• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

dwiyoko@mail.uajy.ac.id

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kota kota di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan jumlah lalu lintas akibat pertambahan kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Dari tahun ke tahun angka kepemilikan kendaraan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari sisi pemerintah selaku penyedia infrastruktur mengalami kendala dalam meningkatkan penyediaan infrastruktur jalan karena keterbatasan anggaran. Karena keterbatasan tersebut maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan manajemen lalulintas perkotaan sehingga suatu ruas jalan tetap menjalankan fungsinya dengan baik.

Pada penelitian ini dibahas prediksi kinerja suatu ruas jalan Godean di Kabupaten Sleman Yogyakarta untuk beberapa tahun ke depan. Hasilnya adalah adanya penurunan kualitas layanan akibat menurunnya kapasitas jalan dan meningkatnya volume lalulintas, sehingga dicari alternatif terbaik untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga mendekati kondisi semula. Dari hasil analisis menggunakan MKJI 1997 diperoleh derajat kejenuhan (v/c ratio) pada lokasi studi pada saat ini adalah 0,55 dan akan meningkat menjadi 0,86 pada tahun 2020 yang diakibatkan oleh meningkatnya volume lalulintas serta hambatan samping yang terjadi. Kondisi ini tidak memenuhi syarat sesuai MKJI. Untuk mengatasi hal itu maka dilakukan beberapa alternatif solusi. Solusi yang ditawarkan berupa manajemen lalulintas serta perbaikan infrastruktur. Dari beberapa alternatif tersebut dipilih yang paling menguntungkan. Dari sisi kualitas lingkungan disarankan untuk dilakukan peningkatan kualitas layanan angkutan umum sehingga prediksi volume lalulintas tersebut tidak terjadi. Pengguna akan memilih angkutan umum, sehingga penggunaan kendaraan pribadi berkurang yang akhirnya mengurangi polusi gas buang kendaraan bermotor.

kapasitas, derajat kejenuhan, kualitas pelayanan, MKJI 1997

Kinerja ruas jalan Godean terutama pada jam jam sibuk di pagi, siang dan sore hari semakin hari semakin menurun, dikarenakan banyaknya kendaraan tidak bermotor, kendaraan yang keluar masuk ke ruas jalan Godean, dan angkutan umum yang berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Penelitian ini mengambil lokasi di ruas jalan Godean, yang merupakan ruas jalan yang memiliki volume lalu lintas yang cukup tinggi dan sangat komplek permasalahan. Jalan Godean termasuk kelas jalan kolektor yang menghubungkan Yogyakarta dan Godean dimana jalur ini digunakan masyarakat untuk transportasi antara Yogyakarta dan Godean, ruas jalan ini termasuk tipe jalan perkotaan dua lajur dua arah (2/2 UD).

! " # #$

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis kinerja ruas jalan di jalan godean kilometer 6 sampai kilometer 7 ditinjau dari:

1. kapasitas ruas jalan Godean KM 6 – KM 7 2. derajat kejenuhan

3. hambatan samping ruas jalan Godean KM 6 – KM 7 4. tingkat pelayanan untuk kondisi saat ini

(2)

2

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi teknis tentang kinerja ruas jalan Godean KM 6 KM 7 untuk mengantisipasi pertumbuhan arus lalu lintas yang terjadi di ruas jalan tersebut.

$ #

Jalan merupakan prasarana penghubung darat dalam berbagai bentuk, meliputi segala bagian jalan termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperlukan bagi lalu lintas (Dirjen Bina Marga, 1983).

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) ruas jalan dibagi menjadi: 1. jalan perkotaan/semi perkotaan: mempunyai perkembangan secara permanen dan

menerus sepanjang jalan, minimal pada satu sisi jalan saja, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 selalu digolongkan dalam kelompok ini. Jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 juga digolongkan dalam kelompok ini jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.

2. jalan luar kota: Tidak ada perkembangan yang menerus pada setiap sisi jalan, walaupun mungkin terdapat beberapa perkembangan permanen seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan.

$ %

Menurut Ofyar Z. Tamin (2000) arus lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Hal ini terlihat apabila arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, maka waktu tempuh pasti bertambah (karena kecepatan menurun).

