Pembimbing : Bd. Lusiana Elsinta Bustami,
SST, M.Keb
Kelompok 5
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 4A MINGGU 2
Skenario 2 : Hari-hari Pertama Kehidupan
Prodi S1 Kebidanan
Anggota
Ainul Azkiya (1410331004)
Miftahul Jannah (1410332005)
Annisa Belladona Alnotri (1410331007)
Nana Jannatunnisak (1410331010)
Yuni Febriani (1410331013)
Wahyu Zikria (1410331014)
Irma Elviana (1410331022)
Rima Afgriana
(1410332002)
Nora Maghfiroh N (1410332006)
MODUL 2
SKENARIO 2 : Hari-hari Pertama Kehidupan
Bidan susi seorang bidan praktek mandiri sedang melakukan perawatan pada bayi yang lahir 6 hari yang lalu, dengan BBL 2300 gram. Ibu memiliki riwayat merokok dan menggunakan narkoba sebelum kehamilan. Dari pemeriksaan fisik bayi tampak mengalami seborrhoea
dan ikterik derajat 2, suhu 39°C, pernafasan 50x/menit serta terdapat
hemangioma pada paha kiri.
Sejak awal kelahiran bidan mengajarkan agar ibu dan keluarga secara bergantian melakukan metode kangguru kepada bayinya untuk mencegah hipotermi. Bidan susi menjelaskan jika bayi kurang mendapatkan nutrisi akan mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Bidan menjelaskan bahwa sebentar lagi tali pusat akan puput. Jangan memberikan ramuan apapun karena kebiasaan masyarakat setempat memberikan cengkeh putih pada pusat bayi. Bidan menjelaskan kepada keluarga bahwa kondisi bayi memerlukan rujukan namun bayi harus tetap mendapat ASI selama diperjalanan menuju tempat rujukan.
LEARNING OBJECTIVES
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang masalah pada BBL 2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Komplikasi pada
BBL
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang kelainan
kongenital pada BBL
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang perawatan BBL
dengan masalah dan komplikasi
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang tindakan rujukan
pada BBL
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang faktor budaya
yang mempengaruhi perawatan BBL
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang faktor risiko dari
1. Masalah pada Bayi Baru
Lahir
1.
Bayi rewel
Rewel atau menangis tidak selalu karena lapar.
Rewel
bisa
disebabkan
mengompol,
kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau ingin
tidur, ingin ditimang atau mendengar suara
ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang
tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya.
2. Diaper Rash
Diaper Rash atau ruam popok adalah ruam yang berkembang di area penggunaan popok. Pada kasus ringan, kulit akan menjadi kemerahan. Dalam kasus yang lebih parah, mungkin akan disertai nyeri luka terbuka. Diaper Rash biasanya terlihat di sekitar pangkal paha dan di dalam lipatan paha atas dan pantat. Kasus ringan akan sembuh dalam waktu 3 sampai 4 hari dengan pengobatan.
Penyebabnya adalah :
a. Kelembaban dan gesekan: Disebabkan oleh basah dari
popok.
b. Urine dan feses: Karena peran fecal enzim (protease,
lipase) yang mengubah urea menjadi amonia, menyebakan peningkatan pH dan memicu iritasi kulit.
c. Mikroorganisme: Candida albicans mungkin terisolasi pada
hampir 80% dari bayi dengan iritasi kulit perineum. Infeksi oleh candida albicans umumnya terjadi 48-72 jam setelah iritasi.
d. Iritasi kimia: Sabun, deterjen dan antiseptik dapat memicu
3.Gumoh
Gumoh adalah keluarnya isi lambung tanpa adanya tekanan dan kontraksi dari diagfragma atau dinding perut (Sudarmo). Gumoh
terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa sedikit seperti meludah atau kadang-kadang cukup banyak, cairan yang keluar biasanya berupa ASI dengan volume yang tidak terlalu banyak
sambil tiduran miring dan bayi dalam posisi telentang, akibatnya cairan tidak masuk kedalam saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam saluran pernapasan.
b. Karena posisi bayi yang salah setelah menyusui, karena pada saat
setelah disusui lambung bayi telah terisi penuh dengan cairan, apabila setelah disusui langsung ditidurkan maka cairan yang ada didalam lambung bayi akan mencari tempat yang paling rendah oleh karena itu cairan akan sangat mudah keluar dan kemudian bayi gumoh.
