• Tidak ada hasil yang ditemukan

masalah dan komplikasi pada Bayi baru la

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "masalah dan komplikasi pada Bayi baru la"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Pembimbing : Bd. Lusiana Elsinta Bustami,

SST, M.Keb

Kelompok 5

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 4A MINGGU 2

Skenario 2 : Hari-hari Pertama Kehidupan

Prodi S1 Kebidanan

(2)

Anggota

Ainul Azkiya (1410331004)

Miftahul Jannah (1410332005)

Annisa Belladona Alnotri (1410331007)

Nana Jannatunnisak (1410331010)

Yuni Febriani (1410331013)

Wahyu Zikria (1410331014)

Irma Elviana (1410331022)

Rima Afgriana

(1410332002)

Nora Maghfiroh N (1410332006)

(3)

MODUL 2

SKENARIO 2 : Hari-hari Pertama Kehidupan

Bidan susi seorang bidan praktek mandiri sedang melakukan perawatan pada bayi yang lahir 6 hari yang lalu, dengan BBL 2300 gram. Ibu memiliki riwayat merokok dan menggunakan narkoba sebelum kehamilan. Dari pemeriksaan fisik bayi tampak mengalami seborrhoea

dan ikterik derajat 2, suhu 39°C, pernafasan 50x/menit serta terdapat

hemangioma pada paha kiri.

Sejak awal kelahiran bidan mengajarkan agar ibu dan keluarga secara bergantian melakukan metode kangguru kepada bayinya untuk mencegah hipotermi. Bidan susi menjelaskan jika bayi kurang mendapatkan nutrisi akan mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

Bidan menjelaskan bahwa sebentar lagi tali pusat akan puput. Jangan memberikan ramuan apapun karena kebiasaan masyarakat setempat memberikan cengkeh putih pada pusat bayi. Bidan menjelaskan kepada keluarga bahwa kondisi bayi memerlukan rujukan namun bayi harus tetap mendapat ASI selama diperjalanan menuju tempat rujukan.

(4)
(5)

LEARNING OBJECTIVES

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang masalah pada BBL 2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Komplikasi pada

BBL

3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang kelainan

kongenital pada BBL

4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang perawatan BBL

dengan masalah dan komplikasi

5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang tindakan rujukan

pada BBL

6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang faktor budaya

yang mempengaruhi perawatan BBL

7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang faktor risiko dari

(6)

1. Masalah pada Bayi Baru

Lahir

1.

Bayi rewel

Rewel atau menangis tidak selalu karena lapar.

Rewel

bisa

disebabkan

mengompol,

kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau ingin

tidur, ingin ditimang atau mendengar suara

ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang

tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya.

(7)

2. Diaper Rash

Diaper Rash atau ruam popok adalah ruam yang berkembang di area penggunaan popok. Pada kasus ringan, kulit akan menjadi kemerahan. Dalam kasus yang lebih parah, mungkin akan disertai nyeri luka terbuka. Diaper Rash biasanya terlihat di sekitar pangkal paha dan di dalam lipatan paha atas dan pantat. Kasus ringan akan sembuh dalam waktu 3 sampai 4 hari dengan pengobatan.

Penyebabnya adalah :

a. Kelembaban dan gesekan: Disebabkan oleh basah dari

popok.

b. Urine dan feses: Karena peran fecal enzim (protease,

lipase) yang mengubah urea menjadi amonia, menyebakan peningkatan pH dan memicu iritasi kulit.

c. Mikroorganisme: Candida albicans mungkin terisolasi pada

hampir 80% dari bayi dengan iritasi kulit perineum. Infeksi oleh candida albicans umumnya terjadi 48-72 jam setelah iritasi.

d. Iritasi kimia: Sabun, deterjen dan antiseptik dapat memicu

(8)

3.Gumoh

Gumoh adalah keluarnya isi lambung tanpa adanya tekanan dan kontraksi dari diagfragma atau dinding perut (Sudarmo). Gumoh

terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa sedikit seperti meludah atau kadang-kadang cukup banyak, cairan yang keluar biasanya berupa ASI dengan volume yang tidak terlalu banyak

sambil tiduran miring dan bayi dalam posisi telentang, akibatnya cairan tidak masuk kedalam saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam saluran pernapasan.

b. Karena posisi bayi yang salah setelah menyusui, karena pada saat

setelah disusui lambung bayi telah terisi penuh dengan cairan, apabila setelah disusui langsung ditidurkan maka cairan yang ada didalam lambung bayi akan mencari tempat yang paling rendah oleh karena itu cairan akan sangat mudah keluar dan kemudian bayi gumoh.

