• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi dan Peran Konselor dalam Dunia Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fungsi dan Peran Konselor dalam Dunia Pe"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK 2 :

Muhammad Husein Nasution Tho’at Stiadhy

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH IAIN SUMATRA UTARA

(2)

Segala puji bagi allah tuhan semesta alam, yang mana kita masih di berikan nikmat dan hidayahnya seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Sholawat bertangkaikan salam kita hadiahkan keharibaan junjungan alam nabi besar muhammad saw, yang mana beliau telah membawa ummat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yang disinari oleh iman dan islam.

Meskipun masih banyak kekurangan kami sebagai penulis hanyalah manusia biasa yang masih banyak keterbatasan, melalui makalah ini saya selaku penulis menyampaikan tentang Fungsi dan Peran Konselor dalam Dunia Pendidikan.

Kami berharap kritik dan saran untuk dapat membenahi makalah kami agar menjadi lebih baik lagi, akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 14 Maret 2013

Kelompok 2 BK Penulis

(3)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Fungsi dan Peran Konselor...2

B. Peran Guru dalam Program Bimbingan Konseling...2

C. Peran dan Fungsi Guru Kelas / Wali Kelas...3

BAB III PENUTUP...5

Kesimpulan...5

Daftar Pustaka...6

BAB I PENDAHULUAN

(4)

bimbingan dan konseling di sekolah. Suatu profesi yang diharapkan akan dapat membantu dan mendukung mengembangkan seluruh kemampuan peserta didik sesuai dengan potensinya melalui layanan bimbingan dan konseling yang bersifat psiko-pedagogis. Dengan demikian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Harapan besar ditumpukan pada para penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di sekolah (konselor).

Di dalam perjalanan mengemban tugas tersebut, bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi yang secara legal formal relatif masih muda, banyak mengalami gangguan dan hambatan. Beragam gangguan dan hambatan tersebut, mulai dari jumlah tenaga yang masih terbatas sehingga semua orang merasa diperbolehkan melaksanakan tugas tersebut sampai dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang belum optimal. Akibat berbagai gangguan dan hambatan tersebut menjadi fakta yang terjadi di sekolah selama ini yang menunjukkan bahwa konselor sekolah (guru pembimbing) masih banyak atau sering dipersepsikan secara negatif, seperti guru pembimbing sebagai polisi sekolah, guru pembimbing menakutkan, guru pembimbing hanya menangani anak bermasalah. Kondisi tersebut tentu sangat sulit untuk dapat menuaikan tugas secara umum layanan bimbingan dan konseling dengan baik dan komprehensif, terlebih untuk melaksanakan pendidikan karakter.

Penyelenggaraan pendidikan karakter banyak memerlukan pendekatan personal, baik dalam arti guru pembimbing harus kompeten dan layak untuk dicontoh, disamping itu juga pada umumnya para siswa akan respek kepada mereka yang memiliki kedekatan secara pribadi sehingga memudahkan terjadinya penyampaian pesan-pesan atau informasi tentang pendidikan karakter. Ada banyak faktor penyebab terjadinya kesalahan persepsi tentang konselor sekolah tersebut di atas, salah satunya kinerja konselor sekolah yang belum maksimal atau belum bisa menunjukkan tugas dan peran yang seharusnya dikerjakan sebagai seorang konselor (Sofyan, 2008).

(5)

berkelahi, sampai dengan berperilaku melanggar norma kesusilaan. Hal ini terjadi antara lain dari sisi peran yang semestinya dilakukan oleh seorang konselor sekolah dalam pengembangan aspek pribadi dan sosial siswa yang belum maksimal. Walaupun konselor sekolah bukan sebagai satu-satunya pihak yang harus atau paling bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut, namun konselor sekolah tidak bisa lepas dari tanggung jawab tersebut (Washington, et.all, 2008 ). Dari perspektif ini, diharapkan tulisan ini dapat memberikan wacana untuk mengurai kerumitan masalah peran yang harus ditampilakn oleh konselor sekolah.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Fungsi dan Peran Konselor

 Fungsi dalam bimbingan dan konseling terdiri dari fungsi pemahaman Fungsi ini

(6)

kehidupan klien (klien, konselor dan orang ketiga) memahami berbagai hal yang essensial berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien. Fokus utama pelayanan bimbingan dan konseling yaitu klien dengan berbagai permasalahannya dan dengan tujuan konseling. Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak – pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan diri klien. 1. Pemahaman tentang Klien Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian

bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihak – pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami klien yang akan dibantuitu.

