Usaha patungan dengan perusahaan asing • Proyek pabrik terikat kontrak (in-bond) • Kontraktor independen di luar negeri

• Perusahaan manufaktur independen di luar negeri

1.3 Masalah-masalah dalam Sourcing Global

Alasan utama perusahaan melakukan pembelian ke luar negeri adalah

harga yang lebih murah, namun mereka mungkin terkejut bahwa ternyata apa

yang dibeli tersebut tidaklah benar-benar murah ketika semua biaya yang

berkaitan dengan pembelian tersebut diperhitungkan.

Untuk pembelian barang-barang modal seperti peralatan manufaktur,

sekarang banyak perusahaan yang menggunakan perhitungan biaya

berdasarkan siklus hidup (life cycle costing). Cara perhitungan ini digunakan

untuk menganalisis keputusan pembelian berdasarkan masa produktif barang

yang dibeli, termasuk nilai tukar tambah atau perkiraan nilai sisa barang pada

masa datang.

Perkiraan biaya-biaya tambahan untuk pembelian impor: • Angkutan internasional, asuransi, dan pengemasan (10-12%) • Bea impor (0-50%)

• Biaya pialang pabean (3-5%)

• Persediaan transit atau pipeline (5-15%)

• Biaya Letter of Credit (1%)

• Biaya-biaya perjalanan dan komunikasi internasional (2-8%) • Tenaga ahli impor perusahaan (5%)

(4)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 4 

C. Teknologi Produksi Maju – Jepang

Perusahaan internasional memiliki fasilitas manufaktur di berbagai

negara dengan tingkat kemajuan yang berbeda maka sistem manufaktur

perusahaan bisa berbeda-beda meskipun berada dalam satu perusahaan.

1. Sistem Manufaktur Just-in-time

Perusahaan manufaktur Jepang menyadari bahwa akibat keterbatasan

ukuran perekonomian negaranya, mereka harus melakukan ekspor untuk

mencapai pertumbuhan. Mereka juga menyadari bahwa kurangnya sumber

daya alam di negara mereka menyebabkan mereka harus memperoleh devisa

dari ekspor untuk membayar impor minyak, batu bara, dan bahan-bahan

baku. Apa yang harus dilakukan Jepang agar bisa bersaing secara

internasional?

Agar kompetitif di pasar dunia, perusahaan-perusahaan Jepang harus

menawarkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga rendah. Tetapi

saat setelah Perang Dunia II, “Made in Japan” dianggap berkualitas buruk di

seluruh dunia. Tahun 1950-an Jepang mengundang beberapa pakar AS

seperti Juran, Feigenbaum, dan Deming, yang diabaikan oleh

perusahaan-perusahaan manufaktur AS.

Setelah mempelajari komponen-komponen biaya mereka, para

manajer Jepang menyadari bahwa biaya persediaan adalah faktor utama,

sehingga menghilangkan persediaan akan menurunkan biaya secara sangat

signifikan; misalnya biaya tenaga kerja bisa turun hingga 40 persen.

Untuk mengatasi hal ini, Jepang mengadopsi sistem manufaktur

just-in-time (JIT). JIT adalah suatu sistem keseimbangan dalam manufaktur,

dimana terdapat hanya sedikit atau tidak ada penundaan waktu dan waktu

luang dalam proses serta persediaan barang jadi.

Untuk beroperasi tanpa persediaan, ada syarat-syarat yang harus

dipenuhi:

• Komponen-komponen (baik yang dibeli dari pemasok luar maupun yang

(5)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 5  lini produksi harus dihentikan dan para pekerja pada semua lini operasi

berikutnya harus menunggu input yang dapat digunakannya.

• Suku cadang dan komponen-komponen harus dikirimkan ke setiap titik dalam proses produksi tepat pada waktu yang diperlukan (karena itu

disebut just-in-time).

• Agar dapat mengurangi persediaan barang jadi namun tetap dapat

merespon pesanan konsumen dengan cepat, perusahaan manufaktur perlu

membentuk unit-unit produksi fleksibel yang mensyaratkan waktu

persiapan yang cepat.

• Harus ada pengurangan waktu pemrosesan; antara lain dengan

memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut

barang-setengah-jadi dari satu operasi ke operasi lainnya. Ini dapat dicapai dengan

mengatur lay-out mesin mengikuti aliran kerja. Selain itu, karena setiap

urutan operasi bertindak sebagai pemeriksaan kualitas, maka biaya

produksi juga dapat ditekan karena ini mengurangi produksi komponen

yang rusak.

