• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL SENDIRI DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP SISA HASIL USAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODAL SENDIRI DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP SISA HASIL USAHA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP SISA HASIL USAHA

Rohmatul Wahyunita rohmatulw@yahoo.com Bambang Suryono

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

There is a special purpose in the establishment of a cooperative is to make its members prosperous. In addition to fulfill this purpose, good capital and financial performance is required in order to be able to generate dividend at KPRI in Surabaya city. The sample collection technique is quota sampling and the samples are 15 KPRI annual report of 2011-2012 in Surabaya city. The multiple regression is used as analysis technique. The result of partial test has shown that from 4 variables that have been used as research model which shows significant influence to the dividend at KPRI in Surabaya city is own capital, debt to equity, and return on assets variables while current ratio variable has no significant influence since its significance level is more than = 5%. The result of partial determination test shows that own capital variable has the highest partial determination coefficient that is 69.06%. It shows that own capital variable has dominant influence to the dividend.

Keywords: Cooperative, Own Capital, Financial Performance, Devidend

ABSTRAK

Koperasi mempunyai tujuan khusus dalam pendiriannya yaitu untuk mensejahterakan para anggota. Adapun upaya untuk memenuhi tujuan tersebut diperlukan modal dan kinerja keuangan yang baik untuk dapat menghasilkan sisa hasil usaha. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh modal sendiri dan kinerja keuangan secara parsial terhadap sisa hasil usaha pada KPRI di Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling dan jumlah sampel sebanyak 15 KPRI dengan tahun buku 2011-2012 di Kota Surabaya. Teknik analisa yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil pengujian secara parsial telah menunjukkan bahwa dari 4 variabel yang digunakan model penelitian yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha pada KPRI di Kota Surabaya adalah variabel modal sendiri, debt to equity ratio, dan return on asset sedangkan variabel current ratio tidak berpengaruh signifikan karena tingkat signifikansi variabel tersebut lebih dari  = 5%. Hasil pengujian koefisien determinasi parsial menunjukkan variabel modal sendiri memiliki nilai koefisien determinasi parsial paling tinggi sebesar 69,06%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal sendiri memiliki pengaruh dominan terhadap sisa hasil usaha.

Kata kunci: koperasi, modal sendiri, kinerja keuangan, sisa hasil usaha

PENDAHULUAN

Sebagian besar perusahaan dalam mendirikan usaha memiliki tujuan untuk memperoleh laba agar perusahaan dapat menjaga kelangsungan usaha dan dapat menghadapi persaingan bisnis. Berbeda halnya dengan suatu badan usaha yaitu koperasi. Tujuan utama badan usaha tersebut adalah untuk mensejahterakan anggotanya.

Mengingat sejarah dimana terbentuknya koperasi pada awal abad 20, koperasi tumbuh pada saat kondisi perekonomian rakyat dan sosial yang buruk. Banyak rakyat Indonesia yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama membuat rakyat bersatu untuk menolong diri sendiri dan sesama untuk terlepas dari keterpurukan ekonomi pada masa itu hingga terbentuknya suatu badan usaha yaitu koperasi.

(2)

Dilihat dari sejarah bahwa jelas koperasi bertujuan untuk dapat menolong perekonomian rakyat dan berperan serta dalam pembangunan bangsa. Dimana kesejahteraan anggota lebih diutamakan. Maka hal tersebut membedakan koperasi dengan badan usaha lain yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh laba.

Menurut (Sumarsono: 2003) bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.

Dari definisi tersebut memperkuat bahwa tujuan koperasi adalah untuk mensejahterakan anggota yang berfokus pada orientasi manfaat (benefit oriented) dan bukan pada semata-mata untuk menghasilkan laba (profit oriented). Namun dalam upaya mensejahterakan anggota, koperasi tetap harus berusaha agar tidak menderita kerugian dengan cara meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraan anggota serta dapat menjaga kelangsungan usahanya.

Keuntungan/ laba di dalam koperasi biasa disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU). Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1, Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

Dalam upaya memperoleh SHU koperasi memerlukan modal terlebih dahulu untuk mendanai kegiatan koperasi agar dapat beroperasi. Modal tersebut dapat diperoleh dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri koperasi yaitu modal yang dikumpulkan oleh koperasi dari para anggotanya berupa simpanan pokok dan simpanan wajib pada awal pendiriannya. Modal sendiri dapat juga diperoleh dari hibah dan cadangan, namun untuk cadangan koperasi harus memperoleh SHU terlebih dahulu karena dana cadangan diperoleh dari penyisihan SHU. Modal pinjaman berasal dari anggota, koperasi lain, bank dan lembaga keuangan lainnya. Dari modal-modal tersebut koperasi dapat memulai kegiatannya hingga dapat menghasilkan SHU.

