• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PROFESI MODEL DAN BUKAN MODEL TERH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PROFESI MODEL DAN BUKAN MODEL TERH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN PROFESI MODEL DAN BUKAN MODEL TERHADAP HUBUNGAN

ANTARA PERSEPSI BENTUK TUBUH IDEAL DAN KEPERCAYAAN DIRI

Maria Rawisari Putri mariarawisariputri@gmail.com

Ika Herani Thoyyibatus Sarirah

Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. Variabel X penelitian ini adalah persepsi bentuk tubuh ideal, variabel Y penelitian adalah kepercayaan diri, dan variabel Moderator adalah profesi model dan bukan model. Subjek yang digunakan sebanyak 70 individu dengan usia rata-rata 15 tahun sampai dengan 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat pengumpul data berupa kuesioner yang menggunakan skala Likert. Analisis data menggunakan teknik statistik Analisis Moderasi Sederhana Hayes dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Hasil analisis data diperoleh nilai (p) yang signifikan pada hubungan persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri sebesar 0.0059 (p < 0.05). Pada peran profesi model dan bukan model terhadap kepercayaan diri diperoleh nilai (p) yang tidak signifikan yaitu sebesar 0.075 (p > 0.05). Selain itu, hasil analisis data pada peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri diperoleh hubungan yang signifikan yaitu sebesar 0.049 (p < 0.05).

Kata Kunci : Persepsi Bentuk Tubuh Ideal, Kepercayaan Diri, Model dan Bukan Model.

This research was conducted to determine the role profession as model and not the model against the relationship between the perception of the ideal body shape and self confidence. Variabel X of this research is the perception of the ideal body shape, variabel Y of this research is the self confidence, and variabel Moderation of this research is profession model and not a model. Subject of the research uses 70 people with an average age of 15 to 18 years old. Sampling techniques of the research uses purposive sampling. Data collection of the study is a questionnaire, which uses Likert Scale. Data analysis of the study uses techniques of statical techniques of Analysis Moderation Hayes by the following of program SPSS 20.0 for Windows. Results of data analysis obtained by value (p) is significant in a relation of perceptions of the ideal body shape and self confidence of 0.0059 (p < 0.05). In the role profession as model and not the model against the self confidence the value (p) is not significant in the amount of 0.075 (p > 0.05). In addition, the data analysis on the role profession as model and not the model of the relationship between the perception of the ideal body shape and self confidence gained significant relationship that is equal to 0.049 (p < 0.05).

(2)

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan bermasyarakat, kepercayaan diri sangat diperlukan oleh individu untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri individu. Dengan adanya kepercayaan diri, individu memiliki perasaan diterima dan didukung oleh lingkungan sosial, serta mampu mengaktualisasi segala potensi dirinya (Ghufron, 2011). Brenche dan Amich (Patriani, 2006) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu tentang sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan individu sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan individu lain.

Selain itu menurut Lautser (Alsa, 2006) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Menurut Sari (2007) terdapat lima aspek yang membentuk kepercayaan diri, antara lain 1) optimis, 2) mandiri, 3) sportif, 4) tidak takut, dan 5) mudah menyesuaikan diri.

Perkembangan kepercayaan diri individu salah satunya dipengaruhi oleh penampilan fisik. Hal ini sejalan dengan pendapat Harter (Santrock, 2003) mengatakan bahwa salah

satu faktor yang mendukung kepercayaan diri adalah daya tarik fisik, di mana individu akan lebih percaya diri apabila memiliki fisik yang sempurna. Individu tertentu seringkali merasa

2 bahwa keadaan fisiknya tidak sesuai dengan standar bentuk tubuh ideal, maka individu tersebut akan merasa memiliki kekurangan pada fisik atau penampilannya, meskipun mungkin bagi individu lain sudah dianggap menarik secara fisik (Siswanti, 2010).

(3)

13.97-16.51 cm dan untuk laki-laki 13.97-16.51-17.78 cm). Oleh karena itu, untuk bisa mewujudkan impian tersebut individu berusaha keras menjadikan ukuran tubuhnya menjadi ideal. Penelitian Briawan (2008) menyatakan bahwa 72% perempuan mempunyai persepsi bahwa bentuk tubuhnya masih belum ideal, dan kebanyakan merasa dirinya kegemukan. Persepsi terhadap bentuk tubuh ideal dapat mendatangkan pengaruh yang cukup besar, persepsi ini akan mempengaruhi upaya pencapaian tubuh ideal.

