• Tidak ada hasil yang ditemukan

InaNurse at BULLET Beranda Kamis 12 Janu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "InaNurse at BULLET Beranda Kamis 12 Janu"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

InaNurse

 Beranda

 SeRbaSeRbi KoReA

 CerPenQ

Kamis, 12 Januari 2012

ASKEP KELUARGA DENGAN USIA LANJUT

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti. Tahun 1960, keluarga di Indonesia sekitar 30 juta, tahun 1990-an menjadi 35-40 juta, dan pada awal abad ke-21

diperkirakan berlipat jumlahnya menjadi 60-65 juta (BKKBN, 1996).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota

keluarga. Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan sebab keluarga unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Keluarga sebagai

kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi keluarga tersebut, karena keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat.

Keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas perkembangan yag harus diselesaikan pada tahapnya, khususnya tugas perkembangan keluarga pada usia dewasa akhir. Banyaknya masalah dan perubahan yang terjadi pada masa tua seperti bagaimana mempertahankan suasana

kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasanganya, adpatasi dengan perubahan yang akan terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga,

mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, serta melakukan life review masa lalu, memungkinkan suatu keluarga untuk memahami bagaimana memberikan asuhan

keperawatan yang baik. Untuk itu pada Bab ini, penulis ingin menguraikan berbagai hal yang berhubungan dengan keluarga dan perkembangan pada dewasa akhir yang merupakan dasar untuk menentukan masalah dan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga.

(2)

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan Komunitas IV. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui konsep dasar keluarga dan usia dewasa akhir, mengetahui tahap perkembangan usia dewasa akhir, mengetahui tugas perkembangan pada keluarga dan asuhan keperawatan keluarga pada tahap usia dewasa akhir.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari konsep dasar keluarga?

2. Apa yang dimaksud dari konsep dasar usia dewasa akhir

3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada tahap usia dewasa akhir? D. Metode Pengumpulan Data

Data ataupun pembahasan dalam makalah ini diperoleh dari beberapa referensi yaitu buku-buku atau sumber bacaan yang relevan serta media-media lain yang mendukung.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar keluarga a) Definisi keluarga

Beberapa definisi keluarga menurut para ahli, adalah sebagai berikut :

1) Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

3) Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.

4) Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan bebrapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

b) Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

(3)

segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada

orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan. 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. c) Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (utama)

1. Keluarga baru menikah - Membina hubungan intim yang memuaskan. - Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social. - Mendiskusikan rencana memiliki anak.

2. Keluarga Child Bearing - Mempersiapkan menjadi orang tua.

- Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan.

- Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.

3. Keluarga dengan anak usia pre-school - Memenuhi kebutuha anggota keluarga, misalnya kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.

- Membantu anak bersosialisasi.

- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yag lain juga harus terpenuhi.

- Mempertahankan hubunga yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga. - Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.

- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

- Merencaakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasika pertumbuhan dan perkembangan anak. 4. Keluarga dengan anak usia sekolah - Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas.

- Mempertahankan keintima pasangan.

(4)

5. Keluarga dengan anak remaja - Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.

- Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.

- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarka terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.

- Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuha tumbuh kembang anggota keluarga.

6. Keluarga dengan dewasa muda - Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.

- Mempertahankan keintiman pasangan.

- Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat. - Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.

7. Keluarga usia pertengahan - Mempertahankan kesehata individu dan pasangan usia pertengahan.

- Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-aaknya dan sebaya. - Meningkatkan keakraban pasangan.

8. Keluarga usia dewasa akhir - Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasanganya.

- Adaptasi perubahan yang akan terjadi : kehilanga pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.

- Mempertahanka keakraban pasangan dan saling merawat. - Melakukan life review masa lalu.

B. Konsep Dasar Usia Dewasa Akhir

a) Perkembangan dan Proses Menjadi Tua/Dewasa Akhir

Sekarang sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang terjadi perubahan perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris,pengamatan dan berpikir,motif motif dan kehidupan afeksi,hubungan sosial serta integrasi masyarakat.perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang

harapan hidupnya disebut proses menjadi tua.proses ini merupakan sebagian daripada

keseluruhan proses menjadi tua.proses menjadi tua ini banyak dipengaruhi oleh faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri yaitu regulasi diri sendiri.

Perkembangan dalam arti tumbuh ,bertambah besar,mengalami diferensiasi yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama dengan keadaan menjadi tua. Thomae (1968) berpendapat bahwa proses menjadi tua merupakan suatu struktur perubahan yang mengandung berbagai macam dimensi.ia menyebutkan mengenai:

(5)

daerah batas psikologis.

2. Proses fisiologis atau timbulnya penyakit -penyakit. 3. Perubahan fungsional psikologis.

4. Perubahan kepribadian dalam arti sempit.

5. Penstrukturan kembali dalam hal sosial psikologis yang berhubungan dengan bertambahnya usia.

6. Perubahan yang berhubungan dengan kenyataan bahwa orang tidah hanya mengalami keadaan menjadi tua ini melainkan bahwa seseorang juga mengambil sikap terhadap keadaan

tersebut.perubahan yang terakhir ini di sebut oleh Thomae “proses chrono-estetis mengenai orang menjadi tua ”(h.195).

Birren dan Schroots (1984) membedakan 3 proses sentral yaitu penuaan sebagai proses biologis, menjadi senior dalam masyarakat atau penuaan sosial dan penuaan psikologis subyektif. Disini ada 3 macam perubahan,yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua ,dalam kedudukan sosial dan dalam pengalaman batinnya .berbagai peubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia tertentu secara eksak.tempo dan bentuk akhir proses penuaan tadi berbeda beda pada orang yang satu dengan yang lain.begitu pula berhubung masyarakat juga ikut memberikan struktur pada proses penuaan tersebut,maka juga ada perbedaan antara periode sejarah yang satu dengan yang lain.

b) Fase fase perkembangan pada usia dewasa 1) Struktur dalam rentang kehidupan

Teori pentahapan biasanya banyak dikenal.pembagian dalam fase fase kehidupan kebanyakan mempunyai suatu sifat normatif.namun sering di pakai sebagai standar tingkah laku.hal ini sesuai dengan kecenderungan masyarakat untuk memperoleh standar tingkah laku.

Dalam masyarakat yang maju maka usia tidak merupakan standar tingkah laku terutama pada masa sesudah remaja.namun fenomena sosial clock belum seluruhnya hilang .masyarakat masih menaruh pengharapan tertentu mengenai tingkah laku yang sesuai untuk usia usia

tertentu.pengharapan masyarakat ini di internalisasi oleh individu dengan demikian maka seseorang yang diharapkan melakukan tugas tertentu pada usia tertentu dapat merasakan apakah ia teleh melakukan nya pada waktu yang kurang tepat.

Dengan menggunakan metode pentahapan dimungkinkan untuk membandingkan jalan hidup seseorang secara thematis.dengan demikian maka terciptalah pengertian yang formal dan universal .hal ini lebih penting dari pada suatu pendekatan yang individual.

