• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (5)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Hukum dan Peradilan Internasional

Diajukan untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan oleh Pak Aries Sandra, S. Pd.:

Disusun oleh Kelompok 2 Kelas XI TKJ 2:

1. Aurora Margaretha Rompas 2. Dadang Muhammad Purwa

3. Fajar Arya Iskandar 4. Kristialdi Rhamdani 5. Muhammad Mardan 6. Muhammad Pinki Adjis 7. Muhammad Rizqi Fadhillah

8. Melian Nur Sepiani 9. Nasywa Hanifa Muthmainah

10. Revi Dermawan 11. Rizkyta Shainy Angeline

12. Yuli Yulianti

Program Keahlian Teknik Komputer Jaringan

Sekolah Menengah Kejuruan Telkom Bandung

(2)

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah mengenai Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ini dengan lancar. Penulis sangat berharap agar isi dari tugas ini dapat berguna bagi para pembacanya. Penulis akui dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat berharap agar pembaca berkenan memberikan saran serta kritik agar dalam penulisan tugas berikutnya dapat lebih disempurnakan.

Bandung, Mei 2017

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar... 2

Daftar Isi... 3

Bab I Pendahuluan...4

1. 1. Latar Belakang Masalah...4

1. 2. Rumusan Masalah...7

1. 3. Tujuan Penulisan...7

1. 4. Teknik Pengumpulan Data...8

Bab II Landasan Teori...9

2. 1. Pengertian Hukum Internasional...9

2. 2. Subjek Hukum Internasional...13

2. 3. Asas Hukum Internasional...15

2. 4. Sumber hukum internasional...16

2. 5. Lembaga Peradilan Internasional...21

Bab III Pembahasan...23

3. 1. Sengketa Internasional dan Penyebabnya...23

3. 2. Batas Negara dan Sengketa...27

3. 3. Penyelesaian Sengketa Internasional...33

3. 4. Peran Mahkamah Konstitusi Dalam Menyelesaikan sengketa...37

3. 5. Sikap Sebagai warga negara dalam Menghargai Keputusan...39

Bab IV Penutup...43

4. 1. Kesimpulan...43

4. 2. Saran...44

(4)

Bab I

Pendahuluan

1. 1. Latar Belakang Masalah

Aturan-aturan yang mampu menjadi pedoman dan garis

batas dalam setiap tindakan sangat dibutuhkan untuk mengatur

kehidupan antar sesama manusia agar tetap berjalan lancar, baik itu

tindakan yang dilakukan oleh individu maupun yang dilakukan

kelompok. Ada banyak jenis aturan yang disepakati dan digunakan

oleh kelompok-kelompok tertentu. Salah satu bentuk aturan

tersebut adalah hukum.

Hukum merupakan suatu bentuk peraturan yang hampir ada

di setiap kelompok kehidupan baik itu dalam kelompok kecil atau

bahkan dalam kelompok besar seperti negara. Hukum dalam suatu

negara dibutuhkan untuk mengatur kehidupan masyaakat dalam

negara itu sendiri. Selain masyarakat dalam ruang lingkup negara,

masyarakat dalam lingkup internasional juga membutuhkan hukum

untuk mengatur dan menjaga hubungan baik antara negara di dunia.

Awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai

perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan

pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini

(5)

struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas

tertentu, perusahaan multinasional dan individu.

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan

hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman

dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan

pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara

anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan

asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas

negara antara:

i. Negara dengan negara

ii. Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau

subyek hukum bukan negara satu sama lain.

Sebagaimana hukum dalam suatu negara, hukum

internasional juga tak bisa lepas dari yang peradilan. Peradilan

yaitu suatu sarana untuk menyelesaikan sengketa antara dua atau

lebih pihak demi mencapai titik keadilan sesuai dengan hukum

yang beralaku. Peradilan internasional merupakan aspek yang

(6)

merupakan acuan pokok bagi masyarakat atau pemerintah suatu

negara untu bertindak dalam ruang internasional.

Hukum internasional mutlak diperlukan dalam rangka

menjamin kelancaran tata pergaulan internasional, menjadi

pedoman dalam menciptakan kerukunan dan kerjasama yang saling

menguntungkan, mengatur masalah-masalah bersama yang penting

dalam hubungan antar subjek-subjek hukum internasional, dan juga

yang terpenting adalah menghindari dan mengatasi sengketa

internasional.

Pada hakikatnya, sengketa internasional merupakan

sengketa yang terjadi antarnegara. Munculnya sengketa ini

bukanlah sesuatu masalah yang baru, karena sengketa internasional

tersebut sudah sering muncul jauh sebelum lahirnya negara-negara

modern.

Setiap negara memiliki kebutuhan atau kepentingan-kepentingan

yang berbeda satu dengan lainnya. Begitu banyak ragam perbedaan

kepentingan, mulai dari kebutuhan fisik sampai non fisik. Secara

garis besar, kebutuhan-kebutuhan itu meliputi kebutuhan fisiologis,

ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

Mereka menganggap bahwa kebutuhan–kebutuhan mereka

(7)

mendapatkannya kadang di antara mereka tidak segan-segan harus

melalui pertentangan atau konflik.

Pengamatan mengenai sistem hukum dan peradilan

internasional dirasa perlu untuk dilakukan karena selaku warga

negara yang tak bisa lepas dari hukum dan peradilan internasional,

penting untuk mengetahui lebih lanjut dan jelas mengenai sistem

hukum dan peradilan internasional, dan berbagai sengketa

internasional beserta penyelesaiannya.

1. 2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum dan peradilan

internasional?

2. Apa saja lembaga peradilan internasional?

3. Mengapa sengketa internasional dapat timbul dan bagaimana

cara mengatasi sengketa internasional?

4. Bagaimana peran Mahkamah Internasional dalam mengatasi

sengketa internasional?

5. Apa yang dapat dilakukan dalam menghargai keputusan

Mahkamah Internasional?

1. 3. Tujuan Penulisan

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak

(8)

koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat.

