IX-1
PENGARUH PENAMBAHAN ABU KULIT KOPI TERHADAP KUAT TEKAN
DAN MODULUS ELASTISITAS BETON
I Gusti Ngurah Sasmitha1, I Ketut Sudarsana2, Anak Agung Gede Sutapa2 e-mail: ngurah.sasmitha@gmail.com
Abstrak : Pengaruh penambahan limbah seperti abu sekam padi dan abu terbang pada kuat tekan (f’c)
dan modulus elastisitas (E) beton telah dilakukan. Abu kulit kopi merupakan hasil pembakaran limbah kulit kopi pada proses penggilingan kopi. Jumlah benda uji silinder yang digunakan adalah tiga buah untuk setiap perlakuan tanpa pengulangan dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Komposisi campuran beton diperoleh berdasarkan rancangan campuran sesuai SNI 03-2834-2000 dengan target kuat tekan 25 MPa. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah PC dengan variasi penambahan abu kulit kopi : 5%, 10%, dan 15% terhadap berat semen. Perawatan beton dilakukan dengan cara perendaman. Pengujian f’c dan E dilakukan pada umur 28 dan 56 hari. Hasil penelitian menunjukan pada penambahan 10% abu kulit kopi terjadi peningkatan maksimum sebesar 11,54% pada umur uji 28 hari dan 16,67% pada umur uji 56 hari untuk f’c beton dibandingkan tanpa penambahan abu kulit kopi. Sedangkan nilai E pada penambahan yang sama diperoleh peningkatan sebesar 6,42% pada umur uji 28 hari dan 25,96% pada umur uji 56 hari dibandingkan tanpa penambahan abu kulit kopi. Pada penambahan 15% justru terjadi penurunan baik f’c dan E. Hubungan antara f’c dan E pada penelitian ini menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan hubungan yang terdapat pada SNI.
Kata kunci : abu kulit kopi, kuat tekan, modulus elastisitas
EFFECT OF ADDITIONING COFFE SKIN ASH ON COMPRESSION STRENGTH
AND ELASTIC MODULUS OF CONCRETE
Abstract : aditioning effect of waste like paddy ash and fly ash against compression strength (f’c) and
elastic modulus (E) has been studied. Coffe skin ash from burning waste skin coffe on coffe grinding process. The number of cylindrical specimen used is three pieces for each treatment without repetition with a diameter of 150 mm and height 300 mm. The composition of the concrete mixture is obtained by mix design in accordance with SNI 03-2834-2000 target of compression strength is 25 MPa. The cement used in this study is PC with variation of additioning coffe skin ash is: 5%, 10%, and 15% of cement weight. Concrete maintenance is by soaking. Testing of f’c and E performed at 28 and 56 days. Results showed the addition of 10% coffe skin ash increased to a maximum of 11,54% at the age of 28 days and 16,67% at the age of 56 days to test the concrete f'c than without the addition of coffe skin ash. While the value of E at the same additions obtained an increase of 6,42% at the age of 28 days and 25,96% at 56 days compared to the test without the addition of coffee skin ash. In addition 15% actually decreased both f'c and E. Relation between f’c and E in this study showed a lower value than the relationships contained in the SNI.
Keywords : Coffe skin ash, compression strength, elastic modulus
PENDAHULUAN
Penggunaan limbah pada pembuatan beton telah banyak diteliti. Abu sekam padi dan abu terbang merupakan limbah yang paling sering digunakan. Penambahan limbah ini dapat berfungsi sebagai filler jika ukuran partikel terendah yang dideteksi
berukuran 75μm (ASTM 115-96), maupun pozzolan
jika senyawa yang terkandung adalah silika dan alumina yang tidak memiliki sifat semen namun karena adanya air dan kalsium hidroksida pada semen dapat mengeras (SNI 15-0302-2004). Abu kulit kopi merupakan hasil pembakaran kulit kopi limbah hasil penggilingan biji kopi, limbah ini jumlahnya sangat banyak di Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali, Namun pemanfaatannya sangat terbatas. Selain kuat tekan beton, modulus elastisitas
merupakan parameter yang diperlukan dalam menentukan kualitas beton. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh bahan pembentuk beton sendiri. Modulus elastisitas beton dapat ditentukan nilainya
berdasarkan persamaan linear dengan f’c sebagai
parameter penentu tanpa memperhatikan material pembentuk, jenis semen dan bahan tambahan yang digunakan pada beton tersebut (03-2847-2002). Dikarenakan adanya penambahan abu kulit kopi yang pada penelitian ini permasalahan yang kemudian tibul adalah sejauh mana pengaruh penambahan abu kulit kopi terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton yang dihasilkan.