Menurut Birtchnell et. al. (Myers & Biocca, 1992) bentuk tubuh ideal perempuan dalam masyarakat secara umum berangsur-angsur menjadi semakin kurus dan tidak masuk akal, telah menyebabkan perempuan memiliki perkiraan yang berlebihan terhadap berat tubuhnya. Bentuk tubuh ideal diartikan sebagai bentuk dan ukuran tubuh yang dinilai sempurna dan paling diinginkan oleh individu (Bestiana, 2012). Menurut Honigman dan Castle (Rini, 2004) citra tubuh merupakan gambaran yang dimiliki individu serta penilaian individu lain tentang penampilan fisik bentuk tubuhnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persepsi bentuk tubuh ideal adalah salah satu komponen dari citra tubuh.

Persepsi tubuh ideal tidak hanya berbeda-beda antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain, namun juga dapat berubah setiap waktu (Bestiana, 2012). Menurut Lighstone (Siswanti, 2010) tubuh ideal adalah persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik individu dari dan terhadap tubuhnya. Menurut

Wirakusumah (1994) bentuk tubuh ideal adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, dan terlihat serasi antara berat dan tinggi badan.

Persepsi bentuk tubuh ideal adalah proses di mana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensori yang berkaitan dengan bentuk tubuh ideal terhadap lingkungan sekitarnya (Natalia, 2011). Menurut Natalia (2011) terdapat tiga aspek persepsi bentuk tubuh ideal antara lain 1) kognisi, 2) proses belajar, dan 3) proses pemecahan masalah.

Tuntutan akan bentuk tubuh ideal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi tubuh ideal yang dianut oleh masyarakat (Bakhshi, 2008). Pada negara dengan budaya yang lebih maju, bentuk tubuh ideal diasosiasikan dengan kebahagiaan, kesuksesan, kemudahan, dan penerimaan sosial. Bentuk tubuh yang dianggap ideal berubah-ubah sesuai dengan zaman dan kultur budaya dalam suatu masyarakat (Tiara, 2013). Bentuk tubuh ideal yang saat ini menjadi standar ideal di masyarakat adalah bentuk tubuh seperti yang dimiliki oleh para model (Tiara, 2013). Karena itu profesi sebagai model memberikan ekspektasi tinggi pada perempuan terhadap tubuhnya sendiri. Dengan adanya tuntutan profesi ini

mengakibatkan munculnya rasa

(4)

penghargaan terhadap tubuh yang pernah membosankan, karir yang sukses, dan kesehatan yang baik (Bestiana, 2012). Menurut Sanggarwaty (2003) yaitu model merupakan suatu profesi yang sama dengan profesi lainnya tetapi bergerak dalam usaha menjual jasa bidang busana, foto model dan periklanan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Asokawati (Sanggarwaty, 2003) bahwa model adalah individu yang berprofesi dalam dunia fashion, pertunjukan, foto model dan berhasil sukses hingga kancah internasional. Dari segi fisik, model harus memiliki kelebihan secara fisik seperti rambut yang indah, ukuran tubuh yang ideal, berat badan ideal, kulit yang lembut, kulit bebas jerawat, dan beberapa ciri fisik lainnya (Sanggarwaty, 2003).

Dunia model di Indonesia sudah semakin maju dan membutuhkan model yang profesional (Sanggarwaty, 2003). Menurut Sanggarwaty (2003) model merupakan suatu

profesi yang sama dengan profesi lainnya, tetapi bergerak dalam usaha menjual jasa bidang busana, foto model dan periklanan. Model yang dimaksud bukan hanya model yang memperagakan busana di atas panggung, tetapi juga model yang tampil di media cetak ataupun media televisi. Menjaga bentuk tubuh dan kondisi tubuh sangat penting dilakukan berbagai usaha dilakukan individu baik yang berprofesi sebagai model maupun bukan model untuk merubah ataupun mempertahankan bentuk tubuhnya sesuai keinginannya, mulai dari olahraga, diet ketat bahkan sampai mengalami gangguan makan (eating disorders).