Perolehan besar kecilnya SHU sangat penting bagi koperasi karena dapat menjadi tolak ukur dalam penilaian kinerja koperasi tersebut. Apabila SHU yang diperoleh tinggi maka kinerja koperasi dapat dikatakan baik. Kinerja koperasi yang baik menunjukkan bahwa koperasi tersebut telah dikelola secara profesional. Maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja koperasi dengan mengukur kinerja keuangan.

Kinerja keuangan merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan/ badan usaha pada periode tertentu melalui aktifitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.

Adapun alat ukur dalam penilaian kinerja keuangan yaitu dengan analisis rasio keuangan. Dengan alat ukur tersebut dapat memberikan gambaran dan penjelasan kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rasio likuiditas yaitu Current Ratio (CR), rasio solvabilitas yaitu Total Debt to Equity (DER), dan rasio profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA).

Hasil penelitian sebelumnya dengan Suryaningrum (2007) yang menguji pengaruh modal sendiri berupa simpanan pokok dan simpanan wajib terhadap sisa hasil usaha pada KPRI kota Semarang. Kontribusi pengaruh modal sendiri terhadap SHU dalam penelitiannya sebesar 51,5%. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aditya (2010) yang menguji pengaruh modal sendiri dan kinerja koperasi terhadap perolehan SHU pada PT Mahkota Aman Sentosa. Variabel yang diteliti adalah variabel independen berupa modal sendiri, pendapatan, dan net profit magin dengan SHU

(3)

sebagai variabel dependen. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kontribusi pengaruh variabel modal sendiri, pendapatan dan net profit margin sebesar 99,5%.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah apakah modal sendiri dan kinerja keuangan (CR, DER, dan ROA) secara parsial berpengaruh terhadap sisa hasil usaha pada KPRI di Kota Surabaya?

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah modal sendiri dan kinerja keuangan (CR, DER, dan ROA) secara parsial berpengaruh terhadap sisa hasil usaha pada KPRI di Kota Surabaya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yaitu tahun 2011-2012 dan variabel independen yang digunakan dalam kinerja keuangan yaitu current ratio, debt to equity ratio dan return on asset.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Koperasi

Sumarsono (2003) menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya. Definisi tersebut memiliki makna yang sama dengan pengertian koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 1 yaitu koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Menurut Baswir (1997:98), koperasi digolongkan menjadi beberapa karakteristik-karakteristik dan kriteria tertentu, yaitu (a) Berdasarkan bidang usaha terdiri dari koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi pemasaran, dan koperasi kredit, (b) Berdasarkan jenis komoditi terdiri dari koperasi ekstraktif, koperasi pertanian dan peternakan, koperasi industri dan kerajinan dan koperasi jasa-jasa, (c) Berdasarkan profesi anggota terdiri dari Koperasi Karyawan (Kopkar), Koperasi Pegawai (KP), Koperasi Angkatan Darat (Kopad), Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi Pedagang Pasar (Koppas), Koperasi Veteran Republik Indonesia (Koveri), dan Koperasi Nelayan, (d) Berdasarkan daerah kerja terdiri dari koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi induk.

Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 Pasal 2 menyatakan bahwa tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya, masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Setiap organisasi pasti memiliki fungsi dan perannya masing-masing, begitu pula dengan koperasi. Fungsi dan peran koperasi berdasarkan pasal 4 UU No. 25 tahun 1992 yaitu (a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social, (b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, (c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, (d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dalam sebagian besar organisasi memiliki sebuah pedoman untuk berpikir dan bertindak atau bisa dikatakan sebuah prinsip. Dan prinsip koperasi tertera pada Pasal 5 UU No. 25 tahun 1992 tentang pengkoperasian yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal dan kemandirian.

(4)

Modal Sendiri

Sumber modal pada koperasi menurut Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan bahwa: (1) Modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman; (2) Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah; (3) Modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya dan sumber lainnya yang sah.

Menurut Riyanto (2008:21), modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lain-lain). Modal sendiri dapat berasal dari sumber intern dan sumber ekstern. Dimana sumber intern berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dan sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan (Riyanto, 2008:240).

Terdapat tiga alasan dasar koperasi dalam membutuhkan modal, yaitu untuk membiayai proses pendirian koperasi atau disebut biaya organisasi, untuk membeli barang-barang modal yang dalam perhitungan perusahaan digolongkan menjadi harta tetap/fixed assets dan untuk modal kerja/ working capital, yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional koperasi.

Pengertian modal sendiri menurut Pasal 41 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti. Berikut ini adalah sumber-sumber modal sendiri: (1) Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota, (2) Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota, (3) Dana cadangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan, dan (4) Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.