Hukum dunia berpangkal pada dasar pikiran lain, dipengaruhi analogi

dengan Hukum Tata Negara (Constitusional Law), hukum dunia

merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua

negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas

negara-negara nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan

suatu tertib hukum subordinasi.

Dengan hal tersebut, tujuan penyusunan makalah mengenai

Sistem Hukum dan Peradilan Internasional adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sistem hukum dan peradilan internasional. 2. Mengetahui pembagian hukum internasional.

3. Mengetahui Asas-asas hukum internasional.

4. Mengetahui Subjek dan Sumber Hukum Internasional 5. Mengetahui Pengertian dan Lembaga Peradilan

Internasional

1. 4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpuan data makalah ini,

antara lain:

a. Observasi/Pengamatan b. Studi Kepustakaan c. Opini

Bab II

(9)

2. 1. Pengertian Hukum Internasional

Untuk memahami pengertian hukum internasional, perlu

diketahui beberapa pendapat tokoh sebagai berikut:

a. Hukum internasional sebagai hukum yang timbul dari

kesepakatan masyarakat internasional dan pelaksanaannya

dijamin oleh kekuatan dari luar. (Oppenheimer)

b. Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan

asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang

melintasi batas-batas negara antara : a. Negara dan negara

b. Negara dan subjek hukum lain bukan negara atau

subjek hukum bukan negara satu sama lain.

(Mochtar Kusumaatmadja)

c. Hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of

law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena

itu biasanya ditaati dalam hubungan antar negara. (J.G.

Starke)

d. Hukum internasional adalah sekumpulan hukum yang

sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan

peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara. Oleh

karena itu, hukum internasional harus ditaati dalam

hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya.

(Charles Cheny Hyde)

e. Hukum Internasional adalah hukum yang membahas

kebiasaan-kebiasaan (custom) yang diikuti negara pada

(10)

f. Hukum Internasional adalah kumpulan ketentuan hukum

yang berlakunya dipertahankan oleh masyarakat

Internasional. (Sugeng Istanto)

Dapat disimpulkan bahwa, hukum internasional adalah hukum

yang terdiri dari asas-asas harus ditaati, timbul dari kesepakatan

masyarakat internasional untuk mengatur hubungan atau persoalan

berskala internasional dan harus ditaaati setiap negara.

Dalam sejarah perkembangannya, hukum internasional

bersumber dari hukum Romawi yang disebut ius civile dan ius

gentium. Ius civile adalah hukum yang berlaku atau mengatur

hubungan antar orang Romawi. Ius Gentium adalah hukum yang

berlaku atau mengatur hubungan antara orang Romawi dan orang

asing atau bukan orang Romawi.

Ius civile tidak dipergunakan untuk mengatur hubungan antara

orang Romawi dan bukan orang Romawi, sebab bertentangan

dengan prinsip mereka bahwa orang Romawi menganggap lebih

tinggi derajatnya dengan orang lain. Ius gentium sangat diperlukan

mengingat semakin luasnya jajahan Romawi, sehingga banyak

hubungan dilakukan dengan orang luar. Dari istilah ius gentium ini

kemudian berkembang istilah “ius enter gentes” artinya hukum

yang berlaku antar masyarakat atau hukum antar bangsa. Ius

gentium atau ius enter gentes kemudian diterjemahkan menjadi

(11)

Prancis, dan law of nations (internasional law) dalam bahasa

Inggris.

Pada mulanya, hukum internasional atau hukum antar bangsa

hanya mengatur hubungan antar bangsa atau Negara sebagai subjek

hukum. Namun kemudian berkembang tidak hanya mengatur

hubungan antar Negara, tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya,

seperti organisasi internasional, dan gerakan pembebasan nasional.

Bahkan dalam hal-hal tertentu, hukum internasional juga

diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

denga Negara-negara. Hal ini disebabkan oleh :

a. Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan

teknologi,

b. Meningkatnya hubungan kerja sama dan saling

ketergantungan antarnegara,

c. Munculnya organisasi-organisasi internasional baru, d. Munculnya Negara-negara baru setelah kolonisasi, e. Pemisahan anggota Negara-negara serikat,

f. Akibat runtuhnya pimpinan pusat atau pemerintahan

pusat.

Istilah hukum internasional mencakup dua pengertian,

yakni:

a. Hukum Publik Internasional

Yaitu hukum yang mengatur hubungan antar negara

(12)

Yaitu hukum yang mengatur hubungan antar warga

negara suatu negara dengan warga negara lain dalam

hubungan internasional.

Pengertian hukum publik internasional lebih dikenal dengan

istilah hukum internasional. Adapun pengertian hukum

internasional meliputi hukum perdata (hukum internasional dalam

arti sempit) dan hukum public internasional (hukum internasional

dalam arti luas). Jadi definisi hukum internasional di atas, yang

dimaksud adalah makna dari hukum publik internasional.

Disamping hukum publik internasioal dan hukum perdata

internasional dan hukum perdata iternasional, juga terdapat

pembagian hukum internasional lainnya, yaitu hukum internasional

umum, hukum internasional regional, dan hukum internasional

khusus.

Hukum internasional umum adalah hukum yang berlaku

umum. Hukum internasinal regional adalah hukum internasional

yang terbatas lingkungan berlakunya atau hukum internasional

yang hanya berlaku pada region (bagian dunia) tertentu. Contoh,

hukum internasional eropa, hukum internasional Amerika Latin,

dan sebagainya. Hukum internasional khusus adalah hukum

(13)

terbatas pada suatu region. Contoh, komvensi Eropa mengenai Hak

Asasi Manusia.

2. 2. Subjek Hukum Internasional

Istilah subjek, dapat disebut dengan pelaku atau yang

melakukan. Subjek hukum adalah pihak yang dapat dibebani hak

dan kewajiban untuk diatur oleh hukum. Jadi, yang dimaksud

dengan subjek hukum internasional adalah orang atau

badan/lembaga yang dianggap mampu melakukan perbuatan atau

tindakan hukum yang diatur dalam hukum internasional dan

perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan secara hukum

internasional. Subjek hukum internasional merupakan pihak yang

dapat dibebani hak dan kewajiban serta terlibat dalam hubungan

internasional. Mereka adalah pendukung hak dan kewajiban serta

tunduk pada hukum internasional. Subjek hukum internasional

meliputi :

a. Negara

Negara dianggap sebagai subjek utama hukum internasional.