Demi mendapatkan penampilan yang menarik, mereka rela mengabaikan kesehatan tubuhnya. Menurut Amalia (2007) setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang diinginkannya, termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya. Tubuh menjadi simbol utama diri, sekaligus masyarakat (Synnott, 2003). Hal ini membuat sebagian besar perempuan membandingkan tubuhnya dengan visual tubuh ideal dalam masyarakat.

(5)

ini dapat diketahui secara mendetail apakah terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Arikunto, 2010).

Partisipan Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di kota Malang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah keseluruhan sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 70 subjek, dengan masing-masing 35 subjek yang berprofesi sebagai model dan 35 subjek yang bukan model. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria memiliki rentang usia dari 15 tahun sampai dengan 18 tahun.

Peneliti menggunakan try out terpakai pada penelitian ini karena terbatasnya jumlah subjek penelitian yang berprofesi sebagai model pada rentang usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun. Pada metode try out terpakai, penyebaran skala atau pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja. Subjek yang telah digunakan untuk data uji coba juga akan digunakan sebagai data penelitian.

Data Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan adalah skala persepsi bentuk tubuh ideal dan skala kepercayaan diri. Skala persepsi bentuk tubuh ideal menggunakan skala yang sudah pernah digunakan sebelumnya berdasarkan penelitian Natalia (2011) dengan dimensi persepsi bentuk tubuh ideal menurut Indrawidjaya (1986) yaitu 1) kognisi, 2) proses belajar, 3) proses pemecahan masalah. Setelah dilakukan penelitian oleh peneliti didapatkan reliabilitas sebesar 0.731, dengan nilai koefisien korelasi berada diantara 0.260-0.554.

Skala kepercayaan diri juga menggunakan skala yang sudah pernah digunakan sebelumnya berdasarkan penelitian Sari (2006) dengan dimensi kepercayaan diri menurut Anthony (1992) yaitu 1) optimis, 2) mandiri, 3) sportif, 4) tidak takut, dan 5) mudah menyesuaikan diri. Setelah dilakukan penelitian oleh peneliti didapatkan reliabilitas sebesar 0.865, dengan nilai koefisien korelasi berada diantara 0.219-0.576.

(6)

mendapat skor 4, pilihan TS mendapat skor 3, pilihan S mendapat skor 2, dan pilihan SS mendapat skor 1.

Selanjutnya, metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis moderasi sederhana Hayes dengan metode resampling bootstrap. Bootstrap merupakan metode berbasis resampling (pengambilan sampel berulang) dengan syarat pengembalian data dengan harapan sampel tersebut mewakili populasi sebenarnya (IBM, 2011).

Kelebihan utama bootstrap adalah bersifat bebas asumsi dan dapat menghasilkan kekuatan penelitian yang lebih besar. Hal ini dilakukan dengan resampling yang dilakukan sejumlah ribuan kali dengan menggunakan distribusi empiris. Hasil dari analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dari penelitian sehingga dapat dijadikan kesimpulan akhir dari penelitian. Perhitungan analisis moderasi sederhana Hayes ini dilakukan dengan bantuan program SPSS Statistics 20 for Windows.

HASIL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa mean variabel persepsi bentuk tubuh ideal pada subjek model sebesar 29.54 dan standar deviasinya sebesar 4.29. Sedangkan mean pada subjek bukan model adalah sebesar 27.31 dan standar deviasinya sebesar 3.98. Selain itu, mean variabel kepercayaan diri pada subjek model adalah sebesar 94.89 dan

standar deviasinya sebesar 10.12. Sedangkan mean pada subjek bukan model adalah sebesar 90.89 dan standar deviasinya sebesar 9.47.

Peneliti melakukan analisis bootstrap moderasi sederhana (Hayes, 2012) dengan resampling sejumlah 5.000 kali dengan interval kepercayaan koreksi bias 95 %. Analisis ini dilakukan untuk menguji tiga hipotesis, yaitu (a) terdapat hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri, (b) terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap kepercayaan diri, (c) terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri.

