PENGARUH PROMOSI, HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PADA APLIKASI SHOPEE
Sugiharti Binastuti Noversyah
[email protected] [email protected]
Fakultas Ekonomi: Jurusan Manajemen Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh harga, promosi dan kualitas produk terhadap pembelian impulsif . Rumusan penelitian ini adalah apakah harga, promosi dan kualitas produk berpengaruh terhadap pembelian impulsif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden.
Penelitian ini menggunakan program SPSS versi 23 pada tahap uji validitas dan uji rebilitas, dan menggunakan program AMOS versi 23 pada Uji normalitas, dan Analisis Structural Equation Model (SEM).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel promosi dan kualitas produk berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif. Variabel harga berpengaruh negatif terhadap pembelian impulsif
Daftar Pustaka
Kata Kunci: Promosi, Harga, Kualitas Produk, Pembelian Impulsif, Kepuasan (x + 6 + Lampiran)
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini setiap manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman yang serba cepat dan praktis. Kondisi ini yang menyebabkan teknologi memegang peranan yang penting bagi kehidupan manusia, khususnya internet. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh We Are Social pada januari 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di indonesia. Berdasarkan total populasi Indonesia, maka sekitar 64% penduduk Indonesia telah menggunakan internet, dan 94%
diantaranya adalah pengguna smartphone. berikut adalah hasil dari survey pengguna internet di Indonesia januari 2020
Sumber: inet.detik.com
Gambar 1.1
Hasil Survey Pengguna Internet di Indonesia Januari 2020
Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan semakin banyaknya pengguna internet di Indonesia menjadikan peluang baru dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bisnis. Dengan pemanfaatan teknologi dan internet, para pelaku bisnis dapat dengan mudah memperoleh berbagai macam informasi dan tidak memakan waktu yang lama. Penggunaan internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis seperti pemasaran, penjualan dan pelayanan pelanggan.
Dalam rangka memenuhi perkembangan zaman yang selalu berubah sesuai tren yang ada, perusahaan dituntut untuk selalu menciptakan inovasi baru, maka tidak heran jika di Indonesia mulai
bermunculan perusahaan e-commerce. Kegiatan berbisnis dengan memanfaatkan teknologi internet sering kita sebut dengan e-commerce. Menurut Jony Wong (2010), e-commerce adalah pembelian, penjualan dan pemasaran barang serta jasa melalui sistem elektronik. Seperti televisi, radio dan jaringan komputer atau internet. Pengertian e-commerce secara umum adalah suatu proses jual beli dengan menggunakan media internet, melalui browser web ataupun aplikasi untuk mengenalkan dan menawarkan suatu produk kepada konsumen.
Tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya adalah untuk mencapai keuntungan.
Banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut, antara lain pemasaran. Menurut Philip Kotler (2009), bauran pemasaran sebagai serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang dikendalikan perusahaan, dari pasar sasarannya, bauran pemasaran terdiri atas segala hal yang bias dilakukan perusahaan untu mempengaruhi permintaan produknya, yang dikenal dengan 4P, yaitu product, price, place dan promotion.
Perkembangan e-commerce di Indonesia cukup berkembang pesat, karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun selagi ada internet. E-commerce sudah tak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, karena jual beli berbasis online sudah dimulai sejak internet masuk ke Indonesia, walaupun belum ada situs jual beli online resmi seperti saat ini, tetapi jual beli online sudah dimulai melalui media sosial seperti facebook, twitter, Instagram dan lain sebagainya. Di Indonesia, sudah banyak situs jual beli online, seperti shopee, tokopedia, Lazada, bukalapak, dan sebagainya. Dengan banyaknya marketplace online yang muncul membuat penjual dan pembeli beralih untuk berbelanja online, salah satunya shopee.
Shopee adalah sebuah marketplace berbasis elektronik yang berasal singapura. Shopee resmi hadir di Indonesia sejak tahun 2015 hingga sekarang. Dengan hadirnya shopee, masyarakat Indonesia semakin mudah dalam melakukan jual beli online. Selain mudah dalam melakukan transaksi jual beli, shopee juga memiliki banyak fitur untuk menarik penggunanya, seperti shopee games, fitur gratis ongkir, dan diskon besar di setiap bulannya. Hal tersebut membuat masyarakat tertarik untuk berbelanja online melalui shopee. Menurut data IPrice, shopee menjadi situs e-commerce yang paling banyak dikujungi pada kuartal I 2020, berikut adalah gambar grafik dari pengunjung situs e-commerce pada kuartal I 2020.
Sumber: Iprice, kuartal I 2020
Gambar 1.2
Grafik Pengunjung Situs E-Commerce Kuartal I 2020
Pada gambar 2.1 menunjukkan grafik pengunjung situs e-commerce pada kuartal I 2020, berdasarakan grafik tersebut, shopee mendominasi dibandingkan situs e-commerce lainnya yaitu dengan total 71,5 juta pengunjung, lalu pada posisi kedua tokopedia memiliki 69,8 juta pengunjung, dan diposisi ketiga terdapat bukalapak dengan total 37,6 juta pengunjung. Banyak faktor yang mempengaruhi banyaknya pengunjung situs e-commerce, selain pengaruh dari promosi, faktor harga dan kualitas produk dari situs tersebut juga mempengaruhi masyarakat untuk berbelanja.