(9)

4. Cradle cap (Kerak Topi)

Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak dapat juga dijumpai pada bagian kulit lain sepeti pada wajah, telinga, leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa terganggu. Kelainan kulit ini penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya.

Penggunaan sampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat digunakan sampo yang mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak disertai dengan rasa gatal / nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.

(10)

5 . Oral Trush

Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa

mulut bayi oleh jamur candidiasis yang ditandai

dengan munculnya bercak bercak keputihan yang

membentuk plak-plak berkeping dimulut. Biasanya

penderita akan menunjukan gejala demam karana

adanya iritasi gastrointestinal.

(11)

6. Mongolian spot (bercak kebiruan)

Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada

daerah bokong, punggung bagian bawah dan pundak.

Bercak ini akan menghilang (berubah menjadi seperti

warna kulit lainnya) seiring dengan pertambahan

usia.

 

7. Miliaria

(12)

2. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir dan

Faktor Risiko

1.Sindrom aspirasi mekonium

Adalah terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada dalam rahim atau sesaat setelah dilahirkan. Pada bayi prematur yang memiliki sedikit ketuban, sindroma ini sangat parah. Mekonium yang terhirup lebih kental sehingga penyumbatan udara lebih berat.

Faktor penyebab :

1.Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stress selama proses

persalinan

2.Selama persalinan berlangsung, bayi bisa saja mengalami kekurangan

(13)

Faktor resiko :

Kehamilan post matur Persalinan yang sulit Gawat janin

Hipoksia intra-uterin

Gejala :

Terlihat adanya mekonium dalam cairan ketuban

Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah

dikeluarkan lama sebelum persalinan)

Bayi tampak lemas atau lemah

Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis) Takipneu (laju pernapasan yang cepat) Apneu (henti nafas)

Tampak adanya tanda-tanda post maturitas (BB bayi

(14)

2. Apneu

Berhentinya pernapasan selama 20 detik atau

lebih.

Apnea

dihubungkan

dengan

adanya

bradikardia, sianosis, atau perubahan tingkat

kesadaran ( Fargoroff dan martin 1997).Penyebab

apnea yang paling sering pada bayi prematur

adalah defisiensi surfaktan paru atau imaturitas

mekanisme kontrol dari sistem saraf pusat.

Faktor resiko :

Hipoksia

Pneumonia

Gangguan metabolisme

(15)

3.Pletora

adalah suatu keadaan dimana w

arna kulit

neonatus mengindikasikan atau memperlihatkan

kondisi kelebihan sel darah merah dalam sirkulasi.

Dalam kasus pletora ini hematokrit bayi > 70 %

Faktor pendukung :

Pengkleman tali pusat yang terlambat

Memegang bayi dibawah plasenta, sehingga

memungkinkan darah mengalir ke bayi dan

meberikan volume sirkulasi darah yang besar

Faktor resiko :

(16)

4.

Berat badan lahir rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.

Kategori berat badan lahir rendah (BBLR) :

 Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan

berat badan dibawah 2500 gram pada saat lahir.

 Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi

dengan berat badan dibawah 1500 gram pada saat lahir.

 Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER)

 Kulit tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan.

Faktor yang mempengaruhi BBLR:

 Faktor ibu : Umur, jumlah paritas , penyakit kehamilan, gizi

kurang atau malnutrisi, kelelahan, merokok dll

(17)

Permasalahan pada BBLR

Masalah pada BBLR yang sering terjadi diantaranya :

Sistem termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil sehingga mudah mengalami hipotermi. Hipotermia terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, dan belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh sehingga BBLR mudah untuk mengalami kehilangan panas.

Sistem Pernafasan

(18)

5. Hipotermi

Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Mekanisme terjadinya hipotermi :

a. Evaporasi Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan.

b. Konduksi Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda tersebut.

c. Konveksi adalah Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Seperti aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

(19)

Penyebab hipotermi pada bayi baru lahir

 Luas permukaan tubuh relatif lebih luas

 Lemak sub kutan lebih tipis, isolator kurang

 Kurangnya lemak coklat (brown fat) pada BBLR

Tanda dan gejala hipotermi

Hipotermi memiliki gejala sebagai berikut :

Bayi tampak lesu.