2) Dua jenis teori pentahapan a. Erikson

Teori rentang hidup menurut Erikson (1963).sesudah masa remaja yaitu masa penemuan identitas seseorang sekaligus memasuki masa dewasa awal yang ditandai oleh penemuan intimitas atau isolasi ,maka seseorang tinggal mengalami dua fase lagi yang meliputi sebagian besar masa hidup seseorang.dalam fase ketujuh atau masa dewasa pertengahan seseorang dapat berkembang kearah generativitas atau stagnasi ,sedangkan dalam fase kedelapan atau fase terakhir sesorang dapat berkembang ke arah integritas ego atau putus asa

Fase ketujuh meliputi bagian yang terpenting dalam hidup seseorang.dalam fase ini orang bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya yaitu manjadi orangtua.menjadi orang tua yang berarti untuk orang lain ,untuk benda-benda ,untuk hasil karya dan ide ide merupakan

(6)

integritas ego,atau integritas diri dengan kutub yang berlawanan yaitu putus asa.orang yang mencapai integritas diri adalah mereka yang dengan salah satu cara telah mengasuh generasi muda yang tetap tegar menghadapi keberhasilan maupun kegagalan yang dialami sebagai orangtua.begitu juga mereka yang sudah menghasilkan Sesuatu ,memperjuangkan ide atau keyakinannnya.

Seseorang yang mencapai integritas diri mempertahankan gaya hidup yang telah dipilihnya karena ia sadar bahwa ia hidup dalam zaman dan konteks social tertentu yang ditandai oleh gaya integritas sendiri.orang yang mencapai integritas diri bersifat bijaksana dalam tingkah

lakunya.alternatif lain yang dapat dicapai seseorang adalah putus asa.sikap hidup ini adalah sebaliknya daripada sikap orang yang mencapai integritas diri yang memiliki pengertian yang mendalam terhadap orang lain.

b. Levinson

Levinson dkk (1978) mempelajari fase-fase hidup manusia. Perhatiannya lebih tertuju pada siklus hidup daripada jalan hidup seseorang. Ia mencari pola universalnya daripada periode hidup yang berurutan.Jalan hidup seseorang berbeda-beda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Apa yang berubah selama orang hidup adalah struktur kehidupannya. Struktur kehidupan seseorang mengatur transaksi antara struktur kepribadian dengan struktur social. Levinson membedakan empat periode kehidupan yaitu :

1. Masa anak dan masa remaja (0-22 tahun) 2. Masa dewasa awal (17-40 tahun)

3. Masa dewasa madya (40-60tahun) 4. Masa dewasa akhir (60 tahun ke atas).

Usia tumpang tindih selama 5 – 7 tahun adalah masa peralihan. Levinson menganggap pembagian dalam fase-fase kehidupan sebagai sesuatu yang universal.

c) Menjadi tua sebagai proses individual 1). Berbagai macam teori dan tipologi

Teori mengenal proses menjadi tua melukiskan betapa proses tersebut dapat diintervensi sehingga dapat mencapai hasil yang optimum. Teori-teori yang ada dapat dibagi menjadi teori yang bersifat biologis dan yang bersifat sosiologis (Thomae, 1970). Diantara teori-teori itu termasuk teori psikologis yang dapat bersifat sosiologis maupun biologis. Dalam bidang yang sosiologis termasuk teori disengagement (teori pelepasan) dan teori aktivitas.

Disamping itu ditemukan juga teori psikologis perkembangan dalam perspektif sepanjang hidup yang dikemukakan erikson (1963), Charlotte Bucher (1959, 1972) dan havighurst (1953). Ryff (1982) menyebutkan sebagai teori optimalisasi karena titik beratnya ada dalam kemungkinan berkembangan seseorang sampai pada usia yang lanjut. Teori-teori ini memandang seseorang sebagai manusia yang utuh. Dalam proses menjadi tua seseorang dipandang dalam hubungannya dengan diri sendiri dan dengan lingkunganya. Teori-teori ini mempunyai dasar yang sama, yaitu bawa tahap-tahap perkembangan dihubungkan dengana tahapan usia sehingga memberikan pendekatan yang normative. Kurang bersifat normative adalah teori koginif Thomae (1970) dalam proses orang menjadi tua,

(7)

inteligensi, seksualitas, kepuasan kerja selama rentang kehidupan, adalah contoh-contoh mengenai teori mikro dan teori aspek.

Semula diduga adanya gejala yang global dan universal dalam proses orang menjadi tua namun dengan datangnya data yang empiris mengenai berbagai hasil penelitian diketahui bahwa menjadi tua itu adalah proses yang sangat individual, tidak sama pada orang yang satu dengan orang yang lain.

Dalam tahun enam puluhan dimulai penelitian mengenai pola dan gaya hidup orang lanjut usia yang khas. Penelitian-penelitian ini sering menghasilkan tipologi yang berbeda-beda. Tipologi yang bermacam-macam ini berkaitan dengan sifat sample dan cara pengukuran yang dipakai. Dalam hubungan ‘nasib’ yang ‘menimpa’ dirinya orang lanjut usia berbuat berbagai macam aktivitas dengan tingkatan kompetensi yang cukup tinggi. Baik tingkatan problematika yang rendah, baik aktivitas yang tinggi, maupun kompetensi yang besat tidak menjmin kepuasan hidup seseorang, dalam hal ini tidak menjamin ‘optimum aging’ orang usia lanjut. Dalam semua kelompok gaya hidup dapat dijumpai baik pria maupun wanita. Dalam membandingkan berbagai macam biografi orang lanjut usia Thomae menemukan (1983, h.204) betapa besarnya perbedaan yang ada antara mereka. Bahkan bila mereka dapat dibandingkan diantara mereka sendiri dalam kelompok dimensi yang cukup besar. Hal ini menimbulkan keraguan akan kegunaan usaha untuk membagi orang lanjut usia dalam kelompok-kelompok tertentu, baik berdasarkan pengalaman hidup yang mereka terima maupun berdasarkan gaya hidup mereka dalam proses manjadi tua. 2). stabilitas dan perubahan

Bila orang dengan usia tua betul-betul memiliki sifat yang begitu unik maka sebaiknya kita hanya menulis biografinya saja dan tidak perlu mengadakan pengelompokan atas dasar

kesamaan antara mereka. Menurut Thomae maka cara tersebut di muka masih lebih baik. Dalam tahun 1976 Thomae telah tidak setuju akan usaha mmengadakan tipologi orang usia lanjut. Citra orang usia lanjut usia merupakan hasil ineraksi antara individu dan lingkungannya. Pola-pola orang menjadi tua merupakan proses biologis, sosial, dan persepsual-motivasional. Thomae menganggap proses tersebut sebagai interaksi antara perubahan-perubahan dalam sepuluh subsystem yang menyebabkan orang lanjut usia begitu berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Kesepuluhan subsystem tersebut adalah:

1. permasalahan nature-nurure (pemasakan-belajar) pada awal proses menjadi tua, misalnya pembawaan, riwayat pendidikan, kebiasaan dalam mengadakan aktivitas fisik dan mental, makanan, hobi, hubungan sosial.

2. perubahan dalam system biologis, misalnya kesehatan, fungsi sensoris, biomorfosa, atau proses penuaan yang primer, kemunduran dalam ingatan.

3. perubahan dalam hubungan sosial, misalnya pidah kepanti, kehilangan temanhidup, sahabat atau keluarga lain, menjalani persahabatan baru, peran sosial baru.

4. situasi sosio-ekonomis dan ekologis,misalnya hal-hal yang berkaitan dengan penghasilan, jaminan sosial,perumahan, kendaraan, jaminan pelaanan medis, dan aturan-aturan preventif. 5. konsistensi dan perubahan sifat-sifat kepribadaian, misalnya dalam hal aktifitas, perhatian, suasana hati, kretivitias, penyesuaian, control diri.

6. konsistensi dan perubahan berbagai macam asfek fungsi kognitif.

7. ruang hidup individual ( life-space) seperti konsep-diri, pengamatan terhadap orang-orang penting (significant others) pengamatan terhadap situasi sosio-ekonomis, politik dan histories, orientasi nilai dan agama, sikap terhadap kematian dan keterbatasan.

(8)

kehidupan.