Beberapa faktor yang mendukung hal tersebut antara lain adanya kemudahan dalam pemakaiannya dan tidak ada batas waktu belanja, sehingga belanja online dapat menyebabkan pembelian impulsif. Menurut Mowen dan Minor (2002) pembelian impulsif adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko, atau bisa disebut juga suatu desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu sebelumnya, tanpa banyak memperhatikan akibatnya.
Prilaku konsumen yang melakukan pembelian impulsif biasanya tidak berpikir untuk membeli produk tersebut sebelumnya. Dimana, mereka langsung membeli karena ada ketertarikan pada produk tertentu dan secara reflek atau tiba-tiba berkeinginan untuk membeli. Pembelian impulsif bisa
dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ketertarikan untuk membeli, biasanya hal ini terjadi saat fitur diskon sedang berlansung. Banyak konsumen yang melakukan pembelian impulsif karena perbedaan harga yang cukup signifikan. Pembelian impulsif dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya promosi, harga, kualitas produk dan kepuasan. Penelitian Nurlatifah (2017) menyatakan bahwa harga dan promosi berpengaruh terhadap pembelian impulsif. Pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh kualitas produk dan promosi (Hikmah, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Promosi, Harga, dan Kualitas Produk berpengaruh terhadap pembelian impulsif?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan ilmiah ini secara umum batasan masalah yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan Harga, Promosi dan Kualitas produk sebagai variabel bebas (Independen), Pembelian impulsif sebagai variabel terikat (Dependen).
2. Objek dalam penelitian ini adalah marketplace Shopee, dan populasi dalam penelitian ini adalah pengguna yang pernah berbelanja di marketplace Shopee.
3. Pengambilan sampel dilakukan dari bulan juni sampai juli 2020.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui, mengukur dan menganalisis:
1. Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk terhadap pembelian impulsif.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi akademisi dan penelitian lanjut
Dapat memberikan suatu karya penelitian yang dapat mendukung dalam pengembangan penelitian mengenai promosi, harga, kualitas produk dan pembelian impulsif.
2. Manfaat bagi peneliti/penulis
Menambah wawasan dengan mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh dalam perkuliahan dan dalam penelitian.
TELAAH PUSTAKA
2.1 Manajemen Pemasaran
Pengertian manajemen pemasaran menurut kotler dan keller (2011) adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang umum.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkannya dan mempertahankannya yang dirancang untuk memuaskan keinginan pasar.
2.2 Pengertian E-Commerce
Menurut Jony Wong (2010), e-commerce adalah pembelian, penjualan dan pemasaran barang serta jasa melalui sistem elektronik. Seperti televisi, radio dan jaringan komputer atau internet.
Pengertian e-commerce secara umum adalah suatu proses jual beli dengan menggunakan media internet, melalui browser web ataupun aplikasi untuk mengenalkan dan menawarkan suatu produk kepada konsumen.
2.3 Promosi
Menurut Shoell (2013), promosi adalah usaha yang dilakukan oleh marketer untuk berkomunikasi dengan calon pelanggan. Sedangkan menurut Tjiptono (2015), promosi merupakan bauran pemasaran yang berfokus pada upaya menginformasikan, membujuk dan mengingkatkan kembali konsumen akan merek dan produk perusahaannya.
Tujuan promosi menurut Peter dan Olson (2014) adalah:
1. Mempengaruhi perilaku untuk mengubah atau memelihara perilaku tertentu konsumen yang berkaitan dengan produk atau merek.
2. Memberi informasi, menciptakan pengetahuan, kepercayaan, dan makna baru tentang produk atau merek dalam benak konsumen.
3. Mentransfirmasi tanggapan afeksi, memodifikasi perasaan, citra dan emosi yang diaktifkan ketika konsumen mempertimbangkan produk atau merek.
4. Membujuk untuk merubah perilaku, kepercayaan, dan keinginan konsumen terhadap sebuah produk atau merek.
5. Mengingatkan untuk meningkatkan potensi aktifitas dari nama merek atau beberapa makna produk lainnya.
2.4 Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu barang atau jasa atau jumlah dari nilai uang yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengindentifikasi harga dengan nilai.
Menurut Lichtenstein (2013), dimensi harga terdiri dari:
1. Kesadaran harga
Untuk mengukur atau mengungkapkan kecenderungan konsumen untuk membeli produk berdasarkan nilai tambah yang didapat.
2. Kesadaran fisik produk
Dimana kesadaran konsumen akan tampilan fisik atas suatu jasa atau produk barang apakah sesuai dengan harga yang ditawarkan.
3. Potongan harga
Potongan yang ditawarkan oleh penjual jasa atau produk kepada pelanggan.
4. Skema harga
Skema harga yang ditawarkan kepada reseller, distributor dengan pelanggan dibedakan.
5. Prestis
Kebanggaan yang didapatkan oleh konsumen apabila membeli suatu jasa atau produk.