• Manufaktur yang fleksibel memungkinkan perubahan produk dilakukan

dengan cepat, tetapi setiap perubahan dalam lini produksi tetap memakan

biaya. Karena itu, perusahaan manufaktur menyederhanakan lini-lini

produk dan merancang produk-produk yang menggunakan sebanyak

mungkin komponen yang sama. Hal ini juga mempengaruhi diterimanya

konsep JIT oleh para pemasok perusahaan karena mereka menerima lebih

sedikit jenis pesanan tetapi dalam jumlah yang lebih besar, sehingga

memungkinkan periode produksi yang lebih panjang dan lebih murah akibat

pengurangan penggantian sistem produksi.

• Agar JIT berhasil, perusahaan manufaktur harus bekerja sama dengan para pemasoknya. Mereka tidak dapat meneruskan cara Amerika yang

memiliki banyak penjual dan kemudian saling mempermainkan mereka

untuk memperoleh harga terbaik. Perusahaan-perusahaan Jepang memiliki

lebih sedikit penjual dan berusaha membina hubungan yang erat dengan

mereka, termasuk mengundang mereka selama proses rancangan produk

(6)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 6  • Untuk menekan biaya, meningkatkan kualitas, dan mempersingkat waktu

produksi, manajemen Jepang mengharuskan perancang produk, manajer

produksi, staf pembelian, dan para agen pemasaran untuk bekerja sebagai

sebuah tim, bukan menggunakan ”metode pemadam kebakaran”.

• Pertemuan tim tersebut memungkinkan para pemasok untuk menyarankan pemakaian komponen standar yang lebih murah yang mereka produksi

rutin, bagian manufaktur dapat menunjukkan bagaimana perubahan

rancangan dapat menyederhanakan proses produksi, dan bagian

pemasaran bisa menyumbangkan informasi dari sudut pandang konsumen;

semuanya sebelum produk pertama diproduksi.

1.2 TQM

Untuk meningkatkan kualitas, para manajer Jepang menggunakan

konsep manajemen kualitas total (total quality management – TQM), suatu

pendekatan manajemen menyeluruh perusahaan untuk memastikan kualitas

di seluruh organisasi. Setiap orang mulai dari manajemen puncak hingga para

pekerja harus berkomitmen terhadap kualitas. Untuk implementasi TQM, perlu

dibentuk tim; misalnya tim yang disebut Lingkaran Kualitas (quality circle).

Lingkaran kualitas adalah kelompok kerja kecil yang bertemu secara periodik

untuk membahas cara-cara meningkatkan area fungsi mereka dan kualitas

produk.

1.3 Masalah dalam Penerapan Sistem JIT Jepang

Banyak perusahaan manufaktur meniru cara Jepang ini. Tetapi

mereka gagal karena mereka hanya melakukan JIT pada satu bagian saja

yaitu penjadwalan persediaan barang. Padahal yang penting adalah

keseluruhan sistem yang mencakup sumber daya manusia, bahan, dan

hubungan dengan para pemasok (ini semua disebut juga lean production).

Selain itu, banyak orang yang tidak memahami bahwa JIT melibatkan TQM,

karena perbaikan yang terus-menerus merupakan bagian tidak terpisahkan.

Kesulitan lainnya adalah perbedaan sikap akibat pengaruh budaya.

(7)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 7  Taylor (Taylor’s scientific management system), yaitu suatu sistem yang

didasarkan pada pengukuran ilmiah yang menjelaskan pembagian kerja

dimana perencanaan dilakukan oleh para manajer dan pelaksanaan rencana

diserahkan kepada para supervisor dan pekerja. Sistem ini tidak sesuai

dengan prinsip lingkaran kualitas, karena pengambilan keputusan bersifat

partisipatif dan kemampuan para pekerja untuk ikut memecahkan masalah.

Masalah yang lebih jauh adalah kegagalan dalam melatih dan

mengintegrasikan pemasok kedalam sistem tersebut.

1.4 Keterbatasan Sistem Manufaktur JIT

Beberapa keterbatasan dari sistem manufaktur JIT adalah:

• JIT terbatas pada operasi yang memproduksi komponen yang sama

secara berulang-ulang karena JIT merupakan sistem keseimbangan

dimana semua operasi dirancang untuk memproduksi komponen dengan

jumlah yang sama. JIT sulit diterapkan untuk jenis job shops.

• Jika suatu operasi berhenti, maka keseluruhan lini produksi berhenti, tidak ada persediaan yang menjaga operasi berikutnya terus berjalan.

