• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat, dan sejalan dengan itu kata dan kalimat berubah terus, maka dengan sendirinya maknanya pun berubah. Perubahan makna yang terjadi meliputi: pelemahan, pembatasan, penggantian, perluasan, dan juga kekaburan makna (Pateda, 2001:158-159).

Salah satu contoh kasus bahasa yang mengalami perubahan makna adalah idiom karena makna unsur-unsur dari idiom sering menjadi kabur (Pateda, 2001:230).

Idiom adalah bahasa yang telah teradatkan, artinya, bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya (Badudu, 1989:47). Sementara menurut Harimurti Kridalaksana, idiom diartikan sebagai konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya (1983:62-63).

Definisi idiom dalam buku Kan’youku no Imi to Youhou ‘Arti dan Cara Penggunaan Idiom’ adalah sebuah bentuk kombinasi atau pasangan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang kombinasinya relatif ketat, yang keseluruhannya membentuk satu makna yang telah ditetapkan menjadi pemahaman umum (Miyaji, 1982:238). Sementara, di dalam Koujien (Kamus

(2)

Koujien) pengertian idiom adalah dua kata atau lebih yang digabungkan atau

dipakai secara tepat, gabungan kata tersebut mengungkapkan suatu makna yang tetap (Shinmura, 1976: 508, via Pramasti, 2003:2).

Contoh idiom bahasa Jepang yang muncul dalam komik, film animasi, dan percakapan sehari-hari adalah idiom yang menggunakan bagian tubuh hara, misalnya hara ga hetta, hara ga tatsu, dan lain-lain. Berdasarkan

angket yang disebar kepada orang Jepang, idiom yang menggunakan leksem hara yang paling sering digunakan adalah idiom hara ga tatsu. Dilihat dari

unsur kata pembentuknya, idiom ini menggunakan nama bagian tubuh hara

‘perut’. Idiom yang demikian disebut dengan istilah shintaigoi no kan’yooku (idiom yang menggunakan nama bagian tubuh), atau ada yang menyebutnya sebagai shintaigoi ni yoru hyougen (ungkapan yang berdasarkan nama bagian tubuh).

Seperti pada contoh hara ga tatsu di bawah ini:

(15) Omoeba kare ni wa hara ga tatsu koto bakari sareta.

(SYO:8)

Secara leksikal, hara berarti perut dan tatsu berarti tegak. Ungkapan hara ga tatsu di atas tidak diterjemahkan menjadi ‘perut tegak’ karena

ungkapan tersebut merupakan idiom. Menurut Umesao Tadao, ungkapan hara ga tatsu memiliki makna ‘marah’; ‘jengkel’ (Umesao, 1989:1590). Jadi, terjemahan yang benar dari kalimat (15) adalah ‘kalau dipikir, aku selalu dibuat marah oleh dia’.

(3)

Namun, sulit diketahui bagaimanakah penggunaan idiom hara ga tatsu, yang meliputi oleh siapa kalimat atau tuturan itu dikatakan, kepada siapa tuturan itu ditujukan, pada keadaan seperti apa tuturan itu diucapkan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan kajian tindak tutur untuk mengetahui penggunaan idiom tersebut di dalam tuturan. Selain itu, dengan penelitian ini, diharapkan dapat membantu pemahaman penggunaan idiom hara ga tatsu secara tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

a. Bagaimanakah penggunaan idiom hara ga tatsu berdasarkan teori tindak tutur dan aspek-aspek situasi ujar?

b. Faktor apakah yang mempengaruhi penggunaan idiom hara ga tatsu?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan penggunaan idiom hara ga tatsu berdasarkan teori tindak tutur dan aspek-aspek situasi ujar.

b. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi penggunaan idiom hara ga tatsu.

(4)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Suzuki (1990:155, via Pramasti, 2003:7) menyebutkan bahwa nama bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai pembentuk idiom berjumlah sekitar 50 kata, yang antara lain adalah atama ‘kepala; mimi ‘telinga’; kao

‘muka/wajah; me ‘mata’; kuchi ‘mulut’; te ‘tangan, ashi ‘kaki’; dan lain sebagainya. Akan tetapi, penelitian ini dibatasi hanya pada idiom hara ga tatsu. Selain karena idiom ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari,

alasan lain pembatasan ini adalah untuk memberikan perhatian khusus pada jenis idiom ini secara lengkap dan rinci.

Idiom yang menjadi objek penelitian ini adalah hara ga tatsu. Alasan dipilihnya idiom ini sebagai objek penelitian adalah karena berdasarkan angket yang disebarkan ke orang Jepang, idiom yang menggunakan leksem hara yang paling sering digunakan adalah hara ga tatsu.

