Abstrak— Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perilaku heuristics dan herding terhadap pengambilan keputusan investasi properti hunian. Heuristic merupakan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki. Herding adalah suatu perilaku yang cenderung meniru perbuatan apa yang orang lain lakukan daripada mengikuti keyakinannya ataupun informasi. Responden penelitian ini terdiri dari 100 calon investor atau investor properti Surabaya. Data diolah menggunakan analisa SEM dengan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku heuristics (representativeness, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias) berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi. Sedangkan perilaku heuristics (overconfidence) dan herding tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.
Kata kunci — Heuristics, Herding, Perilaku Keuangan, Keputusan Investasi
Abstract —The aim of this research examines the impact of Heuristics and Herding Behavior to Investment of Decision residential property. Heuristics is a decision based on the information that they have. Herding is a behavior that imitate other persons. The samples of this study were 100 prospective investors or investor in Surabaya. The data is analyzed by using SEM Partial Least Square (PLS). The results showed that behavioral heuristics (representativeness, anchoring, gambler's fallacy, and availability bias) significantly influence the investment decision. While behavioral heuristics (overconfidence) and herding did not significantly influence the investment decision..
Keywords — Heuristics, Herding, Behavior Finance, Investment Decision
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan harga sektor real estate dan properti di Indonesia meningkat sangat tinggi sejak tahun 2012. (Sari, 2014). Fenomena ini sangat menarik perhatian para investor untuk berinvestasi di bidang properti. Selain terjadi kenaikan permintaan properti di Jakarta, kenaikan harga properti pun juga terjadi di beberapa kota besar di Indonesia seperti Surabaya. Tidak hanya rumah tempat tinggal yang diminati warga Surabaya. Banyak apartment, ruko mall, perkantoran yang juga berkembang di wilayah Surabaya (Kenaikan Harga Properti Jakarta Tertinggi di Dunia, 2014).
Gambar 1 Grafik Harga Properti Surabaya
Sumber : Analisa Properti di Daerah Surabaya, Jawa Timur
Perubahan harga di sektor properti selain dipengaruhi oleh kondisi dari properti itu sendiri juga oleh perilaku investor. Para investor membuat keputusan investasi menurut emosi, seperti perasaan, suasana hati, fantasi dan sentimental. (Anthony, 2012) Hal ini menunjukkan adanya pengaruh psikologis investor terhadap keputusan investasi.
Menurut Barberis dan Thaler (2003), teori Behavioral Finance menjelaskan investor bertindak irasional dalam proses pengambilan keputusan. Aspek kognitif dan bias pada psikologi investor terkait dengan apa yang dipercaya dan dipilih. De Bondt (2004) melihat teori Behavioral Finance sebagai model yang menerapkan kognitif psikologi untuk menjelaskan pasar dan perilaku investor. Teori ini banyak ditentang oleh beberapa pihak, karena teori ini berbeda dengan teori hipotesis pasar efisien.
Terdapat dua asumsi dalam pengambilan keputusan investasi, yaitu keputusan rasional dan keputusan tidak rasional yang diambil berdasarkan prediksi masa depan. Investor rasional akan mengambil keputusan investasi berdasarkan analisa informasi yang diperolehnya, sedangkan investor tidak rasional mengambil keputusan investasi berdasarkan prediksi masa depan dan cenderung mengambil keputusan berdasarkan faktor psikologi. Menurut Waweru et al, 2008, f
aktor psikologi yang mempengaruhi antara lain heuristic theory, prospect theory, market factors, dan herding effect (dalam Le & Doan, 2011). Penelitian ini difokuskan pada perilaku heuristic dan herding pada investor dalam pengambilan keputusan investasi di properti.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bermaksud meneliti Apakah perilaku heuristic (representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias) dan herding berpengaruh signifikan secara
Pengaruh Perilaku
Heuristics
dan
Herding
Terhadap
Pengambilan Keputusan Investasi Properti Hunian
Stephanie Gozalie dan Njo Anastasia
Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
parsial terhadap pengambilan keputusan investasi properti hunian?
2. TEORI PENUNJANG
Behavioral finance dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Keterlibatan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan berinteraksi yang kemudian melandasi munculnya keputusan untuk melakukan suatu tindakan. (Ricciardi,2000) Behavioral Finance merupakan perilaku investor yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Faktor ini merupakan faktor yang irrasional, menyimpang dari rasionalitas. Pengaruh faktor psikologis investor real estate tidak akan selalu tergatung oleh rasionalitas dalam membuat keputusan investasi, seperti infrastruktur, lingkungan, lokasi, dan lain sebagainya. Dan harga suatu properti tidak akan selalu tergantung pada nilai-nilai intrinsik suatu properti real estate.