9. kemampuan untuk mengembalikan keseimbangan melalui konfrontasi aktif dan sikap tidak menyerah yang mengakibbatkan tingakah laku prestasi.penyesuaian dan pengaturan kembali kognisi.

10. Kompetensi sosial sebagai ukuran global kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan sosial dan biologis.disamping itu juga diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan kemampuan yang ada pada individu dalam hal ini orang usia tua(bandingkan Thomae, 1976 hal. 161).

Thomae dapat menemukan cara untuk menggambarkan pola-pola proses menjadi tua. Dengan membandingkan beberapa dimensi pada para lanjut usia Thomae dapat mengadakan

pengelompokan lanjut usia yang lebih mengarah pada perbedaan di antara mereka dari pada menekankan pada pengelompokan global seperti: kelompok yang mencapai kepuasan dengan mengundurkan diri dari aktivitas dan hubungan sosial (teori disengagement/pelepasan) dan kelompok yang mencapai kepuasan dengan masih tetap aktif dan memelihara hubungan sosial (teori aktivitas).

d) Perspektif ekologis dalam psikogerontologi

Dalam decade yang lampau terdapat perhatian yang besar terhadap psikologis ekologis yang memandang orang dalam interaksinya dengan lingkungan. Psikogerontologi ekologis (Wahl, 1992) melukiskan dan menjelaskan hubungan antara orang lanjut usia dengan lingkungannya. Ingin mengerti hubungan antara pikiran, perasaan, dan sikap orang lanjut usia dengan sifat-sifat fisik dan sosial lingkungannya. Juga diteliti dalam keadaan apa dapat dilakukan proses

penyesuaian dan apa akibatnya. Dlam penelitian semacam ini perhatian dipusatkan pada interaksi antara individu dan lingkungan dengan menitikberatkan pada lingkungan alami usia tua.

Bagaimana seseorang menjadi tua dan bagaimana sifat kehidupan orang usia lanjut usia banyak tergantung pada kualitas lingkungan , baik pada tingkatan mikro, maupun pada tingkatan makro. Lingkungan dapat atau tidak dapat memberikan tantangan pada orang lanjut usia untuk

menggunakan kemampuan-kemamuannya yang ada pada dirinya. Baik lingkungan fisik (perhatikan panti-panti wreda) maupun lingkungan sosial serta kesa umum mengenai orang lanjut usia biasanya masih agak bersifat negative. Dengan demikian maka aktivitas dan sikap mandiri orang usia tua terhambat.

Lingkungan dalam arti luas sering tidak terlalu ramah terhadap orang lanjut usia, padahal sangat menentukan bagi kepuasan hidup mereka. Wahl (1992, hal.235) menganggap beberapa

pertanyaan sangat penting untuk dijawab oleh generasi muda, yaitu: “lingkungan yang bagaimana yang dibutuhkan untuk menjamin suatu perkembangan yang optimal? Bagaimana caranya agar seseorang dapat mempertahankan kemamuan dan kepuasan hidupnya, juga bila ia sudah berkurang ketahanan biologisnya?”.

(9)

lingkungan.

Apa yang disebutkan di muka dapat memberikan kesan bahwa lingkungan dapat merupakan sumber ketegangan stress yang makin lama makin berat dirasakan. Tetaapi dari hasil penelitian terbukti bahwa banyak orang lanjut usia masih mampu, meskipun mengalami banyak

kemunduran fisik, untuk secara aktif memberikan arti pada hidupnya dan masih dapat hidup mandiri.

Pada umumnya kedudukan orang usia tua di Indonesia dapat dikatakan menguntungkan. Hal itu disebabkan karena pandangan hidup orang timur masih menghormati orang lanjut usia yaitu sebagai pemberi restu. Bila seseorang melecehkan orang lanjut usia maka hidupnya akan sengsara dan rezekinya akan terhambat.

Orang usia tua seperti halnya orang muda dapat demi kepentingannya sendiri mentransformasi dan memberikan arti baru pada lingkungannya, mereka masih dapat mengatur dirinya sendiri. Nila lingkungan dan situasi sudah tidak dapat dirubah lagi, tinggallah cara-cara kognitif untuk mengatasinya. Bagaimana seseorang mengartikan situasi yang dialaminya sangat menentukan akibat yang ditimbulkannya. Teknik-teknik penyelesaian kognitif ini merupakan unsure sentral dalam teori kognitif integrative mengenai proses menjadi tua yang dikemukakan oleh Thomae. e) Teori kognitif integratif mengenai orang menjadi tua

Dengan tidak mengecilkan pengaruh lingkungan serta situasi hidup seseorang, makin lama makin diakui peranan individu sendiri dalam memberika arti pada proses ia menjadi tua. Menjadi tua merupakan keadaan social dan keadaan bilogis yang tidak dapat dihindarkan lagi, tetapi disamping itu juga merupakan hasil sumbangan individu itu sendiri. Orang yang menjadi tua tidak secara pasif menerima perubahan dalam fisik maupun lingkungannya. Ia juga mengambil sikap, memilih, memberikan bentuk pada situasi yang dialaminya. Pendapat tersebut diatas merupakan landasan teori kognitif mengenai proses menjadi tua.

Thomae (1970) mencoba untuk mengintegrasikan berbagai teori yang menitik beratkan pada factor-faktor fisiologis dan yang menitik beratkan pada factor-faktor lingkungan, misalnya peran social yang dilakukan oleh individu. Thomae menitik beratkan akan persepsi seseorang terhadap hal-hal yang dialaminya yang selanjutnya memberikan dampak yang berbeda beda pada orang yang satu dengan orang yang lain. Thomae mengemukakan suatu teori yang bertitik tolak pada 3 ketentuan dasar yaitu:

1. Suatu perubahan dalam tingkah laku lebih berhubungan dengan perubahan situasi yang dipersepsi seseorang daripada perubahan obyektifnya sendiri.

2. Sifat persepsi terhadap perubahan situasi tadi tergantung pada kebutuhan pokok pengharapan seseorang atau kelompok.

3. Penyesuaian terhadap keadaan menjadi tua merupakan fungsi keseimbangan antara system kognitif dan motivasional seseorang.

Ketiga ketentuan dasar ini merupakan pernyataan 5 variabel dasar yang saling berhubungan yaitu:

1. Perubahan situasi yang objektif

2. Perubahan yang dipersepsi oleh orang yang bersangkutan 3. Perubahan dalam motivasi

4. Perubahan dalam tingkah laku

5. Penyesuaian terhadap keadaan menjadi tua.

(10)

lanjut usia (variable 4) sesudah mondok dalam panti rawat (variable 1) kurang ditentukan oleh keadaan objektif waktu menjalani perawatan tersebut melainkan lebih ditentukan oleh persepsi mengenai perawatannya itu (variable 2). Dia dapat menganggap perawatan tadi sebagai keadaan yang positif atau sebagai keadaan yang negative. Persepsinya itu selanjutnya dipengaruhi lagi oleh aspek-aspek motivasional (variable 3). Bila wanita lanjut usia yang tinggal di tepi kota tadi merasa tidak aman dan tidak mempunyai kontak social maka tinggal dalam panti tadi dipandang sebagai sesuatu hal yang positif. Sebaliknya hidup dip anti dapat ula dipandang negative bila seseorang masih ingin mempertahankan hidup yang merdeka atau masih menginginkan privasi. Dalam keadaan yang terakhir ini sukar untuk mencapai penyesuaian ataupun keseimbangan. Penyesuaian dan keseimbangan akan dapat dicapai bila wanita lanjut usia tadi dapat memadukan keinginan dan pengaharapannya (variable 4) dengan apa yang dilihat dan dialaminya (variable 2).