IX-2
MATERI DAN METODE
Materi
Pada penelitian ini digunakan bahan pembentuk yang sama seperti beton normal yaitu air, semen, agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus yang digunakan berasal dari Karangasem dan masuk dalam batas zone 2. Agregat kasar yang digunakan merupakan batu pecah dengan ukuran maksimum butir adalah 20 mm. Air yang digunakan berasal dari PDAM yang terdapat di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana. Untuk perekat digunakan semen PC. Abu kulit kopi yang digunakan sebagai bahan tambahan merupakan hasil pembakaran kulit kopi pada suhu 900oC selama
12 jam dengan ukuran partikel yang tembus ayakan
no. 200 (75μm), kandungan unsur yang terkandung
dalam abu kulit kopi diperoleh berdasarkan metode Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) di laboratorium Kimia Analitik, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali. Dari unsur tersebut kemudian dilakukan pendekatan dengan metode perbandingan massa atom relatif dan massa molekul relatif untuk memperoleh persentase senyawa yang terkandung (Tabel 1)
Tabel 1. Persentase senyawa abu kulit kopi
Senyawa
Persentase
CaO
39,392
SiO2
0,649
Al2O3
3,373
Fe2O3
2,075
Mg2O3
8,764
Senyawa lain
45,747
Sifat fisik dari bahan pembentuk beton yang digunakan pada penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 2. Gradasi agregat yang digunakan sesuai dengan SNI 03-2834-2000 ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Metode
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Jumlah benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga buah untuk setiap variasi penambahan abu kulit. Perbandingan bahan pembentuk beton diperoleh dengan rancangan campuran yang sesuai dengan SNI 03-2843-2000 dengan target kekuatan 25 MPa dan Fas 0,5. Sebelum dicampur, agregat halus dan agregat kasar dikondisikan Saturated Surface Dry (SSD) untuk mencegah terjadinya penyerapan air oleh agregat.
Pencampuran dilakukan dengan bantuan mesin pencampur dan pemadatan dilakukan dengan bantuan meja penggetar. Benda uji yang telah dicetak dibiarkan selama 24 jam sebelum akhirnya cetakan benda uji dibuka. Perawatan beton dilakukan dengan perendaman. Pengujian dilakukan setelah beton berumur 28 dan 56 hari dengan tiga buah benda uji untuk masing-masing variasi penambahan abu kulit kopi, pengujian perpendekan beton akibat beban tekan dilakukan dengan alat dial gauge (Gambar 3).
Gambar 3. Proses pengukuran perpendekan beton
Untuk dapat membuat kurva hubungan regangan dan tegangan, pencatatan perpendekan beton dilakukan setiap peningkatan beban 20 KN hingga mencapai beban batas. Dari kurva tegangan dan regangan yang diperoleh, kemudian dihitung nilai modulus elastisitas beton (E) untuk setiap perlakuan dengan menggunakan rumusan dari ASTM 469-95 sebagai berikut:
�
�=
� −0,00005� −�Dimana :
Ec : modulus elastisitas beton
S2 : 40% dari tegangan batas (MPa)
S1 : tegangan pada saat regangan 0,00005 (MPa) ε2 : regangan longitudinal akibat tegangan S2
Berdasarkan data Ec dan kuat tekan yang diperoleh dari berbagai variasi penambahan serta umur uji kemudian dilakukan analisis regresi untuk
mendapatkan hubungan Ec dan f’c. dalam analisis
IX-3
Tabel 2. Sifat fisik bahan pembentuk beton
Sifat Fisik Bahan Pembentuk Beton
Agregat Halus Agregat Kasar PC Abu Kulit Kopi Berat Satuan (Kg/m3) 1460 1435 1293 425
Gambar 1 Gradasi agregat halus Gambar 2 Gradasi agregat halus
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penurunan nilai slump yang terjadi akibat penambahan abu kulit kopi ditampilkan pada Tabel 3. Sedangkan nilai dari kuat tekan dan
modulus elastisitas untuk setiap variasi penambahan abu kulit kopi dan umur uji diberikan pada Tabel 4.
Tabel 3 Nilai slump beton untuk berbagai persentase abu kulit kopi
Persentase abu
kulit kopi Pencampuran
IX-4
Tabel 4 Kuat tekan dan modulus elastisitas beton untuk setiap variasi penambahan dan umur uji beton Persentase
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa terjadi penurunan dari nilai slump akibat penambahan abu kulit kopi. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kuat tekan dan modulus elastisitas meningkat dengan penambahan 5% dan 10% baik dalam umur uji 28 dan 56 hari jika dibandingkan dengan tanpa penambahan abu kulit kopi. Sedangkan pada penambahan abu kulit kopi sebesar 15% justru terjadi penurunan kuat tekan dan modulus elastisitas dibandingkan dengan tanpa penambahan abu kulit kopi. Namun demikian, untuk persentase penambahan yang sama, beton dengan umur uji 56 hari menghasilkan kuat tekan dan modulus elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan pada umur uji 28 hari.