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) kapasitas adalah arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah dan komposisi lalu lintas dan faktor lingkungan). Ofyar Z. Tamin (2000) menjelaskan bahwa hubungan arus dengan waktu tempuh (kecepatan) tidaklah linier. Hal ini terlihat pada kendaraan saat arus rendah akan menyebabkan penambahan waktu tempuh yang kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat arus tinggi.

# $

Oglesby (1998) menjelaskan bahwa pada volume lalu lintas yang hanya sedikit mengalami gangguan dari kendaraan lain, pengemudi dapat bergerak dengan kecepatan arus bebas tetapi pada saat volume lalu lintas meningkat interferensi antar kendaraan menyebabkan turunnya kecepatan kendaraan.

Menurut Hobbs (1995) arus lalu lintas tersusun mula mula dari kendaraan tunggal yang terpisah, bergerak menurut kecepatan yang dikehendaki oleh pengemudinya tanpa halangan dan berjalan tidak bergantung pada kendaraan lainnya karena perbedaan kecepatan. Kendaraan yang lebih cepat akan terus mendekati kendaraan yang lebih lambat namun bila keadaan lalu lintas menghalangi kendaraan untuk mendahului maka terbentuklah antrian yang bergerak. Antrian semakin panjang dan membagi kelompok kelompok kesatuan sampai semua kendaraan membentuk satu arus tunggal.

(3)

3

& #$ ' $

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor: KM 14 tahun 2006 tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan, tingkat pelayanan ruas jalan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. tingkat pelayanan A dengan kondisi:

a. arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi

b. kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan

c. pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkanya tanpa atau dengan sedikit tundaan

2. tingkat pelayanan B dengan kondisi:

a. arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas

b. kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi kecepatan

c. pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan

3. tingkat pelayanan C dengan kondisi:

a. arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang tinggi

b. kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat c. pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau

mendahului

4. tingkat pelayanan D dengan kondisi:

a. arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus

b. kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar

c. pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat

5. tingkat pelayanan E dengan kondisi:

a. arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah

b. kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi c. pengemudi mulai merasakan kemacetan kemacetan durasi pendek 6. tingkat pelayanan F dengan kondisi:

a. arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang

b. kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama

c. dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0

Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan sekunder sesuai fungsinya untuk:

(4)

4

Tabel 1 Tingkat Pelayanan Untuk Jalan Arteri Sekunder dan Kolektor Sekunder Tingkat pelayanan Karakteristik operasi terkait

A

o arus bebas

o kecepatan rata rata perjalanan ≥ 80 km/jam

o V/C ratio ≤ 0.6

B

o arus stabil

o kecepatan perjalanan rata rata turun s/d ≥ 30 km/jam

o V/C ratio ≤ 0.7

C

o arus stabil

o kecepatan perjalanan rata rata turun s/d ≥ 30 km/jam

o V/C ratio ≤ 0.8

D

o mendekati arus tidak stabil

o kecepatan perjalanan rata rata turun s/d ≥ 25 km/jam

o V/C ratio ≤ 0.9

E

o arus tidak stabil, terhambat, dengan tundaan yang tidak dapat ditolerir

o kecepatan perjalanan rata rata sekitar 25 km/jam

o volume pada kapasitas

F

o arus tertahan, macet

o kecepatan perjalanan rata rata < 15 km/jam

o V/C ratio permintaan melebihi 1

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan no: KM 14 tahun 2006

( ( ( # & %) $

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini didapat dari data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Observasi awal, yaitu pengamatan visual terhadap data arus lalu lintas, fasilitas secara umum dan karakteristik geometrik jalan, adapun karakteristik geometrik jalan Godean KM 6 KM 7 sebagai berikut:

a. tipe jalan = jalan dengan 2 lajur dua arah (2/2 UD) b. lebar jalan = 7 meter

c. median = tidak ada

d. kereb = tidak ada

e. tipe alinyemen = datar

f. tipe lingkungan = gedung pemerintahan dan pertokoan 2. Data sekunder

Data sekunder berupa data jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) daerah Yogyakarta. Data ini untuk menentukan jenis ukuran kota. Ukuran kota merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam menganalisis hambatan samping dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).