Dalam hal ini ia dapat mengubah baik keinginan maupun persepsinya sendiri. Keseimbangan akan terwujud bila orang lanjut usia tadi memperoleh apa yang diinginkan dan menginginkan apa yang diperolehnya.

f) Inteligensi dan kebijaksanaan atau kearifan Model deficit

Suatu mitos yang bertahan adalah pendapat bahwa menjadi tua berarti mengalami suatu

kemunduran intelektual. Khususnya dalam dunia usaha pendapat tersebut dipakai sebagai alas an untuk membenarkan pemberhentian tenaga yang sudah lanjut usia. Model devisit, juga disebujt model dekrimental, mengenai perkembangan kecerdasan lama mendapat dukungan dari hasil penelitian kroseksional dalam tahun 20 dan 30 yang memang menunjukkan bahwa puncak inteligensi psikometris ada pada usia 20 tahun, kemudian lambat laun menurun dengan pasti (adolescence optimum hypothesis). Kritik yang dianjurkan terhadap hasil penelitian ini adalah kelemahan yang ada pada metode kroseksional yang sulitmembedakan antar pengaruh

bertambahnya usia dan pengaruh kohort kelahiran. Juga perlu diperhatikan bahwa inteligensi bukan merupakan pengertian unidimensional. Paling tidak dapat membedakan antara apa yang disebut fluid intelligence dan crystallized intelligence. Fluid intelligence adalah kelincahan berfikir suatu aspek inteligensi yang berhubungan dengan factor pembawaan dan fungsi-fungsi fisik; crystallize intelligence berhubungan dengan kebudayaan dan hasil pelajaran sepanjang hidup, yaitu inteligensi yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman, seperti misalnya pengetahuan umum dan bahasa.

Ketika schaie mengemukakan bahwa kemunduran intelegensi pada para lanjut usia merupakan suatu mitos saja, maka antara lain Horn dan Donaldson (1976) menganggap pendapat Schaie tersebut sebagai terlalu optimis. Mereka menunjukkan bahwa strategi apapun yang digunakan namun pengambilan sampel itu tidak akan refsentatif. Hal ini yang dapat dipertanyakan adalah apakah masih ada kemunduran bila dalam sampel yang diteliti dihilangkan semua yang sakit, berhubung beberapa penyakit terkait dengan usia seseorang. Penelitian longitudinal yang menggunakan beberapa kali pengukuran menunjukkan adanya peningkatan hasil prestasi, meskipun ada keusangan sampel dan efek belajar.horn dan Donaldson menganggap cukup realistis bila terdapat kemunduran inteligensi khususnya mulai usia 50 tahun. Mereka

memperingatkan adanya suatu mitos lain yang timbul yaitu bahwa orang menjadi tua itu tidak mengalami perubahan apapun. Terhadap pendapat tersebut diatas, Schaie mengemukakan konklusi sebagai berikut (Schaie, 1980, p 270-280):

(11)

mereka yang belum mencapai akhirusia 50 yahun adalah patologis dan tidak normal. 2. Diantara usia awal 60 dan pertengahan 70 terdapat kemunduran yang normal mengenai beberapa keterampilan tertentu pada orang-orang tertentu; diatas usia 80 tahun biasanya terjadi kemunduran pada kebanyakan orang.

3. Bagi kebanyakan orang kemunduran terjadi pada awal usia 50 mengenai keterampilan yang membutuhkan kecepatan reaksi, dan keterampilan yang banyak dipengaruhi oleh syaraf perifer. 4. Kemunduran pada berbagai keterampilan juga dikemukakan pada orang-orang dengan penyakit jantung koroner yang serius lepas dari usia, juga pada orang-orang yang hidup pada lingkungan social yang lebih rendah dan serba kekurangan.

5. Berhubung perubahan social-kultural yang sangat cepat, maka orang-orang yang ada pada usia akhir lima puluhan atau lebih tua mengalami keadaan “penuaan” dalam arti absolescence (tidak terpakai). Dalam perbandingan dengan mereka yang lebih muda prestasi orang lanjut usia lebih rendah, juga meskipun prestasi mereka tidak berbeda dengan waktu sebelumnya.

6. Bagi psikologi klinis perlu untuk membedakan antara kemunduran individual dengan

kemunduran karena penuaan. Terhadap kasus yang pertama dibutuhkan intervensi penyembuhan, terhadap kasus yang kedua dibutuhkan pendidikan pemulihan atai remedient.

7. Data mengenai tingkah laku penyelesain maslah pada waktu ini kurang jelas karena sampai sekarang masukan baru dating dari hasil penelitian kros-seksional. Yang perlu diketahui adalah bahwa tidak banyak buktu yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan intelektual antara orang lanjut usia dan orang yang masih muda.

Model perkembangan dan penurunan

Melalui analisa factor hasil tes inteligensi dikemukakan adanya kurang lebih 50 fungsi

kecerdasan yang primer. Dan kumpulan fungsi tersebut, juga melalui analisa factor diketemukan dua fungsi mental yang oleh Cattell, seperti telah disinggung dimuka, disebut Fluid intelligence dan Cristallized intelligence. Tes untuk mengungkap fluid intlliegence lebih banyak bersifat bebas budaya misalnya yang berhubungan dengan pengamatan dan tingkah laku (tes persepsual dan tes performal) serta beberapa tes pendapat dan penalaran.

Tes mengenai crystallized intelligence menyangkut bentuk-bentuk kemampuan dalam member pendapat sebagai hasil pengalaman dan belajar dalam suatu kebudayaan tertentu. Cristallized intelligence memberikan ukuran sampai seberapa jauh seseorang menginternalisasi inteligensi kolektif kebudayaannya. Crystallized intelligence dan Fluid intelligence juga berhubungan dengan berbagai macam cara penguasaan ilmu. Fluid intelligence berkaitan dengan

perkembangan cara-cara yang sangat pribadi, sedangkan crystallized intelligence ditandai oleh penggunaan caracara yang spesifik untuh suatu kebudayaan tertentu.

(12)

fungsi-fungsi yang maju dan yang mundur, bagaimana seseorang menggunakan fungsi-fungsi-fungsi-fungsi tersebut dalam melaksanakan tugasnya sehari hari. Persoalannya adalah sampai seberapa jauh orang dewasa dan lanjut usia menggunakan fungsi-fungsi ini untuk dapat mencapai kepuasan dalam hidupnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan dikaji lebih lanjut pada pasal yang berikut. Model perbaikan dan penggantian terarah

Model yang diformulasi oleh Baltes dan kawan-kawan (Baltes dan Dittmann-Kohli, 1982; Baltes, dkk, 1984) menggarisbawahi perbedaan yang besar dalam penggunaan fungsi intelektual dalam praktik kehidupan.

Baltes, dkk. Memperluas penggunaan arti inteligensi. Mereka mengartikan inteligensi lebih luas daripada apa yang merupakan hasil tes inteligensi saja. Berprilaku inteligen merupakan

fenomena dalam konteks kehidupan sehari-hari dan fenomena sepanjang kehidupan. Mereka mendasarkan diri pada 4 landasan hasil penelitian, yaitu:

1. Fenomena inteligensi mempunyai banyak dimensi (multidimensional)

2. Proses perkembangannya tidak sama pada semua orang, arahnya berbeda-beda (multidireksional)

3. Tingkatan berfungsinya dan berkembangya intelektual seseorang berbeda antara orang lain yang satu dengan orang yang lain (variabilitas interindividual)

4. Arah jalan dan tingkat perkembangan apa yang pernah dicapai dapat saja berubah (plastisitas intra-individual).

Menurut model ini fluid intelligence dan Cristallized intelligence hanya meliputi sebagian kecil inteligensi pada usia dewasa. Perluasan arti daripada model ini dilandasi pendapat bahwa seseorang dapat melakukan banyak hal secara inteligen dan juga secara tidak inteligen. Wanita yang dengan terampil melaksanakan tugas-tugas rumah tangganya memang sering mendapatkan pujian namun pekerjaannya itu jarang dipandang sebagai prilaku yang inteligen. Untuk

menempatkan aktivitas ini dalam lingkup yang sesuai, maka Baltes dkk. Membedakan adanya dua jenis proses kogniftif yang berkaitan dengan berpikir murni dan proses kognitif yang berkaitan dengan berfikir terapan. Baltes dkk. Menyebutnya sebagai proses kognitif yang pertama dan proses kognitif yang kedua. Seseorang dapat sangat terampil dalam kedua jenis proses tadi.