Hubungan antara Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas
Berdasarkan data kuat tekan dan modulus elastisitas yang diperoleh, kemudian di plot kedalam diagram pencar untuk melihat kecenderungan hubungan antara kedua parameter kualitas beton tersebut yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Hubungan kuat tekan dengan modulus elastisitas berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian
Dari Gambar 3 terlihat bahwa kecenderungan hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas dari penelitian adalah linear, hal ini sesuai dengan rumusan empiris yang terdapat pada SNI 03-2847-2002. Kemudian dianalisis dengan pendekatan linear tanpa konstanta antara akar
kuadrat kuat tekan beton √�′� dengan modulus elastisitas beton (E) untuk memperoleh hubungan yang sesuai dengan penelitian ini. Persamaan yang diperoleh berdasarkan √�′� dan E pada penelitian ini adalah = , 9 √�′� .
Pembahasan
Kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 yang
kurang dari syarat minimum 70% berdasarkan ASTM 618 menyebabkan abu kulit kopi tidak dapat dimasukkan dalam ketiga kelas yang terdapat dalam aturan tersebut. Namun, jika dilihat dari kandungan CaO yang terdapat pada abu kulit kopi tersebut abu kulit kopi dapat diklasifikasikan dalam kelas C pada ASTM 618. Sehingga dalam penelitian ini abu kulit kopi bertindak sebagai filler karena ukuran partikel yang digunakan hanya yang melalui ayakan no.
200 (75 μm) sesuai dengan batas deteksi terendah
berdasarkan ASTM 115-96.
Kuat tekan dan modulus elastisitas menigkat pada penambahan abu kulit kopi 5% dan 10%, namun penurunan terjadi pada kuat tekan dan modulus elastisitas pada penambahan 15% abu kulit kopi. Penurunan kuat tekan dan modulus elastisitas ini terjadi karena kandungan CaO pada abu kulit kopi cukup tinggi. CaO yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya panas hidrasi serta menyebabkan terjadinya susut sehingga terbentuk retak pada beton. Dengan terjadinya retak, kepadatan yang dimiliki oleh beton tersebut akan berkurang, akibatnya kemampuan beton untuk menahan beban desak berkurang (Bustnes ,2004).
Penurunan nilai slump terjadi akibat abu kulit kopi yang menyerap air pada campuran beton. Untuk mempertahankan nilai slump dilakukan penambahan air. Penambahan air mengakibatkan rasio berat air dan semen (faktor air semen) dari beton yang telah direncanakan bertambah. Bertambahnya nilai faktor air semen ini juga berakibat pada terbentuknya pori di dalam beton yang dapat mengurangi kepadatan beton sehingga kemampuannya dalam menahan beban desak dan perpendekan beton berkurang (Salain, 2006).
IX-5
Hubungan kuat tekan dengan modulus elastisitas pada penelitian ini menunjukkan nilai yang linear. Persamaan yang diperoleh untuk menggambarkan hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas adalah � = , 9 √�′�. Persamaan ini jauh lebih rendah dari hubungan empiris yang terdapat pada SNI yaitu =
00 √�′� , hal ini terjadi dapat disebabkan oleh
jumlah benda uji yang terbatas maupun perbedaan antara metode serta alat uji yang digunakan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kuat tekan dan modulus elastisitas mencapai nilai tertinggi pada penambahan 10% abu kulit kopi baik pada umur uji 28 dan 56 hari.
Pada penambahan 15% abu kulit kopi terjadi penurunan baik kuat tekan maupun modulus elastisitas akibat tingginya kandungan CaO yang cukup tinggi serta terbentunya pori akibat meningkatnya faktor air semen.
Abu kulit kopi dalam penelitian ini bertindak sebagai filler jika dilihat dari ukuran partikel yang digunakan.
Hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hubungan yang terdapat pada SNI
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai jumlah senyawa kimia kulit kopi dengan metode yang berbeda.
Perlu dilakukan penelitian mengenai abu kulit kopi sebagai bahan pengganti sebagian semen.
Perlu dilakukan penelitian kuat tekan dan modulus elastisitas beton pada umur lebih dari 56 hari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan baik tenaga maupun moril yang telah diberikan semua pihak yang ikut terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, J. J. and Nenvile, A. M. 1987. Concrete Technology. Longman Group, UK, London. Murdock, L. J., Brooks, K. M., (Terjemahan
Stepanus Hindarto). 1999. Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Husaini, U. (1995). Pengantar Statistik, Bu-mi Aksara Jakarta, Jakarta.
Salain, I M. A. Karyawan. 2006. Hubungan Antara Modulus Elastisitas Dengan Kuat Tekan Pada Beton yang Dibuat Dengan Menggunakan Semen Portland-Pozzolan Maupun Semen Portland Tipe I. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Vol. 10, No. 1, Januari 2006.
Anonimous. 1992. ASTM C-618-92a fineness of portland cement. ASTM, America.
Anonimus. 1995. SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Badan Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Bustnes, Moosberg, H. 2004. Steel Slag As Filler Material In Concrete. Swedish Cement and Concrete research Institute, Sweden.
LAMPIRAN
Gambar 4 Proses pencampuran beton
Gambar 5 Proses pengujian slump