4. Cradle cap (Kerak Topi)
Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak dapat juga dijumpai pada bagian kulit lain sepeti pada wajah, telinga, leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa terganggu. Kelainan kulit ini penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya.
Penggunaan sampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat digunakan sampo yang mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak disertai dengan rasa gatal / nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.
5 . Oral Trush
Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa
mulut bayi oleh jamur candidiasis yang ditandai
dengan munculnya bercak bercak keputihan yang
membentuk plak-plak berkeping dimulut. Biasanya
penderita akan menunjukan gejala demam karana
adanya iritasi gastrointestinal.
6. Mongolian spot (bercak kebiruan)
Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada
daerah bokong, punggung bagian bawah dan pundak.
Bercak ini akan menghilang (berubah menjadi seperti
warna kulit lainnya) seiring dengan pertambahan
usia.
7. Miliaria
2. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir dan
Faktor Risiko
1.Sindrom aspirasi mekonium
Adalah terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada dalam rahim atau sesaat setelah dilahirkan. Pada bayi prematur yang memiliki sedikit ketuban, sindroma ini sangat parah. Mekonium yang terhirup lebih kental sehingga penyumbatan udara lebih berat.
Faktor penyebab :
1.Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stress selama proses
persalinan
2.Selama persalinan berlangsung, bayi bisa saja mengalami kekurangan
Faktor resiko :
Kehamilan post matur Persalinan yang sulit Gawat janin
Hipoksia intra-uterin
Gejala :
Terlihat adanya mekonium dalam cairan ketuban
Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah
dikeluarkan lama sebelum persalinan)
Bayi tampak lemas atau lemah
Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis) Takipneu (laju pernapasan yang cepat) Apneu (henti nafas)
Tampak adanya tanda-tanda post maturitas (BB bayi
2. Apneu
Berhentinya pernapasan selama 20 detik atau
lebih.
Apnea
dihubungkan
dengan
adanya
bradikardia, sianosis, atau perubahan tingkat
kesadaran ( Fargoroff dan martin 1997).Penyebab
apnea yang paling sering pada bayi prematur
adalah defisiensi surfaktan paru atau imaturitas
mekanisme kontrol dari sistem saraf pusat.
Faktor resiko :
Hipoksia
Pneumonia
Gangguan metabolisme
3.Pletora
adalah suatu keadaan dimana w
arna kulit
neonatus mengindikasikan atau memperlihatkan
kondisi kelebihan sel darah merah dalam sirkulasi.
Dalam kasus pletora ini hematokrit bayi > 70 %
Faktor pendukung :
Pengkleman tali pusat yang terlambat
Memegang bayi dibawah plasenta, sehingga
memungkinkan darah mengalir ke bayi dan
meberikan volume sirkulasi darah yang besar
Faktor resiko :
4.
Berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
Kategori berat badan lahir rendah (BBLR) :
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan
berat badan dibawah 2500 gram pada saat lahir.
Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi
dengan berat badan dibawah 1500 gram pada saat lahir.
Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER)
Kulit tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan.
Faktor yang mempengaruhi BBLR:
Faktor ibu : Umur, jumlah paritas , penyakit kehamilan, gizi
kurang atau malnutrisi, kelelahan, merokok dll
Permasalahan pada BBLR
Masalah pada BBLR yang sering terjadi diantaranya :
Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil sehingga mudah mengalami hipotermi. Hipotermia terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, dan belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh sehingga BBLR mudah untuk mengalami kehilangan panas.