Pada umumnya, para pelaku dalam hukum internasional adalah

Negara. Namun, dalam perkembangannya tidak hanya Negara

yang dapat melakukan perbuatan atau tindakan dalam

hubungan internasional, subjek-subjek hukum internasional

(14)

b. Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat melakukan hubungan dengan

subjek hukum lain atau Negara. Mereka diatur dan terikat oleh

aturan hukum internasional. Organisasi tersebut misalnya, PBB

dengan badan-badan dibawahnya, OPEC, ASEAN, MEE, dan

sebagainya. Organisasi internasional juga meliputi

lembaga-lembaga internasional non pemerintah atau disebut non

Government Organitations (NGO), seperti kelompok pencinta

lingkungan : Green Peace”, Palang Merah Internasional, dan

Negara Vatikan (Tahta Suci) di Roma Italia dimasukan sebagai

subjek hukum internasional. Pengakuan sebagai subjek hukum

ini terjadi, karena peninggalan sejarah. Paus dianggap sebagai

Kepala Negara Vatikan, sekaligus Kepala Gereja Roma Katolik,

vatikan memiliki pula perwakilan diplomatik de Negara lain. e. Individu

Individu dalam kasus tertentu dan terbatas, dapat menjadi

subjek hukum internasional. Mereka adalah individu yang

dikualifikasi sebagai pelaku tindak kejahatan kemanusiaan, dan

penjahat perang. Mereka dapat diajukan ke Mahkamah

Arbitrasi Internasional. Termasuk didalamnya, para pembajak

dan bajak laut. Selain individu, hukum internasional sekarang

(15)

multinasional sebagai subjek hukum internasional. Perusahaan

besar yang memiliki jaringan usaha diseluruh dunia dapat

melakukan hubungan internasional. Contoh, Coca Cola, Mc.

Donald, dan sebagainya.

2. 3. Asas Hukum Internasional

Setiap sistem hukum memiliki asas atau prinsip sebagai

suatu pikiran dasar yang umum sifatnya atau latar belakang dari

peraturan hukum yang muncul. Asas hukum menjadi norma dasar

serta petunjuk arah pembentukan hukum. Asas hukum terdiri dari

dua, yaitu :

a. Asas Hukum Umum

Yaitu asas yang berhubungan dengan keseluruhan bidang

hukum. Contoh:

1. Asas ratitio in integrum

2. Asas lex posteriore derogate legi priori 3. Asas lex specialis derogate legi generalis 4. Asas lex superior derogate legi inferior.

b. Asas Hukum Khusus

Yaitu asas yang berlaku dalam lapangan hukum tertentu.

Contoh:

1. Hukum pidana berlaku asas praduga tak bersalah,

asas nebis in idem

2. Hukum perdata berlaku asas pacta sunt servanda,

abus de deroit, asas konsensualisme.

Asas-asas hukum internasional yang dimaksud adalah asas hukum

(16)

2. 4. Sumber hukum internasional

Sumber hukum internasional berarti dasar kekuatan

mengikatnya hukum internasional, metode penciptaan hukum

internasional, atau tempat ditemukannya ketentuan-ketentuan

hukum internasional yang dapat diterapkan pada suatu persoalan

konkret. Istilah sumber hukum internasional memiliki makna

materiil dan makna formal.

Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang membahas

materi dasar tentang substansi dari pembuatan hukum itu sendiri

atau prinsip-prinsip yang menentukan isi ketentuan hukum

internasional yang berlaku. Dapat diartikan sebagai dasar kekuatan

mengikatnya hukum internasional. Ada beberapa teori yang

menjelaskan dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional.

1. Teori Hukum Alam (Naturalist)

Menurut para penganut ajaran hukum alam, dasar kekuatan

mengikatnya hukum internasional karena hukum

internasional tersebut merupakan bagian dari hukum yang

lebih tinggi, yaituhukum alam. Ajaran hukum alam telah

berhasil menimbulkan keseganan terhadap hukum

internasional dan telah meletakkan dasar moral dan etika

yang berharga bagi hukum internasional, juga bagi

perkembangan selanjutnya. Tokoh teori hukum alam adalah

Hugo Grotius. Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum

(17)

oleh akal manusia dan praktik negara serta perjanjian

negara sebagai sumber hukum internasional. Atas

pendapatnya tersebut, Hugo Grotius dari Belanda disebut

sebagai Bapak Hukum Internasional.

2. Teori Kedaulatan (Positivisme)

Menurut aliran teori kedaulatan, dasar kekuatan

mengikatnya hukum internasional atas kehendak negara itu

sendiri untuk tunduk pada hukum internasional.

Tokoh-tokoh dalam teori kedaulatan antara lain Hegel dan George

Jellineck dari Jerman. Berkaitan dengan teori ini, Zorn

berpendapat bahwa hukum internasional itu tidak lain

daripada hukum tata negara yang mengatur hubungan luar

suatu negara. Hukum internasional bukan sesuatu yang

lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat ke luar

kemauan negara. Teori-teori yang mendasarkan berlakunya

hukum internasional pada kehendak negara (teori

voluntaris) mencerminkan dari teori kedaulatan dan aliran

positivisme yang menguasai alam pikiran dunia hukum di

Benua Eropa, terutama Jerman pada abad XIX.

3. Teori Objectivitas

Menurut aliran teori objektivis, dasar kekuatan mengikatnya

hukum internasional adalah suatu norma hukum, bukan

(18)

dengan nama mazhab Wiena. Ajaran mazhab Wiena

mengembalikan segala sesuatunya kepada suatu kaidah

dasar (grundnorm). Tokoh mazhab Wiena adalah Hans

Kelsen (dari Austria) yang dianggap sebagai bapak mazhab

Wiena. Kelsen mengemukakan bahwa asas ”pacta sunt

servanda” sebagai kaidah dasar (grundnorm) hukum

internasional. Pacta sunt servanda adalah prinsip bahwa

perjanjian antarnegara harus dihormati.