2.4.1 Metode Penetapan Harga
Metode penetapan harga secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. Menurut Kotler & Keller (2012) yang menjelaskan metode penetapan harga sebagai berikut:
1. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Adalah suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan referensi pelanggan dari faktor-faktor seperti biaya. laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu:
a. Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli) b. Kemauan pelanggan untuk membeli
c. Suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari
d. Manfaat yang dapat diberikan produk tersebut pada pelanggan e. Harga produk-produk substitusi
f. Pasar potensial bagi produk tersebut g. Perilaku konsumen secara umum 2. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Faktor penentu harga dalam metode ini, yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead dan laba.
3. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi.
4. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan atau laba, harga uga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing.
2.4.2 Indikator Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), ada empat ukuran yang mencirikan harga, yaitu:
keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai kemampuan atau daya beli. Berikut penjelasan empat ukuran harga:
1. Keterjangkauan Harga
Konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Biasanya terdapat beberapa jenis merek dalam satu produk dan harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal. Dengan harga yang ditetapkan para konsumen banyak yang membeli produk.
2. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga
Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan produk lainnya. Dalam hal ini mahal murahnya harga suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saaat akan membeli produk tersebut.
3. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Hal ini sering dihadikan sebagai indikator kualitas produk bagi konsumen. Orang sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka melihat adanya perbedaan
kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang cenderung berangggapan bahwa kualitasnya lebih baik.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan menfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka kondumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang.
2.5 Kualitas Produk
Menurut Mowen (2012) kualitas Produk didefinisikan sebagai kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang diinginkan konsumen.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2012), kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk merupakan pemahaman bahwa produk merupakan peluang yang ditawarkan oleh penjual dan mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu, perusahaan berusaha fokus pada kualitas produk yang dimiliki dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing.
Kualitas produk merupakan proses penilaian fungsi-fungsi penting yang dimiliki oleh suatu produk mengenai beberapa aspek seperti ketepatan, daya tahan produk, keandalan, kemudahan pengoprasian dan atribut penting lainnya sesau dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen.
2.5.1 Dimensi Kualitas Produk
Menurut Kotler dan Keller (2014) terdapat Sembilan dimensi kualitas produk, yaitu:
1. Form (Bentuk)
Banyak produk dapat di bedakan berdasarkan bentuk ukuran atau bentuk struktur fisik produk.
2. Features (Fitur)
Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
3. Customization
Pemasar dapat membedakan produk dengan menyesuaikannya. Sebagai perusahaan yang telah tumbuh, maka perusahaan harus mahir dalam mengumpulkan informasi tentang
pelanggan individu dan mitra bsnis mereka dan sebagai pabrik, mereka dirancang lebih fleksibel, mereka telah meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan penawaran pasar, pesan dan media secara individual.
4. Performance Quality (Mutu Kerja)
Mutu kinerja adalah lebel berlakunya karakteristik dasarr produk. Perusahaan tidak harrus merancang level kinerja setinggi mungkin. Terus menerus memperbaiki produk dapat menghasilkan pendapatan dan pangsa pasar yang besar.
5. Conformance Quality (Mutu Kesesuaian)
Pembeli mengharapkan mutu kesesuaian yang tinggi, sejauh mana semua unit yang diproduksi identic dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan.
6. Duability (Daya Tahan)
Daya tahan adalah suatu ukuran daya tahan produk yang diharapkan oleh konsumen pada masa pekerjaan dibawah keadaan yang biasa saja atau dalam keadaan tertekan.
7. Reability (Keandalan)
Pembeli biasanya akan membayar lebih untuk produk yang lebih handal. Keandalan adalah ukuran probabilitas bahwa produk tidak akan mengalami kerusakan atau gagal dalam jangka waktu tertentu.
8. Repairability (Perbaikan)
Perbaikan yang dimaksud disini adalah mengukur kemudahan dalam memperbaiki produk yang rusak atau gagal.
9. Style (Gaya)
Gaya menggambarkan tampilan produk dan perasaan untuk para pembeli. Hal ini menciptakan kekhasan yang sulit untuk diikuti oleh para pesaing.
2.5.2 Indikator Kualitas Produk
Menurut Mulyono (2010), dalam kualitas produk dikemukakan empat indikator, yaitu sebagai berikut:
1. Daya tahan produk
2. Tampilan produk yang dihasilkan
3. Tingkat kesesuaian produk yang dihasilkan 4. Kehandalan produk yang dihasilkan
2.6 Pembelian Impulsif
Menurut Utami (2010) pembelian impulsif atau sering disebut dengan pembelian tidak terencana merupakan bentuk lain dari pola pembelian konsumen yang tidak secara spesifik terencana.
Pembelian impulasif terjadi ketika konsumen memiliki keinginan yang kuat untuk membeli sesuatu secepatnya. Konsumen melakukan pembelian impulsif akan cenderung tidak pertimbangaan atas konsekuensinya.
Menurut japarianto (2014), Pembuatan keputusan dalam pembelian impulsif dipengaruhi oleh masalah kognisi dan afeksi dalam diri seseorang, di mana segi afeksi lebih mengemuka dibanding sisi kognisi yang ada yang lebih banyak dipengaruhi oleh stimuli eksternal berkaitan dengan faktor harga.