2. Pemahaman tentang Masalah Klien Pemahaman terhadap masalah klien membantu konselor dalam memberikan penanganan masalah, oleh karena itu maka pemahaman ini wajib dilaksanakan. Pemahaman terhadap masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut pautnya, sebab – sebabnya dan kemungkinan berkembangnya masalah ini jika tidak segera ditangani.

3. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas Untuk dapat memahami individu secara mendalam, maka pemahaman terhadap individu tidak hanya mencakup pemahaman terhadap lingkungan dalam arti sempit ( seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi, dan keadaan sosio emosional keluarga, hubungan antar tetangga dan teman sebaya) tetapi termasuk pemahaman terhadap lingkungan yang lebih luas itu yaitu diperolehnya berbagai informasi yang diperlukan oleh individu seperti informasi pendidikan dan jabatan,informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut, bagi para karyawan, dan lain sebagainya.

 Fungsi pencegahan Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha

pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data dan sebagainya. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan konselor adalah:

1. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.

2. Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri pribadi klien.

3. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal – hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.

4. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberi manfaat.

(7)

 Fungsi pengentasan Klien yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan

untuk dientaskannya masalah yang tidak mengenakkan dari dirinya. Disinilah fungsi pengentasan ( perbaikan ) itu berperan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yangdialami klien.

 Fungsi pengembangan Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang

diberikan dapat membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal – hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian klien dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Asosiasi Konselor Sekolah di Amerika pada tahun 1974 mengeluarkan suatu aturan yang tidak membatasi peran konselor sekolah dasar. Namun aturan tersebut juga menekankan fungsi utama konselor di sekolah dasar yang meliputi membrikan layanan konseling individual dan konseling kelompok pada siswa; memberikan layanan konsultsi pada guru, staf sekolah yang lain, dan orang tua; dan menilai keefektifan konselor dan program-program bimbingan. Pada tahun 1977 dikeluarkan aturan baru yang menyatakan bahwa fungsi utama konselor di sekolah dasar adalah memberikan layanan konseling, konsultasi, dan koordinasi (Shertzer & Stone, 1981).

Terdapat perdebatan yang seru berkenan dengan apakah konseling dan konsultasi merupakan fungsi penting bagi kerja konselor di sekolah dasar. Meskipun demikian, selama tahun 1970-an konsultasi menjadi fungsi penting di sekolah dasar. Ini disebabk1970-an karena konsultasi dapat merambah semua siswa dan membantu guru dan staf sekolah lain untuk mengembangkan suatu iklim pembelajaran dan hubungan guru-siswa yang efektif. Dalam memberikan layanan konsultasi, konselor tidak mengritik guru tetapi berkolaborasi dengan guru.

Suatu survei yang dilakukan pada tahun 1989 oleh Asosiasi Konseling Amerika ditemukan sejumlah kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dengan ranking dan persentase seperti digambarkan pada tabel 1 di bawah.

(8)

Ranking Kegiatan Layanan Persentase

1 Konseling individual 98

2 Bimbingan dan konseling kelompok 81

3 Konsultasi dengan orang tua 79

4 Konsultasi dengan guru 78

5 Bimbingan di kelas 65

6.5 Asesemen individual 39

6.5 Koordinasi, alih tangn, dan konsultasi dengan agen-agen masyarakat

39

Sumber: Gibson & Mitchell, 1995: 53.