Sistem Pernafasan
5. Hipotermi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Mekanisme terjadinya hipotermi :
a. Evaporasi Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan.
b. Konduksi Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda tersebut.
c. Konveksi adalah Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Seperti aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
Penyebab hipotermi pada bayi baru lahir
Luas permukaan tubuh relatif lebih luas
Lemak sub kutan lebih tipis, isolator kurang
Kurangnya lemak coklat (brown fat) pada BBLR
Tanda dan gejala hipotermi
Hipotermi memiliki gejala sebagai berikut :
Bayi tampak lesu.
Tubuh bayi teraba dingin. Bayi menggigil.
6. Asfiksia neonatus
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Gejala dan tanda Asfiksia :
Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan
lambat (kurang dari 30 kali per menit)
Tangisan lemah atau merintih Warna kulit pucat atau biru
Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (kurang
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Faktor ibu
Keadaan ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang sehingga akan mengakibatkan gawat janin dan akan berlanjut sebagai asfiksia BBL antara lain:
Preeklampsia dan eklampsia
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) Faktor Tali Pusat
Keadaan plasenta atau talipusat yang dapat mengakibatkan afiksisa BBL akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui talipusat bayi. Seperti :
₋ Lilitan tali pusat ₋ Simpul tali pusat ₋ Prolapsus tali pusat.
Faktor bayi
₋ Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
₋ Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (DepKes
3. Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir
Kelainan kongenital atau bawaan adalah
kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat
disebabkan oleh faktor genetik maupun non
genetik.
1. Spina bifida
2. Labiopalatoskisis
Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor non-genetik. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
3.Hidrosefalus
4.Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
5.Hernia Diafragma
Adalah kelainan berupa tidak terbentuknya sebagian diafragma karena adanya penutupan yang tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terlekat pada bagian posterolateral dari diafragma yang menyebabkan isi perut masuk ke rongga dada. Tanda dan gejala :
Kulit berwarna pucat bahkan biru Sesak napas
perut kecil dan cekung
Suara napas tidak terdengar pada paru karena karena terdesak isi perut Terdengar bising usus di daerah dada
4. Perawatan Bayi Baru Lahir dengan
Masalah dan Komplikasi
1. Diaper Rush
Daerah yang terkena diaper rash tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan tetap kering
Untuk membersihkan kulit iritasi dengan menggunakan kapas halus yang mengandung minyak (babby oil)
Segera bersihkan dan keringkan sesudah selesai BAK atau BAB
Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi
Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi yang cukup
Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan
Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat bayi
Pakaian yang terpapar urine harus direndam dalam air yang dicampur acidum borium
2.Oral Trush
Penanganan
Menurut Vivian (2010), oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, akan tetapi lebih baik jika diberikan penanganan berikut:
Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera di obati
dengan pemberian antibiotik
Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut
Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan
air matang dan juga bersih
Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik
steril dalam memberikan botol susu. Sebelum botol susu diberikan sebaiknya botol susu direbus hingga mendidih.
Pengobatan
1 ml larutan Nystatin (100.000 unit/ml) untuk diberikan 4 kali sehari
dengan interval setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut sebelum ditelan. Obat ini akan membatasi penyebaran penyakit hanya di ruang perawatan bayi serta menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang terjadi (Deslidel, 2011).
Gentian violet (1-2 %) dioleskan pada lesi mulut 1 jam setelah pemberian
3.Gumoh
Cara mengatasi gumoh pada bayi, dapat dilakukan hal-hal berikut:
Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain digunakan untuk menyusui
pada kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.
Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi berdiri menghadap
dada ibu dan diberi tepukan ringan pada punggung bayi selama beberapa saat.
Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala lebih tinggi
dari kaki sekitar 300 - 450.
Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi terutama daerah perut
Kita dapat mengurangi banyaknya susu yang keluar ketika gumoh dengan cara-cara berikut ini:
Susui bayi sebelum bayi terlalu lapar. Bayi yang lapar meminum susu terlalu cepat
sehingga banyak udara yang ikut tertelan dan terperangkap di dalam perut.