Kinerja Keuangan

Riyanto (2008:253) mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah suatu kegiatan untuk melakukan kegiatan pelaporan keuangan menurut standar keuangan yang telah ditetapkan.

Kinerja Keuangan merupakan gambaran dari kondisi keuangan suatu badan usaha atau perusahaan

yang meliputi posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai terus menerus oleh

manajemen

yang tercermin dalam laporan keuangan. Dengan kata lain, kinerja keuangan adalah prestasi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengetahui kinerja keuangan diperlukan analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan.

Menurut Mulyadi (2001:415) bahwa penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran kinerja dilakukan oleh pihak manajemen mempunyai tujuan-tujuan tertentu jadi pengukuran kinerja perusahaan berhubungan dengan data kondisi masa lampau.

Tujuan pengukuran kinerja perusahaan menurut Munawir adalah (a) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih, (b) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban

(5)

keuangan jangka pendek maupun jangka panjang, (c) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif dan (d) Untuk mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil diukur dengan kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.

Analisis Laporan Keuangan

Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan-hubungan atau tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002:35).

Dalam mengukur kinerja dibutuhkan metode atau teknik sebagai alat bantu untuk menganalisa. Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos bila diperbandingkan dengan laporan dari berbagai periode untuk satu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat pembanding lainnya, seperti diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya (Munawir, 2002:36).

Munawir (2002:36) menyatakan bahwa terdapat dua metode yang digunakan dalam analisa laporan keuangan yaitu analisa horisontal dan analisa vertikal. Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan diketahui perkembangannya. Dan analisa vertikal adalah menganalisa laporan keuangan yang hanya meliputi satu periode, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada periode tersebut saja.

Laporan Keuangan

Munawir (2002:5) menyatakan bahwa akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan petunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa-peristiwa keuangan dicatat, digolongkan dan diringkas dalam bentuk laporan keuangan.

Laporan keuangan menurut Kasmir (2009:7) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Terdapat definisi lain yang memiliki makna sama, dikemukakan oleh Harahap (2004:105) yang menyatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Munawir menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Dan laporan keuangan tersebut dapat berguna bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Pihak yang perlu laporan keuangan terdiri dari pemilik, manajemen, kreditor, pemerintah dan investor.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini untuk mengukur rasio keuangan dibutuhkan laporan keuangan koperasi. Laporan Keuangan koperasi berdasarkan PSAK 27 terdiri dari Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

(6)

Laporan keuangan yang disajikan pengurus atau pengelola koperasi bertujuan untuk dapat menyediakan informasi yang bermanfaaat bagi pengguna utama (main users). Pengguna utama menurut Sitio dan Tamba (2001:107) adalah para anggota koperasi, pejabat koperasi, calon anggota koperasi, bank, kreditur dan kantor pajak.

Tujuan atau kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan koperasi, adalah menilai pertanggungjawaban pengurus, menilai prestasi pengurus, menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya, menilai kondisi keuangan koperasi (rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas), dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi.

Tujuan laporan keuangan koperasi berdasarkan Sitio dan Tamba (2001:108) adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Beberapa hal yang diinformasikan oleh laporan keuangan koperasi adalah mengetahui manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota koperasi, mengetahui prestasi keuangan koperasi selama satu periode dengan sisa hasil usaha dan pembagian untuk kepentingan anggota koperasi, mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban dan kekayaan bersih dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota, mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam suatu periode dengan pemisahan antara yang berhubungan dengan anggota dan bukan anggota dan mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi.

Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio menurut Munawir (2002:37) adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Dalam Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2002:64).

Pengertian rasio menurut James C Van Horne (dalam Kasmir, 2009:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Berikut beberapa pengertian alat analisis rasio keuangan dan pengukuran kinerja berdasarkan peraturan menteri dan KUKM NO.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi/ koperasi award:

a. Current Ratio

Current Ratio tersebut termasuk dalam rasio likuiditas. Current Ratio (rasio lancar), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Menurut Munawir (2002:72) bahwa rasio lancar dapat menunjukkan tingkat keamanan (margin safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Rumus Current Ratio sebagai berikut:

Current Ratio = Aktiva lancar X 100% Kewajiban lancar

(7)

b. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio Solvabilitas yaitu rasio yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mampu membayar semua hutangnya, sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu membayar semua hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rumus Debt to Equity Ratio sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio = Total Hutang/Kewajiban X 100% Modal Sendiri

c. Debt to Asset Ratio

Debt to Asset Ratio juga termasuk rasio solvabilitas. Debt to Asset Ratio merupakan perbandingan antara total hutang/kewajiban dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam membayar hutangnya berdasarkan asset yang dimiliki. Rumus Debt to Asset Ratio sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio = Total Hutang/Kewajiban X 100% Total asset

d. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas/ rentabilitas yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas/ rentabilitas perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Return On Equity (ROE)/ rentabilitas modal sendiri merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan koperasi untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rumus Return On Equity (ROE) sebagai berikut:

Return On Equity Ratio = Sisa Hasil Usaha X 100% Modal Sendiri

e. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) juga termasuk rasio profitabilitas/ rentabilitas. Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara hasil usaha yang diperoleh dengan asset koperasi pada tahun yang bersangkutan. Maka Return On Asset (ROA) dapat menunjukkan kemampuan koperasi untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan assetnya. Rumus Return On Asset (ROA) sebagai berikut:

Return On Asset Ratio = Sisa Hasil Usaha X 100% Asset

f. Net Profit Margin

Net Profit Margin merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba. Rasio tersebut diperoleh dari perbandingan antara hasil usaha yang diperoleh dengan pendapatan bruto koperasi pada tahun yang bersangkutan. Rumus Net Profit Margin sebagai berikut:

Net Profit Margin = Sisa Hasil Usaha X 100% Penjualan/Pendapatan

(8)

g. Asset Turn Over

Asset Turn Over merupakan salah satu rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Asset Turn Over merupakan perbandingan antara volume usaha yang diperoleh dengan asset koperasi pada tahun yang bersangkutan. Rumus Asset Turn Over sebagai berikut:

Asset Turn Over (ATO) = Volume Usaha Sisa Hasil Usaha X 1 kali Asset

h. Perputaran piutang

Perputaran piutang juga merupakan rasio aktivitas yang dihitung berdasarkan penjualan terhadap piutang rata-rata. Rumus Perputaran piutang sebagai berikut:

Perputaran Piutang = Penjualan X 1 kali

Saldo piutang (thn sebelumnya+thn saat ini)/2 i. Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota

Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota merupakan perbandingan antara transaksi yang dilakukan anggota kepada koperasi terhadap total transaksi koperasi. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota=

Transaksi anggota terhadap koperasi

X 100% Total transaksi

seluruhnya

Rasio yang terdapat pada peraturan menteri dan KUKM NO.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi/ koperasi award yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (rasio likuiditas), Debt to Equity Ratio (rasio solvabilitas) dan Return On Asset (rasio profitabilitas).

Sisa Hasil Usaha

Dalam koperasi tidak menggunakan istilah keuntungan untuk menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu. Selisih tersebut di dalam Koperasi dikenal sebagai Sisa Hasil Usaha/SHU (Baswir, 1997).

SHU pasal 45 UU No. 25 / 1992 dirumuskan sebagai berikut (a) Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku bersangkutan, (b) Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota, (c)Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota. Sisa Hasil Usaha (SHU) dapat dirumuskan sebagai berikut:

SHU = TR – TC (dalam Partomo dan Soejoedono, 2004:84) Keterangan :

SHU: Sisa Hasil Usaha

TR : Total Revenue adalah pendapatan total koperasi dalam satu tahun TC : Total Cost adalah biaya total koperasi dalam satu tahun

Berdasarkan persamaan tersebut menurut Partomo dan Soejoedono (2004:84) akan ada tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu (a) Jumlah pendapatan koperasi lebih besar daripada

(9)

jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU positif, (b) Jumlah pendapatan koperasi lebih kecil daripada jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU minus dan (c) Jumlah pendapatan koperasi sama dengan jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU nihil atau berimbang.

Pembagian SHU

Pembagian SHU pada koperasi menurut Anoraga dan Sudantoko (2002:81) dibagi menjadi dua yaitu pertama, SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan oleh anggota dibagikan untuk cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana pegawai atau karyawan, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Kedua, SHU yang berasal dari usaha yang diselengarakan oleh bukan anggota dibagikan untuk cadangan koperasi, dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja.

Besarnya SHU dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi maka besarnya SHU yang diterima setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Jadi, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.

Perhitungan SHU bagian anggota menurut Sitio dan Tamba (2001:88) dapat dilakukan bila beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut (a) SHU Total Koperasi pada satu tahun buku. SHU total koperasi itu sendiri adalah sisa hasil usaha yang terdapat pada neraca atau laporan laba rugi koperasi setelah pajak, (b) Bagian (persentase) SHU anggota, (c) Total simpanan seluruh anggota, (d) Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota. Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual-beli barang atau jasa), antara anggota terhadap koperasinya, (e) Jumlah simpanan per anggota yang merupakan partisipasi modal yaitu kontribusi anggota dalam memberi modal koperasinya dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha dan simpanan lainnya, (f) Omzet atau volume usaha per anggota. Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatau periode waktu atau tahun buku yang bersangkutan, (g) Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal anggota; dan (h) Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa transaksi anggota.

