• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 478/Kpts -II/1994 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 478/Kpts -II/1994 TENTANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 478/Kpts -II/1994

TENTANG

PERPANJANGAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY YANG DIBERIKAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR. 370/KPTS/UM/7/1970

TANGGAL 17 JULI 1970 JO KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR. 396/KPTS/UM/6/1978 TANGGAL 20 JUNI 1978

MENTERI KEHUTANAN,

Membaca : 1. Surat Permohonan PT. TELAGA M AS KALIMANTAN COMPANY No.

184/TMK/XII/1990 tanggal 8 Desember 1990 untuk mendapatkan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur;

2. Akta No. 14 tanggal 23 Desember 1969 tentang Pendirian Perseroan Terbatas PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY yang dibuat dihadapan EMMA HARAHAP Notaris di Jakarta yang disahkan oleh Menteri Kehakiman tanggal 15 Juni 1970 No. J.A.5/79/4, beserta perubahan-perubahannya dan terakhir diubah dengan Akte No. 57 tanggal 20 Agustus 1992 yang dibuat dihadapan ADI GUNAWAN, SH, Notaris di Balikpapan.

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Trilogi Pembangunan, pembangunan dan hasil-hasilnya harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata;

b. bahwa hutan produksi sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui mempunyai potensi ekonomi, perlu dimanfaatkan secara lestari bagi kepentingan pembangunan ekonomi nasional;

c. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam hutan produksi tersebut diatas kepada PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 370/Kpts/Um/7/1970 tanggal 17 Juli 1970 jo Keputusan Menteri Pertanian No. 396/Kpts/Um/6/1978 tanggal 20 Juni 1978 telah diberikan Hak Pengusahaan Hutan yang ter letak di Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur, yang telah berakhir pada tanggal 17 Juli 1990;

d. bahwa PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY dinilai telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, sehingga kepadanya dapat diberikan Hak Pengusahaan Hutan atas areal hutan tersebut.

Mengingat : 1. Undang -undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 33;

2. Undang -undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

3. Undang -undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan;

4. Undang -undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970;

5. Undang -undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Poko k Pengelolaan Lingkungan Hidup;

(2)

2

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970, tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1975;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan hutan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan;

12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1975, tentang Kebijaksanaan di bidang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan;

13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 1993;

14. Keputusan Pre siden Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang Dana Reboisasi, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia N o. 40 Tahun 1993;

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pengenaan, Pemungutan dan Pembagian Iuran Hasil hutan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993;

16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M Tahun 1993, tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI;

17. Keputusan Menteri Kehutanan No. 269/Kpts-II/89 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Permohonan Hak Pengusahaan Hutan dan Perpanjangan Hak Pengusahaan Hutan jo. Keputusan Menteri Kehutanan No. 204/Kpts-II/1990;

18. Keputusan Menteri Kehutanan No. 274/Kpts-II/1989 tentang Kewajiban Pemegang Hak Pengusahaan Hutan untuk membuat Rencana Karya Pengusahaan Hutan yang meliputi jangka waktu Pengusahaan Hutan;

19. Keputusan Menteri Kehutanan No. 23/Kpts -II/1994 tentang Perpanjangan Hak Pengusahaan Hutan;

20. Keputusan Menteri Kehutanan No. 218/Kpts-II/1994 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan Pembangunan Kehutanan.

Memperhatikan : a. Pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur No.

522.11/5017/Tan-Prod tanggal 1 April 1989.

b. Persetujuan Prinsip Perpanjangan Hak Pengusahaan Hutan atas nama PT.

TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY sesuai surat Menteri Kehutanan No.

393/Menhut -IV/93 tanggal 27 Februari 1993.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : Memberikan perpanjangan Hak Pengusahaan Hutan kepada PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY atas areal hutan yang terletak di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut :

PERTAMA : (1). Luas areal Hak Pengusahaan Hutan tersebut adalah seluas 124.675 (seratus dua puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh lima) hektar yang lokasinya terletak pada kelompok hutan Sungai Kondilo -Sungai Kesungai yang dilukiskan pada peta terlampir.