& * # #$

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Survei Awal

2. Penentuan Titik Lokasi Penelitian 3. Survei Geometrik

4. Survei Volume Lalulintas 5. Survei Hambatan Samping 6. Survei Waktu Tempuh

(5)

5

U

Gambar 1. Lokasi Penelitian

#! %$ * # ! ! ! + $ %# $

Hasil penelitian di lokasi yang ditetapkan mendapatkan bahwa untuk saat ini kinerja ruas jalan tersebut masih dirasa cukup baik. Hal tersebut tercermin dari nilai derajat kejenuhan DS masih dibawah 0,75 seperti yang disyaratkan dalam MKJI. Namun pertumbuhan wilayah tersebut sangat pesat, yang ditunjukkan dengan prediksi pertumbuhan jumlah penduduk yang mencapai 2,9% per tahun, maupun pertumbuhan lalulintas yang mencapai 8,4% pertahun. Atas dasar hal tersebut maka perencanaan analisis dilakukan untuk periode 2010 – 2020.

Gambar 2. Prediksi Jumlah Penduduk Sleman

Jumlah pertumbuhan penduduk kabupaten Sleman menurut Biro Pusat Statistik tumbuh sebesar 2,9% per tahun sehingga diprediksi secara linier jumlah penduduk Sleman sampai 2020 seperti ditunjukkan dalam gambar 2 tersebut.

(6)

6

Gambar 3. Prediksi Volume Lalulintas

! # $

Pada tahun 2020 dengan mengikuti trend pertumbuhan lalu lintas maka kinerja ruas jalan akan menurun. Hasil hitungan untuk DS tahun 2010 ini menghasilkan nilai sebesar 0,55 dan tingkat pelayanan C. Namun pada rentang waktu 10 tahu ke depan yaitu tahun 2020, kinerja akan semakin turun ditunjukkan dengan nilai DS semakin tinggi yaitu rata rata 0,84 yang artinya sudah diatas batas atas sebesar 0,75. Demikian juga dengan tingkat pelayanan turun menjadi D.

Meskipun waktu yang dipakai sebagai proyeksi kelihatannya cukup lama yaitu 10 tahun, namun jika tidak direncanakan dengan matang maka akan menjadi kesulitan dalam membuat perencanaan secara singkat. Maka dari penelitian ini dilakukan kajian dari beberapa alternative yang dapat dipertimbangkan dalam mengatasi masalah yag akan dihadapi di waktu yang akan datang.

$ # " )# '#$# % $ *

$ # " ,. Mengurangi hambatan samping.

Hambatan samping yang ada di lokasi adalah berupa kendaraan keluar masuk pertokoan dan warung di trotoir. Pengurangan hambatan samping akan menemui kendala berupa:

a. sisi masyarakat (pengguna jalan): tingkat kesadaran dari pengguna jalan masih rendah, karena ada larangan parkir akses lahan parkir akan berkurang.

b. sisi pemerintah: biaya yang dikeluarkan cukup besar, menyediakan akses lahan parkir, perlu adanya pengawasan.

$ # " -. Membuat jalan 1 arah.

Jalan Godean pada lokasi penelitian dibuat searah dengan arah ke Timur menujuRingroad, dengan akses dari jalan di sekitarnya. Kekurangan dan alternatif ini adalah:

a. sisi masyarakat (pengguna jalan): akan menambah jarak tempuh, waktu yang diperlukan semakin lama, biaya yang dikeluarkan akan bertambah.

b. sisi pemerintah: tidak mengeluarkan biaya, perlu adanya sosialisasi terlebih dahulu, tidak perlu ada pengawasan.

$ # " . pelebaran jalan.

Jika pemerintah mempunyai dana untuk melebarkan jalan maka upaya ini tidak memberatkan masyarakat dan alternatif ini dapat mengakomodasi semua kepentingan. Kelebihan dan kekurangan alternatif ini:

a. sisi masyarakat (pengguna jalan): tidak mengeluarkan biaya lebih, tidak perlu memutar terlebih dahulu sehingga jarak tempuh dan waktu tidak bertambah

(7)

7

Tabel 2. Analisis Hasil Penelitian

Parameter Kondisi Tahun 2020

Alternatif I

Titik II : 2087,54

Titik I : 2134,56 Titik II : 2087,54

Titik I : 1067,28 Titik II : 1043,77

Titik I : 2134,56 Titik II : 2087,54

C Titik I : 2494

Titik I : 3371,25 Titik II : 3371,25

DS Titik I : 0,86

Kelebihan Penurunan DS kecil

Biaya murah,

Dari alternatif yang ditawarkan semuanya mempunyai dampak terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Lokasi tersebut adalah jalan dengan banyak terdapat toko dan merupakan kawasan perdagangan serta juga merupakan kawasan tempat tinggal. Maka menjadi kesulitan apabila membatasi akses keluar masuk kendaraan sepanjang ruas jalan tersebut.