Pembelian impulsif terdiri dari dua elemen, yaitu:
1. Afektif yaitu proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada emosi, perasaan maupun suasana hati (mood). Proses ini memiliki tiga komponen, yaitu:
a. Irresistible Urge to Buy
suatu keadaan di mana (calon) konsumen memiliki keinginan yang instan, terus menerus dan begitu memaksa, sehingga (calon) konsumen tidak dapat menahan dirinya.
b. Positive Buying Emotion
suatu keadaaan di mana (calon) konsumen memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk memuaskan diri melalui pembelian impulsif.
c. Mood Management
suatu keadaan di mana muncul keinginan (calon) konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalui pembelian impulsif.
2. Kognitif, yaitu proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan penginter-pretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Cognitive Deliberation
suatu keadaan di mana (calon) konsumen merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya b. Unplanned Buying
suatu keadaan di mana (calon) konsumen tidak memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.
c. Disregard for the future
suatu keadaan di mana (calon) konsumen dalam melakukan pembelian impulsifnya tidak menghiraukan masa depan.
2.7 Kajian Penelitian Sejenis
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kajian Penellitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian 1 Dewi Aqliyah
(2017)
Analisis Pengaruh Kualitas Informasi, Harga dan kualitas Produk Terhadap Pembelian Impulsif dalam Belanja Online Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung Angkatan 2015)
Regresi Linier Berganda, Uji T dan Uji F
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan bahwa kualitas informasi tidak berpengaruh terhadap pembelian impulsif, harga berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif, kualitas produk tidak
berpengaruh terhadap pembelian impulsif, ketiga variabel secara simultan berpengaruh terhadap pembelian impulsif dan secara parsial dari ketiga variabel independen yang berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen hanya variabel harga yang berpengaruh positif.
2 Chiang-Kuo Tu, Kuan-Wei Wu, Chii-Huei Jean and Yue Huang (2017)
The Impact of Online Promotions on Online Impulsive Buying Behavior:
Mediating Effects of
Perceived Value, Positive Emotion, and Moderating Effects of Online Reviews
Regresi Linier Berganda, Uji T dan Uji F
Hasil analisa menunjukkan bahwa dampak promosi online pada perilaku pembelian impulsif online, dimediasi oleh nilai yang dirasakan dan emosi positif.
Melalui penelitian empiris, makalah ini menemukan bahwa kegiatan promosi online dapat secara positif mempengaruhi nilai persepsi konsumen, menarik
perhatian mereka, dan meningkatkan pembelian impulsif mereka.
3 Yunita Nurlatifah (2017)
Pengaruh Promosi dan Harga Terhadap Pembelian Impulsif Produk Bedak Bayi MYBABY di Indokids Bandung
Regresi Linier Berganda, Uji T dan Uji F
Hasil penelitian menunjukan bahwa promosi berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian impulsif ada produk bayi di Indo Kids dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian impulsif pada produk bayi di Indo Kids.
4 Hikmah (2020)
Pengaruh Harga, Promosi dan Kualitas Produk Terhadap Pembelian Impulsif di Kota Batam
Analisis Deskriptif, Analisis Linier Berganda
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap
pembelian impulsif produk mustika ratu di Kota Batam, promosi dan kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif produk mustika ratu di Kota Batam, harga, promosi dan kualitas produk secara simultan berpengaruh terhadap pembelian impulsif produk mustika ratu di Kota Batam
2.8. Pengaruh antar Variabel
2.8.1 Pengaruh Promosi, Harga dan Kualitas Produk terhadap Pembelian Impulsif
Hasil penelitian Aqliyah (2017) menyatakan bahwa hargaa berpengaruh terhadap pembelian impulsif. Penelitian Nurlatifah (2017) menyatakan bahwa harga dan promosi berpengaruh terhadap pembelian impulsif. Pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh kualitas produk dan promosi (Hikmah, 2020).
2.9. Kerangka Pemikiran
Dari beberapa penelitian terdahulu yaitu penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif Lenzun, James dan Decky (2014), Listiawati, Raden dan Tuti (2017) serta penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif dari penelitian (Hikmah, 2020).
peneliti membuat model penelitian seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Model Penelitian Sumber: 1.
Dewi Aqliyah (2017), 2.
Chiang-Kuo Tu, Kuan-Wei Wu, Chii-Huei Jean and Yue Huang (2017), 3.
Yunita Nurlatifah (2017), 4. Hikmah (2020),
2.10. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah sejumlah jawaban sementara suatu masalah penelitian, karena hipotesis masih merupakan jawaban sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh Promosi terhadap Pembelian Impulsif H2: Terdapat pengaruh Harga terhadap Pembelian Impulsif
H3: Terdapat pengaruh kualitas Produk terhadap Pembelian Impulsif
METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Menurut Sugiono (2017), objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu). Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah pengguna atau user marketplace Shopee di Kota Bekasi.
3.2 Data/Variabel yang Digunakan 3.2.1 Data
Penelitian imi menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang terstruktur yang diisi secara langsung oleh responden atau pengguna Shopee apapun baik yang pernah menggunakan maupun yang masih menggunakannya. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai pengaruh promosi, harga dan kualitas produk Shopee terhadap pembelian impulsif.
3.2.2 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel bebas (X) dan 1 variabel terikat (Y). Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas / Variabel Independen (X)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau variabel independen adalah Promosi (X1), Harga (X2), dan Kualitas Produk (X3).