1.5 Landasan Teori

Sebagai karya tulis ilmiah, tentunya penelitian ini mempunyai teori- teori yang menjadi dasar penelitian. Pada bab ini, teori-teori yang mendasari penelitian ini hanya dijelaskan secara singkat. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada bab II. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya teori pragmatik, teori tindak tutur, pengertian idiom, teori seputar idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh, dan medan makna dari leksem hara.

(5)

Dalam buku Dasar-dasar Pragmatik, Wijana mendefinisikan istilah pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (1996:1). Sedangkan menurut George Yule dalam buku Pragmatik, pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).

Dalam buku Prinsip-prinsip Pragmatik (1993:19-22), Leech menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Leech juga menyebutkan bahwa situasi ujar dalam pragmatik memiliki kriteria atau aspek yang membedakan fenomena pragmatik dengan fenomena semantik. Aspek-aspek tersebut adalah penutur dan petutur (lawan tutur), konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur- struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan- tindakan melalui tuturan-tuturan. Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan disebut tindak tutur (Yule, 2006:81-82).

Dalam buku Kajian Tindak Tutur, dituliskan bahwa Austin berpendapat sebagian ujaran atau tuturan bukan hanya merupakan pernyataan atau pertanyaan tentang informasi tertentu, tetapi ujaran itu juga merupakan tindakan (Ibrahim, 1993:106).

(6)

Dalam Kamus Linguistik (1983:62-63), Harimurti Kridalaksana menyebutkan bahwa idiom adalah:

i) a. Konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain; b.

Konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota- anggotanya; ii) Bahasa atau dialek yang khas menandai suatu bangsa, suku, kelompok, dan lain-lain.

Dalam bahasa Jepang, idiom disebut dengan kan’youku. Kan’youku atau idiom adalah sebuah bentuk kombinasi atau pasangan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang kombinasinya relatif ketat, yang keseluruhannya membentuk satu makna yang telah ditetapkan dan menjadi pemahaman umum (Miyaji, 1982:238).

Miyaji Yutaka membedakan idiom menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis katanya, perbendaharaan katanya, dan bentuknya. Berdasarkan perbendaharaan katanya, idiom dibedakan menjadi kan’gogoi no kan’youku (idiom yang diambil dari bahasa Cina), yougogoi no kan’youku (idiom yang diambil dari bahasa barat), shinjogoi no kan’youku (idiom yang menggunakan perasaan), dan shintaigoi no kan’youku (idiom yang menggunakan nama bagian tubuh).

Sedangkan leksem hara sendiri memiliki beberapa makna menurut beberapa linguis. Namun, dapat disimpulkan bahwa leksem hara mempunyai dua arti. Pertama, hara diartikan secara fisik, misalnya letaknya, tempat tersimpannya organ dalam seperti lambung dan usus, rahim, dan lain-lain.

Kedua, hara juga berarti hati atau pikiran.

(7)

1.6 Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan penelitian ini, tentunya tidak bisa lepas dari tulisan atau penelitian yang sudah ada. Berikut adalah tulisan atau penelitian yang menjadi tinjauan penulis dalam melakukan penelitian ini.

Miyaji Yutaka, dalam buku Kan’youku no Imi to Youhou, membedakan idiom menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis katanya, perbendaharaan katanya, dan bentuknya. Pembagian idiom berdasarkan perbendaharaan katanya salah satunya adalah shintaigoi no kan’youku (idiom yang menggunakan nama bagian tubuh). Ciri khas idiom yang menggunakan nama bagian tubuh adalah penggunaan nama-nama bagian tubuh sebagai salah satu kata dalam pembentukannya. Hampir semua nama bagian tubuh (manusia) dapat digunakan untuk membentuk idiom. Akan tetapi, Miyaji menambahkan bahwa yang lebih banyak digunakan adalah nama-nama bagian tubuh yang secara jelas terlihat dari luar dan berhubungan langsung dengan dunia luar. Hal tersebut disebabkan adanya asumsi bahwa kerja bagian-bagian tubuh tersebut juga terlihat langsung dari luar, sehingga dalam ungkapan pengiasan lebih mudah untuk mengungkapkan atau menegaskan suatu hal (1982:247).

Dalam buku Nihon’go no Goi to Hyougen, Suzuki Takao (via Pramasti, 2003:9) menyatakan bahwa idiom yang menggunakan nama bagian tubuh merupakan suatu ungkapan yang tidak hanya menunjuk secara langsung keadaan atau kerja bagian tersebut, tetapi secara tidak langsung juga mengiaskan keadaan atau aktivitas yang terdapat dalam jiwa manusia

(8)

(1990:155). Ciri khasnya adalah bahwa idiom ini tidak berhenti hanya memberikan gambaran secara nyata tentang keadaan atau peristiwa yang bersifat formal ataupun fungsional, tetapi secara langsung mengungkapkan suatu hal yang menyebabkan keadaan atau peristiwa tersebut (1990:156, via Pramasti, 2003:9).