Sumber hukum formal dalam hukum internasional

ditegaskan dalam Statuta Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1). Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional,

sumber-sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah

dalam mengadili perkara sebagai berikut.

1. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama

atau primer dari hukum internasional adalah perjanjian

internasional (treaty) baik berbentuk law making treaty

maupun yang berbentuk treaty contract. Law making treaty

artinya perjanjian internasional yang menetapkan ketentuan

hukum internasional yang berlaku umum. Adapun treaty

contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional yang

(19)

berlaku khusus bagi pihak-pihak tersebut. Menurut pasal

38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, perjanjian

internasional merupakan sumber utama dari sumbersumber

hukum internasional lainnya. Hal itu dapat dibuktikan

terutama dalam kegiatan-kegiatan internasional dewasa ini

yang sering berpedoman pada perjanjian antara para subjek

hukum internasional yang mempunyai kepentingan sama.

2. Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah

kebiasaan yang terbukti dalam praktik umum dan diterima

sebagai hukum. Contohnya, penyambutan tamu dari

negara-negara lain dan ketentuan yang mengharuskan pemasangan

lampu bagi kapalkapal yang berlayar pada malam hari di

laut bebas untuk menghindari tabrakan.

3. Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum

modern, yang meliputi semua prinsip hukum umum dari

semua sistem hukum nasional yang bisa diterapkan pada

hubungan internasional. Dengan adanya prinsip hukum

umum, Mahkamah Internasional diberi keleluasaan untuk

membentuk dan menemukan hukum baru. Dengan

(20)

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena

tidak adanya hukum yang mengatur persoalan yang

diajukan.

4. Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber

hukum internasional menurut Piagam Mahkamah

Internasional pasal 38 ayat (1) sub d adalah pengadilan

dalam arti luas dan meliputi segala macam peradilan

internasional maupun nasional termasuk di dalamnya

mahkamah dan komisi arbitrase. Mahkamah yang

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional

Permanen, Mahkamah Internasional, dan Mahkamah

Arbitrase Permanen.

2. 5. Lembaga Peradilan Internasional

Lembaga peradilan internasional adalah Mahkamah

Internasional atau Mahkamah Agung Internasional, yang

merupakan mahkamah peradilan tertinggi di seluruh

dunia.Lembaga ini bertugas memutuskan kasus hukum atau

perselisihan antar negara dan memberikn pendapat hukum bagi

(21)

MI adalah organ utama lembaga kehakiman PBB, yang

kedudukan di Den Haag, Belanda. Mahakamah ini mulai berfungsi

sejak tahun 1946 sebagai pengganti MIP. Fungsi utama MI adalah

untuk menjelaskan kasus-kasus persengkataan intersional yang

subjeknya adalah negara. Statuta adalah hukum-hukum yang

terkandung.

MPI adalah Mahkamah Pidana Internasional yang berdiri

permanen berdasarkan traktat multilateral, yang mewujudkan

supremasi hukum internasional yang memastikan bahwa pelaku

kejahatan berat internasional di pidana.

Panel khusus pidana internasional (PKPI) dan Panel spesial

pidana internasional (PSPI) adalah lembaga peradilan internasional

yangberwenang mengadili para tersangka kejahatan berat

internasional yang bersifat tidak permanen. Artinya selesai

mengadili, peradilan ini dibubarkan.

Di dalam pelaksanaan peradilan pidana, ada satu istilah

hukum yang dapat merangkum cita-cita peradilan pidana, yaitu

“due process of law” yang dalam bahasa Indonesia dapat

diterjemahkan menjadi proses hukum yang adil atau layak.

Secara yuridis-historis, lembaga peradilan internasional

(22)

internasional yang dibentuk oleh dan atas nama Liga

Bangsa-Bangsa (LBB), antara lain:

1. Arbitrase Internasional,

2. International Court of Justice (Mahkamah

Internasional);

3. International Military Tribunal Nuremberg;

4. International Military Tribunal for the Far East di

Tokyo, Jepang.

Sedangkan lembaga peradilan internasional yang dibentuk

oleh PBB antara lain:

1. Internasional Criminal Tribunal for the Former

Yugoslavia, dibentuk pada tanggal 25 Mei 1993 berkedudukan di

Den Haag, berdasarkan resolusi No. 827;

2. International Tribunal for Rwanda, dibentuk pada

tanggal 8 Nopember 1994, yang berkedudukan di Arusha,

Tanzania, dengan resolusi No. 995

3. International Criminal Court of Justice berdasarkan

(23)

Bab III

Pembahasan

3. 1. Sengketa Internasional dan Penyebabnya

Sengketa internasional (International despute), adalah

perselisihan yang terjadi antara Negara dengan Negara, Negara

dengan individu-individu, atau Negara dengan lembaga

internasional yang menjadi subyek hukum internasional.

Sebab-sebab terjadinya Sengketa Internasional antara lain:

1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam

perjanjian internasional.

2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional 3. Perebutan sumber-sumber ekonomi

4. Perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan

regional dan internasional.

5. Adanya intervensi terhadap kedaulatan Negara lain. 6. Penghinaan terhadap harga diri bangsa.

7. Politik luar negeri yang terlalu luwes atau sebaliknya terlalu

kaku. Politik luar negeri suatu bangsa menjadi salah satu

penyebab kemungkinan timbulnya sengketa antarnegara.