Karakteristik siswa sekolah dasar dan sekolahnya (sekolah dasar) telah membawa impliksi langsung bagi pemikiran tentang elemen-elemen tertentu dalam organisasi program yang membedakannya dengan program bimbingan di jenjang pendidikan lainnya. Perbedaan itu mengarah pada peran dan fungsi konselor dan bukan pada apa yang dilakukan oleh konselor sekolah dasar tetapi berkenaan dengan bagaimana mereka melakukannya. Sebagai contoh, konselor dan staf sekolah lainnya (spesialis) harus bekerja sama dengan para guru kelas, demikian pula berbagai aktivitas bimbingan juga harus berorientasi pada kelas (lihat tabel 1). Konteks ini tampaknya mengarahkan pada fungsi konsultasi dan koordinasi. Meskipun demikian, ada tugas tambahan bagi para konselor di sekolah dasar di samping memberikan konseling, konsultasi dan koordinasi, yakni melaksanakan asesmen, orientasi siswa, dan memberikan layanan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan karir setiap peserta didik.

(9)

asesor, sebagai pengembang karir, dan agen pencegahan. Berikut adalah deskrisi singkat dari masing-masing peran tersebut.

1. Memberikan layanan konseling. Peran utama konselior sekolah, sebagaimana halnya konselor di jenjang pendidikan di atasnya, adalah memberikan konseling (mengkonseling), individual maupun kelompok. Meskipun kebutuhan dan praktek konseling di sekolah dasar mungkin tidak sebanyak di jenjanmg pendidikan lainnya (SLTP dan SMA) bahkan cenderung jarang dilakukan, bagaimanapun konselor tetap harus selalu mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya jika sewaktu-waktu menemukan siswa atau menerima siswa yg dirujuk oleh guru, orang tua, atau yang diidentifikasi oleh konselor sendiri atyau oleh profresional lain yang mungkin membutuhkan konseling. Di USA para konselor sekolah dasar juga diminta untuk berpartisipasi aktif dalam pemecahan maalah-masalah kesehatan mental, seperti anak-anak yang menjadsi korban kekerasan, anak-anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, dan anak-anak yang mengalami gangguan depresi dan memperlihatkan kecenderungan untuk bunuh diri. Ini memperlihatkan bahwa kebutuhan perkembangan dari para siswa tampaknya dipandang nomor dua oleh kepala sekolah dan oleh orang tua. Prioritas baru ini membawa implikasi langsung pada pengembangan program pendidikan prajabatan dan dalam jabatan konselor dengan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial.

2. Konsultan. Peran penting lainnya di samping memberikan konseling bagi para konselor sekolah dasar adalah sebagai konsultan pendidikan. Konselor dsapat berkolaborasi dengan guru, orang tua, kepala sekolah, dan profesional lain untuk membantu pihak ketiga (siswa). Jadi, dalam peran ini konselor membantu pihak lain untuk membantu peserta didik menangani secara efektif kebutuhan-kebutuhan perkembangan dan penyesuaian.

3. Koordinator. Di sekolah dasar, para konselor juga memiliki peran sebagai koordinator. Para konselor sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah di Sekolah dasar juga diperlukan untuk mengkoordinasikan kontribusi dari para profesional lain yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan seperti psikologi, pekerja sosial, dsb.

(10)

suatu pengalaman yang positif bagi anak. Berkenaan dengan ini para konselor sekolah dasar dapart merencanakan suatu kegiatan berkonsultasi dengan para guru untuk belajar dan mempraktekkan berbagai keterampilan interpersonal dan interaksional di sekolah.

5. Asesor. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai asesor, yakni melakukan asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non tes. Data hasil pengukuran tersebut perlu untuk diinterpreastikan dalam rangka memperoleh pemahaman yang akurat tentang siswa beserta dengan potensi-potensinya , dampak budaya pada perkembangan siswa, dan pengaruh faktior-faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.

6. Pengembang karir. Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagai para konselor disekolah dasar adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya pendidikan di sekolah dasar sebagai landasan bagi pengambilan keputusan di kemudian hari oleh anak menegaskan (menggarisbawahi) pentingnya memberikan perhatian pada perkembangan karir anak. Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai koordinator dan konsultan dalam mengembangkan program pendidikan karir yang terintegrasi, berkesinambunghan, dan terus-menerus.

