• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbagai Macam Hewan Langka (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berbagai Macam Hewan Langka (1)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. Orangutan (Pongo Pygmaeus)

(3)

2. BADAK SUMATERA

SEJARAH BADAK

Badak muncul pada jaman tertier (± 65 juta tahun yang lalu) dan terdiri dari 5 periode :

1. Periode Paleocene ( ± 60 - 50 juta tahun yang lalu) 2. Periode Eocene (± 50 - 45 juta tahun yang lalu 3. Periode Oligocene (± 35 - 25 juta tahun yang lalu) 4. Periode Miocene (± 25 - 10 juta tahun yang lalu 5. Periode Pleocene (± 10 juta tahun yang lalu)

Seperti halnya Dinosaurus yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, badak yang pada enam puluh juta tahun yang lalu ada 30 jenis yang hidup di bumi juga mengalami kepunahan. Pada saat ini hanya 5 jenis badak hidup di du-nia diantaranya 3 jenis badak hidup di Asia, yaitu:

Badak Sumatera (Sumatran rhino) bercula dua atau Dicerorhinus suma-trensis Fischer, 1814

Badak Jawa (Javan rhino) bercula satu atau Rhinocerus sondaicus Desmarest, 1822

Badak India (Indian rhino) bercula satu atau Rhinocerus unicornis Lin-naeus, 1758

KLASIFIKASI BADAK

(4)

1. Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis (FISCHER 1814), dengan daerah penyebaran di Sumatra, Malaysia, dan Thailand.

2. Dicerorhinus sumatrensis harrissoni (GROVES 1965), dengan daerah penyebaran di Borneo.

3. Dicerorhinus sumatrensis lasiotis(BUCKLAND 1872), dengan daerah pe-nyebarannya dari Burma bagian utara sampai dengan Assam dan Pakis-tan bagian timur.

Dicerorhinus: berasal dari bahasa Yunani yaitu di, berarti "dua"; cero, be-rarti "cula" dan rhinus, bebe-rarti "hidung" sumatrensis: merujuk pada Pulau Sumatra (ditambah akhiran ensis menurut bahasa Latin, berarti lokasi)

Badak Sumatera

1. Badak Sumatera merupakan badak terkecil dan jenis yang paling primitif dari kelima jenis badak yang masih hidup di dunia.

2. Tubuhnya ditumbuhi rambut yang berukuran pendek dan jarang, sehing-ga sering disebut fosil hidup atau badak primitif.

3. Tinggi badak Sumatera diukur dari telapak kaki sampai bahu antara 120-135 cm, panjang dari mulut sampai pangkal ekor antara 240-270 cm. 4. Berat tubuhnya dapat mencapai 909 kg.

5. Tubuhnya gemuk dan agak bulat, kulitnya licin dan berambut jarang, menarik perhatian dengan adanya dua lipatan kulit yang besar.

6. Lipatan pertama melingkari pada paha diantara kaki depan, dan lipatan kedua di atas abdomen dan bagian lateral.

7. Di atas tubuhnya tidak ada lipatan, jadi lipatan kulit tampak nyata dekat kaki belakang dan lipatan bagian depan dekat kedua culanya.

8. Cula bagian depan (anterior) di atas ujung dari moncongnya jauh lebih besar dari cula bagian belakang (pasterior).

9. Cula belakang terletak di atas matanya dan sering kali hanya merupakan gumpalan yang tidak lebih besar ukurannya dari cula depan.

HABITAT BADAK

Habitat badak adalah hutan hujan dataran rendah dan rawa-rawa (tropical rainforest dan mountain moss forest), beberapa dijumpai pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut.

(5)

2. Tempat hidup yang penting bagi dirinya adalah cukup makanan, air, tempat berteduh dan lebih menyukai hutan lebat.

3. Pada cuaca yang cerah sering turun ke daerah dataran rendah, untuk mencari tempat yang kering. Pada cuaca panas ditemukan berada di hu-tan-hutan di atas bukit dekat air terjun. Senang makan di daerah hutan sekunder.

4. Habitat badak Sumatera di Gunung Leuser, terbatas pada hutan-hutan primer pada ketinggian antara 1000-2000 meter diatas permukaan laut.