Sikap tersinggung atau salah paham merupakan pemicu

utama terjadinya konfl ik. Salah satu contohnya adalah

sikap Inggris yang terlalu luwes (fleksibel) dalam masalah

pengakuan pemerintahan Cina. Pada akhirnya

mengakibatkan ketersinggungan pihak Amerika Serikat

(24)

8. Unsur-unsur moralitas dan kesopanan antarbangsa. Dalam

menjalin kerja sama atau berhubungan dengan bangsa lain,

kesopanan antarbangsa penting untuk diperhatikan dalam

etika pergaulan. Sebab jika kita menyalahi etika bisa saja

timbul konfl ik atau ketegangan. Hal ini pernah terjadi saat

Singapura mengundurkan diri dari perjanjian dengan

Malaysia, meskipun hubungan baik telah lama mereka jalin. 9. Masalah klaim batas negara atau wilayah kekuasaan.

Negara-negara yang bertetangga secara geografis

berpeluang besar terjadi konflik atau sengketa

memperebutkan batas negara. Hal ini dialami antara lain

oleh Indonesia-Malaysia, India-Pakistan, dan Cina-Taiwan. 10. Masalah hukum nasional (aspek yuridis) yang saling

bertentangan. Hukum nasional setiap negara berbeda-beda

bergantung pada kebutuhan dan kondisi masyarakatnya.

Jika suatu negara saling bekerja sama tanpa

mempertimbangkan hukum nasional negara lain, bukan

tidak mungkin konfrontasi bisa terjadi. Hal ini terjadi saat

Malaysia secara yuridis menentang cara-cara pengalihan

daerah Sabah dan Serawak dari kedaulatan Kerajaan Inggris

ke bawah kedaulatan Malaysia.

11. Masalah ekonomi. Faktor ekonomi dalam praktek hubungan

antara negara ternyata sering kali memicu terjadinya konflik

internasional. Kebijakan ekonomi yang kaku dan memihak

(25)

ketika Amerika Serikat mengembargo minyak bumi hasil

dari Irak yang kemudian menjadikan konflik tegang antara

Amerika Serikat dan Irak.

Untuk penyelesaian dalam sengketa internasional,

pertama-tama sengketa tersebut akan diselesaikan dengan cara damai. Kalau

tidak berhasil, baru dipakai cara penyelesaian dengan kekerasan

yang berupa perang atau tindakan bersenjata lain yang bukan

perang. Penyelesaian damai dapat ditempuh melalui pengadilan

atau di luar pengadilan. Berdasarkan pembedaan cara tersebut

sengketa internasional dapat dibedakan menjadi:

1. Sengketa justisiabel adalah sengketa yang dapat

diajukan ke pengadilan atas dasar hukum internasional. Sengketa

justisiabel sering disebut sebagai sengketa hukum, karena sengketa

tersebut timbul dari hukum internasional dan diselesaikan dengan

menerapkan hukum internasional.

2. Sengketa non-justisiabel adalah sengketa yang

bukan merupakan sasaran penyelesaian pengadilan. Sengketa

non-justisiabel sering dikenal sebagai sengketa politik karena hanya

melibatkan masalah kebijaksanaan atau urusan lain di luar hukum,

sehingga penyelesaian lebih banyak menggunakan pertimbangan

politik. Penyelesaian politik ini ditempuh dengan jalan diplomasi

(26)

3. 2. Batas Negara dan Sengketa

Fungsi Mahkamah Internasional adalah menyelesaikan

kasus-kasus persengketaan internasional yang subjeknya adalah negara.

Pasal 34 Statuta Mahkamah Internasional menyatakan bahwa yang

boleh beracara di Mahkamah Internasional hanyalah subjek hukum

negara (Only States may be parties in cases before the Court).

Dalam hal ini, ada tiga kategori negara, yaitu: negara anggota PBB;

negara bukan anggota PBB yang menjadi anggota Statuta

Mahkamah Internasional; dan negara bukan Statuta Mahkamah

Internasional. Ada banyak kasus yang telah diselesaikan

Mahkahmah Internasional seperti berikut:

1. Indonesia dengan Malaysia

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat

pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut

antara kedua negara, masing-masing negara ternyata

memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam

batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan

Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi

ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun

resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia

karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di

bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan

(27)

status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai

persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Pada tahun

1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau

tersebut ke dalam peta nasionalnya. Keputusan Mahkamah

Internasional pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan

Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari selasa 17

Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus

sengketa kedaulatan pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia

dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu,

Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1

orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15

merupakan hakim tetap dari Mahkamah Internasional,

sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu

lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena

berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada

pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim),

yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan

tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan

ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak

terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan

operasi mercusuar sejak 1960-an.

3. Irak dengan Kuwait

Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi

(28)

Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai

pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro

dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni

Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang

ekonomi serta perselisihan atas ladang minyak Rumeyla

sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu

Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain

itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat

warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya

pemerintahan Turki Usmani. Dewan Keamanan PBB

mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat untuk

tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari

berbaliknya kekuatan militer negara-negara Arab yang

dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan. Pada

tanggal 27 Februari 1991 pasukan koalisi berhasil

membebaskan Kuwait dan presiden Bush menyatakan perang

selesai.

4. Indonesia dan Timor Leste

Klaim wilayah Indonesia, ternyata bukan hanya

dilakukan oleh Malaysia, tetapi juga oleh Timor Leste, negara

yang baru berdiri sejak lepas dari negara kesatuan Republik

Indonesia pada tahun 1999. Klaim wilayah Indonesia ini

(29)

perbatasan wilayah Timor Leste dengan wilayah Indonesia,

yaitu perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Utara (RI)

dengan Timor Leste. Permasalahan perbatasan antara RI dan

Timor Leste itu kini sedang dalam rencana untuk

dikoordinasikan antara pemerintah RI dengan pemerintah

Timor Leste dan kemungkinan akan dibawa ke Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendapatkan penyelesaian

masalah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste,

khususnya di lima titik yang hingga kini belum diselesaikan

akan dibawa ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lima titik

tersebut adalah Imbate, Sumkaem, Haumeniana, Nimlat, dan

Tubu Banat, yang memiliki luas 1.301 hektare (ha) dan sedang

dikuasai warga Timor Leste. Tiga titik diantaranya terdapat di

perbatasan Kabupaten Belu dan dua di perbatasan Timor Leste

dengan Kabupaten Timor Tengah Utara. Berlarutnya

penyelesaian lima titik di perbatasan tersebut mengakibatkan

penetapan batas laut kedua negara belum bisa dilakukan.