Heuristic adalah sebagai rule of thumb, dimana orang membuat keputusan di saat yang rumit, lingkungan yang tidak pasti. Heuristic merupakan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki. Kahneman dan Tversky (1979) melihat bahwa saat menentukan keputusan, investor tidak bersikap rasional. Menurut Kahneman dan Tversky (1979) yang termasuk dalam Heuristic adalah representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias.
Representativeness adalah keputusan yang berdasarkan stereotype. (Baker & Nosfinger, 2002). Keberhasilan perusahaan di masa sekarang, cenderung dilanjutkan di masa depan juga. Kecenderungan investor membuat keputusan berdasarkan pengalaman yang sebelumnya dikenal sebagai stereotype (Sherfin, 2000).
Jika perusahaan mengumumkan kenaikan laba secara berturut-turut, investor pun akan berasumsi laba akan terus naik dan menganggap perusahaan ini merupakan good company. Dalam benak investor tertanam bahwa good company, good investment .(Ackert & Deaves, 2010)
Overconfidence merupakan kecenderungan untuk terlalu yakin atas kemampuan dan prediksi untuk berhasil. Kondisi ini merupakan hal normal yang sekaligus merupakan cermin dari tingkat keyakinan seseorang untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Tidak bisa disangkal bahwa manusia memiliki kepercayaan diri yang tinggi, termasuk dalam berinvestasi.
Sebagai contohnya, investor yang kurang berpengalaman baru saja menjual propertinya dengan harga yang tinggi. Setelah itu, ia cenderung lebih percaya diri dalam mencari properti berikutnya, sehingga terdapat kemungkinan ia akan membeli properti dengan harga terlalu mahal atau kehilangan suatu kesempatan investasi yang bagus (Beracha dan Skiba, 2014).
Anchoring merupakan keadaan dimana seseorang memperkirakan harga berdasarkan informasi yang pertama kali didapatkan. Ternyata terdapat perkiraan yang berbeda, pemikiran akan tetap cenderung ke informasi yang pertama
kali didapatkan. Fenomena ini disebut sebagai Anchoring. (Ackert & Deaves, 2010)
Pengambilan keputusan “anchoring” terjadi ketika individu menggunakan sepotong informasi pertama untuk membuat penilaian berikutnya. Anchoring menyebabkan individu menjadi overestimate, terhadap keahlian dan pendapatnya sendiri, akan tetapi suatu hari keputusan yang dipilihnya bisa salah. .(Ackert & Deaves, 2010)
Gambler’s Fallacy, yang juga dikenal sebagai Monte Carlo Fallacy, merupakan keyakinan yang salah, jika sesuatu hal terjadi lebih sering dari biasanya selama beberapa periode, itu akan terjadi lebih jarang di masa depan, atau, jika sesuatu terjadi lebih jarang dari biasanya selama beberapa periode, itu akan terjadi lebih sering di masa depan. (Kudryavtsev et. al., 2013)
Gal dan Baron (1996) menunjukkan perilaku gambler’s fallacy tidak hanya disebabkan oleh kebosanan. Namun pola gambler’s fallacy dapat dibuktikan dalam financing, termasuk pengambilan keputusan pasar saham maupun di properti.
Availibility bias merupakan suatu fenomena dimana investor memiliki banyak informasi untuk mengambil keputusan, dan fenomena tersebut terjadi dalam beberapa waktu terakhir. (Tversky and Kahneman (1973)). Hal ini dikarenakan peristiwa yang berkesan cenderung lebih menyebabkan reaksi emosional.
Availability bias cenderung berhubungan dengan ketersediaan informasi. Salah satu contoh availability bias yaitu investor lebih memilih berinvestasi properti di dalam negeri karena investor lebih memiliki banyak informasi di dalam negeri dibandingkan informasi properti di luar negeri. Herding adalah suatu perilaku yang cenderung meniru perbuatan yang dilakukan oleh orang lain daripada mengikuti keyakinannya ataupun informasi yang dimiliki. (Hirshleifer dan Teoh, 2003). Perilaku ini adalah kesalahan yang paling umum di mana investor cenderung mengikuti keputusan investasi yang diambil oleh mayoritas. Alasan utama herding adalah tekanan atau pengaruh oleh rekan-rekan atau orang-orang sekitar.
Herding dapat membuat seseorang tiba-tiba merubah keputusannya karena herding sangat terpengaruh dengan pilihan investasi orang lain. Herding termasuk perilaku yang kurang independent. Walaupun pilihan masyarakat mungkin saja buruk. Investor akan tetap mengikuti apa yang dipilih oleh pasar.