Pembagian SHU yang diterima oleh anggota, bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri (dalam Sitio dan Tamba, 2001:89), yaitu (1) SHU atas jasa modal. Pembagian ini mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan, (2) SHU atas jasa usaha. Dalam pembagian atas jasa usaha menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan.

Secara umum SHU koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Koperasi yaitu terdiri dari cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana karyawan, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja.

Dari komponen-komponen di atas tidak semua diadopsi oleh koperasi dalam membagi SHU-nya. Hal tersebut tergantung keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Prinsip Pembagian SHU

Prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi menurut Sitio dan Tamba (2001:92) sebagai berikut: (a) SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota. SHU yang dibagi pada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota pada dasarnya tidak dibagi pada anggota, melainkan dijadikan sebagai cadangan koperasi, (b)

(10)

SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Maka perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi pada anggota, (c) Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasi, (d) SHU anggota dibayar secara tunai. SHU anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

Pengaruh Modal Sendiri dan Kinerja Keuangan terhadap SHU

Koperasi memerlukan sejumlah modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan operasinya. Modal tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran koperasi dari awal pendirian hingga koperasi dapat menjalankan kegiatan usahanya. Modal yang digunakan tersebut berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri ini bisa diperoleh dari anggota koperasi (simpanan pokok dan wajib) dan bisa juga berasal dari pemberian pihak lain yang koperasi tidak perlu memberikan bentuk balas jasa kepada pihak yang memberikan, pemberian itu disebut hibah serta koperasi dapat memupuk modalnya sendiri dari keuntungan yang diperoleh kegiatan usaha yaitu SHU, dengan menyisihkan Sisa Hasil Usaha ke dalam bentuk cadangan yang berfungsi sebagai penanggulangan resiko koperasi yaitu dengan menutup kerugian koperasi. Jadi, modal sendiri berpengaruh terhadap SHU karena dengan modal sendiri koperasi dapat menjalankan usahanya dan memperoleh SHU. Serta terdapat hubungan antara modal sendiri dengan SHU. Dalam memupuk modal sendiri koperasi, SHU dapat disisihkan dalam bentuk cadangan dimana cadangan ini merupakan komponen modal sendiri koperasi.

Sitio dan Tamba (2001:79) menyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi anggota maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima anggota. Partisipasi anggota adalah partisipasi modal berupa modal sendiri dan transaksi yang dilakukan anggota. Apabila semakin besar modal sendiri yang disetor, maka akan semakin besar pada keleluasaan para anggotanya dalam beroperasi untuk meningkatkan volume usahanya sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dapat diperoleh pihak koperasi.

Koperasi yang berjalan dengan baik yaitu efektif dan efisien dalam menjalankan usahanya. Koperasi dapat dikatakan efektif bila kesejahteraan anggota terpenuhi dan efisien bila koperasi memperoleh SHU. Dikatakan efisien, karena koperasi dapat mengelola modal dengan baik hingga memperoleh SHU. Perolehan SHU pada koperasi menunjukkan bahwa koperasi tersebut berhasil mengelola usahanya dan dapat dikatakan kinerja koperasi berjalan dengan baik. Maka sangat penting koperasi mengukur kinerjanya. Pengukuran kinerja koperasi dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan. Dibutuhkan alat analisis untuk mengukur kinerja koperasi, salah satunya dengan mengukur kinerja keuangan dapat dilihat dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Asset. Pengukuran kinerja keuangan tersebut biasanya dijadikan bahan pertimbangan oleh kreditur dalam memberi pinjaman pada koperasi dan investor dalam berinvestasi. Apabila kinerja keuangan koperasi dianggap baik oleh kreditur dan investor maka koperasi dapat memperoleh tambahan modal yang berasal dari kreditur dan investor. Dari tambahan modal tersebut koperasi dapat mengembangkan usahanya, bila berhasil dapat meningkatkan SHU koperasi.

Perumusan Hipotesis

H1: Modal sendiri berpengaruh terhadap SHU.

(11)

H3: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap SHU.

H4: Return On Asset berpengaruh terhadap SHU.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah Koperasi pegawai Republik Indonesia (KPRI) yang terdapat di Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota sampling atau sampling kuota. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 KPRI dari seluruh KPRI di Kota Surabaya yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya. Data yang digunakan adalah laporan neraca atau perhitungan hasil usaha tahun 2011 dan 2012 dari 15 KPRI.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

1. Modal Sendiri (MS)

Dalam penelitian ini variabel modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Serta menurut Riyanto (2008:21) bahwa modal sendiri atau sering disebut modal badan usaha adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik.