7. Agen pencegahan. Di sekolah dasar merupakan tanda-tanda peringatan awal bagi masalah-masalah anak di kemudian hari: kesulitan belajar, gangguan mood umum (ketidakbahagiaan, gelisah, depresi), dan berbagai bentuk perilaku kenakalan (berkelahi, pertengkaran, mengganggu, impulsif, dan membangkang/ bandel/keras kepala). Conyne (1983) dan Dodge (1983) serta para penulis lain telah menyebutkan sejumlah besar bukti untuk menyatakan bahwa anak-anak yang tak dapat menyesuiakan diri selama mengikuti pendidikan di sekolah dasar memiliki resiko tinggi untuk mengalami berbagai macam problem perilaku di kemudian hari. Demikian pula penyalahgunaan narkoba, kekerasan di dalam kelompok teman sebaya, vandalisme, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lain oleh anak-anak sekolah dasar grafiknya cenderung terus meningkat.1

B. Peran Guru dalam Program Bimbingan Konseling

Hubungan timbal balik antara bimbingan dan pengajaran di dalam proses pendidikan menekankan peranan guru sebagai pembimbing dan pengajar. Guru sebagai pendidik mempunyai tangung jawab menciptakan iklim pendidikan di sekolah, agar setiap siswa dapat

(11)

mengembangkan dirinya. Kehidupan guru di sekolah maupun di luar sekolah sangat mempengaruhi perkembangan dan kehidupan pribadi siswa.

Jones (dalam Gunawan, 2001) menyatakan: jika guru dapat memahami siswanya sebagaimana adanya, dengan segala kemampuan dan kelemahannya, dan ingin membantu siswa untu menyempurnakan apa yang perlu, guru tersebut akan mempunyai banyak kesempatan untuk menolong siswanya memahami dan menerima dirinya serta menolong mereka untuk menetapkan tujuan hidup yang sesuai dengan diri sendiri. Guru dapat pula mempengaruhi sikap dan perasaan siswa untuk membuat suatu pilihan yang mudah maupun yang sukar secara bebas.

Sebagai pengajar, guru harus mampu memahami kehidupan anak secara individual maupun kelompok. Dengan memperhatikan perbedaan individu dan mengembangkan proses kelompok yang dinamis guna memberikan kesempatan belajar berkembang kepada setiap muris di dalam kelasnya.

Pelaksanaan program bimbingan sangat membutuhkan data pribadi anak. Data tersebut dapat diperoleh melalui alat pengumpul data, misalnya tes, wawancara, observasi dan sebagainya. Di samping alat-alat tersebut, keterangan langsung dari guru mengenai perkembangan pribadi anak didiknya jauh lebih berharga karena setiap hari guru bergaul dengan anak didiknya dan bersama-sama mengalami pengalaman social, emosional, dan akademis yang selalu berubah-ubah. Pengalaman ini sangat berharga untuk pelaksanaan program bimbingan.

Seorang guru yang baik, dapat memasukkan unsur-unsur bimbingan dalam mata pelajaran sekolah. Disamping fungsinya sebagai pembimbing siswa sebagai individu, guru dapat pula berfungsi sebagai pembimbing kelompok, misalnya mengendalikan proses interaksi kelompok sehingga ketegangan-ketegangan atau tekanan dalam kelompok dapat diredakan atau dikurangi.

C. Peran dan Fungsi Guru Kelas / Wali Kelas.

(12)

wawasan dan sudut pandang mereka. Beberapa penulis memberikan Berikut ini adalah peran guru alam program bimbingan dan konseling dari Gibson & Mithell (1995) sebagai contoh. dipilihkan satu literatur sebagai contoh.