Tubuh bayi teraba dingin. Bayi menggigil.

(20)

6. Asfiksia neonatus

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).

Gejala dan tanda Asfiksia :

Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan

lambat (kurang dari 30 kali per menit)

Tangisan lemah atau merintih Warna kulit pucat atau biru

Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai

Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (kurang

(21)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)

Faktor ibu

Keadaan ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang sehingga akan mengakibatkan gawat janin dan akan berlanjut sebagai asfiksia BBL antara lain:

 Preeklampsia dan eklampsia

 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) Faktor Tali Pusat

Keadaan plasenta atau talipusat yang dapat mengakibatkan afiksisa BBL akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui talipusat bayi. Seperti :

Lilitan tali pusat Simpul tali pusat Prolapsus tali pusat.

Faktor bayi

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (DepKes

(22)

3. Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir

Kelainan kongenital atau bawaan adalah

kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat

disebabkan oleh faktor genetik maupun non

genetik.

1. Spina bifida

(23)

2. Labiopalatoskisis

Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor non-genetik. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

3.Hidrosefalus

(24)

4.Anensefalus

Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.

5.Hernia Diafragma

Adalah kelainan berupa tidak terbentuknya sebagian diafragma karena adanya penutupan yang tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terlekat pada bagian posterolateral dari diafragma yang menyebabkan isi perut masuk ke rongga dada. Tanda dan gejala :

Kulit berwarna pucat bahkan biruSesak napas

perut kecil dan cekung

Suara napas tidak terdengar pada paru karena karena terdesak isi perut Terdengar bising usus di daerah dada

(25)

4. Perawatan Bayi Baru Lahir dengan

Masalah dan Komplikasi

1. Diaper Rush

Daerah yang terkena diaper rash tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan tetap kering

Untuk membersihkan kulit iritasi dengan menggunakan kapas halus yang  mengandung minyak (babby oil)

Segera bersihkan dan keringkan sesudah selesai BAK atau BAB

Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi

Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi yang cukup

Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara    keseluruhan

Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat bayi

 Pakaian yang terpapar urine harus direndam dalam air yang dicampur acidum borium

(26)

2.Oral Trush

Penanganan

Menurut Vivian (2010), oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, akan tetapi lebih baik jika diberikan penanganan berikut:

Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi

Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera di obati

dengan pemberian antibiotik

Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut

Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan

air matang dan juga bersih

Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik

steril dalam memberikan botol susu. Sebelum botol susu diberikan sebaiknya botol susu direbus hingga mendidih.

Pengobatan

1 ml larutan Nystatin (100.000 unit/ml) untuk diberikan 4 kali sehari

dengan interval setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut sebelum ditelan. Obat ini akan membatasi penyebaran penyakit hanya di ruang perawatan bayi serta menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang terjadi (Deslidel, 2011).

Gentian violet (1-2 %) dioleskan pada lesi mulut 1 jam setelah pemberian

(27)

3.Gumoh

Cara mengatasi gumoh pada bayi, dapat dilakukan hal-hal berikut:

Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain digunakan untuk menyusui

pada kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.

Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi berdiri menghadap

dada ibu dan diberi tepukan ringan pada punggung bayi selama beberapa saat.

Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala lebih tinggi

dari kaki sekitar 300 - 450.

Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi terutama daerah perut

Kita dapat mengurangi banyaknya susu yang keluar ketika gumoh dengan cara-cara berikut ini:

Susui bayi sebelum bayi terlalu lapar. Bayi yang lapar meminum susu terlalu cepat

sehingga banyak udara yang ikut tertelan dan terperangkap di dalam perut.

Susui bayi sedikit demi sedikit. Bila ia disusui dengan botol, berhentilah setiap 30-50

ml (tergantung usia bayi). Bila ia menyusu ASI, berhentilah setiap 5-10 menit, tergantung kondisi bayi dan kelancaran ASI ibu.

Bila ia menyusu dengan botol, gunakan dot yang pas dengan bayi Anda. Bila lubang

dot terlalu besar, aliran susu terlalu cepat. Bila lubang terlalu kecil, aliran susu terlalu lambat dan banyak udara ikut terminum oleh bayi.

Hindari pemakaian diaper yang terlalu ketat, dan jangan menekan perut bayi.