Proses kognitif yang pertama meliputi proses kognitig yang fundamental, bebas daripada isi. Baltes dkk. Menyebutnya sebagai “congnition qua congnition”, dengan lain perkataan merupakan “mekanik atau landasan pengolahan informasi dan penyelesain problem” (Baltes, Dittman-Kohli & Dixon, p 63). Hal ini berkaitan dengan mekanik inteligensi yang berkaitan dengan tugas-tugas mengenai hubungan, klasifikasi dan penalaran logis. Mengerti akan konstruksi logika formal serta aktivitas kignitif yang dibutuhkan juga merupakan bagian yang esensial proses kognitif yang pertama tersebut. Sejauh kemampuan itu dapat diukur dengan tes, maka hal tadi dapat digolongkan kedalam fluid intelligence.

Proses kognitif yang kedua berkaitan dengan fungsi penerapannya terhadap sesuatu keadaan tertentu. Penerapan ini ditandai oleh prilaku pragmatis, yaitu melakukan penyesuaian secara inteligen terhadap keadaan kehidupan dalam artinya yang luas.

(13)

hidup, maka orang s\dewasa akan mengembangkan keterampilan intelektual yang tergolong dalam prilaku yang pragmatis. Perkembangan intelektual berakhir pada keterampilan keahlian dalam suatu bidang tertentu, dalam kompetensi social dan kadang-kadang dalam sikap arif dan bijaksana.

g) Seksualitas dan intimitas

Sifat hubungan seks dengan orang lain berubah selama masa dewasa dan masa lanjut usia. Penyebab perubahan ini ada dalam perubahan biologis, perubahan dalam hubungan social, pengharapan dan norma masyarakat dan menumpuknya pengalaman hidup serta integrasinya dalam sejarah pribadi orang yang bersangkutan.

h) Perkembangan dan perubahan dalam empati dimensi seksualitas

Menurut Van Conde Boas (Vijs, 1976) seksualitas dapat dibedakan dalam empat dimensi: 1. Proses reproduksi

2. Dimensi kenikmatan

3. Dimensi hubungan atau relasi 4. Institusionalisasi

Dalam usia dewasa akhir daya kemampuan seksual baik pada wanita maupun pria mengalami kemunduran, namun tidaklah berarti bahwa kenikmatan seks hilang sama sekali, hanya

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai orgasme, sedangkan orgasmenya sendiri berlangsung lebih pendek.

Perubahan fisiologis dalam seksualitas ini tidak mengandung arti bahwa dalam keadaan normal orang dewasa akhit atau usia tua tidak dapat menikmati hubungan seks lagi. Dalam hal ini kebudayaan masyarakat ikut mempengaruhi, begitu pula factor kesehatan juga menetukan. Pandangan bahwa hubungan seks pada usia dewasa akhir tidak terpuji ataupun dapat menimbulkan penyakit perlu dihilangi lebih dulu, khususnya di Indonesia.

Kenikmatan seksual, juga pada dewasa akhir tetap membutuhkan hubungan yang mendalam antara suami dan istri. Sangkar kosong dapat menyebabkan suami dan istri saling menemukan kembali, sehingga masing-masing dapat mencapai kenikmatan seksual lagi.

Di Barat diketemukan bahwa sesudah usia 50 tahun frekuensi hubungan seks menurun baik pada laki-laki maupun wanita, meskipun pada laki-laki masih lebih aktif sepanjang hidup. Wilson (1975) menemuka bahwa 25% laki-laki usia 60 tahun ke atas dan 50% wanita usia 60 tahun ke atas tida lagi melakukan hubunga seksual. 27% dari kelompok laki-laki melakukan hubungan seks sekali sebulan, pada kelompok wanita 12%. Penurunan frekuensi yang drastic dalam hubungan seks ini diketemukan sekitar usia 75 tahun.

Perbedaan antara laki-laki dan wanita selalu Nampak. Kehidupan laki-laki lebih bewarna seksual disbanding wanita. Mungkin hal ini dapat terjadi karena wanita, khususnya di Indonesia lebih terhambat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai seks.

i) Preverensi tempat tinggal dan perlakuan yang diinginkan pada usia dewasa akhir

Di Indonesia pada dewasa ini telah terjadi perubahan keadaan dalam hidup orang tua. Kalau semula anak-anak lama tinggal bersama orang tua, maka sekarang berkumpulnya anak dengan orang tua menjadi langka. Hal ini disebabkan karena mobilitas yang tinggi, misalnya:

1. Anak sekolah di kota lain, mungkin di luar negeri, sehingga terjadi apa yang disebut sangkar kosong.

(14)

yang sudah lanjut tidak dapat dibawa, padahal membutuhkan perawatan.

Keadaan tersebut menimbulkan kebutuhan akan alternative lain untuk perawatan orang tua, salah satu alternative adalah menyediakan tempat perawatan atau panti werda yang berbentuk

settlement. Kalau bagi lower class sudah disediakan oleh Kanwil Despos berwujud panti werda, maka settlement yang dimaksud di atas adalah untuk kelas menengah ke atas dengan fasilitas yang cukup, maka penghuninya juga harus membayar.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Usia Dewasa Akhir 1. Pengkajian

a. Pengkajian pada keluarga

1) Identitas : Nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, jenis kelamin, hubungan keluarga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan),dan genogram (genogram dari tiga generasi), tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama yang dianut dalam keluarga, status social, aktivitas keluarga.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga :

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.

d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

3) Lingkungan : Karakteristik rumah, karakteristik lingkungan, mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, system social yang mendukung.

4) Struktur keluarga :

a) Pola komunikasi, menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi langsung atau tidak, adakah hal-hal yang tertutup atau tidak, frekuensi, kualitas komunikasi, dan pesan emosional (negative/positif). b) Pengambil keputusan, siapa yang membuat dan memutuskan keputusan dalam keluarga, penggunaan keuangan, model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan.

(15)

dalam keluarga, berapa kali dan bagaimana peran tersebut dilaksanakan secara konsisten.

d) Nilai- nilai yang berlaku di keluarga, menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau komunitas, apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut, seberapa penting nilai yang dianut,latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-nilai keluarga, bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehata keluarga.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif, menjelaskan pola kebutuhan keluarga, apakah keluarga merasakan dan dapat menggambarkan kebutuhan mereka.

b) Fungsi sosialisasi, menjelaskan apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga, apakah saling ketergantungan, dll.

c) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan dalam keluarganya, pengetahua keluarga mengenai konsep sehat sakit, kesanggupa keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga, dll.

b. Pengkajian pada klien

1) Identitas klien: Nama, usia, jenis kelamin, agama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan keluhan sakit yang dirasakan klien pada tahap usianya saat ini, bagaimana pandangan klien tentang kesehatannya, perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Tanyakan pada klien tentang penyakit yang pernah dialaminya pada masa lalu yang mempengaruhi kondisinya saat ini.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan riwayat penyakit genetic dan penyakit keluarga pada masa lalu dan masa sekarang seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi, kaker, stroke, da arthritis reumatis, penyakit gagal ginjal, tiroid, asma, alergi, penyakit-penyakit darah, dll.

d) Riwayat kesehatan psikososiospiritual

1. Tanyakan kebiasaan klien dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat.

Pemeriksaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan klien, untuk mengetahui fungsi kognitif, termasuk daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi terhadap realitas, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

2. Kaji bagaimana klien membina keakraban dengan keluarga dan masyarakat, kesibukan klien mengisi waktu luang, perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi.