Di lima titik tersebut, ada dua hal yang belum disepakati warga

dari kedua negara:

1. Penetapan batas apakah mengikuti alur sungai

terdalam, dan persoalan pembagian tanah. Semula, pemerintah

Indonesia dan Timor Leste sepakat batas kedua negara adalah

(30)

sungai selalu berubah-ubah. Selain itu, ternak milik warga di

perbatasan tersebut minum air di sungai yang berada di tapal

batas kedua negara. Jika sapi melewati batas sungai terdalam,

warga tidak bisa menghalaunya kembali, karena melanggar

batas negara.

2. Warga negara yang bermukim di perbatasan harus

rela membagi tanah ulayat mereka, karena menyangkut

persoalan batas negara.

5. Jepang dan Korea

Perebutan kepemilikan pulau Daioyu/Senkakuantara

China-Jepang telah berlangsung sejak tahun 1969. Sengketa ini

diawali ketika ecafe menyatakan bahwa diperairan sekitar

pulau Daioyu/Senkakuterkandung hidrokarbon dalam jumlah

besar. Kemudian pada tahun 1970, Jepang dan Amerika Serikat

menandatangani perjanjian pengembalian Okinawa, termasuk

pulau Daioyu/Senkaku kepada Jepang. Hal inilah yang

kemudian diprotes China, karena China merasa bahwa pulau

tersebut adalah miliknya. Sengketa ini semakin berkembang

pada tahun 1978, ketika Jepang membangun mercusuar di

pulau Daioyu untuk melegitimasi pulau tersebut.

Ketegangan ini berlanjut ketika Jepang mengusir kapal Taiwan

dari perairan Daioyu. Meskipun protes yang terus menerus dari

(31)

memperbaiki mercusuar yang telah dibangun oleh kelompok

kanan Jepang di Daiyou. Secara resmi China memprotes

tindakan Jepang atas pulau tersebut.

Sampai saat ini permasalahan ini belum dapat diselesaikan.

Kedua negara telah mengadakan pertemuan untuk

membicarakan dan menyelesaikan sengketa. Namun dari

beberapa kali pertemuan yang telah dilakukan belum ada

penyelesaian, karena kedua negara bersikeras bahwa pulau

tersebut merupakan bagian kedaulatan dari negara mereka,

akibat overlapping antara ZEE Jepang dan landas kontinen

China. Hal inilah yang belum terjawab oleh hukum laut 1982.

Meskipun saat ini banyak yang menggunakan pendekatan

median/equidistance line untuk pembagian wilayah yang saling

tumpang tindih, namun belum dapat menyelesaikan perebutan

antara kedua negara, karena adanya perbedaan interpretasi

terhadap definisi equidistance line. Alternatif lain juga telah

ditawarkan untuk penyelesaian konflik, yaitu melalui

pengelolaan bersama (JDA, Joint Development Agreement).

Sebenarnya dengan pengelolaan bersama tidak hanya akan

menyelesaikan sengketa perbatasan laut kedua negara, tetapi

memiliki unsur politis. Hal ini akan memperbaiki hubungan

China-Jepang, karena menyangkut kepentingan kedua negara,

(32)

agar kesepakatan dapat berjalan dengan baik. Namun

sayangnya tawaran ini ditolak China, padahal sebenarnya

kesepakatan ini dapat digunakan untuk membangun masa

depan yang cerah bersama Jepang melihat sulitnya dicapai

kesepakatan China-Jepang, alternatif penyelesaian akhir yang

harus ditempuh adalah melalui mahkamah internasional.

Namun penyelesaian tersebut cukup beresiko, karena hasilnya

akan take all or nothing.

3. 3. Penyelesaian Sengketa Internasional

Ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu secara

damai dan paksa.

1. Penyelesaian secara damai, meliputi:

a. Arbitrase yaitu penyelesaian sengketa internasional

dengan cara menyerahkannya kepada orang tertentu

atau Arbitrator, yang dipilih secara bebas oleh

mereka yang bersengketa, namun keputusannya

harus sesuai dengan kepatutan dan keadilan ( ex

aequo et bono).

Prosedur penyelesaiannya, adalah :

Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk

dua arbitrator, satu boleh berasal dari warga

negaranya sendiri. Para arbitrator tersebut memilih

seorang wasit sebagai ketua dari pengadilan

(33)

b. Penyelesaian Yudisial adalah penyelesaian sengketa

internasional melalui suatu pengadilan internasional

dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum. c. Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial.

Terlebih dahulu dilakukan konsultasi dan

komunikasi agar negosiasi dapat berjalan

semestinya.

d. Good Offices (Jasa Baik) adalah tindakan pihak

ketiga yang membawa ke arah terselenggaranya

negosiasi, tanpa berperan serta dalam diskusi

mengenai substansi atau pokok sengketa yang

bersangkutan. Good offices akan terjadi apabila

pihak ketiga mencoba membujuk para pihak

sengketa untuk melakukan negosiasi sendiri. Good

offices merupakan suatu metode penyelesaian

sengketa internasional yang tidak tercantum dalam

ketentuan pasal 33 Piagam PBB.

e. Mediasi adalah tindakan negara ketiga atau individu

yang tidak berkepentingan dalam suatu sengketa

internasional, yang bertujuan membawa ke arah

negosiasi atau memberi fasilitas ke arah negosiasi

dan sekaligus berperan serta dalam negosiasi pihak

sengketa tersebut. Pelaksana mediasi disebut

(34)

maupun individu. Mediator lebih berperan aktif

demi tercapainya penyelesaian sengketa.

f. Konsiliasi. Seperti cara mediasi, penyelesaian

sengketa melalui cara konsiliasi menggunakan

intervensi pihak ketiga. Pihak ketiga yang

melakukan intervensi ini biasanya adalah negara.