Susui bayi sedikit demi sedikit. Bila ia disusui dengan botol, berhentilah setiap 30-50
ml (tergantung usia bayi). Bila ia menyusu ASI, berhentilah setiap 5-10 menit, tergantung kondisi bayi dan kelancaran ASI ibu.
Bila ia menyusu dengan botol, gunakan dot yang pas dengan bayi Anda. Bila lubang
dot terlalu besar, aliran susu terlalu cepat. Bila lubang terlalu kecil, aliran susu terlalu lambat dan banyak udara ikut terminum oleh bayi.
Hindari pemakaian diaper yang terlalu ketat, dan jangan menekan perut bayi.
Setiap menyusu 30-50 ml, gendonglah bayi dalam posisi tegak dengan kepalanya di
4. Biang Keringat
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore
hari.
Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi
seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan
menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis
Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap
Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,
5.BBLR
Penatalaksanaan perawatannya antara lain:
Keringkan secepatnya dengan handuk kering dan
bersih
Kain yang bersih secepatnya diganti dengan yang
kering, bersih agar tetap hangat
Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu
Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt
Kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk
mengurangi evaporasi
Tali pusat dirawat,dijepit,dipotong,diikat, lalu dibungkus
kasa steril kering, lalu dijaga tetap bersih.
Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa
6. Sindrom aspirasi mekonium
Penatalaksanaan:
Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan
lendir dari mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin,
dimasukkan sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium.
Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif
serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan
garam untuk mencuci saluran udara.
5. Tindakan Rujukan pada Bayi Baru Lahir
Tujuan rujukan:
Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat
dan tepat
Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefisien mungkin. Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus
pada unit unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit kesehatan tersebut.
Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.
Meningkatkan upaya promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara berdaya guna dan berhasil.
Tanggung jawab petugas dalam pelaksaan rujukan:
Persiapan rujukan yang memadai.
Penerangan kepada orangtua atau keluarga mengenai penyakit
yang ditemukan atau diduga.
Izin rujukan dan tindakan yang akan dilakukan.
Pemberian identifikasi, data yang ada yang sudah dilakukan dan
yang mungkin diperlukan.
Stabilisasi keadaan vital janin atau bayi baru lahir selama
Tindakan sebelum dan selama rujukan :
1. Memperhatikan sistem regionalisasi
2. Memberikan KIE pada keluarga mengenai pentingnya rujukan Tujuan diberikan KIE :
Menjelaskan pentingnya sistem rujukan
Menjelaskan persiapan prarujukan
Memberikan edukasi megenai tindakan rujukan yang akan
dilakukan
Informed consent dan informed choice.
3.Melengkapi syarat rujukan
Izin tindakan
Surat rujukan
Data pasien (catatan medis)
Bayi harus dalam kondisi stabil
Melibatkan tenaga terampil yang mendampingi bayi selama
Mekanisme rujukan:
Penemuan masalah pada tingkat kader. Penemuan masalah
pada neonatus yang tidak dapat ditangani oleh kader maka bayi harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Penentuan tingkat kegawat daruratan. Penentuan tingkat
kegawat daruratan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tenaga kesehatan pada tingkatannya serta penentuan kasus yang dapat ditangani sendiri dan kasus yang memerlukan rujukan.
Pemberian informasi kepada keluarga. Pemberian informasi
kepada keluarga penting agar keluarga paham dengan kondisi bayi.
Pengiriman informasi ketempat rujukan yang dituju.
-Memberitahu kepada petugas ditempat rujukan bahwa akan ada penderita yang akan dirujuk
-Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ketempat rujukan.
Persiapan penderita ( BAKSOKUDA). Berupa
persiapan bidan, alat, keluarga, surat, obat,
kendaraan ,uang dan darah.
Pengiriman
penderita
(ketersediaan
sarana
kendaraan).
Untuk
mempercepat
pengiriman
penderita kefasilitas rujukan perlu diupayan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.
Tindak lanjut penderita.