3. Kaji keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Pemeriksaan fisik

Pada usia dewasa akhir (60 tahun ke atas) terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh. Untuk itu pemeriksaan fisik pada klien dewasa akhir perlu dilakukan dengan pengkajian pada system tubuh di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Sistem integument

(16)

2. Sistem respirasi

Bagaimana dengan pernafasan lansia, adakah gangguan pada system pernafasan, adakah sessak nafas, apakah menggunakan alat bantu, apakah terdengar ronkhi, wheezing, dll.

3. System musculoskeletal

Amati kondisi lansia apakah terdapat kontarktur pada sendi, bagaimana dengan tingkat mobilisasinya, adakah gejala atau tanda kifosis, dan adanya gerakan sendi yang terbatas. 4. System kardiovaskuler

Adakah keluhan pusing, sakit kepala, tanda edema pada ekstremitas bawah dan ekstremitas atas, pembengkakan pada vena jugularis, sirkulas darah perifer, warna, serta kehangatannya.

5. System gastrointestinal

Adakah keluhan mual,muntah, bagaimana asupan dietnya, status gizi secara umum, kondisi klien saat makan dikunyah atau langsung ditelan, keadaan gigi, adakah bising usus, tanda distensi abdomen, gangguan konstipasi atau obstipasi, serta diare atau tanda inkontinensia alvi. 6. System perkemihan

Bagaimana dengan warna dan bau urine, adakah distensi kandung kemih, tanda disuri, poliuri, anuria, inkontinensia uri, frekuensi urine, dan tanyakan berapa pemasukan dan pengeluaran cairan klien.

7. System persarafan

Apakah ada paralisis, parese/ hemiplegic, dll. 8. System sensorik

Pengelihatan: pengelihatan tidak terlalu jelas atau kabur;berapa jerak pandang (untuk melihat, membaca, atau menulis). Pendengaran: bagaimana pendengaran klien apakah menurun,

pengecapan: bagaimana kemampuan klien mengunyah makanan. Penciuman : adakah gangguan penciuman terhadap bau-bauan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga

1. Gangguan gambaran diri pada keluarga dengan klien dewasa akhir yang berhubungan dengan persepsi klien yang keliru terhadap diri sendiri.

2. Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mempertahankan keharmonisan keluarga.

3. Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien dewasa akhir.

a. Intervensi keperawatan keluarga No.Dx Tujuan Kriteria

(17)

2.

3. Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga dapat mengetahui masalah yang dialami anggota keluarga.

Khusus:

a. Keluarga dapat menjelaskan masalah yang dialami klien.

(18)

c. Keluarga dapat mengajarkan konsep diri yang positif pada klien. Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga dapat membina hubungan yang baik antar anggota keluarga.

Khusus :

a. Keluarga mampu mengidentifikasi factor penyebab ketidakharmonisan keluarga. b. Keluarga dapat menjelaskan tugas perkembangan keluarga

c. Keluarga dapat menjelaskan cara mengatasi masalah yang terjadi pada klien dewasa akhir. Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga dapat mengetahui cara merawat klien. Khusus :

a. Keluarga dapat mengetahui cara merawat klien.

b. Keluarga dapat mengidentifikasi sumber dukungan yang ada disekitar keluarga. c. Keluarga dapat menyebutkan dampak hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga.

Verbal Pengetahuan

(19)

Verbal Pengetahuan

a. Klien dan keluarga mampu mengenal masalah yang dialami.

b. Klien dan keluarga mampu menyebutkan factor penyebab masalah yang dialami. c. Klien dan keluarga dapat mengetahui konsep diri yag positif.

a. Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor penyebab ketidakharmonisan dalam keluarga.

(20)

c. Klien dan keluarga mampu menjelaskan cara mengatasi masalah.

a. Klien dan keluarga dapat mengetahui cara perawatan kesehatan.

b. Klien dan keluarga dapat mengidentifikasi sumber dukungan yang ada.

c. Klien dan keluarga dapat menyebutkan dampak hubungan yang tidak harmonis.

a. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) tentang masalah yang dialami klien.

b. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) tentang factor penyebab dari masalah yang dialami klien.

c. Ajarkan kepada keluarga untuk memberi dukungan terhadap keadaan diri klien. d. Ajarkan kepada keluarga setiap diskusi perlu diambil suatu keputusan yang terbaik.

a. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) factor penyebab ketidakharmonisan keluarga.

b. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) tugas perkembangan keluarga.

c. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) tugas perkembangan dewasa akhir yag harus dijalani.

d. Ajarkan cara menyelesaikan masalah.

e. Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebabnya atau mampu membuat alternative.

a. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) tentang cara merawat klien.

(21)

c. Kaji sumber dukungan yang ada disekitar keluarga.

d. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang telah dilakukan.

e. Ajarkan kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah klien dewasa akhir dengan keluarga.

EDI KURNIAWAN HULU

Sabtu, 07 Juni 2014

Askep Keluarga pada tahap keluarga dewasa akhir

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran´ yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.

Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia merekapun juga bertambah. Dari anak-anak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Perubahn ini juga diikuti dengan perubahan lainnya, yaitu perubahan fisik dan perubahan intelektual

Perubahan Fisik yang semakin menua akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.

(22)

itu, orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.

Dengan adanya perubahan ini, maka terkadang membuat orang-orang yang telah masuk dalam fase ini menjadi menarik diri dari lingkungannya.

1.2. Tujuan

Mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi saat kita telah memasuki masa dewasa akhir dan cara asuhan keperawatannya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep keperawatan keluarga dengan keluarga dewasa akhir

Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hub.sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.

(23)

Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan ini.

2.2. Ciri-ciri dewasa akhir

1. Adanya periode penurunan atau kemunduran Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.

2. Perbedaan individu dalam efek penuaan Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya

untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.

3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah

menyenangkan.

4. Sikap sosial terhadap usia lanjut Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut

tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar 5. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.

6. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.

7. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan

oleh sikap sosial yang negatif.

8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat

penuaan.

2.3. Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Keluarga Lansia

Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi :

 Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial, mungkin kemudian

menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah).

 Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa pindah ke

(24)

 Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.

 Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan produktifitas.

 Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan perawatan bagi pasangan

yang kurang sehat.

2.4. Perkembangan deawasa akhir 2.4.1. Perkembangan Fisik

Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Kebanyakan perubahan fisik pada lansia mengalami hal yang sama, misalnya rambut yang memutih, kulit keriput, dan gigi yang tunggal. Pada periode ini penurunan fungsi organ tampak jelas.

2.4.2. Perkembangan Psikis dan Intelektual

Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan kecepatan belajar sesuatu yang diikuti dengan menurunnya kemampuan intelektual. Beberapa peneliti memperkirakan 5 sampai 10% neuron akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun, setelah itu hilangnya neuron menjadi dipercepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah pada neuron-neuron yang tidak mengganti dirinya sendiri yang menyebabkan hilangnya sebagian kecil kemampuan pada masa dewasa akhir.