• Sulit untuk mencapai sebuah sistem yang seimbang karena kapasitas

produksi berbeda untuk berbagai golongan mesin. Masalah ini memang

tidak begitu berat untuk unit-unit produksi besar.

• JIT tidak mengijinkan rombongan/kontingen, sehingga setiap keping harus bebas dari kerusakan ketika barang itu diterima dan janji pengiriman harus

dipenuhi. Sehingga pemeliharaan pencegahan atau terencana (preventive

or planned maintenance) sangatlah penting. Kerusakan mesin yang

tiba-tiba akan menghentikan seluruh proses produksi.

Perlu dilakukan banyak trial-and-error untuk menjalankan sistem ini.

D. Teknologi Produksi Maju – Amerika Serikat

1. Manufaktur Tersinkronisasi (Synchronous Manufacturing)

Manufaktur Tersinkronisasi disebut juga sebagai Teori Kendala (theory

(8)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 8  manufaktur yang berusaha menemukan dan kemudian menghapuskan atau

meminimalkan kendala apa pun yang menghalangi output produksi yang lebih

besar, seperti mesin, orang, peralatan, dan fasilitas-fasilitas; sehingga sistem

ini merupakan sistem manufaktur dengan operasi tidak seimbang yang

menekankan keseluruhan kinerja sistem.

Output sistem tersebut ditentukan dan dibatasi oleh output dari operasi

yang paling lambat (bottleneck) yang sedang bekerja dengan kapasitas

penuh.

Penjadwalan pekerjaan menggunakan sebuah program komputer yang

dibuat oleh Dr. Goldtratt yang juga menciptakan TOC ini. Jadwal

mempertimbangkan operasi bottleneck dan nonbottleneck dengan software

ini. Penjadwalan menjadi jauh lebih cepat karena jadwal dan simulasi produksi

dapat dilakukan di komputer tanpa harus melakukan teknik trial-and-error

untuk menyusun jadwal. Selain itu, begitu bottleneck ditemukan, manajer

operasi dapat berkonsentrasi pada peningkatan kecepatan produksi proses

tersebut. Setelah memecahkan masalah itu, manajer dapat mengulangi

proses tersebut pada operasi paling lambat berikutnya.

Manufaktur Tersinkronisasi bertujuan menyeimbangkan aliran produk

melalui sistem yang membiarkan tingkat output berbagai operasi tidak

seimbang. Tidak seperti JIT, persediaan bisa ditempatkan dekat bottleneck

untuk menghindari penghentian dalam operasi yang penting ini.

Perbedaan penting lainnya antara JIT dengan TOC adalah kerusakan

suku cadang atau komponen pada suatu titik proses produksi dapat

menghentikan sebuah sistem JIT, tetapi karena TOC memiliki kapasitas

berlebih pada semua operasi kecuali pada bottleneck, setiap komponen rusak

yang diproduksi sebelum bottleneck dapat dibuat kembali, sehingga seluruh

sistem tidak terhenti.

2. Manufaktur Lunak

Manufaktur Lunak menggunakan peranti lunak dan tangan-tangan

para pekerja, dan robot-robot hanya memainkan peranan pendukung.

(9)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 9  3. Sigma Enam (Six Sigma)

Six Sigma adalah suatu proses manajemen bisnis yang

menggabungkan alat bantu analisis yang teliti dengan infrastruktur yang jelas

dan kepemimpinan dari atas, untuk mengatasi masalah dan mengoptimalkan

proses-proses. Six Sigma memusatkan perhatian untuk mengurangi variasi

dan mengeliminasi barang-barang rusak dalam proses pengerjaan; sehingga

seiring dengan menurunnya jumlah barang yang rusak, biaya dan siklus waktu

pun ikut menurun, sementara kepuasan konsumen meningkat.

Six Sigma secara harafiah berarti maksimum 3,4 kerusakan barang

per satu juta kejadian. Kebanyakan bisnis beroperasi pada Dua Sigma atau

Tiga Sigma (lebih dari 300.000 pengalaman tidak memuaskan per sejuta

kontak konsumen).

Pendekatan Six Sigma terdiri atas lima langkah: definisi, pengukuran,

analisis, perbaikan, dan pengendalian. Six Sigma dimulai dari mendefinisikan

proses, menentukan konsumen yang dituju dan masalah mereka. Karakteristik

utama yang penting bagi konsumen diidentifikasi, termasuk proses yang

mendukung karakteristik tersebut. Selanjutnya, Six Sigma memerhatikan

pengukuran proses, termasuk mengategorikan karakteristik utama,

memastikan kebenaran sistem pengukuran, dan mengumpulkan data.

