Pikiran
Rakyat
o
Selasa0
Rabu456 7
20 21 22
o
Mar eApr C)Meio
Kamis.
Jumat
0
Sabtu0
Minggu
8
9
10
11
12
13
14
15
16
23
24
25
26
27
28
29
30
31
OJun
._.~---_._.__.-
0 Jill 0 Ags
0 Sep
OOkt
0 Nov 0 Des
P pasar Tradlsl
Pada Mulanva
- -""" ~ ~--
--'
~o
Senin1 2
Q)
17 18 19~
OJan OPeb
---
---K
ERAMAIAN itu ter-cipta dini hari dan, se-gera saja, menimbul-kan kemacetan di Desa Rancapanggung, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat. Jalan yang tak begi-tu besar penuh sesak oleh orang dan kendaraan. Anehnya, sarna sekali tak ada sumpah serapah di sana. Se-mua orang begitu enjoy, sarna sekali tak terganggu. Menjelang siang, ke-ramaian terurai berubah lengang.Ya, begitulah suasana Rancapang-gung setiap Rabu, setiap hari pasar. Di luar itu, suasana desa begitu sepi karena keramaian bersimpul di lain tempat.
Sejak dulu, masyarakat di (eks) Kewedanaan Cililin memberlakukan p<l$aryang setiap hari berpindah, dari lokasi satu ke lokasi yang lain. Uniknya, keadaan itu berlangsung sarnpai kini. "Memang sih ada bebe-rapa pasar yang kemudian dibuat ti-ap hari. Contohnya, Pasar Batujajar, dulu kan cuma buka pada hari Ju-mat dan Senin. Lalu, Pasar Tagog Padalarang, dulu cuma hari Sabtu. Sekarang, kedua pasar itu sudah di-buka setiap hari," ungkap pengamat pasar di Kab. Bandung Barat Deden Saeful Anwar (32).
Sesungguhnya, beberapa wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, dulu, ju-ga memberlakukan itu. Tetapi, ba-nyak lokasi di wilayah lain itu justru sudah menjadi kawasan. Pasar Ju-mat di Purwakarta, misalnya, kini telah menjadi pusat kota.
DKI Jakarta pun sebenarnya sem-pat memberlakukan pasar bergiliran seperti itu. Tetapi, kini, kawasan-ka-wasan pasar itu sudah tinggal nama, seperti Pasar Minggu, Pasar Senen, dan seterusnya.
Tak hanya Pulau Jawa, pasar bergiliran juga terdapat di sejumlah -daerah di Sumatra. Nanggroe Aceh Darussalam, misalnya, memiliki pa-sar bergilir yang diistilahkan sebagai
urbe gantoe. Lalu, masyarakat di
pedalaman Sumatra Selatan mena-makan pasar jenis ini sebagai
ka-langan.
**
LANTAS, dari mana semua itu bermula? Budayawan Jakob Su-mardjo mengungkapkan, pasar ber-gifu itu, sebenarnya, berasal Jawa (Tengah). Masyarakat Jawa --yang
_
~ berkebudayaan sawah-- sangatmembutuhkan pasar. Sebab, mereka memproduksi sejumlah komoditas
---
--~--dalamjumlah be-sar sehingga perlu dijual ke luar kampung. "Seba-liknya, orang Sun-da --yang berke-budayaan ladang-- tidak mengenal pasar. Soalnya, mereka sudah bi-sa memenuhi ke-butu,han sendiri, melalui leuit," ungkap budaya-wan Jakob Su-mardjo, Jumat (27/3).
- Dalam hal ini, kata dia, masyara-kat Jawa
menggu-nakan'macapat kalima pancer,
konsep yang ber-laku di seluruh as-pek kehidupan
mere-ka. "Jadi, tidak hanya pasar, dalam membangun rumah atau pendopo pun, misalnya, mereka mengguna-kan konsep itu. "Harus terdiri atas empat tiang:Tiang kelima, yang se-harusnya berada di tengah-tengah, ditiadakan. ltu sengaja dibuat demi-kian. Sebab, anggapan orang Jawa, pusat merupakan puncak dari sega-la-galanya. Tetapi, simbolnya terli-hat dari puncak rumab atau pendo-po yang lebih tinggi daripada bagian atap yang lain," katanya.