2.4.3. Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.

(25)

2.4.4. Perkembangan Spiritual

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

2.4.5. Sistem peredaran darah

Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun (Fozard, 1992).

Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah kerasnya dinding pembuluh arteri aorta dan pusat merupakan gejala umum bagi orang yang berusia lanjut.

2.4.6. Sistem pernafasan

Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan-latihan memperkuat diafragma.

2.4.7. Seksualitas

Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, dan terdapat perubahan yang lebih banyak pada laki laki dari pada perempuan. Rubin (Harlock) mengatakan bahwa hubungan seksual tidak mungkin berhenti secara otomatis pada usia berapapun. Mereka yang tidak melakukan hubungan seksual pada usia lanjut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang diderita pasangannya.

(26)

Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling penting dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka karena penurunan kesehatan dan status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti merupakan suatu pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata, 1973).

Tabel 11. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan

Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga dewasa akhir

Keluarga dewasa akhir/Lansia 1. Menciptakan kepuasan dalam keluarga

sebagai tempat tinggal di hari tua. 2. Menyesuaikan hidup dengan

penghasilan sebagai pensiunan

3. Membina kehidupan rutin yang

menyenangkan.

4. Saling merawat sebagai suami-istri

5. Mampu menghadapi kehilangan

(kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda atau duda).

6. Melakukan hubungan dengan anak-anak

dan cucu-cucu.

7. Menemukan arti hidup dengan nilai

moral yang tinggi.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) dan Hurlock (1980)

2.6. Masalah-Masalah Kesehatan.

(27)

bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang sangat penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan cidera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.

Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau penurunan kondisi tubuh semakin meningkat. Penyakit yang biasanya menyerang usia lanjut adalah radang sendi dan osteoporosis.

Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran gangguan-gangguan mental, berbagai kesulitan dan frustasi, tetapi juga merefleksikan kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan.

Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat tidak bahagia., kehilangan semangat, dan bosan. Orang yang menderita depresi seperti ini mudah kehilangan stamina, tidak merasa sehat, nafsu makan kurang, lesu, dan kurang bergairah. Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang dicirikan dengan ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar), hiperaktivitas (pusing, jantung berdebar, atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan. Penelitian membuktikan bahwa orang usia lanjut memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan daripada depresi (George dkk, 1988)

Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan sejumlah masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu harus menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan keluarga.

(28)

Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa lagi).

KASUS

(29)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.Nivos DAN NY.Martinova (DEWASA AKHIR/LANSIA)

Tanggal Pengkajian : Kamis, 07/06/2014

A. Identitas umum keluarga

1. INDENTITAS KEPALA KELUARGA

Nama : Tn. Nivos Umur : 65 tahun

Agama : Kristen Protestan Suku : Nias

Pendidikan : S.Pd Perkerjaan : Pensiun

Alamat : Jln. Amal budi Gg. Batak No. Telpon :

-2. KOMPOSISI KELUARGA

No Nama L/P Umur Hub. Klg Perkerjaan Pendidika n

1 Tn.Nivos L 65 Suami Pensiun S.Pd 2 Ny.Martinova P 60 Istri IRT SMA

(30)

Ket :

: Perempuan : Laki – laki

: Meninggal :Hubungan perkawinan dan satu rumah

4. TYPE KELUARGA

a. Jenis Type Keluarga : keluarga “The nuclear family

b. Masalah Yang terjadi dengan tipe tersebut : Keluarga mengatakan sering merasa

(31)

5. SUKU BANGSA

a. Asal Suku Bangsa : Tn.Nivos dan Ny.Martinova sama-sam suku Nias.

b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: selama ini tidak ada hal –hal yang

bertentangan dengan budaya.

6. AGAMA DAN KEPERCAYAAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Agama Tn.Nivos adalah Kristen Protestan, dan begitu pula dengan Ny.Martinova.

Tn.Nivos dan Ny.Martinova Mengatakan selalu berusaha untuk mengikuti kebaktian setiap hari minggu dan mereka selalu berdoa bersama di rumah kecuali jika Tn.Nivos tidak ada dirumah, dan begitu juga dengan Ny.Martinova.

7. STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA

a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Dahulunya sebelum pensiun Tn.Nivos,

yang berkerja sebagai staf pengajar b. Penghasilan : Rp. 900/Bln

c. Upaya lain : Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000

d. Harta benda yang dimiliki ( perabotan transportasi, dll ) : Rumah, motor yamaha,

Tv, kursi, serta lemari –lemari.

e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : keluarga mengatakan kebutuhan tiap

bulan yang dikeluarkan hanya buat makan dan keperluan sehari –hari saja, kurang lebih Rp.1.000.000 perbulan.

8. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA

Keluarga mengatakan hanya dirumah, karena biasanya kalau libur anak dan cucunya berkunjung kerumahnya.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : disini keluarga termasuk dalam tahap

perkembangan usia dewasa akhir, dan anak – anak mereka sudah pada meninggalkan mereka dari rumah.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : memepertahankan

(32)

3. Riwayat kesehatan keluarga inti

a Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Ny.Martinova mengatakan bahwa dia

pernah mengalami usus buntu dan sudah dioperasi.

Tn.Nivos mengatakan selama ini megalami sesak napas, dan kadang –kadang sering kambuh.

b. Riwayat penyakit keturunan

Menurut keluarga tidak ada keluarga yang memilki riwayat sakit yang sama dengan mereka. c. Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga

(33)

-Klien mengatakan bahwa tekanan darahnya turun naik.

diapotik -Pusing

b Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Menurut Tn.Nivos dan Ny.Martinova jika

dirinya sakit biasanya berobat di puskesmas. c Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

Tn.Nivos : Klien mengatakan bahwa sudah 7 tahun klien merasakan sakit asma dan 2 tahun terakhir penglihatan sudah mulai kabur.

Ny.Martinova : klien mengatakan bahwa dahulunya sakit usus buntu dan sudah dioperasi dan klien mengatakan biasanya klien merasakan nyeri pada perut dan minum obat yang dibelikan anaknya diapotek, klien mengatakan jika klien sakit biasa, dirinya hanya berobat kepuskesmas.

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah

a. Luas rumah : 7 x 12 meter

b. Type rumah : sederhana

c. Kepemilikan : pribadi

d. Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 4 buah kamar tidur, Ventilasi/jendela : Ada 10

ventilasi yang terdapat di dalam rumah

e. Pemanfaatan ruangan : Ruang tamu, ruang tengah/ keluarga, dapur, wc/toilet, 4

Kamar tidur.

f. Septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah

g. Sumber air minum : air hujan yang dimasak dan air galon

h. Kamar Mandi/ WC : memiliki satu wc dan sekaligus kamar mandi

i. Sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 100 meter

j. Kebersihan lingkungan : keadaan kebersihan lingkungan bersih karena kelurga

(34)

l. Keadaan diluar rumah : Halaman rumah Tn. H juga bersih dan rapi terbukti tidak ada sampah yang berserakan, dipinggir rumah klien juga terdapat sumur yang kecil dan sudah disemen rapi.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

a. Kebiasaan : setiap minggu Ny.Martinova dan Tn.Nivos, mengikuti/melakukan

PA dengan tetanga.

b. Aturan/kesepakatan : apabila ada orang baru atau tamu yang menginap wajib

lapor RT / RW

c. Budaya : didalam satu lingkungan klien semua suku ada dan kebanyakan orang

Nias

3. Mobilitas geografis keluarga : klien mengatakan dia hanya dirumah saja karena

biasanya anak dan cucunya yang berkunjung keruma.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : keluarga mengatakan

tiap bulan klien ada melakukan kegiatan arisan keluarga dan PA dengan tetanga. 5. System pendukung keluarga : Saat ini dalam keluarga ada maslah dalam

(35)

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola/cara komunikasi keluarga : Menurut Ny.Martinova dalam keluarganya

berkomunikasi biasa menggunakan bahasa Nias

2. Struktur kekuatan keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn.Nivos dan

Ny.Martinova selalu memutuskan secara bersama-sama dan memilih yang terbaik. Perbedaan-perbedaan pendapat yang ada selalu bisa di atasi jika mereka bicara dengan baik- baik.