(2). Luas dan letak definitif areal Hak Pengusahaan Hutan tersebut diatas ditetapkan oleh Departemen Kehutanan setelah dilaksanakan pengukuran dan penataan batas di lapangan.

(3)

3

KEDUA : PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan , harus memenuhi kewajiban sebagai berikut :

1. Membayar Iuran dan Kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2. Melaksanakan pengusahaan hutan dengan kemampuan sendiri, meliputi kegiatan-kegiatan penebangan kayu, penanaman/permudaan dan pemeliharaan hutan, perlindungan/pengamanan, pengolahan dan pemasaran sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan menurut ketentuan -ketentuan yang berlaku serta berdasarkan azas manfaat azas kelestarian dan

3. Membangun sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan hutan;

4. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas industri pengolahan kayu yang dimiliki dengan usaha mengembangkan industri hilir perkayuan;

5. Mematuhi dan memberikan bantuan kepada para petugas yang oleh Menteri Kehutanan diberi wewenang untuk mengadakan bimbingan, pembinaan dan pengawasan, penelitian dan pengembangan hutan, hasil hutan dan penyuluhan, bimbingan dan pembinaan pada masyarakat didalam dan atau diluar areal Hak Pengusahaan Hutan;

6. Bertanggung jawab terhadap perlindungan dan keamanan hutan yang menjadi areal Hak Pengusahaan Hutannya;

7. Membantu peningkatan taraf hidup masyarakat yang ada di dalam atau di sekitar areal Hak Pengusahaan Hutannya serta pembangunan daerah setempat;

KETIGA : PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan tersebut diatas terikat oleh ketentuan -ketentuan sebagai berikut :

1. Hak Pengusahaan Hutan ini tidak dapat dipindahtangankan ke pada pihak lain tanpa persetujuan Menteri Kehutanan.

2. Memenuhi ketentuan yang tercantum dalam lampiran Keputusan ini dan peraturan perundangan yang berlaku bagi pengusahaan hutan.

KEEMPAT : 1. Setiap 5 (lima) tahun sekali HPH ini akan ditinjau kembali oleh Departemen Kehutanan untuk mengetahui kemampuan pengelolaan areal Hak Pengusahaan Hutan.

2. Apabila Pemegang Hak Pengusahaan Hutan ternyata tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana tersebut pada diktum Kedua dan Ketiga, dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pemberian RKT dan JPT serta kegiatan pembinaan hutan melalui TPTI dan lain sebagainya per tahun disesuaikan dengan rencana yang telah dituangkan dalam Rencana Karya Pengusahaan Hutan yang meliputi seluruh jangka waktu Pengusahaan Hutan (RKPH) yang telah disetujui Menteri Kehutanan.

KELIMA : Keputusan Hak Pengusahaan Hutan beserta lampiran-lampirannya berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung tanggal 17 Juli 1990 untuk jangka waktu 20 (dua puluh ) tahun dan berakhir tanggal 16 Juli 2010, kecuali apabila sebelumnya diserahkan kembali oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan yang bersangkutan atau dicabut oleh Menteri Kehutanan .

(4)

4

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 25 Oktober 1994 Salinan Sesuai Aslinya MENTERI KEHUTANAN Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Ttd

KAMDIYA ADISOESANTO, SH DJAMALUDIN SURYOHADIKUSUMO NIP. 080016611

Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. :

1. Sdr. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan;

2. Sdr. Menteri Dalam Negeri;

3. Sdr. Menteri Keuangan;

4. Sdr. Menteri Tenaga Kerja;

5. Sdr. Menteri Pertambangan dan Energi;

6. Sdr. Menteri Perdagangan;

7. Sdr. Menteri Perindustrian;

8. Sdr. Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan;

9. Sdr. Menteri Negara Agraria/Kepala BPN;

10. Sdr. Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua BKPM ; 11. Sdr. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan;

12. Sdr. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan:

13. Sdr. Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan;

14. Sdr. Direktur Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan;

15. Sdr. Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan;

16. Sdr. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam;

17. Sdr. Direktur Jenderal Pajak;

18. Sdr. Direktur Jenderal Bea dan Cukai;

19. Sdr. Gubernur Kepala Dati I Kalimantan Timur;

20. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur;

21. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Kalimantan Timur.