Tabel 1. Hubungan Antara Persepsi Bentuk Tubuh Ideal dan Kepercayaan Diri

Variabel B se p Signifikans i

Persepsi Bentuk Tubuh Ideal

dan Kepercayaa

n Diri

2.35 0.82 0.0059 Signifikan

(7)

Tabel 2. Peran Profesi Model dan Bukan Model terhadap Kepercayaan Diri

Variabel B se p Signifikansi

Profesi Model dan Bukan

Model terhadap Kepercayaan

Diri

27.76 15.34 0.075 Tidak

Signifikan

Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap kepercayaan diri. Hal ini ditunjukkan oleh nilai B (koefisien) = 27.76, se = 15.34, dan (p) = 0.075, dimana nilai (p) > 0.05 maka tidak terdapat peran profesi model dan bukan model yang signifikan terhadap kepercayaan diri.

Tabel 3. Peran Profesi Model dan Bukan Model terhadap Hubungan Antara Persepsi

Bentuk Tubuh Ideal dan Kepercayaan Diri

Variabel B se p Signifikansi

Persepsi Bentuk

Tubuh Ideal dan Kepercaya

an Diri

-1.07 0.53 0.049 Signifikan

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. Hal ini ditunjukkan oleh nilai B (koefisien) = 1.07, se = 0.53, dan (p) = 0.049, dimana nilai (p) < 0.05. Nilai (p) yang dihasilkan adalah signifikan karena (p) < 0.05.

DISKUSI

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Harter (Santrock, 2003) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mendukung kepercayaan diri individu adalah daya tarik fisik, di mana individu akan lebih percaya diri apabila memiliki fisik yang sempurna. Seringkali individu tertentu merasa bahwa keadaan fisiknya tidak sesuai dengan standar bentuk tubuh ideal, maka individu tersebut akan merasa memiliki kekurangan pada fisik atau penampilannya, meskipun mungkin bagi individu lain sudah dianggap menarik secara fisik (Siswanti, 2010).

(8)

suatu hal yang penting untuk menunjang kepercayaan dirinya.

Berdasarkan peran profesi model dan bukan model terhadap kepercayaan diri, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat peran profesi model dan model terhadap kepercayaan diri. Hal ini karena individu yang berprofesi sebagai model dan bukan model tidak memiliki masalah dengan kepercayaan diri. Selain itu, profesi sebagai model dan bukan model tidak mempengaruhi kepercayaan diri individu karena individu tersebut tidak mengalami kekurangan secara fisik. Individu yang berprofesi sebagai model dan bukan model merasa nyaman dan puas dengan bentuk tubuh yang dimilikinya (Eliana, 2011). Sehingga hal ini membuat profesi model dan bukan model tidak memiliki pengaruh terhadap kepercayaan diri individu.

Meskipun individu yang berprofesi sebagai model dan bukan model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal yang berbeda-beda, namun hal tersebut tidak mempengaruhi kepercayaan dirinya karena individu mampu untuk mempersepsi bentuk tubuhnya dengan tepat (Daphne, 1998). Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pendapat Brenche dan Amich (Patriani, 2006) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu tentang sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan individu sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan individu lain. Dengan kepercayaan diri, maka individu mampu mengaktualisasi

segala potensi dirinya (Ghufron, 2011). Apabila dilihat berdasarkan peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri, didapatkan hasil bahwa terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. Hal ini didukung dengan pendapat Daphne (1998) yang menyatakan bahwa model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal yang tinggi, sedangkan individu yang bukan model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal yang rendah. Sehingga menurut pendapat Siswanti (2010), pandangan mengenai persepsi bentuk tubuh ideal ini akan mendatangkan pengaruh bagi kepercayaan diri individu.

(9)

(Sanggarwaty, 2003. Para model perempuan biasanya memiliki tubuh yang kurus, relatif rata dan tidak berbentuk (McCabe & Ricciardelli, 2001). Meskipun individu yang berprofesi sebagai model merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya, namun mereka tetap memiliki kepercayaan diri tinggi. Individu tersebut tidak mengalami gangguan persepsi dan merasa bahwa bentuk tubuhnya menjadi standar ideal di masyarakat, sehingga individu mampu mempersepsi bentuk tubuhnya dengan tepat sehingga tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Daphne, 1998).