Namun, bisa juga sebuah komisi yang dibentuk oleh

para pihak. Konsiliasi juga dapat diartikan sebagai

upaya penyelesaian sengketa secara bersahabat

dengan bantuan negara lain atau badan pemeriksa

yang netral atau tidak memihak, atau dengan

bantuan Komite Penasihat.

g. Enquiry atau Penyelidikan adalah suatu proses

penemuan fakta oleh suatu tim penyelidik yang

netral. Prosedur ini dimaksudkan untuk

menyelesaikan sengketa yang timbul karena

perbedaan pendapat mengenai fakta, bukan untuk

permasalahan yang bersifat hukum murni. Hal ini

karena fakta yang mendasari suatu sengketa sering

dipermasalahkan.

2. Penyelesaian secara paksa, kekerasan atau perang :

a. Perang dan tindakan bersenjata non perang,

bertujuan untuk menaklukkan Negara lawan dan

membebankan syarat penyelesaian kepada Negara

(35)

b. Retorsi, adalah pembalasan dendam oleh suatu

Negara terhadap tindakan – tindakan tidak pantas

yang dilakukan Negara lain. Contoh menurunkan

status hubungan diplomatic, atau penarikan diri dari

kesepakatan-kresepakatan fiscal dan bea masuk. c. Tindakan-tindakan pembalasan, adalah cara

penyelesaian sengketa internasional yang digunakan

suatu Negara untuk mengupayakan memperoleh

ganti rugi dari Negara lain. Adanya pemaksaan

terhadap suatu Negara.

d. Blokade secara damai. Adalah tindakan yang

dilakukan pada waktu damai, tapi merupakan suatu

pembalasan. Misalnya permintaan ganti rugi atas

pelabuhan yang di blockade oleh Negara lain.

e. Intervensi (campur tangan),adalah campur tanagn

terhadap kemerdekaan politik tertentu secara sah

dan tidak melanggar hukum internasional.

Contohnya :

i. Intervensi kolektif sesuai dengan piagam

PBB.

ii. Intervesi untuk melindungi hak-hak dan

kepentingan warga negaranya. iii. Pertahanan diri.

Negara yang menjadi obyek intervensi dipersalahkan

melakukan pelanggaran berat terhadap hukum

(36)

3. 4. Peran Mahkamah Konstitusi Dalam Menyelesaikan

sengketa

Ada dua mekanisme prosedur penyelesaian sengketa internasional

oleh Mahkamah internasional, yaitu:

1. Mekanisme Normal

Penyerahan perjanjian khusus yang berisi identitas para pihak

dan pokok persoalan sengketa.

Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan

fakta baru, penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi

dokumen pendukung.

Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup

tergantung pihak sengketa.

Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan. Kasus

internasional dianggap selesai apa bila : -Para pihak mencapai

kesepakatan -Para pihak menarik diri dari prose persidangan

Mahkamah internasional. -Mahkamah internasional telah

memutus kasus tersebut berdasarkan pertimbangan dan telah

dilakukan ssuai proses hukum internasional yang berlaku. 2. Mekanisme Khusus :

Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa

Karena Mahkamah Intrnasional dianggap tidak memiliki

yusidiksi atau kewenangan atas kasus tersebut.

Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya

dilakukan oleh Negara tergugat atau respondent karena

(37)

Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap

subyek persidangan, supaya pihak sengketa tidak melakukan

hal-hal yang mengancah efektivitas persidangan Mahkamah

internasional.

Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk

mengadakan sidang bersama karena materi sama terhadap

lawan yang sama.

Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada

Negara lain yang tidak terlibat dalam sengketa untuk

melakukan intervensi atas sengketa yangsedang disidangkan

bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada

kemungkinan Negara tersebut dirugikan

3. 5. Sikap Sebagai warga negara dalam Menghargai Keputusan

Seluruh anggota PBB secara otomatis menjadi anggota

Mahkamah Internasional. Oleh karena itu, jika terjadi sengketa

maka sudah menjadi ketentuan bagi negara-negara anggota untuk

menggunakan haknya bila merasa dirugikan oleh negara lain.

Sebaliknya, jika suatu keputusan Mahkamah Internasional telah

diputuskan segala konsekuensinya yanga da harus diterima. Hal itu

mengingat bahwa apa yang menjadi putusan Mahkamah

Internasional merupakan putusan terakhir walaupun dapat

(38)

Putusan Mahkamah Internasional umumnya bersifat final

dan mengikat para pihak yang bersengketa. Namun, dalam hal-hal

khusus upaya banding terhadap putusan arbitrase kepada

Mahkamah Internasional dimungkinkan. Contohnya adalah dalam

kasus Guined Bissau (1991), mahkamah memberikan beberapa

alasan yang memungkinkan adanya upaya banding terhadap

putusan, yaitu Excess de Pouvoir. Di mana badan arbitrase

memutuskan suatu sengketa melebihi wewenang yang diberikan

pada pihak atau yang tidak diminta para pihak. Para arbiter tidak

mencapai suatu putusan secara mayoritas dan tidak cukupnya

alasanalasan bagi putusan yang dikeluarkan.

Pada dasarnya putusan Mahkamah Internasional adalah

pernyataan majelis hakim Mahkamah Internasional dalam sidang

pengadilan terbuka, berupa ketetapan majelis terhadap masalah

yang disengketakan, berkekuatan hukum tetap dan final, serta

harus diterima oleh para pihak yang bersengketa. Putusan tersebut

haruslah dihargai sebagai upaya mewujudkan keadilan global.

Meskipun ada pihak yang merasa dirugikan, menang atau kalah

bukanlah hal yang utama. Hal yang terpenting adalah semua pihak

belajar untuk lebih tertib dalam menjaga integritas bangsa dan

wilayahnya sekaligus berperan dalam mewujudkan perdamaian

dunia. Contoh penyelesaian sengketa Internasional melalui

(39)

Malaysia mengenai kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan. Kedua

negara sama-sama beranggapan bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan

adalah wilayahnya. Indonesia menyatakan kedua Pulau tersebut

sebagai wilayahnya berdasarkan bukti-bukti histories, sedangkan

Malaysia juga memiliki bukti-bukti lain yang menyatakan kedua

pulau tersebut sebagai wilayahnya.