2. Kinerja Keuangan

Guna menilai kinerja keuangan, penulis menggunakan beberapa rasio yang ada pada peraturan menteri dan KUKM NO.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi/koperasi award sebagai berikut:

a. Current Ratio/ CR

Current Ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar koperasi dengan kewajiban Jangka Pendek. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

b. Debt to Equity Ratio/ DER

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang/kewajiban dengan total asset. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio = Total Hutang/Kewajiban X 100% Modal Sendiri

c. Return On Asset/ ROA

Return On Asset (ROA)/ Rentabilitas Modal Sendiri merupakan perbandingan antara hasil usaha yang diperoleh dengan asset koperasi pada tahun yang bersangkutan. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Return On Asset Ratio = Sisa Hasil Usaha X 100% Total Asset

Variabel Dependen Sisa Hasil Usaha

Sisa Hasil Usaha (SHU) dikategorikan sebagai variabel terikat karena dalam penelitian ini, SHU dipengaruhi oleh modal sendiri dan kinerja keuangan. Variabel dependen adalah variabel

Current Ratio = Aktiva lancar X 100% Kewajiban lancar

(12)

yang perubahannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dalam persamaan regresi dilambangkan dengan huruf SHU. Sisa Hasil Usaha (SHU) dapat dirumuskan sebagai berikut:

SHU = TR – TC (dalam Partomo dan Soejoedono, 2004:84) Keterangan :

SHU : Sisa Hasil Usaha

TR : Total Revenue adalah pendapatan total koperasi dalam satu tahun TC : Total Cost adalah biaya total koperasi dalam satu tahun

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas

tidak ada yang memiliki nilai VIF

melebihi 10 dan nilai toleransi berkisar mendekati 1

. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi.

Dalam analisis diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,155 dengan N =

30 dan ‘k = 4, taraf signifikansi yang digunakan (α) adalah 5% diperoleh ‘d

L

=1,124 dan ‘d

U

=

1,743 serta 4–‘d

U

= 2,257 dan 4–‘d

L

= 2,876 karena

1,743 ≤ DW < 2,257

maka tidak terjadi

autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan adanya pola-pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat heteroskedastisitas.

d. Uji Normalitas. Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,062 > 0,05, hal ini sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian tersebut telah berdistribusi normal.

Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan tidak terjadi gangguan pada normalitas. Namun pada uji asumsi klasik yaitu uji heteroskedastisitas terdapat adanya gangguan. Dengan demikian model analisis belum layak untuk diregresi. Adapun cara menangani gangguan heteroskedastisitas menurut Ghozali adalah dengan melakukan tranformasi data dalam bentuk log natural (Ln).

Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis 1, 2, 3 dan 4

Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesis 1, 2, 3 dan 4. Dari pengujian yang telah dilakukan melalui regresi berganda diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1 Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) -1.106 .913 -1.212 .237 MS .890 .043 .929 20.729 .000 CR .001 .004 .010 .237 .814 DER .581 .118 .232 4.938 .000 ROA 10.185 .864 .563 11.783 .000

a. Dependent Variable: SHU

(13)

SHU = -1,106 + 0,890MS+ 0,001CR + 0,581DER + 10,185ROA

Hasil pengujian yang telah dilakukan tampak dalam tabel di atas dan berikut penjabarannya: a. Uji Parsial pengaruh variabel modal sendiri terhadap sisa hasil usaha.

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel modal sendiri = 0,000 <  = 0,05 (level of

signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian terdapat

pengaruh modal sendiri terhadap sisa hasil usaha pada KPRI di Kota Surabaya. Modal sendiri mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05 (level of signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal sendiri secara parsial berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha.

Kondisi ini mencerminkan semakin tinggi modal sendiri semakin tinggi pula sisa hasil usaha. Modal sendiri merupakan faktor yang penting dalam perolehan SHU koperasi karena modal sendiri merupakan sejumlah dana yang digunakan untuk menjalankan usaha yang mana dalam menjalankan usaha tersebut akan ada perolehan pendapatan dan biaya yang timbul dari kegiatan operasi. Selisih atas pendapatan dan biaya tersebut dinamakan sisa hasil usaha. Jadi semakin besar modal sendiri dapat meningkatkan SHU. Jika modal sendiri dikelola dengan baik maka koperasi dapat memperoleh SHU. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemanfaatan modal untuk pengembangan usaha yang berdampak pada perolehan SHU juga dapat meningkat.

b. Uji Parsial pengaruh variabel current ratio terhadap sisa hasil usaha.