Kemudian ada beberapa skripsi yang meneliti idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh. Yang pertama adalah Maria Magdalena Pramasti (2003) yang menulis “Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Kepala”. Pramasti meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh kepala berdasarkan struktur sintaksisnya, keterkaitan antara makna leksikal dengan makna kiasannya, serta mengklarifikasi idiom berdasarkan situasi, hal, atau keadaan yang digunakan pada masing-masing idiom.

Ita Fitriana (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Tangan” meneliti idiom- idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh tangan berdasarkan struktur sintaksisnya, keterkaitan antara makna leksikal dengan makna kiasannya, serta mengklarifikasi idiom berdasarkan situasi, hal, atau keadaan yang digunakan pada masing-masing idiom.

Sedangkan Galih Dhiah Noviyanti (2011) menulis “Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Mata”. Noviyanti meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh mata

(9)

berdasarkan struktur sintaksisnya dan keterkaitan antara makna gramatikal dengan makna kiasannya.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, objek yang diteliti dalam penelitian ini idiom hara ga tatsu. Selain objek yang diteliti, perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mendeskripsikan penggunaan idiom hara ga tatsu dengan analisis pragmatik. Sejauh pengamatan penulis sampai saat penelitian ini dilakukan, kajian pragmatik tentang idiom hara ga tatsu secara khusus, terperinci, dan mendalam belum pernah dilakukan. Selain itu, penelitian ini juga perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah penggunaan idiom hara ga tatsu yang tepat.

1.7 Metode dan Tahap Penelitian

Menurut Sudaryanto dalam buku Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap, analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (1993:5-8). Tahap pertama dilakukan dengan metode pustaka. Data penelitian ini diambil dari novel-novel yang terdapat pada situs Shousetsuka ni Narou (syosetu.com).

Data penelitian ini berupa kalimat atau tuturan yang mengandung idiom hara ga tatsu. Data penelitian ini berjumlah 20 kalimat yang diambil dari 12 judul novel dan data-data tersebut sudah diperiksa kevaliditasannya oleh penutur asli.

(10)

Tahap kedua, yaitu analisis, dilakukan dengan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Data- data yang sudah tersedia kemudian secara pragmatis dianalisis berdasarkan aspek-aspek situasi ujar, kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis dan kategori tindak tutur.

Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data. Tahap ini merupakan upaya dari penulis untuk menampilkan apa yang telah dihasilkan dari kerja analisis dalam wujud laporan tertulis (Sudaryanto,1993:7).

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode dan tahap penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II merupakan landasan teori mengenai pragmatik, teori tindak tutur pengertian idiom, idiom yang menggunakan nama bagian tubuh sebagai ungkapan pengiasan, medan makna leksem hara, dan pengertian idiom hara ga tatsu. Bab III merupakan analisis data. Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut: 1) bagi mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai calon guru hendaknya menjadikan

Potensi Kulit Buah Manggis ( Garcinia mangostana L.) yang dicampur dalam Pakan untuk Meningkatkan Ketahanan Tubuh dan Kelulushidupan Ikan Lele Dumbo ( Clarias

Misalnya daya pisah sebuah teleskop adalah 2”, artinya teleskop tersebut bisa melihat dua benda yang jarak pisahnya minimal 2”, jika ada dua benda dengan jarak pisah

matian, secara statistik dapat dilihat bahwa kandungan asam oksalat pada sayur bayam yang didiamkan selama 2 jam sudah memiliki perbedaan yang bermakna dengan kadar

Pada gambar 4.21 hasil jawaban siswa kode 78 soal nomor 7, pada lembar jawaban siswa menuliskan himpunan yang diketahui sehingga diberi skor 2 untuk

Perkembangan internet juga berdampak pada beberapa perusahaan penerbitan majalah untuk mengikuti aliran zaman sehingga para penerbit memutuskan untuk menerbitkan majalah mereka di

Berdasarkan penelitian dan analisa pada perlindungan hukum bagi penyidik Polri yang menjadi korban saat melaksanakan tugas dari perspektif hak azasi manusia dan

Jika peserta memilih lebih dari satu jawaban untuk satu soal, maka jawaban tersebut akan dinilai SALAH.. Notasi algoritma pada bagian algoritmika menggunakan pseudopascal yang