3. Struktur peran ( peran masing – masing anggota keluarga ) : Dalam keluarga Tn.Nivos

sebagai kepala keluarga berkewajiban memipin keluarga dan dibantu Ny.Martinova. 4. Nilai dan norma keluarga : Sebagai bagian dari masyarakat Nias dan beragama Kristen

protestan keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun terhadap suami terhadap isteri. Selama ini dirinya dan suaminya makan bersama setiap hari dari sarapan sampai makan malam.

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif : klien mengatakan selama ini klien antara suami istri saling tolong

menolong dan saling pengertian dan selalu komunikasi kepada anak –anak mereka. 2. Fungsi sosialisasi : klien mengatakan sampai sejauh ini baik dan hubungan dengan

keluarga besarnya mau pun kecil baik –baik saja. Hubungan keluarga dengan orang lain pun baik, terutama tetangga-tetangga terdekat.

3. Fungsi perawatan kesehatan

a. Menurut keluarga, masalah kesehatan yang sering dihadapinya yaitu asma dan

pusing dan persiapan berpisah dengan pasanganya.

b. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang

dialami : klien mengatakan sejauh ini dirinya hanya berbicara dengan anak dan antar suami isteri dan minum obat.

c. Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan : Ke puskesmas.

d. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya masalah

kesehatan : klien mengatakan biasanya keluarga hanya makan teratur dan olahraga yaitu jalan pagi di sekitar rumah setiap hari minggu.

(36)

a. Perencanaan jumlah anak : tidak ingin mempunyai anak lagi

b. Akseptor : tidak

5. Keterangan lain : Ny.Martinova mengatakan sejak dilakukan operasi sejak 10 tahun yang

lalu Ny.Martinova tidak mengalami menstruasi lagi. 6. Fungsi ekonomi

Fungsi ekomoni dahulunya tidak ada kendala karena kebutuhan tiap bulan diberi anak – anaknya.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek : klien mengatakan merasa kesepian karena dahulunya

terasa ramai dirumah tetapi sekarang hanya tinggal berdua saja.

2. Sressor jangka panjang : keluarga mengatakan cemas dengan keadaan suami

karena tidak bisa putus obat.

3. Respons keluarga terhadap stressor : jika terdapat masalah selalu diselesaikan

dengan anak –anak juga.

4. Strategi koping : klien mengatakan itu memang waktu yang tepat, dimana anak

sudah menikah dan membangun rumah tangga sendiri. 5. Strategi adaptasi disfungsional : tidak ada.

G. KEADAAAN GIZI KELUARGA

Pemenuhan gizi : biasanya Ny.Martinova selalu masak, masakan kesukaan suaminya yaitu masakan bersantan dan bening.

Upaya lain : kadang –kadang juga klien mengatakan anaknya membawakan makan seperti sayur-sayuran dan lauk pauk.

H. HARAPAN KELUARGA

1. Terhadap masalah kesehatan : klien mengatakan mungkin ini masalah yang didapatkan

dimasa lanjut usia.

(37)

bisa berbagi pengetahuan.

I. PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan Fisik Nama Anggota Keluarga

(38)
(39)

Palpasi

Ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

Bising usus (+)

Organ pada abdomen normal

6 Genetalia -

-7 Eksremitas atas dan bawah

(40)

penyakit agar suami tidak tergantung dengan obat. 2 Mengambil Keputusan Klien belum bisa mengambil keputusan tetapi jika

klien sakit anak datang dengan membawa obat. 3 Merawat anggota

keluarga yang sakit

Jika Tn. H sakit istri klien meminta bantuan atau pertolongan dengan anak dan tetangga.

4 Memodifikasi lingkungan

Klien masih belum bisa mengubah atau memodifikasi lingkungan.

5 Memanfaatkan sarana kesehatan

Klien mengatakan belum mengetahui pemanfaatan sarana kesehatan yang ada.

L. DAFTAR MASALAH PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN POLA NAFAS

N O

KRITERIA PENGKAJIAN

1 Mengenal Masalah  Tn.Nivos, sudah mengenal masalah.

Dengan klien mengatakan bahwa dia tidak bisa kalau tidak minum obat.

Klien juga mengatakan bahwa masalah ini dirasakan sejak 10 tahun yang lalu, waktu masuk rumah sakit, rontgen tidak ada masalah, cuma ada penyempitan saluran nafas.

Klien mengatakan sejak sakit dia sudah berhenti merokok.

2 Mengambil Keputusan yang tepat

dan mengurut –urut dada Tn.Nivos.

4 Memodifikasi lingkungan

 Menciptakan lingkungan yang bersih karena Tn.Nivos

juga alergi terhadap debu. 5 Memanfaatkan sarana

kesehatan

 Jika sakit klien pergi kepuskesmas dengan

(41)

M. DAFTAR MASALAH PENGKAJIAAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA DENGAN DIAGNOSA RESIKO KESEPIAN

N O

KRITERIA PENGKAJIAN

1 Mengenal Masalah  keluarga sudah bisa mengenal masalah

Keluarga mengatakan biasanya merasa kesepian, keluarga meengatakan menelpon atau melihat foto – foto anaknya.,

2 Mengambil Keputusan yang tepat

 keluarga bermusyawarah untuk menelepon anaknya

terdekat agar berkunjung kerumah. 3 Merawat anggota

keluarga yang sakit ataupun punya masalah

 Klien mengatakan biasanya kesepian kita saling

bercerita.

4 Memodifikasi lingkungan

 Keluarga kadang – kadang merasa kesiapan karena

hanya berdua saja dirumah.

 Keluarga memasang foto anak- anak dan cucunya

diruangan tamu dan kamarnya. 5 Memanfaatkan sarana

kesehatan

-N. ANALISA DATA

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1. Ds :

 Keluaraga

mengatakan bahwa dirinya kurang bisa dalam mengatasi masalah

kesehatan yang dialaminya.

Kurang

pengetahuan/informasi.

Gambar

Tabel 11. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Berasal dari Anggaran Pendapatan dan

Dalam gerakan tertentu yang yang tidak bisa diamati secara visual dan tidak dapat terjangkau oleh mata telanjang manusia, aplikasi pemrosesan video sering harus melakukan

Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa Customer experience dan brand trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty, sehingga hal tersebut berarti

Lebih lanjut tour operator atau biro perjalanan wisata adalah suatu perusahaan yang usaha kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan orang-orang untuk

Akan tetapi, dalam bahan pangan yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme yang ada telah rusak oleh pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh konsentrasi garam, sel-sel

Dalam penelitian ini penulis meneliti bagaimana gaya komunikasi orang tua otoriter dalam memberikan pendidikan seks kepada anak usia 6-12 tahun, orang tua diposisikan

Soal ujian semester diserahkan ke Koordinator Prodi dan Bagian Pengajaran paling lambat 10 hari terakhir menjelang

Input data, yaitu: data Sumber PLN, Trafo, Saluran, dan beban yang diperoleh dari sistem yang terkait dengan catu daya Kawasan GI PUSPIPTEK dalam hal ini menggunakan catu