SUMBER BELAJAR DAN MEDIA
PEMBELAJARAN
Nama Kelompok
Harisandi (201510060311023)
Widyarahmadatul Setiani (201510060311002)
Nurul Hidayah ( 201510060311009)
MATKOM 3A
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ANALISIS KEBUTUHAN SISWA SMP
Berdasar Teori Piaget
Untuk membahas perkembangan kognitif (berpikir) pada anak saat berada di sekolah menengah pertama (SMP), dikemukakan pandangan dari Piaget, Vigotksy, dan para ahli psikologi.
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Untuk siswa SMP, perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
Materi yang relevan dengan media dan sumber pembelajaran
Dalam pembelajaran tingkat SMP, siswa diajarkan untuk mengetahui bentuk, stuktur dan isi dari bangun-bangun. Tiap-tiap bangun ruang siswa disuruh mencari konsep dasar dari bangun tersebut. Dan memecahkan masalah atau soal yang diberikan oleh gurubagar siswa dapat mengetahui konsepnya secara matang. Guru memberikan kontruksi pengetahuan kepada siswa untuk menjelaskan aplikasi yang dapat digunakan dalam dunia nyata
Contoh media dan sumber pembelajaran, antara lain:
(1) Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
(2) Laporan hasil penelitian
(3) Buku kurikulum
Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
(4) Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.
(5) Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.
(6) Lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar.
ANALISIS KEBUTUHAN SISWA SMA
Berdasar Teori Piaget
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa.Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas.Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa, mereka secara rill belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.
Materi yang relevan dengan media dan sumber pembelajaran
Contoh media dan sumber pembelajaran
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
(1) Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
(2) Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir.
(3) Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
(4) Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.
(5) Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.
(6) Buku kurikulum
berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
(7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.
(8) Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.
(9) Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.
(10) Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak tepat
pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
OUTLINE
A. MEDIA
Ahmad Rohani ( 1997:3) mendefinisikan media sebagai sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara /saran/alat untuk proses komunikasi (proses belajar-mengajar).
Arief S. Sadiman (2006:7) yang menyatakan media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan unyuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan,perhatian dan minat siswa sedemikan rupa sehingga proses belajar terjadi.
Smaldino, et.al (2005:5) mengatakan media sebagai sarana komunikasi dan sumber informasi.
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap . Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pegertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau herbal.
Heinich, Molenida, dan Russel (1993) berpendapat bahwa “teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar mengajar.
Ali (1992) berpendapat bahwa Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapar memberikan rangsangan untuk belajar.
Gagne (1990) berpendapat bahwa “Kondisi yang berbasis media meliputi jenis penyajian yang disampaikan kepada para pembelajar dengan penjadwalan, pengurutan dan
pengorganisasian.
Miarso (2004) berpendapat bahwa “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Uraian dari definisi :
Dalam suatu proses belajar mengaja, ada dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengejar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa
Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
Siswa Media
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
memulai penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melalukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
B. SUMBER BELAJAR
AECT (1977) mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber ( data, manusia, dan barang ) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar.
Sudjana (2008) bahwa pengertian sumber belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahkan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumberbelajar adalah, segala sesuatu yang dapat di manfaatkan untuk menfasilitasi belajar seseorang
Fatah Syukur NC (2005) menjelaskan bahwa sumber belajar adalah segala apa (daya, lingkungan, dan pengalaman ) yang dapat digunakan dan dapat mendukung proses pelajaran secara lebih efektif dan efesian serta dapat memudahkan pencapaian terjadi pengajaran atau belajar, tersedia langsung maupun tidak langsung baik kongkrit maupun abstrak.
Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyah (1994) berpendapat bahwa sumber belajar adalah lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai sumber pengetahuan, dapat berupa manusia atau bukan manusia.
Ahmad Sudrajat sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara berpisah maupun secara terkombinasi sehingga memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Uraian tentang definisi :
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang untuk menfasilitasi kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan
Secara umum sumber belajar dikategorikan kedalam 6 ( enam ) jenis,yaitu : 1. Pesan: informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain; dapat berbentuk
ide, fakta dan data.
3. Bahan: barang-barang yang berisikan pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan; kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian contohnya buku.
4. Alat/perlengkapan : barang-barang yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat pada bahan misalnya: perangkat keras atau komputer.
5. Pendekatan/metode/teknik: prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan pesan misalnya: diskusi, seminar dan sejenisnya
6. Lingkungan/latar: lingkungan dimana pesan diterima oleh pelajar. Misalnya: ruang kelas, studio, perpustakaan dan sebagainya.
C. Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Deskripsi tentang tahapan kognitif Piaget berikut:
Tahapan Kognitif Piaget
1. Tahap sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
a) Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
b) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara. c) Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
d) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
2. Tahap praopersional Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
a) Self counter nya sangat menonjol.
b) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
d) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
a) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
c) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
3. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun).
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi. Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju.Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret,sehingga ia mampu menelaah persoalan. Demikian dengan anak usia 7-12 tahun yang masih memiliki masalah
mengenai berpikir abstrak.
4. Tahap operasi formal (umur 11/12-18 tahun) : Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan".Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a) Bekerja secara efektif dan sistematis.
c) Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
d) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Deskripsi tentang tahapan perkemnbangan Bruner berikut:
Tahap Pekembangan Bruner
1. Enaktif yaitu seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan dan pengetahuan motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh, mengggit dan sebagainya. Anak-anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai bahan/alat pembelajaran tertentu agar dapat memahami begaimana bahan/alat itu bekerja.
2. Ikonik yaitu pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi verbal. Anak-anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk perbandingan (komparasi) dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.
Simbolik yaitu siswa sudah mampu menggabarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Huruf dan lambing bilangan merupakan contoh sistem simbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembelajaran.
Arsyad, Azhar Prof. 2011.Media Pembelajaran. (Cetakan ke-15). JAKARTA: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
http://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/piaget-dan-teori-tahap-tahap-perkembangan-kognitif_5539f9b96ea8348709da42ce
Ahmad, Abdul Karim H. 2007. Media Pembelajara. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Effendi, Rusman,2005.kepustakawanan dan masyarakat membaca.UPT Perpustakaan Universitas Sriwijaya.
Huda, Muh.Nurul,2014.perubahaan parsial di lembaga pendidikan islam.IAIN Tulungagung.