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel current ratio sebesar 0,814 > = 0,05 (level

of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 tidak diterima dan H2 ditolak. Dengan demikian tidak

terdapat pengaruh current ratio terhadap sisa hasil usaha KPRI di Kota Surabaya. Kondisi ini menunjukkan naik turunnya current ratio tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha jadi, meningkatnya current ratio tidak menyebabkan SHU berkurang. Diketahui bahwa nilai rata-rata current ratio sebesar 1036,68%. Berdasarkan pedoman penilaian kinerja koperasi tahun 2006 yang menunjukkan apabila nilai current ratio <125% s/d > 325% dapat dikatakan tidak baik. Dengan tingginya tingkat kemampuan koperasi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan asset lancar yang dimiliki maka hal tersebut mencerminkan bahwa dana koperasi kurang produktif. Yang artinya KPRI di kota Surabaya belum dapat mengoptimalkan penggunaan asset lancar untuk kegiatan operasi. Oleh sebab itu current ratio tidak mempengaruhi sisa hasil usaha.

c. Uji Parsial pengaruh variabel debt to equity ratio terhadap sisa hasil usaha.

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel debt to equity ratio sebesar 0,000 <  = 0,05

(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H3 diterima. Dengan demikian terdapat

pengaruh debt to equity ratio terhadap sisa hasil usaha KPRI di Kota Surabaya. Berdasarkan pedoman penilaian kinerja koperasi tahun 2006 yang menunjukkan apabila debt to equity ratio koperasi < 70% maka dianggap sangat baik yang artinya modal sendiri koperasi mampu memenuhi seluruh kewajiban koperasi. Pada KPRI kota Surabaya rata-rata debt to equity ratio-nya sebesar 37,03%, jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja KPRI di kota Surabaya sangat baik. Selain itu, dengan adanya pengaruh debt to equity ratio terhadap sisa hasil usaha menunjukkan bahwa koperasi menggunakan kewajiban (hutang) sebagai penambahan modal mereka untuk membantu kegiatan operasi. Dari kegiatan operasi tersebut koperasi dapat memperoleh sisa hasil usaha bila dikelola dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa hutang bukan suatu hal yang buruk selama modal koperasi masih cukup dan perlu dilihat kemampuan koperasi dalam mengolah assetnya untuk memperoleh keuntungan. Yang mana KPRI di Kota Surabaya memiliki rata-rata return on asset sebesar 8,15% yang dapat dikatakan baik berdasarkan pedoman penilaian kinerja koperasi tahun 2006 sebesar 7% s/d < 10%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa koperasi mampu melunasi hutang dan membayar bunganya maka kewajiban (hutang) dapat memberikan keuntungan atau membantu proses berjalannya suatu usaha.

(14)

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel return on asset sebesar 0,000 <  = 0,05

(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H4 diterima. Dengan demikian terdapat

pengaruh return on asset terhadap sisa hasil usaha KPRI di Kota Surabaya.

Kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU dengan seluruh assetnya menunjukkan produktivitas koperasi dengan penggunaan seluruh dana koperasi yang berasal dari modal pinjaman maupun modal sendiri, dan lain-lain. Hal tersebut mengindikasikan kreditur dan investor tertarik untuk berinvestasi pada koperasi. Dengan bertambahnya modal pinjaman dan modal sendiri maka akan menambah asset koperasi dan diharapkan koperasi dapat meningkatkan SHU dengan pengelolaan asset yang efektif dan efisien.

Diketahui bahwa nilai rata-rata rasio return on asset sebesar 8,15%. Berdasarkan pedoman penilaian kinerja koperasi tahun 2006 yang menunjukkan apabila nilai return on asset 7% s/d < 10% dapat dikatakan baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja KPRI di Kota Surabaya dalam menghasilkan sisa hasil usaha dengan penggunaan assetnya adalah baik.

Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh dari model yang digunakan dalam penelitian terdiri atas modal sendiri, current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap sisa hasil usaha. Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial

Variabel r r2

Modal sendiri 0,831 0,6906

Current Ratio -0,031 0,0009

Debt to Equity Ratio 0,168 0,0282

Return on Asset 0,258 0,0666

Sumber: data diolah

Dari korelasi parsial di atas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut: modal sendiri berkontribusi sebesar 69,06%, current ratio sebesar 0,09%, debt to equity ratio 2,82% dan return on asset sebesar 6,66%.

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap sisa hasil usaha pada KPRI di Kota Surabaya adalah modal sendiri karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Hasil pengujian parsial menunjukkan dari 4 variabel yang digunakan model penelitian terdapat 3 variabel yaitu modal sendiri, debt to equity ratio dan return on asset yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha KPRI di Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. Sedangkan variabel current ratio menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha KPRI di Kota Surabaya karena nilai signifikansi variabel tersebut lebih besar dari tingkat α = 5%, (2) Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan seberapa besar kontribusi pengaruh variabel modal sendiri, current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap variabel sisa hasil usaha. Modal sendiri

(15)

berkontribusi sebesar 69,06%, current ratio sebesar 0,09%, debt to equity ratio 2,82% dan return on asset sebesar 6,66%, (3) Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah variabel modal sendiri yang memiliki nilai koefisien determinasi parsial paling tinggi terhadap sisa hasil usaha.