Setelah melalui berbagai perundingan bilateral dan tidak

menemukan kesepakatan, akhirnya kedua negara sepakat

membawa masalah ini ke Mahkamah Internasional. Pada tanggal

17 Desember 2002 Mahkamah Internasional memutuskan bahwa

Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah Malaysia

berdasarkan kenyataan bahwa Malaysia dianggap telah melakukan

kedaulatan yang lebih efektif atas Pulau Sipadan Ligitan.

Terhadap putusan tersebut Indonesia merasa dirugikan.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia harus menerima hasil tersebut,

sebagai konsekuensi penyelesaian perkara tersebut melalui

mahkamah internasional. Penyelesaian secara damai dianggap

lebih baik dan bermartabat daripada cara-cara kekerasan. Di

samping itu, hal ini merupakan bentuk penghormatan negara

Indonesia terhadap hukum termasuk hukum internasional.[pi]

Sebagai tuntunan falsafah pancasila, bangsa indonesia

(40)

menghormati pendapat orang lain, menghormati pendapat negara

lain, dan mematuhi aturan –aturan yang telah ditetapkan bersama

secara adil dan bijaksana serta melaksanakan hasil keputusan

dengan penuh tanggung jawab.

Atas dasar itulah negara indonesia mendukung

sepenuhnya semua keputusan mahkamah Internasional yang telah

di tetapkan dengan penuh arif, adil dan bijaksana yang berlaku

untuk negara indonesia ataupun yang berlaku untuk negara lain.

Contoh nyata dukungan negara Indonesia terhadap

keputusan Mahkamah Internasional yaitu dapat dilihat dari sikap

dan tindakan bangsa dalam menyelesaikan kasus pulau Sipadan

dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia.

Dengan membawah kasus tersebut ke Mahkamah

Internasional walaupun hasilnya tidak sesuai dengan yang di

harapakan, bangsa Indonesia harus melepaskan 2 pulau tersebut

kepada malaysia. Namun, bangsa Indonesia menghormati

keputusan Mahkamah Internasional yang telah mengeluarkan

keputusan tersebut.

Pasca keputusan itu tidak mempengaruhi sikap negara

Indonesia untuk tidak menjalin hubungan kerja sama dengan

(41)

Bab IV

Penutup

4. 1. Kesimpulan

Hubungan internasional merupakan aturan-aturan yang telah

diciptakan bersama negara-negara anggota yang melintasi

batas-batas negara. Peradilan Internasional dilaksanakan oleh Mahkamah

Internasional yang merupakan salah satu organ perlengkapan PBB.

Sumber Hukum Internasional adalah sumber-sumber yang

digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan

masalah-masalah hubungan internasional. Sumber hukum

internasional dibedakan menjadi sumber hukum dalam arti materil

(42)

Dalam arti materil, adalah sumber hukum internasional yang

membahas dasar berlakunya hukum suatu negara. Sedangkan

sumber hukum formal, adalah sumber dari mana untuk

mendapatkan atau menemukan ketentuan-ketentuan hukum

internasional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

hukum dan peradilan internasional itu sangat diperlukan oleh suatu

negara untuk tetap mempertahankan eksistensi dan kemakmuran

suatu negara.

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan

hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman

dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan

pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara

anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.

Dalam kehidupan bernegara sering kali munculnya sengketa

antarnegara, yang dapat mengakibatkan masalah yang sangat besar

sehingga Mahkamah Internasional bertugas untuk mencegah

terjadinya masalah tersebut melalui mekanisme formal dan

mekanisme khusus.

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang demokratis senang tiasa

(43)

terkadang merugikan bangsa kita, namun dengan

mempertimbangkan berbagai sisi bangsa Indonesia dapat

menerimanya.

4. 2. Saran

Sebagai warga negara Indonesia, sebaiknya kita dapat menghargai

dan ikut mengerti tentang masalah sengketa internasional dengan

cara memenuhi dan mematuhi kewajiban perjanjian internasional.

Daftar Pustaka

http://warnet-mc.blogspot.co.id/2011/10/makalah-sistem-hukum-peradilan_21.html

http://www.zonasiswa.com/2014/11/sumber-hukum-internasional.html

http://mangihot.blogspot.co.id/2016/10/lembaga-peradilan-internasional.html

http://www.ndraweb.com/2016/03/contoh-sengketa-yang-diselesaikan-mahkamah-internasional.html

http://www.zonasiswa.com/2014/11/sengketa-internasional-penyebab.html

Referensi

Dokumen terkait

Massa yang digunakan pada perhitungan dengan menggunakan taut string theory adalah massa teoritis, massa tertimbang aktual dari benda uji wire rope 6x37+IWRC diameter 6

Kemudian yang kedua, berkenaan dengan kedudukan hukum saya ingin menyampaikan bahwa sesuai ketentuan Pasal 51 dari Undang- undang Mahkamah Konstitusi yang tadi sudah disinggung

Untuk mengetahui adanya pengaruh antara budaya organisasi (X1), komitmen organisasi, dan akuntabilitas publik terhadap kinerja rumah sakit di Kabupaten Sumenep (Y)

Pengukuran kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tahun 2013 berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam Rencana dan

Dalam artikel ini dianalisis gaya tahanan dari sebuah quark eksternal yang bergerak dalam Quark Gluon Plasma (QGP) berotasi dan berinteraksi kuat dengan meninjau persamaan gerak

Tujuan khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui secara objektif tentang : Mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Bangun

Dari teorema tersebut dapat disimpulkan bahwa bila lintasan 4 ronde AE1 dapat digunakan untuk memecahkan 6 ronde AE1 (2R- attack), maka diperlukan 2 204 pasangan plaintext yang

Usaha yang dibuat dalam program ini adalah jasa pemuatan gerobag yang ini)atif dan berkualitas yang terbuat dari bahan logam dengan nama *Gerobak Usaha*. Karakteristik produk