Lampiran...

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 361/Kpts-III/1996

TANGGAL : 10 Juli 1996

(5)

5

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI POLA TRANSMIGRASI PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY

KETENTUAN I : TUJUAN PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Pengusahaan Hutan Tanaman Industri bertujuan :

1. Meningkatkan produktifitas lahan dan kualitas lingkungan hidup.

2. Menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa.

3. Memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengusahaan hutan tanaman industri melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi penanamanan, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan hutan tanaman industri menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku serta berdasarkan asas manfaat, azas kelestarian hutan dan azas perusahaan.

KETENTUAN II : PELAKSANAAN

PT. TELAGA MAS KALIMANTAN COMPANY sebagai pemegang Hak Pengusahaan hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi yang selanjutnya disebut PERUSAHAAN melaksanakan pengusahaan hutan tanaman industri pada areal kerja yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang -undangan yang berlaku serta ketentuan-ketentuan berikut :

A. BIDANG PERENCANAAN

1. Potret Udara/Landsat, Inventarisasi Hutan Dan Pengaturan Tata Ruang HTI.

a. Potret Udara atau Citra Landsat.

PERUSAHAAN diwajibkan menyerahkan ke Departemen Kehutanan selambat-lambatnya dalam waktu 18 (delapan belas) bulan setelah diterbitkan Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi :

1) Potret udara skalai 1 : 20.000 atau Citra Landsat TM Band 542 skala 1 : 50.0000 yang meliputu seluruh areal kerjanya.

2) Indeks...

2) Indeks potret udara di atas drafting film skala 1 : 250.000 atau lebih besar (apabila tersedia potret udara).

3) Hasil potret udara atau citra landsat berupa :

(6)

6

a) Buku laporan hasil penafsiran

b) Peta Vegetasi skala 1 : 25.000 dan peta vegetasi kompilasi (gabungan) skala 1 : 50.000 – 1 : 100.000 yang diberi warna sesuai keadaan hutannya;

c) Peta garis bentuk skala 1 : 25.000 (apabila tersedia potret udara);

d) Peta kelas lereng skala 1 : 50.000 – 1 : 100.0 00 (apabila tersedia potret udara).

b. Inventarisasi Hutan

1) PERUSAHAAN wajib untuk melaksanakan inventarisasi hutan yang meliputi parameter-parameter lingkungan di dalam dan sekitar wilayah kerjanya untuk memperoleh data/informasi yang akurat dan terbaru mengenai keadaan lahan , flora dan fauna, serta sosial budaya masyarakat di dalam dan sekitarnya.

2) Dalam Melaksanakan inventarisasi hutan PERUSAHAAN harus berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Rencana Karya Pengusahaan

a. PERUSAHAAN wajib membuat dan meyampaikan Rencana Karya Pengusahaan yang meliputi Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKPHTI) dan Rencana Karya Tahunan Hutan Tanaman Industri (RKTHTI) yang harus disahkan oleh Departemen Kehutanan.

b. RKPHTI diserahkan kepada Departemen Kehutanan selambat-lambatnya 18 (delapan belas) bulan sejak diterbitkannya SK HAK PENGUSAHAAN HUTANTI Pola Transmigrasi.

c. RKHTI diserahkan kepada Kantor Wilayah Departemen Kehutanan setempat selambat- lambatnya bulan Nopember sebelum dimulainya tahun anggaran tersebut.

3. Penataan....

3. Penataan Hutan

PERUSAHAAN wajib mengelola seluruh areal kerjanya dan membentuk unit-unit kelestarian pengusahaan

(7)

7

hutan/kelas perusahaan berdasarkan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.

B. BIDANG PEMBINAAN 1. Persemaian

a. PERUSAHAAN harus menyediakan benih dan bibit melalui persemaian yang baik pada areal hutan tanaman, dimana saat penanaman selalu tersedia bibit dengan jumlah cukup, tepat waktu dan berkualitas tinggi.

b. PERU SAHAAN harus membuat persemaian menetap (permanen) pada satu lokasi atau lebih.