Menurut Gibson & Mitchell (1995), sebagaimana telah dikemukakan, para konselor di sekolah dasar atau guru klas yang diberi tugas melaksanakan tugas sebagai konselor/pembimbing memiliki beberapa fungsi berikut: sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai koordinator, sebagai agen orientasi, sebagai asesor tau analisis perbedaan individual, sebagai pengembang karir, dan sebagai agen pencegahan. Bagaimana dengan peran guru kels yang tidak diserahi tugas sebagai pembimbing sekolah. Meskipun par guru tidak diserahi tugas untuk melaksanakan bimbingan, mereka tetap menjadi anggota tim bimbingan yang memiliki peran berikut:

Sebagai pendengar dan pemberi advis. Guru kelas adalah personil sekolah yang paling banyak memiliki waktu untuk bertemu dengan para siswa dibandingkan dengan personil sekolah lainnya. Oleh karena itu, guru seharusnya memiliki pengetahuan paling luas dan mendalam tentang siswa-siswanya, berkomuniksi dengan mereka setiap hari, dan dapat menjalin hubungan yang kondusif untuk mendorong perkembangan yang optimal setiap siswa. Dapat dikatakan guru menjadi jembatan antara siswa dan pembimbing/konselor guna mengimplementasikan program-program bimbingan.

(13)

Sebagai penelusur/pengungkap potensi siswa. Berkaitan dengan usaha mendorong terjadinya

perkembangan yang optimal bagi setiap siswa, maka para guru diharapkan untuk tidak hanya memusatkan perhatian pada membelajarkan materi pelajarannya saja, tetapi juga melakukan pengamatan sehari-hari untuk menemukan potensi siswa, khususnya keunggulannya. Meskipun banyak guru meungkin kurang memiliki pengalaman, latihan, dan kepandaian yang mencukupi untuk bakat-bakat atau talenta khusus dari mayorits siswa-siswanya, guru perlu terlibat dalam upaya mengungkap bakat dan talenta para siswa. Untuk itu guru dapat mengikuti atau diikutkan dalam program-program khusus tentang penelusuran bakat siswa. Peran guru sebagai pengungkap potensi siswa tidak hanya berkaitan dengan misi dari program-program bimbingan dan konseling sekolah tetapi juga untuk memenuhi tanggung jawab pendidikan bagi individu dan masyarakat.

Sebagai pendidik karir. Berkaitan erat dengan peran-peran yang telah disebutkan, dalah peran sentral guru dalam program pendidikan karir. Karena pendidikan karir diakui sebagai bagia dari pendidikan siswa secara keseluruhan, adalah penting juga untuk mengakui tanggung jawab guru kelas untuk mengintegrasikan pendidikan ke dalam mata pelajaran (di Indonesia barangkali ini berkaitan dengan pendekatan kontekstual yang belakangan ini banyak dianjurkan). Pendidikan karir tak akan berhasil tanpa bimbingan karir dan sebaliknya. Keberhasilan dari program-program bimbingan karir oleh karena itu terikat dengan keberhasilan dalam progra pendidikan karir, suatu program yang berkaitan dengan peran guru kelas. Para guru kelas dapat memenuhi tanggung jawabnya sebagai pendidik karir dengan cara mengembangkan respek dan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan, mendorong siswa mengembangkan sikap positif terhadap penidikan dan hubungannya dengan persiapan karir dn pengambilan keputusan. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji konsep, keterampilan, dan peran serta mengembangkan nilai-nilai yang relevan dengan karir masa depan. Guru juga dapat merancang kelas menjadi suatu lingkungan belajar yang dapat merangsang wawssan dan eksplorasi karir.