2. Variabel Terikat / Variabel Dependen (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau variabel dependen adalah Pembelian Impulsif (Y1).
3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer
Data primer biasanya diperoleh dari survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data ordinal (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi oleh para responden. Menurut Sugiyono (2010) kuesioner merupakan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner online
menggunakan google form yang disebarkan kepada responden Shopee. Dengan menggunakan pengukuran skala likert sebagai skala pengukuran seperti di bawah ini:
SS = Sangat Setuju = 5
S = Setuju = 4
CS = Cukup Setuju = 3
TS = Tidak Setuju = 2 STS = Sangat Tidak Setuju = 1
Pengambilan data primer ini untuk diteliti dan untuk mengetahui pengaruh promosi, harga, kualitas produk, pembelian impulsif dan kepuasan. Data primer dalam penelitian ini bersumber dari pengguna atau user marketplace Shopee di Kota Bekasi.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan secara tidak langsung dari sumbernya.
Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data kemudian data dapat dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2010).
Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari studi pustaka berupa literatur yang terkait dan dari perusahaan maupun data eksternal yang di dapat dari buku, artikel, internet maupun jurnal yang terkait tentang pengaruh promosi, harga, kualitas produk, pembelian impulsif dan kepuasan.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel No Variabel
Penelitian Definisi Operasional Indikator 1 Promosi (X₁) Menurut Dharmamesta
dan Irawan (2010), promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengerahkan
seseorang atau
organisasi kepada
tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
1. Periklanan
2. Sign up Rebates (Cash back)
3. Hadiah
(lovelock dan Wirtz, 2011)
2 Harga (X₂) Menurut Kotler dan Amstrong (2012), harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas
1. Keterjangkauan harga produk
suatu barang atau jasa atau jumlah dari nilai uang yang ditukar konsumen atas manfaat- manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
3. Kesesuaian harga dengan manfaat produk
4. Daya saing harga (Kotler dan Keller, 2012) 3 Kualitas
Produk (X₃)
Menurut Kotler dan Keller (2012), kualitas
produk adalah
kemampuan suatu
barang untuk
memberikan hasil atau kinerja yan sesuai, bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan.
1. Kesesuaian spesifikasi 2. Daya tahan 3. Estetika 4. Keistimewaan
tambahan (Tjiptono, 2008)
4 Pembelian Impulsif (Y)
Menurut Utami (2010) pembelian impulsif atau sering disebut dengan pembelian tidak terencana merupakan bentuk lain dari pola pembelian konsumen yang tidak secara spesifik terencana
1. Impuls murni 2. Impuls saran 3. Impuls terencana 4. Impuls Pengingat (Utami, 2010)
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di marketplace Shopee di Kota Bekasi.
3.5.2 Sampel
Pengertian Sampel menurut Sugiyono (2010) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dari penelitian ini adalah pengguna atau user marketplace Shopee di Kota Bekasi.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling karena hanya akan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sehingga mereka dapat memberikan
n = 𝑍²
4𝑚𝑜𝑒²
jawaban yang dapat mendukung jalannya penelitian ini. Pada penelitian ini populasi yang diambil berukuran besar dan jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan jumlahnya tidak diketahui maka digunakan rumus Rao Purba (2012):
= (1.96)²
4(0.10)² = 3.8416
0.04 = 96.04 dibulatkan menjadi 97
Keterangan:
N = Jumlah sampel
Z = Tingkat keyakinan 95% maka nilai = 1,96 (table distribusi normal).
Moe = Margin of error atau kesalahan maksimum adalah 10%
Berdasarkan rumus diatas dapat diambil sampel minimum dari populasi yang banyak sebesar 97 orang responden. Untuk memudahkan penelitian maka jumlah sampel ditetapkan sebanyak 100 orang.
3.6 Uji Validitas dan Uji Reabilitas 3.6.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2013) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Bila peneliti melaporkan data yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada obyek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid. Tujuannya adalah untuk mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan).
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan bantuan program SPSS untuk pengujian validitas. Selain itu pengujian ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑛(𝛴𝑋𝑌) − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
√{𝑛𝛴𝑋2− (𝛴𝑋)2}{𝑛𝛴𝑌2− (𝛴𝑌)2} Keterangan:
N = Jumlah Responden Y = Skor Total
X = Skor per item pertanyaan
Kriteria pada pengujian validitas:
a. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid b. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid
3.6.2 Uji Reabilitas
Menurut Usman dan Akbar (2000), reabilitas adalah intrumen untuk mengukur ketepatan, keterandalan, konsistensi dan stabilitas terhadap alat ukur yang digunakan. Sementara Menurut Azwar (2009), reabilitas adalah sejuah mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Artinya data yang dikatakan reabilitas adalah alat ukur yang digunakan bias memberikan hasil yang sama walaupun digunakan berkali-kali oleh perneliti yang berbeda.
Dalam pengujian ini peneliti mengukur realibelnya suatu variable dengan cara melihat Cronbach Alpha dengan signifikan yang digunakan lebih besar dari 0.60. suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60. pada penelitian ini uji reabilitas akan diuji menggunakan SPSS, dimana reabilitas di uji jika semua item valid.