Berdasarkan Analisa Viabilitas Populasi dan Habitat (PHVA) Badak Sumatera tahun 1993, populasi badak Sumatera di Sumatra berkisar antara 215 -319 ekor atau turun sekitar 50% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sebelumnya populasi badak Su-matera di pulau SuSu-matera berkisar antar 400-700 ekor. Sebagian besar terdapat di wilayah Gunung Kerinci Seblat (250-500 ekor), Gunung Leuser (130-250 ekor) dan Bukit Barisan Selatan (25-60 ekor). Sebagian yang lainnya tidak diketahui jumlahnya terdapat di wilayah Gunung Patah, Gunung Abong-Abong, Lesten-Lokop, Torgamba dan Berbak.

(6)

HARIMAU SUMATERA

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang ha-bitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kri-tis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies teran-cam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mu-takhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilin-dungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.

1. Ciri-ciri

Harimau Sumatera adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Be-tinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau Sumatera lebih tipis daripada subs-pesies harimau lain. Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling ge-lap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkan-nya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarimemudahkan-nya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mang-sanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.

2. Habitat

(7)

menga-lami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga pe-rambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tan-pa sengaja dengan manusia.

3. Makanan

Makanan harimau Sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa ber-limpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah pengendaliannya, se-hingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat ta-jam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumate-ra merupakan hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, me-reka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang di-tangkap harimau. Harimau Sumatera juga gemar makan durian.

Harimau Sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika membu-ru mangsa. Luas kawasan perbumembu-ruan harimau Sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau Sumatera dewasa memerlu-kan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh manusia).

4. Reproduksi

(8)

TAPIR SUMATERA

Tapir Asia (Tapirus indicus ) adalah jenis yang terbesar dari keempat jenis tapir dan satu-satunya yang berasal dari Asia. Nama ilmiah indicus merujuk pada Hindia Ti-mur, yaitu habitat alami jenis ini. Di Sumatra tapir umumnya disebut tenuk atau sela-dang, gindol, babi alu, kuda ayer, kuda rimbu, kuda arau, marba, cipan, dan sipan. Tapir Asia mudah dikenali. Mereka memiliki ciri khas "pelana" warna terang dari ba-hu hingga pantat. Disebut "pelana" karena tapir ini seakan-akan kuda yang dipasan-gi pelana di punggungnya. Bulu-bulu di badipasan-gian tubuh lainnya berwarna hitam kecuali ujung telinga yang berwarna putih seperti jenis tapir lain. Pola warna ini berguna un-tuk kamuflase supaya musuh tidak melihatnya sebagai tapir tapi mungkin batu be-sar.

Tapir Asia tumbuh hingga 1,8 - 2,4 m, tinggi 90 - 107 cm, dan berat umum 250 - 320 kg. Tapi bobot terberat tapir Asia bisa mencapai 500 kg. Tapir betina biasanya lebih besar daripada tapir jantan. Seperti jenis tapir lain ekornya pendek gemuk serta lalai yang panjang dan lentur.Tiap kaki depanya ada empat kuku dan di tiap kaki be-lakangnya ada tiga kuku.

Binatang ini vegetarian artinya hanya makan umbi empuk dan daun-daunan. Tapir ASia bergerak lambat di hutan dan berhenti untuk makan dan memperhatikan bau yang ditinggalkan tapir lain di daerah itu. Kurang lebih perilakunya sama dengan anj-ing yang menandai teritori mereka dari bau. Mungkin itu sebabnya di Amerika Seri-kat, beberapa orang menjadikan tapir sebagai hewan peliharaan.

Meskipun tubuh tapir besar, mereka bisa lari amat cepat bila merasa terancam. Me-reka juga bisa membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya. Apa kamu per-nah mendengar suara tapir? Mungkin jarang sekali ya. Tapi sebetulnya tapir-tapir Asia berkomunikasi satu sama lain dengan cicitan dan siulan bernada tinggi. Mereka suka tinggal di dekat air dan sering mandi dan berenang. Mereka juga bisa meman-jat tempat yang curam. Sungguh hewan yang aktif.

Dahulu tapir Asia dapat ditemukan di seluruh hutan hujan dataran rendah di Asia Tenggara termasuk Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar Burma, Thail-and, dan Vietnam. Namun populasinya menurun tahun-tahun belakangan ini dan kini terancam kepunahan. Ancaman utama tapir Asia adalah kegiatan manusia berupa penebangan hutan untuk pertanian, banjir akibat dibendungnya sungai untuk mem-buat pembangkit listrik tenaga air, dan perdagangan ilegal.