Setiap menyusu 30-50 ml, gendonglah bayi dalam posisi tegak dengan kepalanya di

(28)

4. Biang Keringat

Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:

 Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore

hari.

 Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi

seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.

 Jaga tubuh bayi agar tetap kering.

 Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan

menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis

 Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap

 Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,

(29)

 

5.BBLR

Penatalaksanaan perawatannya antara lain:

Keringkan secepatnya dengan handuk kering dan

bersih

Kain yang bersih secepatnya diganti dengan yang

kering, bersih agar tetap hangat

Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu

Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt 

Kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk

mengurangi evaporasi

Tali pusat dirawat,dijepit,dipotong,diikat, lalu dibungkus

kasa steril kering, lalu dijaga tetap bersih.

Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa

(30)

6. Sindrom aspirasi mekonium

Penatalaksanaan:

Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan

lendir dari mulut bayi.

Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin,

dimasukkan sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium.

Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif

serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.

Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan

garam untuk mencuci saluran udara.

(31)

5. Tindakan Rujukan pada Bayi Baru Lahir

Tujuan rujukan:

Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat

dan tepat

Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefisien mungkin.Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus

pada unit unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit kesehatan tersebut.

Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.

Meningkatkan upaya promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif

secara berdaya guna dan berhasil.

Tanggung jawab petugas dalam pelaksaan rujukan:

 Persiapan rujukan yang memadai.

 Penerangan kepada orangtua atau keluarga mengenai penyakit

yang ditemukan atau diduga.

Izin rujukan dan tindakan yang akan dilakukan.

Pemberian identifikasi, data yang ada yang sudah dilakukan dan

yang mungkin diperlukan.

 Stabilisasi keadaan vital janin atau bayi baru lahir selama

(32)

Tindakan sebelum dan selama rujukan :

1. Memperhatikan sistem regionalisasi

2. Memberikan KIE pada keluarga mengenai pentingnya rujukan Tujuan diberikan KIE :

Menjelaskan pentingnya sistem rujukan

Menjelaskan persiapan prarujukan

Memberikan edukasi megenai tindakan rujukan yang akan

dilakukan

Informed consent dan informed choice.

3.Melengkapi syarat rujukan

Izin tindakan

Surat rujukan

Data pasien (catatan medis)

Bayi harus dalam kondisi stabil

Melibatkan tenaga terampil yang mendampingi bayi selama

(33)

Mekanisme rujukan:

 Penemuan masalah pada tingkat kader. Penemuan masalah

pada neonatus yang tidak dapat ditangani oleh kader maka bayi harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.

 Penentuan tingkat kegawat daruratan. Penentuan tingkat

kegawat daruratan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tenaga kesehatan pada tingkatannya serta penentuan kasus yang dapat ditangani sendiri dan kasus yang memerlukan rujukan.

 Pemberian informasi kepada keluarga. Pemberian informasi

kepada keluarga penting agar keluarga paham dengan kondisi bayi.

 Pengiriman informasi ketempat rujukan yang dituju.

-Memberitahu kepada petugas ditempat rujukan bahwa akan ada penderita yang akan dirujuk

-Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ketempat rujukan.

(34)

Persiapan penderita ( BAKSOKUDA). Berupa

persiapan bidan, alat, keluarga, surat, obat,

kendaraan ,uang dan darah.

Pengiriman

penderita

(ketersediaan

sarana

kendaraan).

Untuk

mempercepat

pengiriman

penderita kefasilitas rujukan perlu diupayan

kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk

mengangkut penderita.

Tindak lanjut penderita.

-Penderita yang telah dikembalikan melaporkan

pada instansi rujukan terkait jika memerlukan

tindak lanjut.

(35)

6. Aspek budaya dalam perawatan

bayi baru lahir

Kemampuan ibu merawat bayi bari lahir

dipengaruhi oleh pengetahuan ibu (bobak,

lowdermilk, jensen, 2004). Pengetahuan bisa

didapat dari kepercayaan,

budaya/adat-istiadat

, pengalaman dan keterangan dari

orang

yang

mengetahui

kebenaran

pengetahuan.

(36)

Pengaruh budaya dalam perawatan BBL

Pada masa sekarang masih banyak perlakuan yang diberikan pada bayi baru lahir yang tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.