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain penelitian hanya mengambil satu variabel independen dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.

Saran

Dari hasil analisis tersebut di atas dan simpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Dengan adanya kontribusi pengaruh modal sendiri terhadap sisa hasil usaha KPRI di Kota Surabaya sebesar 69,6% ini, hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan agar koperasi bisa lebih mandiri dan tidak tergantung dengan pihak luar dengan berhutang, maka hal tersebut dapat memberi dampak pada koperasi yaitu terjadi efisiensi biaya dengan cara mengurangi beban bunga yang terdapat dalam pinjaman (hutang) koperasi, (2) Penggunaan modal pinjaman juga dapat membawa dampak positif dengan membantu berjalannya usaha koperasi pada KPRI di Kota Surabaya, oleh karena itu hendaknya koperasi mengawasi pengelolaan dana pinjaman agar digunakan dengan baik hingga mendapat keuntungan dan bukan sebaliknya, (3) Dengan adanya pengaruh return on asset terhadap sisa hasil usaha maka hendaknya KPRI di Kota Surabaya mengoptimalkan pemanfaatan assetnya untuk meningkatkan sisa hasil usaha agar dapat meningkatkan kemampuan koperasi dalam memperoleh sisa hasil usaha dengan cara melakukan pengembangan usaha, (4) Bagi penelitian berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta pengamatan diperluas dengan meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU).

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, G. 2010. Pengaruh Modal Sendiri dan Kinerja Koperasi terhadap Perolehan SHU pada Koperasi Pegawai PT. Mahkota Aman Sentosa.

http://garryaditya.blogspot.com/2010/04/bab-i-pendahuluan-1.html?m=1. Jumat, 9 April 2010. atau

http://yasmin0112.blogspot.com/2013/06/tugas-jurnal-sertifikat.html?m=1. 9 Juni 2013. Anoraga P. dan Sudantoko D. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil. Cetakan Pertama.

Rineka Cipta. Jakarta.

Baswir, R. 1997. Koperasi Indonesia. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Ermayanti, D. 2009. Kinerja Keuangan Perusahaan.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/kinerja-keuangan-perusahaan/. Kamis, 15 Oktober 2009.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harahap, S. S. 2004. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen (Konsep, Manfaat & Rekayasa). Edisi Tiga. Salemba Empat. Jakarta.

(16)

Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke-13. Liberty. Yogyakarta.

Partomo. T. S. dan Soejoedono. A. R. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia. Bogor.

Peraturan Menteri dan KUKM No. 06/PER/M.KUKM/V/2006 tanggal 1 Mei 2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi/ Koperasi Award.

Priyatno, D. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Cetakan Pertama. Mediakom. Yogyakarta.

Riyanto B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Sitio A. dan Tamba. H. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Erlangga. Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, CV. Bandung.

Sumarsono, S. 2003. Manajemen Koperasi (Teori dan Praktek). Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suryaningrum, L. N. 2007. Pengaruh Modal Sendiri terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)

pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang (UNNES). Semarang. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Pengkoperasian.

Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan alat analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. STIM YKPN. Yogyakarta.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Koperasi

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan ●●●

Gambar

Tabel 1  Coefficients  Model  Unstandardized  Coefficients  Standardized Coefficients  t  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Gordon dan Milakovich (1995:6), mendefinisikan pentadbiran awam sebagai segala proses, organisasi, dan individu yang terlibat dalam perlaksanaan undang-undang dan peraturan

Arena yang kita tahu Zona Cinta itu adalah wilayah yang luas tentang cinta, kitapun juga menyadarinya bahwa jika kita membahas wilayah cinta itu sendiri pasti tidak akan

KEPALA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BULELENG.. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau Pulau

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Buton Utara surat izin belajar/pernyataan mengikuti studi lanjut 365 15201002710242 DARWIS SDN 5 Wakorumba Utara Kab... Peserta Nama Peserta

Melalui diskusi, siswa dapat menganalisa sikap yang seharusnya diambil terkait keberagaman individu dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar dengan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka di dapat rumusan masalah yaitu, “Bagaimana menerapkan aplikasi data mining penjualan motor

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kondisi kecemasan lansia secara keseluruhan berada pada katagori sedang, kondisi kecemasan lansia ditinjau dari respon fisiologis