Memiliki suatu organisasi yang mapan dengan personil pelaksana tetap dan memungkinkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Persemaian dapat digunakan selama jangka waktu rotasi tanaman serta dapat mendukung produksi bibit dalam jumlah besar untuk pemenuhan kebutuhan penanaman dengan skala yang luas dan berkesinambungan.

c. PERUSAHAAN dapat menyiapkan benih dan bibit dengan cara bekerjasama dengan Pemerintah melalui Pusat Persemaian Permanen yang letaknya tersebar diseluruh Indonesia. Atau PERUSAHAAN dapat mengadakan benih unggul dari yang berlabel dan atau benih yang berasal dari pohon plus.

d. PERUSAHAAN dalam awal kegiatan dari pembuatan persemaian harus mempertimbangkan perencanaan yang mantap, meliputi :

1). Pemilihan atau penentuan lokasi persemaian harus mempertimbangkan : sumber air, sumber media, kondisi tempat, sarana jalan, luas persemaian, luas penanaman dan lain- lainnya.

2). Penataan ruang persemaian dalam areal kerja hutan tanaman harus dapat menciptakan kegiatan yang efisien dan efektif serta secara langsung akan ikut menentukan kualitas bibit yang dihasilkan.

2. Penanaman ...

2. Penanaman

(8)

8

a. PERUSAHAAN harus melaksanakan sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB).

b. Jatah penanaman ditetapkan sesuai Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri yang dibuat PERUSAHAAN, setelah disahkan oleh Departemen Kehutanan. Dikelola dengan sistem silvikultur THPB yang ditetapkan, dengan mempertimbangkan kemampuan serta realisasi PERUSAHAAN dalam melaksanakan pembuatan tanaman, pemungutan tahun sebelumnya, sistem silvikultur THPB sesuai dengan tujuan, PERUSAHAAN jenis tanaman pokok, rotasi tebangan, potensi (standing stock) dan pertumbuhan volumenya (riap/growt).

c. Pembangunan hutan tanaman didahulukan pada areal kosong dan/atau semak belukar.

d. PERUSAHAAN harus melaksanakan cara -cara penanaman(pemasangan ajir, jarak tanam, ukuran lobang tanaman) sesuai dengan keadaan wilayah kerjanya serta tidak meninggalkan azas manfaat, kelestarian dan lingkungan.

e. Semua kegiatan izin pengusahaan hutan tanaman industri dilaksanakan dengan cara yang tidak mengakibatkan adanya pemborosan dan kerugian- kerugian sumber daya alam.

f. PERUSAHAAN tidak dibenarkan menebang jenis kayu yang dilindungi tanpa izin khusus dari Departemen Kehutanan.

g. PERUSAHAAN tidak dibenarkan membuka lahan (Land Clearing) melampaui jatah penanaman, pemugutan yang telah ditetapkan di dalam Rencana Karya Tahunan Hutan Tanaman Industri.

h. Perusahaan dilarang melaksanakan kegiatan pengusahaan HTI dengan membuka lahan (land clearing) diluar areal yang telah ditetapkan didalam Rencana Karya Tahunan Hutan Tanaman Industri yang telah disahkan.

i. PERUSAHAAN dilarang melaksanakan kegiatan pengusahaan HTI dengan membuka lahan (land clearing) dengan cara dibakar.

j. PERUSAHAAN...

(9)

9

j. PERUSAHAAN dilarang melaksanakan kegiatan pengusahaan HTI diluar areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industrinya.

3. Pemeliharaan

a. PERUSAHAAN harus melaksanakan pemeliharaan tanaman dengan cara penerapan atau tindakan sistem silvikultur untuk menstimulasikan pertumbuhan tanaman dengam menentukan tempat tumbuh dan ruang tumbuh yang optimal, mencegah serangan hama dan penyakit.

b. PERUSAHAAN wajib melaksanakan pemeliharaan tanaman pada tahun berjalan/tahun ke 1 (satu) dengan cara penyulaman, penyiangan, pendangiran, pencegahan hama penyakit, tahun ke 2 (dua), tahun ke 3 (tiga) dengan kegiatan penyiangan, pendangiran, pencegahan hama penyakit dan pemeliharaan selanjutnya dengan jenis kegiatan disesuaikan dengan jenis tanaman sesuai ketentuan yang berlaku.