Karena menggunakan konsep itu, tak heran jika kegiatan pasar dise-lenggarakan di lima kampung ber-beda, setiap harinya, sesuai hari
pa-saran. Pasar Kliwon digelar di
kam-pung pusat, Pon (kamkam-pung di uta-ra), Legi (kampung di selatan), Wa-ge (kampung di timur), dan Pahing (kampung di barat). "Konsep pasar berpindah ini, sebenarnya, be.rtuju-an untuk pemeratabe.rtuju-an saja. Ya, agar setiap kampung di wilayah itu men-dapat giliran," katanya.
Pakar Ekonomi Unj.versitas Pad-jadjaran Ina Primiana menilai, dari sudut ilmu ekonomi, sebenarnya pa-sar bergilir itu tak ada bedanya de-ngan pasar menetap. Artinya, jum-lab uang yang dikeluarkan oleh pembeli (juga yang akan diperoleh penjual) sarna saja. "Namun, biasa-nya, hari pasar itu ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Selain itu, kalau di luar negeri, komoditas yang dijual mem~iki ciri ~as
ter---- -- -
-
-
--Konsep
Masyarakat
Bunda
(Tritangtu)
tentu. Jadi, ada kreativitas di sana. Orang (yang bennaksud berdagang) akan berlomba-Iomba membuat se-suatu yang bisa habis, nanti, pas ha-ri pasar. Dia memiliki banyak waktu sehingga kualitas bisa teIjamin," ujarnya.
ltulah pula yang berlaku pada pa-sar bergilir dalam konsep Jawa. Menurut Jakob, setiap pasar memi-liki keunikan tersendiri. Apalagi, se-tiap hari pasaran mewakili warna tertentu. Pon mewakili warna hitam, Legi (merah), Wage (putih), dan Pahing (kuning).Sementara Kliwon, sebagai pusat, mewakili semua war-na. "Makanya, buah-buahan berwar-na hitam, seperti manggis, hanya bo-leh dijual di Pasar Pon. Kalau ram-butan hanya boleh dijual di Pasar Le-gi. Demikian seterusnya. Nah, se-mentara Pasar Kliwon bisa menam-pung seluruh komoditas," katanya..
FOTO: HAZMIRUUAH/,PR'
KONSEP macapat kalima pan-cer itu kemudian ditularkan --salah satunya- ke masyarakat Sunda. Pa-dabal, sebelumnya, orang Sunda su-dab mengenal konsep tritangtu. Da-lam hal ini, masyarakat Sunda "ba-nya" mengenal tiga kampung:
kabu-yutan (berada paling dalam), na-gara (tengah), dan syara (berada di
luar). Masyarakat ketiga kampung ini saling berhubungan. '1tu tadi, mereka tak mengenal pasar seperti di Jawa. Kendati demikian, adajuga subkomunitas yang aktifberhu-bungan dengan orang luar, tenna-sukjual beli. Ya, itu... orang kam-pung syara. Masyarakat kamkam-pung
kabuyutan dan nagara 'membeli'
barang-barang dari masyarakat kampung syara," katanya.
**
SEIRING perkembangan zaman, konsep pasar itu sekarang tinggal
~
GRAAS:I
kenangan.Padahal,banyaksekali
manfaat yang bisa diambil dari ke-beradaan konsep pasar semacam itu. "Salah satunya menyambungkan silaturahmi," ujar H. Abdurrahman (48), tokoh masyarakat Desa Ranca-panggung, "Nya indung budak we
ieu mah. Pas ameng ka pasar anu
rada tebih, tiasa papendak sareng
duluma. Padahal,eta teh tos
mang-taun-taun teu papendak. Ah, tos ca-rang nganjang we lah".Satu hallagi, pasar bergilir kerap menjadi pusat infonnasi buat warga. Infonnasi penting bisa dengan sege-ra tersebar dari mulut ke mulut. "Ini tentu memudahkan aparat jika, mi-salnya, ada kebijakan yang hams di-infonnasikan kepada warganya. Be-gitu pula kalau ada infonnasi warga yang meninggal dunia dan sebagai-nya. Jadi, dulu, pasar itu tak sekadar pasar," katanya.