Berikut contoh berbagai budaya yang berkembang di masyarakat indonesia dalam memberikan perawatan pada BBL :

1. Gurita mencegah perut buncit. Hal ini sama sekali tidak ada

hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut tidak melar ketika ia dewasa. Pemakaian gurita yang terlalu ketat sebaiknya dihindari karena membuat bayi susah bernapas.

2. Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari. Pemijatan akan

(37)

3. Bedong agar kaki bayi tidak bengkok, faktanya tidak ada hubungan

antara membedong dengan kekuatan kaki atau struktur kaki bayi. Justru bayi akan lebih mudah bergerak untuk melatih kaki dan tangannya, jika bedong dilakukan dengan longgar.

4. Hidung ditarik agar mancung. Faktanya tidak ada hubungan menarik

pucuk hidung dengan mancung atau tidaknya hidung. Mancung atau tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung.

5. Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI tidak mencukupi dan harus

diganti susu botol. ASIdiproduksi sesuai dengan hisapan si bayi. Kondisi tertentu mungkin dapat mengurangi produksi ASI, seperti jika ibu stress atau tidak tenang saat menyusui. Di sisi lain, bayi mungkin merasa tidak nyaman saat menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu yang cenderung masuk ke dalam atau ia sedang tidak lapar dan sedang tidak enak badan.

6. Menggunting bulu mata bayi supaya lentik / panjang. Bulu mata

berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong terlalu pendek, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal.

7. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Mungkin yang tepat adalah

(38)

7. Faktor Ibu yang Mempengaruhi

Bayi Baru Lahir

1. BBL dari ibu penderita Diabetes Mellitus

Satu dari 500-1000 wanita hamil adalah penderita diabetes, dan satu dari 120 kehamilan adalah gestasional diabetes. Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yg dilahirkanya

Gangguan tersebut antara lain : a. Hipoglikemia

Segera setelah lahir terjadi pemutusan aliran darah ibu kejanin, akibatnya suplai glukosa dari ibu terhenti. Namun, insulin masih tetap diproduksi oleh pankreas bayi sebagai adaptasi terhadap kondisi hiperglikemia sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan hipoglikemia pada bayi yang baru lahir.

b. Makrosomia. 

(39)

c. Respiratory distress syindrome (RDS)

(40)

b. BBL dari ibu merokok

Ketika seorang ibu hamil bernafas yang mengandung asap rokok, maka beberapa bahan kimia yang dihembuskan ada yang tersisa dan tinggal di dalam tubuh dan bisa masuk ke plasenta.

Pada proses merokok beberapa hal terjadi. Pertama, terjadinya pasokan oksigen berkurang, karena peningkatan nikotin dan karbon monoksida dalam aliran darah ibu. Ini berarti terjadi kekurangan oksigen untuk bayi, karena zat-zat berbahaya menggantikannya. Bayi akan mulai bergerak lambat setelah ibu mengisap rokok dan jantung bayi harus bekerja lebih cepat, karena mencoba untuk menghirup lebih banyak oksigen. Akibatnya, pernapasan dan gerakan menjadi tidak normal. Dengan kata lain bayi akan menderita stres.

Nikotin, tidak hanya mengurangi jumlah oksigen tetapi juga menyempitkan pembuluh darah sehingga mencegah suplai darah oksigen dan jumlah nutrisi dari makanan yang diperlukan yang akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan janin.

(41)

c. BBL dari ibu yang mengkonsumsi obat-obatan

(42)
(43)

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari pembulu darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya membutuhkan perhatian

Terkait hal itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan

Sebagian besar perhitungan Capital Budgeting tersebut menunjukkan bahwa investasi asset tetap menguntungkan untuk dilakukan, sehingga keputusan perusahaan melakukan

Adalah subsistem dari SAI yang terdiri dari serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengelola dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi mutu fisikokimiawi dan sensoris mie basah dengan suplementasi tepung konjac ( Amorphophallus konjac K. Koch) serta pengaruh

Nilai keseragaman yang tinggi menunjukkan bahwa kelimpahan individu species Nepenthes pada Jalur IV lebih merata dibandingkan dengan Jalur lainnya, tidak ada

Banyak jumlah tunas yang terbentuk karena tercapainya antara zat pengatur tumbuh eksogen dengan eksplan untuk merangsang pemunculan tunas-tunas baru, karena untuk

Tujuan dari penelitian adalah untuk meneliti tingkat degradasi pakan ampas dan serai wangi segar di dalam rumen kerbau secara in sacco yang mungkin dapat