(14)

iklim kelas sebagai faktor yang mempemngaruhi kinerja dan hasil belajar siswa. Menurutya, iklim lingkungn kelas yang kondusif dapat memungkinkan 95% siswa menguasai semua mata pelajaran. Hasil-hasil penelitian juga telah membuktikan hal itu. Hasil penelitian Bloom sendiri membuktikan bahwa banyak siswa akan memperlihatkan kesamaan baik dalm derajad belajar maupun motivasi untuk belajar jika merewka diberikan suatu kondisi lingkungan yang kondusif untuk blajar. Di sisi lain, beberapa hasil penelitian juga menyatakan bahwa jika lingkungan di kelas tiak kondusif, akan terjadi perbedaan dalam kinerja dan capaian prestasi belajar dan ini akan memperluas gap (jarak) antara siswa berprestasi tinggi dan siswa berprestasi rendah. Dalam melaksanakan peran sebagai fasilitator hubungan ini, guru kelas memiliki peluang untuk menjadi model bagi bentuk relasi antara manusia yang positif. Ini dapat menjadi suatu prosedur rutin di dalam kelas, khususnya ketika guru mengarahkan interaksi kelompok agar setiap siswa dapat mengalami secara langsung hubungan antar manusia yang positif.

(15)

guru bersedia menerima peran mereka dalam pengelolaan program bimbingan dan konseling sekolah, banyak di antara guru yang kurang memiliki pemahaman yang tepat tentang apa peran dan fungsi mereka sebenarnya.2

Menurut Depdikbud dalam kurikulum 1975 tugas guru kelas/ wali kelas terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

1) Mengumpulkan data tentang siswa

2) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa ( akademis, sosial, fisik, pribadi)

3) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari

4) Bekerjasama dengan konselor menyalurkan dan menempatkan siswa

5) Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sisiogram

6) Bekerjasama dengan konselor sekolah dalam mengadakan pemeriksaan psikologis dan kesehatan oleh tim ahli

7) Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan

8) Membantu memecahkan masalah siswa asuhnya

9) Ikut serta dalam pertemuan kasus.

(16)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan paper ini yaitu fungsi dalam bimbingan dan konseling terdiri dari;

1. Fungsi pemahaman

2. Fungsi pencegahan

3. Fungsi pengentasan

4. Fungsi pengembangan

Dari semua fungsi bimbingan dan konseling harus dijalankan sesuai fungsi masing – masinng bidang karena dari fungsi ini akan berkaitan dengan manfaat atau kegunaan dan keuntungan penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Karena tujuan bimbingan dan konseling disini adalah membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi – potensi mereka secara optimal.

(17)

menyelenggarakan program pelayanan bimbingan dan konseling yang bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter.

Di samping itu, konselor harus menyiapkan diri untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi sebangai bentuk sinergi pelaksanaan pendidikan karakter. Tidak ketinggalan, sebagai konselor hendaknya mengembangkan nilai-nilai pendidikan karekater melalui kegiatan konseling yang dilakukannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Berkowitz, M.W., Battistich, V.A., Bier, M.C. 2008. What Works in Character Education: What IsKnown and What Needs to Be Known. Handbook of Moral and Character Education. Pages 414-431. New York: Tailor andFrancis.

2. Departemen Pendidikan Nasional. 2007.Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB FIP UPI.

3. Suparno, Paul, Moerti Yoedho K., Detty Titisari, St. Kartono. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Analisis Employee Stock Ownership Plans (ESOP) Terhadap Earning Per Share (EPS) dan dampaknya Terhadap Harga Saham,”

Untuk menjadi efektif dan efisien suatu perpustakaan PT memer- lukan proses dalam pengembangan strategi peningkatan mutu pelayanannya, yang mencakup antara lain: (1) misi yang jelas

Dari defenisi-defenisi pengendalian intern yang dirumuskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang dituangkan dalam suatu

Pada cara basah ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi, sehingga terjadi pemisahan skim dari krim.. Selanjutnya krim dipanaskan untuk menggumpalkan

Untuk menjelaskan pengaruh sistem in room check-in terhadap kepuasan pelanggan di Hotel Shangri-La Jakarta berdasarkan 5 dimensi penentu kualitas jasa, maka dapat dibuat

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami seseorang yang melakukan transaksi antara pihak I dan pihak II hendaknya saling menjalankan kesepakatan bersama dalam

Hal ini didukung dengan temuan di lapangan selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pictorial riddle siswa terlihat lebih aktif dan cenderung lebih siap