Langkah ketiga adalah analisis, mengubah data mentah menjadi informasi

yang menyajikan pemahaman mengenai proses dan mengidentifikasi

penyebab masalah atau kerusakan yang utama. Kemudian Six Sigma

memusatkan perhatian pada perbaikan proses, termasuk mengembangkan

solusi masalah, mengimplementasikan perubahan, dan menilai perlu tidaknya

melakukan perubahan lainnya. Terakhir, proses dikendalikan untuk

mengawasi dan mempertahankan kinerjanya dari waktu ke waktu. Maka, Six

Sigma merupakan metode penciptaan sistem lingkaran tertutup untuk

perbaikan terus-menerus dalam proses bisnis.

Dalam memilih proyek untuk Six Sigma, diperlukan hubungan yang

jelas dengan prioritas bisnis, seperti tercermin dalam rencana strategis dan

(10)

 

[Deva P. Setiawan, ST., MM.]       14 ‐ 10  dalam bentuk perbaikan yang signifikan, baik dalam proses maupun

keuntungan yang diperoleh, dengan ukuran kesuksesan yang jelas dan

kuantitatif. Proyek juga sebaiknya dapat diselesaikan dalam waktu tiga hingga

enam bulan, atau dibagi-bagi menjadi subproyek dengan durasi tadi; ini untuk

menjaga kemajuan dan minat perusahaan terhadap proyek tadi.

Manfaat terbesar Six Sigma bagi organisasi yang menggunakannya

adalah penghematan biaya, kenaikan tingkat kepuasan konsumen,

berkurangnya barang-barang yang rusak, pertumbuhan perusahaan dan

peningkatan kualitas; semua itu dicapai sekaligus bersamaan.

E. Kurva Pengalaman

Saat suatu proses dimulai biasanya tidak beranjak dari nol, tetapi kita

telah mempunyai pengetahuan dasar dan garis besar proses. Tetapi saat

proses itu dijalankan, tidak semua hal telah kita ketahui sepenuhnya dan tidak

semua yang terjadi telah diprediksikan.

Ketika proses itu berjalan, kita belajar hal-hal baru dari

masalah-masalah yang timbul. Kita juga semakin mengenali bidang tersebut dengan

lebih terinci. Kita akan lebih memahami apa yang kurang baik dan apa yang

lebih baik dalam proses itu. Kita juga lebih memahami pasar yang terkait,

kesempatan yang bisa diraih dan masalah-masalah yang terjadi.

Dari pengalaman menjalankan proses itu, kita melakukan perbaikan

terus-menerus; jika kita berhenti, maka kita menghadapi masalah yang

semakin besar dan menyebabkan kita berkutat dengan masalah yang

berulang-ulang.

Dengan pengalaman ini, kita akan bisa menurunkan biaya proses

karena kita bisa memilih yang lebih murah dan menghindari

kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan; sekaligus kualitas yang diperoleh juga

menjadi lebih baik.

Proses terus-menerus ini yang akan membuat kita sulit dikalahkan

kompetitor yang baru muncul. Karena ketika mereka mulai dan harus

menggumuli masalah-masalah yang telah kita lewati, kita telah melangkah

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ife (1995), keberhasilan dan keberlangsungan pembangunan daerah tidak hanya disebabkan oleh kekuatan internal tetapi lebih dari itu juga dipengaruhi adanya kekuatan

Jumlah dan Pertumbuhan S.aureus dari sampel daging se’i babi dari Depot A dengan jenis kemasan serta kondisi dan lama penyimpanan yang berbeda.. Jumlah dan Pertumbuhan

Perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan dengan skala produksi yang besar dan memiliki volume perdagangan yang luas sangat

sosial, namun hal ini bukan berarti pinjaman tersebut dapat digunakan seenaknya tanpa harus mengembalikan pokok pinjamannya. Dengan pengembalian sesuai dengan

HUBUNGAN ANTARA ASERTIVITAS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI.. INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN

Daya, Delay dan Kebutuhan penyimpanan Relatif kepada RC6 untuk keempat algoritma enkripsi berkorelasi langsung ke untuk proses dekripsi linearitas dalam peningkatkan jumlah

Air masuk dari head race menabrak bucket pada Air masuk dari head race menabrak bucket pada waktu posisi diatas roda dan gaya dhasilkan dari berat waktu posisi diatas roda dan

Penerapan algoritma adaboost dalam seleksi fitur dilakukan untuk memberi bobot pada setiap fitur yang direkomendasikan, sehingga ditemukan fitur yang merupakan