3.7 Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dpat diartikan sebagai rangkaian hubungan yang dibangun antara satu atau beberapa variabel independen, dan variabel- variabel tersebut berbentuk faktor atau konstruk yang dibangun dari beberapa indikator yang di observasi atau diukur langsung.
SEM dapat dideskripsikan sebagai suatu analisis yang menggabungkan pendekatan analisis faktor (factor analysis), model structural (structural model), dan analisis jalur (path analysis). Menurut Imam Ghazali (2011), SEM merupakan gabungan dari metode statistik yang terpisah yaitu analisis factor (factor analysis) serta model persamaan simultan (simultaneous equation modelling).
Dengan melihat kerangka pemikiran teoritis, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan model SEM (Structural Equation Modelling) atau model persamaan struktural dengan program AMOS.
3.7.1 Membuat Diagram Jalur
Menyusun diagram jalur dapat mempermudah dalam melihat hubungan yang terdapat dalam model. Model kerangka pemikiran teoritis sudah dibuat kemudian ditransformasikan dalam bentuk diagram jalur (path diagram) untuk menggambarkan hubungan kausalitas dengan variabel
eksogen (independen) dengan endogen (dependen). Pada path diagram di AMOS, terdapat dua macam variabel error, yaitu:
1. Measurement error
Setiap indikator selalu disertai dengan variabel error ini. Measurement error menyatakan bahwa setiap indikator tidak selalu tepat mengukur variabel yang di ukurnya (selalu akan ada kesalahan dalam pengukurannya).
2. Structural error
Setiap variabel endogen selalu disertai dengan variabel error ini. Structural error menunjukkan bahwa semua variabel eksogen tidak dapat menjelaskan semua hal yang ada pada variabel endogen (selalu akan ada kesalahan prediksi). Simbol-simbol yang digunakan untuk membuat path diagram dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Simbol-simbol Path Diagram
Simbol Keterangan
Variabel penelitian/konstruk Indikator/observed variable Variabel error
Hubungan kausal Hubungan korelasi
3.7.2 Mengevaluasi Asumsi SEM
Sebelum melakukan evaluasi kelayakan model terhadap penelitian, hasil estimasi perlu di evaluasi agar dapat memenuhi asumsi-asumsi untuk mengaplikasikan SEM. Berikut asumsi-asumsi dalam SEM yang perlu di evaluasi.
a. Ukuran Sampel
Ukuran sampel pada penelitian ini berjumlah 100 responden, karena analisis SEM akan efektif pada jumlah sampel antara 100-400.
b. Normalitas Data
Sebaran data analisis untuk melihat apakah asumsi normalitas data terpenuhi atau tidak sehingga dapat diolah lebih lanjut dalam permodelan SEM. Data terdistribusi dikatakan
normal pada tingkat signifikan 0,05 jika critical ratio CR skeweness (kemiringan) atau CR curtosius (keruncingan) tidak lebih dari 2,58 (Santoso, 2015).
3.7.3 Menguji Kelayakan Model Goodness of Fit
Menurut Ferdinand (2011) mengemukakan bahwa dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistic tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Sebuah model SEM dapat terdiri dari atas measurement model dan structural model dan tujuan utamanya adalah menguji apakah model tersebut fit dengan data yang ada.
1. Uji validitas Measurement Model
Measurement Model adalah bagian dari beberapa SEM yang terdiri atas sebuah variabel laten dan beberapa variabel manifest (indikator) yang menjelaskan variabel laten tersebut.
Tujuan pengujian adalah ingin mengetahui seberapa tepat variabel-variabel manifest tersebut dapat menjelaskan variabel laten yang ada.
Berikut adalah beberapa indeks kesesuaian dan untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah:
a. Chi Square Statistic (x2)
Chi-square statistic merupakan alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit. Chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan.
Karena bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel, maka statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lainnya. Pengukuran yang paling mendasar adalah Likehood ratio chi-square (X5) dimana semakin rendahnya nilainya maka semakin baik model tersebut dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p ≥ 0,05 atau p ≥ 0,01 Menurut Hulland et al, dalam Ferdinand (2005).
b. RMSEA
The Root Mean Square of Approximation (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model strategi dengan jumlah sampel besar. Program AMOS akan memberikan RMSEA dengan perintah \rmsea.
(Ferdinand, 2015).
c. GFI
Goodness of Fit Index (GFI) adalah ukuran nonstatistical yang mempunyai rentang nilai 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang semakin tinggi dalam indeks ini menunjukkan suatu better fit yang baik. Program AMOS akan memberikan nilai GFI dengan perintah \gfi.
d. AGFI
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan nilai GFI yang di adjust dengan degree of freedom yang tersedia. Tingkat penerimaan yang di rekomendasikan adalah jika AGFI menunjukkan nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90 (Hair et al, 1999: Hulland et al, 1996). Perlu diketahui baik GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat di interprestasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit (baik) sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
e. CMIN/DF
CMIN/DF adalah the minimum sample discrepancy function dibagi degree of freedom (CMIN/DF) tidak lain adalah statistic chi-square, X dibagi DF nya disebut X relatif. Bila nilai X relatif lebih kecil dari 2,0 atau 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam ferdinand 2002).