Selain itu pada individu bukan model, sebagian besar dari individu tersebut sudah merasa puas dan nyaman dengan bentuk tubuh yang dimiliki. Kenyamanan terhadap bentuk tubuh dapat membuat individu lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan serta dapat meningkatkan rasa percaya diri (Sari, 2006). Individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi tidak akan terlalu berorientasi pada penampilan diri semata, karena individu merasa yakin atas kemampuan dan potensi dirinya pada hal-hal yang lain serta mampu menerima kekurangan yang ada tanpa perlu merasa kecewa, malu, dan rendah diri (Siswanti, 2010). Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (2002) yang menyatakan bahwa individu yang menerima perubahan fisik pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena

semua individu akan melalui masa perubahan fisik.

Munculnya persepsi bentuk tubuh ideal dalam diri individu tidak terlepas dari peran media massa dalam menciptakan bentuk tubuh ideal yang dianut oleh masyarakat (Myers & Biocca, 1992). Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standar tubuh ideal yang terus menerus dipaparkan oleh media berdampak bagi para perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Media menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat bahwa perempuan langsing itu cantik, dan cantik itu baik (Bestiana, 2012). Sehingga pengaruh media membuat individu memiliki keinginan untuk memiliki bentuk tubuh ideal.

(10)

95.14 % yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti citra tubuh, konsep diri, harga diri, dan penerimaan diri. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dari penelitian ini yaitu : 1) menggunakan try out terpakai, 2) faktor kelelahan, dan 3) kemungkinan faking good.

Selain itu, berdasarkan hasil analisis data, diperoleh tiga kesimpulan yaitu : 1) terdapat hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri, 2) tidak terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap kepercayaan diri, 3) terdapat peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri.

SARAN

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengganti subjek penelitian misalnya remaja laki-laki yang berprofesi sebagai model maupun bukan model, sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang lebih beragam antar jenis kelamin yang berbeda. Selain itu sebaiknya peneliti lebih memperhatikan tata bahasa dalam aitem-aitem pada skala yang akan digunakan

dalam penelitian untuk mengurangi bias pengukuran.

Bagi subjek model sebaiknya mampu menyadari bahwa bentuk tubuh yang dimilikinya adalah bentuk tubuh yang menjadi panutan di masyarakat, dengan begitu individu yang berprofesi sebagai model lebih mampu untuk menghargai dan menjaga bentuk tubuhnya. Kemudian bagi subjek bukan model sebaiknya mampu untuk memandang dirinya secara positif sehingga terhindar dari rasa tidak puas dan tidak perlu membandingkan bentuk tubuh yang dimiliki dengan individu lain.

REFERENSI

Alsa, Asmadi. (2006). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan

Kepercayaan Diri Remaja

Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Psikologi Vol. 1, No.1. 3-6. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung.

Amalia, L. (2007). Citra tubuh (Body Image) Remaja Perempuan. Jurnal Musawa. Vol. 5, No. 4. 4-7. Ponorogo: STAIN Ponorogo.

Anthony, Robert. (1992). Rahasia Membangun Kepercayaan Diri, (Terjemahan Rita Wiryadi). Jakarta: Bina Rupa Aksara.

(11)

Rineka Cipta.

Asri, D.N. & Setiasih. (2004). Penerapan Metode Akupuntur pada Wanita Penyandang Obesitas. ANIMA. Vol. 19, No.3. 286-296. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Bakhshi, Savita. (2008). Women’s Body Image and the Role of Culture: A Review of the Literature. Europe’s Journal of Psychology. Vol. 2, No. 7. 377-384. London: London Metropolitan University.

Bani, F. (2002). Studi Tentang Persepsi Mahasiswa Terhadap Tubuh Ideal dan Hubungannya dengan Upaya Pencapaiannya. Skripsi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bestiana, Desi. (2012). Citra Tubuh dan

Konsep Tubuh Ideal Mahasiswi FISIP Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Antro Unair Vol.1, No.1. 1-9. Surabaya: Universitas Airlangga.