(9)

ULAR SANCA KEMBANG

Sanca kembang adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran ter-besarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eu-nectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya alah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan da-lam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.

Sanca kembang terhitung ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guinness Book of World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang sepanjang 32 kaki 9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson 1997). Namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter. Sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.

Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.

Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di se-kitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei.

(10)

GAJAH SUMATERA (ELEPHAS MAXIMUS SUMATRANUS)

1. Klasifikasi

Kelas : Mammalia Bangsa : Proboscidea Suku : Elephantidae\ Marga : Elephas

Jenis : Elephas Maximum

Anakjenis : Elephas Maximus Sumatranus

2. Distribusi

Sumatra, Subjenis Lainnya Terdapat Di India, Sri Langka, Thailand, Malaysia

3. Habitat

Daerah Padang Rumput Sampai Ketinggian 3000m, Hutan Bambu, Daerah Rawa Dan Tanah Rawa

4. Pakan

Rumput, Tumbuhan Rambat, Daun, Tunas Yang Lunak, Buah Dan Kayu Muda

5. Reproduksi

(11)
(12)

HARIMAU JAWA

Harimau Jawa adalah jenis harimau yang hidup di pulau jawa. Harimau ini dinyata-kan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan per-tanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Walaupun begitu, ada juga kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahu 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekior jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah di tahun 1972. Di tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor ha-rimau hidup di pulua Jawa. Walaupun begitu, ada kemungkinan kecil binatang ini be-lum punah. Di tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberaadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverfikasi.

Di akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di pulau Jawa. Di tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Na-mun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Di tahun 1950-an, ketika populasi harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor be-rada di Taman nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian me-nyusut. Di tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional meru Betiri. Walaupun taman nasional ini dilindungi, banyak yang membuka lahan pertanian disitu dan membuat harimau jawa semakin terancam dan kemudian diper-kirakan punah di tahun 80-an.

Harimau jawa berukuran kecil dibandingkan jenis-jenis harimau lain. Harimau jantan mempunyai berat 100-141 kg dan tingginya kira-kira 2.43 meter. Betina berbobot le-gih ringan, yaitu 75-115 kg dan sedikit lebih pendek dari jenis jantan.

Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah di abad ke-20, yaitu Harimau bali dan Harimau Persia. Secara Biologis, harimau jawa mempunyai hu-bungan sangat dekat dengan harimau bali. Beberapa ahli biologi bahkan menyata-kan bahwa mereka adalah satu spesies. Namun, banyak juga yang membantah per-nyataan ini.

Analisis Morfometri Harimau jawa berdasarkan Foto tahun 1957 :

(13)

2. Tinggi bahu jika berdiri sekitar 85 – 100 cm. 3. Lebar tubuh sekitar 45 – 50 cm.

4. Panjang ekor sekitar 85 – 90 cm.

5. Diameter jejak kaki depan sekitar (20 x 20) cm – (23 x 23)cm. 6. Jarak antar dua kuku kaki depan yang berdekatan sekitar 4 – 6 cm.

7. Strip hitam ditubuh tipis dan banyak, ada yang bercabang dan hampir rapat. 8. Moncong hidungnya menyempit dan cenderung memanjang.

9. Coretan loreng di pipi tipis dan renggang. 10. Garis putih dibawah mata sangat lebar.

11. Dahinya agak menonjol, terutama di atas mata. 12. Sidik jidat renggang dan jarang.

13. Pola sidik jidat agak mundur kebelakang dari pertemuan hidung dan kepala diantara dua mata.

(14)

BANTENG JAWA

Banteng atau tembadau (dari bahasa Jawa, banṭèng), Bos javanicus, adalah he-wan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja,

Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng dibawa ke Australia Utara pada masa kolonisasi Britania Raya pada 1849 dan sampai sekarang masih lestari.

Terdapat tiga anak jenis banteng liar: B. javanicus javanicus (di Jawa, Madura, dan

Bali), B. javanicus lowi (di Kalimantan, jantannya berwarna coklat bukan hitam), dan B. javanicus birmanicus (di Indocina). Anak jenis yang terakhir digolongkan sebagai Terancam oleh IUCN.