Dengan pelebaran jalan maka hanya akan menambah kapasitas jalan, sedangkan volume kendaraan keluar masuk akan tetap, bahkan bias meningkat seiring dengan meningkatnya kapasitas perekonomian setempat. Kinerja ruas jalan akan membaik untuk sementara waktu, kemudian akan menarik volume lalulintas lebih banyak lagi, akibatnya kinerja ruas jalan akan kembali turun.

Dengan membuat jalan menjadi satu arah, maka akan memaksa kendaraan akan berputar, konsumsi bahan bakar meningkat, polusi udara juga bertambah. Volume kendaraan akan beralih ke ruas jalan lain di sekitarnya.

Solusi yang lebih baik adalah meningkatkan layanan angkutan umum dengan kapasitas besar dan frekuensi teratur. Upaya ini dirasa tidak mudah karena masyarakat sudah terbiasa mencukupi kebutuhan transportasinya secara mandiri. Namun apabila upaya ini berhasil maka akan mempunyai dampak menguntungkan dari sisi lingkungan. Polusi udara akan dapat dikurangi secara signifikan.

Dalam mengatasi masalah lalulintas jangka panjang maka upaya manajemen lalulintas yang menguntungkan dipilih sebagai solusi yang menguntungkan banyak pihak. Dalam penelitian ini, solusi utuk mengurangi hambatan samping berupa kendaraan parkir di badan jalan, kendaraan keluar masuk, pejalan kaki, kendaraan lambat, dianggap tidak menguntungkan. Dampak dari sisi sosial sangat banyak namun hasil yang diperoleh tidak cukup berarti.

Membuat jalan menjadi satu arah merupakan solusi mampu menekan derajat kejenuhan dengan nilai paling tinggi. Hanya saja masyarakat harus membayarnya dengan jarak tempuh yang semakin jauh, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih tinggi. Dari sisi pemerintah biaya yang dikeluarkan cukup kecil.

(8)

8

Dari sisi lingkungan ketiga alternatif belum mampu mengurangi polusi udara secara berarti. Lalulintas tidak terkurangi samasekali, hanya dipindahkan. Yang paling baik adalah dengan menyediakan layanan angkutan umum dengan kualitas baik. Sehingga masyarakat mau berpindah menggunakan angkutan umum. Volume lalulintas berkurang, polusi akan berkurang.

Meskipun ditawarkan beberapa pilihan untuk mengatasi masalah, namun semuanya tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Saran dari penelitian ini adalah upaya pemerintah maupun swasta untuk menyediakan dan meningkatkan kinerja pelayanan angkutan umum, sehingga pengguna kendaraan banyak yang berpindah menggunakan angkutan umum.

/

Anonim, 1997,Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga.

Dirjen Bina Marga dan Direktorat Bina Jalan Kota, 1983, Tata Cara Pelaksanaan Survei

Perhitungan Lalulintas Cara Manual, Jakarta.

Hobbs, 1995, Perencanaan Transportasi dan Lalulintas Edisi Kedua, Penerbit Gadjah Mada University Press.

Makridakis, S . dkk, 1992, Metode dan Aplikasi Peramalan, Penerbit Erlangga Jakarta. Morlok, E.K., 1998,Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. Munawar, A., 2004,Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, Bette Offset, Yogyakarta. Oglesby Hicks, 1998,Teknik Jalan Raya, Erlangga, Jakarta.

Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14, 2006, Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah volume logam, dilakukan pengukuran volume logam dengan memvariasikan volume ion logam Pb

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

Gambar atau diagram lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan antara beda fase, frekuensi dan

Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran pada temperatur lebih dari 800 o C untuk mereduksi sampah mudah terbakar (combustible)

Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis genre dan memberikan tes 4 (empat) kali dalam 3 (tiga) siklus. Tes

Hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa kasus pembiayaan bermasalah yang terjadi di BSM KCP Temanggung, dimana dalam penyelesaian kasus tersebut nasabah dan

a. Dalam sistem akuntansi penerimaan kas, fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan air pada PDAM Tirtanadi Cabang Medan Kota belum memadai, karena