Menurut Subash (2012), keputusan investasi dapat didefinisikan sebagai proses memilih alternatif tertentu dari banyak alternatif yang tersedia. Ini merupakan suatu proses yang rumit yang melibatkan analisis berbagai faktor personal, teknis dan situasional. Mengambil keputusan investasi adalah tantangan paling penting yang dihadapi oleh investor. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan pemahaman dari aspek psikologi. Jadi psikologi investor merupakan hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Investor adalah seseorang yang membeli asset untuk menghasilkan pendapatan dan bertujuan membangun kekayaan dengan membeli properti residensial maupun komersial, atau kombinasi dari keduanya.
perilaku keuangan yang mempengaruhi yaitu anchoring, availability bias, dan representativeness.
Menurut penelitian Anthony (2012), perilaku overconfidence, herding, dan representativeness berpengaruh terhadap keputusan investasi properti di Kenya.
Berikut adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini.
Gambar 2 Kerangka Berpikir
Untuk mendapatkan hasil empirik dari penelitian ini, hipotesa yang ada perlu ditetapkan dan diuji. Hipotesa penelitian ini disusun berdasarkan rumusan masalah yang ada, sehingga hipotesa dalam penelitian ini, yaitu:
Perilaku heuristic (representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias) dan herding berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pengambilan keputusan investasi properti hunian
3. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat sebab akibat (Sugiyono,2013). Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perilaku heuristics dan herding investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Populasi dari penelitian ini adalah semua investor properti. Teknik penggunaan sampling pada penelitian ini adalah simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberi kesempatan yang sama pada populasi untuk dijadikan sampel. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah calon investor atau investor properti di Surabaya.
. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Lemeshow dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui:
n n
n 96,04 ≈ 100 responden Jenis data dari penelitian ini adalah data primer. Sumber data penelitian ini adalah angket kuesioner yang dibagikan kepada responden.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner. Responden akan menjawab pertanyaan dari kuesioner. Pilihan responden tersebut akan diukur menggunakan skala likert dari skala 1 (Tidak Pernah) hingga 5 (Selalu)
1 = Tidak Pernah
2 = Pernah
3 = Kadang-Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
Teknik analisa yang pertama adalah analisa deskriptif Menurut Sugiyono (2013), analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Menurut Ghozali (2011), pengujian PLS Path Modeling terdapat 2 model yaitu outer model dan inner model. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Partial Least Square (PLS) yaitu meliputi:
1. Mengkonstruksi diagram path
2.
Evaluasi Goodness-of-fit Outer Modela.Convergent Validity
Merupakan pengukuran dari konstruk yang secara teori saling berhubungan, dan secara nyata berhubungan satu dengan yang lain.
Uji validitas dapat dilihat dari nilai loading factor jika lebih besar dari 0,5 maka dikatakan indikator tersebut valid.
b.Discriminant Validity
Discriminant validity merupakan pengukuran indikator dengan variabel laten. Pengukuran discriminant validity dinilai berdasarkan nilai AVE (Average Variance Extracted) dimana nilai AVE harus lebih besar dari 0,5 (Ghozali, 2011)
c.Composite Reliability
Digunakan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Dikatakan reliabel jika nilai composite reliability yang diperoleh lebih besar dari 0,7 (Ghozali, 2011).
3. Evaluasi Goodness-of-fit Inner Model
Inner model dapat dievaluasi dengan melihat stabilitas dari estimasi yang dinilai dengan menggunakan uji T-statistik dan pengaruh positif dan negatif dilihat dari original sample (O) yang didapat lewat prosedur bootstrapping (Ghozali, 2011). R-square juga dapat mengevaluasi inner model. R-square mengartikan keragaman konstruk endogen yang mampu dijelaskan oleh konstruk-konstruk eksogen secara serentak (Ghozali, 2011).
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini karakteristik responden yang digunakan adalah jenis kelamin, usia, status, pendapatan, pendidikan, pekerjaan. Untuk karakteristik investasi properti responden, digunakan status tempat tinggal responden, jumlah pembelian properti, tujuan pembelian properti di Surabaya.
telah menikah. 38 responden dalam penelitian ini adalah yang berpendapatan antara Rp.25juta hingga Rp.50 juta. Berdasarkan pendidikan, 58 responden berpendidikan sarjana dalam penelitian ini. 54 responden bekerja sebagai responden wiraswasta.
Sebanyak 64 jumlah responden memiliki tempat tinggal rumah pribadi. Sedangkan yang memiliki Rumah sewa 4 responden. Dan yang masih tinggal dengan rumah orang tua atau saudara sebanyak 32 responden. Responden yang belum memiliki properti sebanyak 16 responden. Sedangkan 30 responden memiliki properti lebih dari 3 unit.
Pada pengujian PLS Path Modeling terdapat 2 model yaitu outer model dan inner model. Evaluasi outer model dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data. Validitas meliputi convergent validity dan discriminant validity, sedangkan reliabilitas dicari melalui composite reliability.