Banteng dapat mencapai tinggi sekitar 1,6m di bagian pundaknya dan panjang ba-dan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya sekitar 680 - 810 kg — jantan yang san-gat besar bisa mencapai berat satu ton — sedangkan betinanya lebih ringan. Ban-teng memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah dan pantat,punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme seksual pada ciri-ciri tersebut. Banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk panjang melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Sementara, betinanya memiliki kulit coklat kemerahan, tanduk pendek yang menga-rah ke dalam dan tidak berpunuk.

(15)
(16)

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaesus)

Nama Lokal : Orangutan Kalimantan Nama Latin : Pongo pygmaesus Nama Inggris : Bornean Orangutan

A.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Primata Family : Hominidae Genus : Pongo

Species : Pongo pygmaeus

B.

Ciri- Ciri

Orangutan kalimantan memiliki morfologi yang tidak bebeda jauh dengan oran-gutan sumatera.Oranoran-gutan merupakan hewan diurnal (aktif di siang hari) dan aboreal , hewan ini memiliki tubuh gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk serta tidak memiliki ekor. Tubuh Orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka juga me-miliki kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi. Pejantan orangutan kalimantan memiliki benjolan dari jaringan lemak di kedua sisi wajah yang mulai berkembang di masa dewasa setelah perkawinan pertama. Orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk.

(17)

C.

Persebaran dan Status Konservasi

Satwa ini hidup endemik di Pulau Kalimantan, mencakup wilayah Indonesia dan Malaysia. Subspesies Pongo pygmaeus pygmaeus (Northwest Bornean Oran-gutan) dapat ditemukan di Serawak (Malaysia) dan Kalimantan bagian barat laut. Subspesies Pongo pygmaeus wurmbii (Central Bornean Orangutan) ter-dapat di Kalimantan Tengah dan bagian selatan kalimantan Barat. Sedangkan subspesies Pongo pygmaeus morio (Northeast Bornean Orangutan) dijumpai di Kalimantan Timur (Indonesia) dan Sabah (Malaysia).

Status Konservasi : IUCN Redlist memasukkan orangutan kalimantan dalam status endangered (terancam) sejak tahun 1994. Sedangkan CITES memasuk-kannya dalam daftar Apendiks I yang berarti tidak boleh diperdagangkan. Pe-merintah Indonesia juga telah memasukkan spesies ini sebagai satwa yang di-lindungi. Hal ini disebabkan populasi orangutan kalimantan yang semakin hari mengalami penurunan akibat dari rusaknya habitat (kerusakan hutan), kebaka-ran hutan, pembalakan hutan, menciutnya luas hutan, serta perburuan dan perdagangan liar.

D.

Habitat

Habitat Orangutan Kalimantan ini adalah di daerah hutan hujan tropis yang ada di Pulau Kalimantan, di daerah dataran rendah hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter dpl. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.

E.

Makanan

Meskipun Orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan Orangutan ini adalah buah-buahan. Makanan yang lainnya adalah daun-daunan, biji-bijian, kulit kayu, tu-nas tanaman (yang lunak), bunga-bungaan. Selain itu mereka juga memakan serangga dan hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil). Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang diantara cabang pohon.

F.

Reproduksi

Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lamakan-dungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangu-tan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan oranguorangu-tan pada induknya merupakan yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun.

(18)
(19)

BABIRUSA SULAWESI (BABYROUSA CELEBENSIS)

Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian,

Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan

tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, ja-mur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk meng-hindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.

Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan seekor pe-jantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.

Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang men-cuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahir-kan satu sampai dua ekor satu kali melahirmelahir-kan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun.

Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh ka-rena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga me-mangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.

Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh

IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI

bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan

(20)

BURUNG MALEO SULAWESI

Burung Maleo yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung yang berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm. Burung Maleo ada-lah satwa endemik Sulawesi, artinya hanya bisa ditemukan hidup dan berkembang di Pulau Sulawesi, Indonesia. Selain langka, burung ini ternyata unik karena anti po-ligami. Maleo setia dengan pasangannya Selain sebagai satwa endemik Burung Ma-leo (Macrocephalon maMa-leo) ini yang mulai langka dan dilindungi ini juga merupakan burung yang unik. Keunikannya mulai dari struktur tubuh, habitat, hingga tingkah la-kunya yang salah satunya adalah anti poligami. Makanya tidak mengherankan jika sejak tahun 1990 berdasarkan SK. No. Kep. 188.44/1067/RO/BKLH tanggal 24 Pe-bruari 1990, Burung Maleo ditetapkan sebagai ―Satwa Maskot‖ provinsi Sulawesi Tengah.