Brewis, A. Alexandra. (2011). Obesity: Cultural and Biocultural Perspectives. London: Rutgers University Press.

Briawan, D. (2008). Hubungan Konsumsi

Pangan dan Status Gizi dengan Body Image Pada Remaja di Bogor. Jurnal Gizi Indonesia Vol. 31, No.1. 16-20. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Centi. (1997). Mengapa Rendah Diri. Alih

bahasa: A.M Hardjana. Yogyakarta: Kanisius.

Daphne, Amanda. (1998). Perbedaan Kepuasan Citra Tubuh Remaja putri yang Berprofesi sebagai Model dan yang Tidak Berprofesi sebagai Model. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Eliana, R. (2011). Gambaran Body Image

pada Model. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Ghufron, N.M.,& Risnawita. S. R. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Hernita. (2006). Tubuh Perempuan yang Menjadi Soal. Diunduh dalam http://www.sekitarkita.com. Diakses pada tanggal 16 Maret 2014 pukul 19:04.

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

(12)

Indrawidjaya, A.T. (1986). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru.

Marasabessy N. (2006). Hubungan Ukuran Tubuh Aktual dan Ekspose Media Massa Terhadap Body Image Mahasiswa Putra dan Putri IPB. Skripsi. Bogor: Program Studi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Myers, Phillip N. & Biocca, Frank A. (1992). The Elastic Body Image: The Effect of Television Advertising and Programming on Body Image Distorsions in Young Women. Journal of Communication Vol 42, No.3. 108-133. Chapel Hill: University of North Carolina.

Natalia, Marsyela. (2011). Motivasi Diet pada Remaja Putri Ditinjau dari Persepsi Terhadap Bentuk Tubuh Ideal. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Patriani, I.I. (2006). Kepercayaan Diri pada

Remaja Penghuni Panti Asuhan ditinjau dari Harga Diri. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.

Rini, F. Jacinta. (2004). Mencemaskan Penampilan. Diunduh dalam http://www.e-psikologi.com. Diakses pada tanggal 24 Juli 2014 pukul

15:24.

Sanggarwaty, R. (2003). Kiat Menjadi Model Profesional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatf dan Kualitatif, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Santrock, John.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sari, Dian Mustika. (2006). Kepercayaan Diri Remaja yang Overweight ditinjau Dari Dukungan Sosial. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Siswanti, Kristiasari Pasaribu. (2010).

Kepercayaan Diri pada Remaja Putri Ditinjau dari Body Image. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.

Synnott, Anthony. (2003). Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri, dan Masyarakat. Bandung: Jalasutra.

Tiara, C. (2013). Citra Tubuh dan Bentuk Perempuan Ideal di Masyarakat. Jurnal Tingkat Sarjana Bentuk Seni Rupa dan Desain Vol. 2, No.1. 1-3. Bandung: ITB.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

telah dicap lunas ke pemakai dana kas kecil. 6) Menyimpan bukti pengeluaran kas kecil, bukti-bukti pendukung dan surat permintaan pengeluaran dana kas kecil lembar

Ulasan sebelumnya memunculkan beberapa variabel yang berpengaruh pada penerapan teknologi knowledge management terhadap kreativitas belajar untuk meningkatkan prestasi

Permasalahan dari penelitian ini adalah Bagaimana membangun suatu system pakar yang dapat mendiagnosa gangguan kepribadian dramatik berdasarkan gejala-gejala yang

Apabila CFO menyetujui maka akan ada pemberitahuan ke Admin NPR, kemudian Admin NPR dapat menarik requisition tersebut menjadi PO dan melakukan order ke perusahaan rekananan

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

Pengaturan kembali mengenai pemakaian Nama Perseroan dalam Peraturan Pemerintah ini selain karena alasan sebagaimana dimaksud di atas, pengaturan ketentuan ini sejatinya

Strategi yang telah ditetapkan dalam perumusan strategi dijadikan alat untuk menerjemahkan tujuan perusahaan menjadi sasaran-sasaran strategic ke dalam empat perspektif

Rancangan ditujukan untuk memperbaiki formulir dasar di Puskesmas Trucuk II agar lebih spesifik lagi sesuai dengan kebutuhan setiap poliklinik dan membuat map