Convergent validity mengukur besarnya korelasi antara konstrak dengan variabel laten.Suatu indikator dikatakan memenuhi convergent validity jika mempunyai nilai loading di atas 0,5 (Ghozali, 2011).
Masing-masing indikator telah memiliki nilai outer loading di atas 0.5, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator pada tabel di atas telah memenuhi syarat validitas yang baik, sehingga akan digunakan untuk analisis selanjutnya
Pada penilaian discriminant validity diukur menggunakan nilai AVE. Nilai AVE pada variabel representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s fallacy, availability bias, herding, dan keputusan investasi. adalah lebih besar dari 0.5, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel pada penelitian ini telah memiliki discriminant validity yang baik.
Composite reliability dikatakan baik jika nilainya di atas 0,60 (Ghozali 2011). Nilai composite reliability dari semua variabel tersebut semuanya lebih besar dari 0,60. Dengan demikian model dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji inner model. Inner model atau model struktural dilakukan dengan melihat presentase varian yang dijelaskan yaitu dengan melihat R-square untuk konstruk laten dependen. Nilai R-R-square pada penelitian ini adalah sebesar 0.532, yang berarti penelitian perilaku keuangan mampu menjelaskan varian pada pengambilan keputusan investasi properti hunian sebesar 53,2%. Sedangkan 46,8% dipengaruhi oleh perilaku yang lain.
Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian, maka rancangan uji hipotesis yang dapat dibuat merupakan rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan penelitian. Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai
t-statistic > 1,96. Berikut adalah k nilai t-t-statistic pada inner model:
Tabel 1 Nilai T-statistics
Terdapat pengaruh yang signifikan antara behavior representativeness, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias. Sedangkan overconfidence dan herding tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka simpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: Pada penelitian ini, perilaku representativeness, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi. Sedangkan perilaku overconfidence dan herding tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang didapatkan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan pada responden yang terkait dengan pelaku pasar di properti, seperti real estate agent, property valuer, penjual properti, pemberi kredit properti, dan investor yang sudah pernah berinvestasi properti. Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menambah jumlah sampel pada penelitian. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat ditambahkan teori perilaku yang lain seperti mental accounting dan market factors.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony K, M. (2012). Effect of Investor Psychology on Real Estate Market Prices in Nairobi,Kenya.
University of Nairobi Press
Baker, H.K. & Nosfinger J.R. (2002). Psychology Bias of Investors. Financial Services Review.
Barberis N. & Thaler R. (2003). A Survey of Behavioral Finance. Elsevier Science B.V
Beracha E. &Skiba H. (2014),Investor Behavior: The Psychology of Financial Planning and Investing. (H.K. Baker and Ricciardi V.) New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2014
DeBondt, W. F. M (2004). Introduction to The Special Issue on Behavioral Finance. Elsevier.
Gal, I. & Baron, J. (1996). Understanding Repeated Simple Choices. Thinking and Reasoning.
Ghozali, Imam. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square PLS Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hirshleifer D. & Teoh, S. H. (2003). Herd Behavior and Cascading in Capital Markets: A Review and Synthesis. European Financial Management
Jawa Pos (2014, 12 November). Kenaikan harga Properti Jakarta Tertinggi di Dunia Retreived from http://www.jawapos.com/baca/artikel/9092/kenaik n-harga-properti jakarta-tertinggi-di-dunia
Kahneman, D. & Tversky, A. (1979). “Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk". Econometrica
Kudryavtsev et. al. (2013) “Rational” or “Intuitive”: Are Behavioral Biases Correlated Across Stock Market Investors?. Vizja Press&IT
Le P.L. & Doan T.T.T. (2011). Behavioral Factors Influencing Individual Investors’ Decision-Making and Performance. Umea. Umea University Press.
Mwangi G.C. (2011). Behavioral Factors Influencing Investment Decisions in Kenyan Property Market. Nairobi. Strath More University Press.
Ricciardi, V. (2000). “A Research Starting Point for a New Scholar: A Unique Perspective of Behavioral Science.” Working Paper. Golden State University Sari, D. P. (2014, September 9). Harga Properti Diyakini Terkoreksi Pada 2015. Diambil kembali dari
http://properti.bisnis.com/read/20140909/107/256153/harga-properti diyakini-terkoreksi-pada-2015
Shefrin, H. (2000). Beyond Greed and Fear: Understanding Behavioral Finance and the Psychology of Investing. New York: Oxford University Press.
Subash,R. (2012). Role of Behavioral Finance in Portofolio Investment Decisions: Evidence From India. Charles University in Prague
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Tversky, A., & Kahneman, D. (1973). Availability: A Heuristic for Judging Frequency and Probability. Cognitive Psychology
Urbanindo (2013, 28 Maret) Analisa Properti di Daerah
Surabaya, Jawa Timur Retreived from\