f. TLI
TLI (Tucker Lewis Index) merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang di uji terhadap sebuah baseline model, dimana sebuah model ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit. Program AMOS akan memberikan perintah \tli.
g. CFI
CFI (Comparative Fit Index). Besar index tidak dipengaruhi ukuran sampel karena sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan model. Dimana bila mendekati 1, mengidinkasi tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90. Dengan demikian indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam Tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3
Indeks Pengujian Kelayakan Model
No. Goodness of Fit Index Cut Off Value 1. Chi-Square Diharapkan kecil
2. Signifikansi ≥ 0,05
3. RMSEA ≤ 0,08
4. GFI ≥ 0,90
5. AGFI ≥ 0,90
6. CMIN/DF ≤ 2,00
7. TLI ≥ 0,95
8. CFI ≥ 0,90
Sumber: Ferdinand (2002)
2. Uji Validitas Structural Model
Menuju model structural bertujuan untuk mengetahui besarnya presentase variance setiap variabel endogen dalam model yang dijelaskan oleh variabel eksogen dengan melihat R-square yang tidak lain adalah nilai squarred multiple corellation. Selanjutnya, selain nilai R-square, evaluasi model structural juga dapat dilakukan dengan melihat signifikansi nilai probabilitas sebagai dasar menerima atau menolak hipotesis nol.
Signifikan atau tidaknya suatu hubungan antara konstruk dapat dilihat dari nilai kritis c.r yang diperoleh dari hasil estimasi. Jika nilai c.r lebih besar dari pada nilai kritisnya dengan signifikan p < 0,05 maka hipotesis yang dianjurkan diterima. Tetapi, apabila nilai c.r belum mencapai nilai kritisnya pada tingkat signifikansi p > 0,05 maka hipotesis yang dianjurkan tidak diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Aplikasi Shopee
Shopee pertama kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015. Shopee pertama kali dimulai sebagai pasar pelanggan untuk pelanggan tetapi telah beralih ke model hibrid pelanggan untuk pelanggan dan Bisnis untuk Pelanggan (B2C) semenjak meluncurkan Shopee Mall yang merupakan platform toko daring untuk distribusi brand ternama. Pada tahun 2017, platform Shopee mencatat 80 juta unduhan aplikasi dan lebih dari 180 juta produk aktif dari lebih dari empat juta wirausaha. Pada kuartal 4 2017, melaporkan nilai perdagangan bruto (GMV) sebesar US $1,6 miliar, naik 206 persen dari tahun sebelumnya. Shopee memiliki nilai total GMV di tahun 2018 sebanyak US $ 2,7 miliar, naik 153 persen dari tahun 2017.
Pada konsumen di Indonesia, survei yang dilakukan pada bulan Desember 2017 oleh TheAsianParent mengungkapkan bahwa “untuk ibu-ibu Indonesia, Shopee adalah platform belanja pilihan pertama (73%), diikuti oleh Tokopedia (54%), Lazada (51%) dan Instagram (50 %).
4.2 Analisis Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden dalam penelitian ini adalah identitas responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pendapatan dan lama pemakaian. Hasil analisis karakteristik responden, adalah sebagai berikut:
4.2.1 Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan kategori usia, responden dibagi menjadi beberapa rentang usia yang dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Usia Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
8%
92%
0%
Usia
<20 20-30 >30
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang berusia dibawah 20 tahun terdapat 8 responden (8%), lalu yang berusia 20 tahun adalah sebanyak 92 responden (92%) dan responden yang berusia > 30 tahun adalah sebanyak 0 responden (0%). Maka dapat disimpulkan bahwa pengguna E-Commerce Shopee didominasi oleh pelanggan berusia 20-30 tahun yang memiliki presentase sebesar 92%.
4.2.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden dibagi dalam dua kategori. Kedua kategori tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui, bahwa 74 responden (74%) adalah berjenis kelamin perempuan, sementara 26 responden (26%) adalah berjenis kelamin laki-laki. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 74%
4.2.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan yang sedang dijalani saat ini, responden dibagi menjadi beberapa karakteristik pekerjaan yang dapat dilihat pada gambar 4.3
26%
74%
Jenis Kelamin
Laki - Laki Perempuan
Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
Dari gambar 4.3 dijelaskan bahwa terdapat 84 responden (84%) yang memiliki profesi sebagai pelajar/mahasiswa, 8 responden (8%) berprofesi sebagai pegawai swasta, 2 responden (2%) memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri, 4 responden (4%) sebagai wiraswasta, dan 2 responden (2%) responden merupakan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria pekerjaan, didominasi oleh responden yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yang mempunyai persentase lebih dari setengah responden yang diteliti yaitu sebanyak (84%).
4.2.4 Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan / Uang Saku
Berdasarkan kategori pendapatan, responden dibagi menjadi beberapa karakteristik pendapatan yang dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Responden Berdasarkan Pendapatan Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
84%
8%2%4%2%
Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa Pegawai Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Dan lainnya
33% 53%
10%4%
Pendapatan Perbulan/ Uang Saku
< Rp.1.000.000 Rp.1.000.000 s/d Rp.2.000.000 Rp.2.000.000 s/d Rp.3.000.000 >Rp3.000.000
Dari gambar 4.4 dijelaskan bahwa responden yang memiliki pendapatan < Rp Rp.1.000.000,- sebanyak 53 responden (53%), lalu Rp.1.000.000,- sampai Rp.2.000.000,- sebanyak 33 responden (33%), responden yang memiliki pendapatan Rp.2.000.000,- sampai Rp.3.000.000,- sebanyak 10 responden (10%) sedangkan responden yang memiliki pendapatan
>Rp.3.000.000,- sebanyak 4 responden (4%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pendapatan < Rp.1.000.000. ,- sebanyak 53 %.