Burung Maleo (Macrocephalon maleo) memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina beru-kuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.

Populasi terbanyaknya kini tinggal di Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah di ca-gar alam Saluki, Donggala, Sulawesi Tengah. Di wilayah Taman Nasional Lore Lin-du ini, populasinya ditaksir tinggal 320 ekor. Karena populasinya yang kian sedikit, burung unik dan langka ini dilindungi dari kepunahan. Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Ap-pendix I.

Populasi Maleo terancam oleh para pencuri telur dan pembuka lahan yang mengan-cam habitatnya. Belum lagi musuh alami yang memangsa telur Maleo, yakni babi hutan dan biawak. Habitatnya yang khas juga mempercepat kepunahan. Maleo hanya bisa hidup di dekat pantai berpasir panas atau di pegununungan yang memili-ki sumber mata air panas atau kondisi geothermal tertentu. Sebab di daerah dengan sumber panas bumi itu, Maleo mengubur telurnya dalam pasir.

Keunikan Burung Maleo

Beberapa keunikan dari Burung Maleo (Macrocephalon maleo) antara lain:

(21)

Tidak suka terbang. Meskipun memiliki sayap dengan bulu yang cukup pan-jang, namun lebih senang jalan kaki dari pada terbang.

Habitat dekat sumber panas bumi. Maleo hanya bisa hidup di dekat pantai berpasir panas atau di pegununungan yang memiliki sumber mata air panas atau kondisi geothermal tertentu. Sebab di daerah dengan sumber panas bumi itu, Maleo mengubur telurnya dalam pasir.

Telur yang besar. Maleo memiliki ukuran telur yang besar, mencapai 5 kali lebih besar dari telur ayam. Beratnya antara 240 hingga 270 gram. per

butir-nya.

Maleo tidak mengerami telurnya. Telur burung endemik ini dikubur sedalam sekitar 50 cm dalam pasir di dekat sumber mata air panas atau kondisi geo-thermal tertentu. Telur yang ditimbun itu kemudian ditinggalkan begitu saja dan tak pernah diurus lagi. Suhu atau temperatur tanah yang diperlukan untuk menetaskan telur maleo berkisar antara 32-35 derajat celsius. Lama penge-raman pun membutuhkan waktu sekitar 62-85 hari.

Perjuangan anak Maleo. Anak maleo yang telah berhasil menetas harus ber-juang sendiri keluar dari dalam tanah sedalam kurang lebih 50cm (bahkan ada yang mencapai 1 m) tanpa bantuan sang induk. Perjuangan untuk men-capai permukaan tanah akan membutuhkan waktu selama kurang lebih 48 jam. Inipun akan tergantung pada jenis tanahnya. Sehingga tak jarang bebe-rapa anak maleo dijumpai mati ―ditengah jalan‖.

Anak yang mandiri. Anak yang baru saja mencapai permukaan tanah sudah memiliki kemampuan untuk terbang dan mencari makan sendiri (tanpa asu-han sang induk).

(22)
(23)

BURUNG CENDERAWASIH PAPUA

(24)

BURUNG KASUARI PAPUA

Kasuari Burung Paling Berbahaya Di Dunia

Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh sangat besar dan tidak mampu terbang. Kasuari yang merupakan binatang yang dilin-dungi di Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi Papua Barat terdiri atas tiga jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).

Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung bergrnus Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan ti-dak segan-segan mengejar ‗korban‘ atau para pengganggunya. Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan konon, The Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat melakukan verifikasi ke situs The Guinness Book of Records.

Kasuari Gelambir Ganda

(25)

Kasuari Gelambir Tunggal

Di atas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna kecokelatan. Bu-rung betina serupa dengan buBu-rung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.

Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama bu-rung langka dan dilindungi ini. Kaki bubu-rung Kasuari mampu menendang dan mero-bohkan musuh-musuhnya, termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan. Mungkin karena tendangan dan agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian The Guinness Book of Records menganugerahinya sebagai burung paling berbahaya di dunia.

Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), sesuai namanya hanya mempunyai satu ge-lambir.

Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi dari keounahan ini memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya. Burung Kasuari biasa hidup sendiri, dan berpasangan hanya pada saat musim kawin saja. Anak burung dierami oleh Kasuari jantan.

Kasuari Kerdil

(26)

Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa.

BUAYA IRIAN ( CROCODYLUS NOVAEGUINEAE )

Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae) adalah salah satu spesies buaya yang di-temukan menyebar di perairan tawar pedalaman pulau Irian (Papua). Bentuk umum jenis ini mirip dengan buaya muara (C. porosus), namun lebih kecil dan warna kulit-nya lebih gelap.

Pengenalan

Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.

Habitat dan kebiasaan

Reptil yang umumnya nokturnal ini menghuni wilayah pedalaman Papua yang berair tawar, di sungai-sungai, rawa dan danau. Meskipun diketahui toleran terhadap air asin, buaya ini jarang-jarang dijumpai di perairan payau, dan tak pernah ditemui di tempat di mana terdapat buaya muara.

(27)

Dari segi morfologi dan habitat, jenis ini mirip dengan jenis-jenis buaya air tawar dari Indonesia bagian barat; yakni buaya Siam (C. siamensis), buaya Mindoro (C. mindo-rensis), dan buaya Kalimantan (C. raninus). C. mindorensis dahulu dianggap seba-gai anak jenis (subspesies) buaya Irian (sebaseba-gai C. novaeguineae mindorensis), akan tetapi kini dianggap sebagai jenis tersendiri.

Diketahui ada dua populasi buaya Irian di Papua, yang terpisah oleh pegunungan tengah. Analisis DNA memperlihatkan bahwa kedua populasi itu secara genetik ber-lainan. Populasi di selatan pegunungan, yang menyebar mulai dari selatan Kepala Burung hingga jazirah selatan Papua Nugini, diusulkan para ahli untuk dianggap se-bagai jenis yang terpisah, yakni buaya Sahul. Buaya ini secara morfologis serupa dengan buaya Irian, kecuali bahwa sisik-sisik besar di belakang kepala (post-occipital scutes) biasanya berjumlah tiga pasang (3–6 buah), dan sisik-sisik besar di tengkuk (nuchal scutes) dipisahkan oleh sederet sisik-sisik kecil.

Buaya Sahul juga memiliki musim bertelur yang berbeda (di awal musim hujan), be-rat telur be-rata-be-rata yang lebih tinggi (104 gram), dan jumlah telur be-rata-be-rata yang lebih rendah (22 butir). Anak yang ditetaskan berukuran rata-rata lebih panjang, yakni an-tara 31–37 cm.

Konservasi

(28)
(29)

KOMODO

Spesifikasi Komodo

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis, adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.

Termasuk anggota famili biawakVaranidae, dan kladToxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamaliakarnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan repu-tasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat ko-modo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

Anatomi dan Morfologi

Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, na-mun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di da-lam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, na-mun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii).

(30)

Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hi-tam.

Fisiologi

Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak.

Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seper-ti repseper-til lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan an-gin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lu-bang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.

Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau le-bih.

Referensi

Dokumen terkait

Semakin banyak serangan yang memanfaatkan kerentanan sistem komputer, salah satunya adalah Botnet. Botnet merupakan sekumpulan komputer yang terinfeksi dan dapat

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 25 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemberian dan Pertanggungjawaban Bantuan Keuangan kepada

Berdasarkan analisis dan perhitungan yang telah diperoleh maka dapat diambil kesimpulan terhadap penerapan biaya kualitas untuk meningkatkan efisiensi produksi pada Baker’s

Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar langsung atas wesel yang diunjukan

(2) Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari system struktur pemikul beban dari suatu gedung, maka untuk memperhitungkan peluang terjadinya nilai-nilai beban hidup

Jadi meskipun seseorang lebih banyak meluangkan waktu di depan internet, memiliki latarbelakang pendidikan agama di pondok pesantren dan kuliah di Universitas

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data atau informasi mengenai kegiatan praktik rentenir yang terjadi ditengah masyarakat serta dampaknya bagi kesejahteraan

Memiliki persediaan dengan memiliki berbagai macam barang, ukuran, jenis, merk, dan kualitas yang berbeda sehingga membutuhkan sarana teknologi informasi agar dapat