-Penderita yang telah dikembalikan melaporkan
pada instansi rujukan terkait jika memerlukan
tindak lanjut.
6. Aspek budaya dalam perawatan
bayi baru lahir
Kemampuan ibu merawat bayi bari lahir
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu (bobak,
lowdermilk, jensen, 2004). Pengetahuan bisa
didapat dari kepercayaan,
budaya/adat-istiadat
, pengalaman dan keterangan dari
orang
yang
mengetahui
kebenaran
pengetahuan.
Pengaruh budaya dalam perawatan BBL
Pada masa sekarang masih banyak perlakuan yang diberikan pada bayi baru lahir yang tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Berikut contoh berbagai budaya yang berkembang di masyarakat indonesia dalam memberikan perawatan pada BBL :
1. Gurita mencegah perut buncit. Hal ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut tidak melar ketika ia dewasa. Pemakaian gurita yang terlalu ketat sebaiknya dihindari karena membuat bayi susah bernapas.
2. Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari. Pemijatan akan
3. Bedong agar kaki bayi tidak bengkok, faktanya tidak ada hubungan
antara membedong dengan kekuatan kaki atau struktur kaki bayi. Justru bayi akan lebih mudah bergerak untuk melatih kaki dan tangannya, jika bedong dilakukan dengan longgar.
4. Hidung ditarik agar mancung. Faktanya tidak ada hubungan menarik
pucuk hidung dengan mancung atau tidaknya hidung. Mancung atau tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung.
5. Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI tidak mencukupi dan harus
diganti susu botol. ASIdiproduksi sesuai dengan hisapan si bayi. Kondisi tertentu mungkin dapat mengurangi produksi ASI, seperti jika ibu stress atau tidak tenang saat menyusui. Di sisi lain, bayi mungkin merasa tidak nyaman saat menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu yang cenderung masuk ke dalam atau ia sedang tidak lapar dan sedang tidak enak badan.
6. Menggunting bulu mata bayi supaya lentik / panjang. Bulu mata
berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong terlalu pendek, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal.
7. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Mungkin yang tepat adalah
7. Faktor Ibu yang Mempengaruhi
Bayi Baru Lahir
1. BBL dari ibu penderita Diabetes Mellitus
Satu dari 500-1000 wanita hamil adalah penderita diabetes, dan satu dari 120 kehamilan adalah gestasional diabetes. Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yg dilahirkanya
Gangguan tersebut antara lain : a. Hipoglikemia
Segera setelah lahir terjadi pemutusan aliran darah ibu kejanin, akibatnya suplai glukosa dari ibu terhenti. Namun, insulin masih tetap diproduksi oleh pankreas bayi sebagai adaptasi terhadap kondisi hiperglikemia sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan hipoglikemia pada bayi yang baru lahir.
b. Makrosomia.
c. Respiratory distress syindrome (RDS)
b. BBL dari ibu merokok
Ketika seorang ibu hamil bernafas yang mengandung asap rokok, maka beberapa bahan kimia yang dihembuskan ada yang tersisa dan tinggal di dalam tubuh dan bisa masuk ke plasenta.
Pada proses merokok beberapa hal terjadi. Pertama, terjadinya pasokan oksigen berkurang, karena peningkatan nikotin dan karbon monoksida dalam aliran darah ibu. Ini berarti terjadi kekurangan oksigen untuk bayi, karena zat-zat berbahaya menggantikannya. Bayi akan mulai bergerak lambat setelah ibu mengisap rokok dan jantung bayi harus bekerja lebih cepat, karena mencoba untuk menghirup lebih banyak oksigen. Akibatnya, pernapasan dan gerakan menjadi tidak normal. Dengan kata lain bayi akan menderita stres.
Nikotin, tidak hanya mengurangi jumlah oksigen tetapi juga menyempitkan pembuluh darah sehingga mencegah suplai darah oksigen dan jumlah nutrisi dari makanan yang diperlukan yang akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan janin.
c. BBL dari ibu yang mengkonsumsi obat-obatan