Analisis dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden. Karakteristik responden yang diamati dalam kuisioner ini adalah usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan pendapatan/uang saku.
Berdasarkan jumlah sebanyak 100 responden. Maka responden yang menggunakan aplikasi e- commerce Shopee dengan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh perempuan sebanyak 74 responden (74%), mayoritas perempuan lebih senang berbelanja melalui online, selain hemat waktu dan tenaga, hemat biaya, punya banyak varian barang dari toko lainnya serta tersedia banyak promo yang disediakan oleh penjualnya.
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan usia didominasi oleh usia 20-30 tahun sebanyak 92 responden (92%), karena telah mengetahui belanja online ini melalui media digital yang sudah tersebar. Sedangkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan didominasi pelajar/mahasiswa sebanyak 84 responden (84%), karena dengan belanja online mereka bisa memenuhi kebutuhannya serta gaya hidup yang sesuai dengan mereka pilih. Dan karakteristik berdasarkan pendapatan didominasi <Rp.1.000.000,- sebanyak 53 responden (53%).
4.3 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif variabel penelitian menggambarkan hasil penyebaran instrument penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 responden. Variabel penelitian terdiri dari lima variabel utama yaitu Promosi, Harga, Kualitas Produk, Pembelian Impulsif dan Kepuasan.
Hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada konsumen Shopee yang berlokasi di Kota Bekasi. Adapun skor yang diberikan pada setiap jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Skor Jawaban Alternatif Jawaban Skor SS = Sangat Setuju 5 S = Setuju 4 N = Netral 3 TS = Tidak Setuju 2
STS = Sangat Tidak
Setuju 1
Sumber : Data yang diolah 2020
Rating skala berfungsi untuk mengetahui hasil data kuesioner dan keseluruhan yang didapat dari penilaian kuesioner. Berdasarkan jumlah responden 100 orang, maka dapat ditentukan skala penilaian dari masing-masing variable berdasarkan nilai intervalnya sebagai berikut:
1. Nilai Tertinggi = Total Responden x Bobot Tertinggi
= 100 x 5 = 500
2. Nilai Terendah = Total Responden x Bobot Terendah
= 100 x 1 = 100
3. Jarak = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah
= 500 - 100 = 400
4. Interval = Jarak / Banyaknya Kelas
= 400 / 5= 80
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka rating skala dapat dibentuk dalam Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rating Skala
Sumber: Data yang diolah 2020
Penggolongan kategori tiap pernyataan dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil kuesioner dan persentase jumlah responden dapat dihitung sebagai berikut:
1. Frekuensi = Jumlah responden yang menjawab 2. Skor = Tingkat jawaban responden x frekuensi
Berikut hasil dari statistik deskriptif variabel penelitian terhadap kelima variabel dapat dilihat di bawah ini, yaitu:
Alternatif Jawaban Interval SS = Sangat Setuju 420 - 500 S = Setuju 340 - 419 N = Netral 260 - 239 TS = Tidak Setuju 180 - 259 STS = Sangat Tidak Setuju 100 - 179
4.3.1 Tanggapan Responden Promosi
Pada variabel kualitas pelayanan penulis menggunakan 5 pernyataan yang diberikan kepada tiap responden, Tabel 4.3 adalah hasil dari jawaban tiap pertanyaan untuk variabel promosi (X1).
Tabel 4.3
Tanggapan Respoden Mengenai Promosi
No Pernyataan Penilaian Skala Pengukuran
Tot Ket SS S N TS STS
1.
Tampila iklan Shopee menarik dan mudah diingat dalam memperkenalkan produknya.
Frekuensi Skor
43 215
46 184
1 3
10 20
0 0
100 422 S
2.
Shopee memberikan promo berupa Cashback
Frekuensi Skor
42 210
47 188
5 15
6 12
0 0
100 425 S
3.
Shopee memiliki banyak pilihan promosi yang ditawarkan
Frekuensi Skor
47 235
42 168
7 21
2 4
2 2
100 430 SS
4.
Adanya gratis biaya pengiriman tanpa minimal belanja setiap bulan di Shopee
Frekuensi Skor
39 195
50 200
5 15
6 12
0 0
100 422 S
5.
Adanya
pemberian promo melalui event tertentu di Shopee
Frekuensi Skor
38 190
51 204
6 18
5 10
0 0
100 422 S
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
Promosi sebagai berikut:
1. Pada peryataan X1.1 diperoleh hasil jumlah jawaban responden sebesar 422, yang artinya responden setuju bahwa tampilan iklan Shopee menarik dan mudah diingat dalam memperkenalkan produknya.
2. Pada pernyataan X1.2 diperoleh hasil jumlah jawaban responden sebesar 425 yang artinya responden setuju bahwa Shopee memberikan promo berupa cashback.