C. BIDANG PEMANFAATAN 1. Pemungutan Hasil :

a. Kegiatan pemungutan hasil dilaksanakan dengan cara yang tidak mengakibatkan adanya pemborosan dan kerugian-kerugian sumber daya alam.

b. PERUSAHAAN tidak dibenarkan menebang kayu pada areal dengan tujuan konservasi/lindung.

c. PERUSAHAAN tidak dibenarkan melakukan pemungutan hasil melampaui jatah pemungutan yang telah ditetapkan dalam Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dan Rencana Karya Tahunan Hutan Tanaman Industri.

d. PERUSAHAAN tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu funsi lindung di areal kawasan lindung.

2. Pengolahan Hasil :

PERUSAHAAN berperan serta dalam penyediaan bahan baku industri pengolahan dan menjadi Bapak angkat bagi industri pendukung/terkait.

D. BIDANG...

(10)

10

D. BIDANG INVESTASI, KETENAGAKERJAAN DAN PERALATAN.

1. Investasi

a. Untuk memenuhi Kewajiban-kewajiban dalam kegiatan pengusahaan hutan tanaman industri, PERUSAHAAN akan menginvestasikan dannya sebesar ± Rp. 28.593.180.000 (dua puluh delapan milyar lima ratus sembilan puluh tiga juta seratus delapan puluh ribu rupiah) dengan perhitungan luas areal dikalikan biaya satuan.

b. PERUSAHAAN wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan investasi setiap tahun dalam bentuk isian yang telah ditentukan dan laporan keuangan akhir tahun yang diaudit oleh Akuntan Publik kepada Departemen Kehutanan selambat- lambatnya pada akhir semester pertama tahun berikutnya.

2. Ketenagakerjaan

a. PERUSAHAAN diwajibkan mempekerjakan tenaga teknis dan tenaga ahli lainnya sesuai kebutuhan.

b. PERUSAHAAN diwajibkan untuk mempekerjakan tenaga-tenaga ahli kehutanan yang memenuhi persyaratan di bidang Perencanaan Hutan, Silvikultur dan Pengelolaan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

c. PERUSAHAAN diwajibkan menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan Tenaga Kerja Indonesia sesuai kebutuhan, disamping itu PERUSAHAAN diwajibkan mengikut sertakan tenaga kerja pada setiap Pendidikan dan Latihan yang dilakukan oleh Pemerintah sepanjang menyangkut bidang kegiatannya.

d. Pada setiap terjadinya pemutusan hubungan kerja, karyawan harus diperlakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Peralatan...

(11)

11 3. Peralatan

a. Dalam rangka pela ksanaan kegiatan di areal kerjanya, PERUSAHAAN diwajibkan untuk membuat rencana pengadaan/pemanfaatan dan laporan realisasi tentang jenis, jumlah serta keadaan per jenis alat berat yang ada di Lapangan kepada Departemen Kehutanan.

b. Setiap pemindahan peralatan yang digunakan ketempat lain diluar areal kerjanya perlu mendapat persetujuan Departemen Kehutanan.

c. Setiap peralatan yang tidak dipergunakan lagi dan direncanakan untuk dihapuskan agar dibuat Berita Acara sebagai penghapusan peralatan.

E. BIDANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN PELESTARIAN ALAM 1. Perlindungan Hutan

a. Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan PERUSAHAAN wajib:

1) Menyediakan sarana Pemantau, Pencegah dan Pemadan Kebakaran yang memadai baik dalam jumlah maupun kualitasnya disesuaikan dengan luas dan kondisi areal kerjanya dalam bentuk sekat bakar (jalur kuning, jalur hijau atau kombinasi) menara pengawas kebakaran dan lain-lain.

2) Ikut aktif melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di dalam dan disekitar areal kerjanya antara lain dengan mengamankan semua kegiatan serta mengamankan penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar.

3) Segera melaporkann pada instansi kehutanan setiap terjadinya kebakaran di areal kerjanya.

b. PERUSAHAAN wajib mencegah dan menghindarkan terjadinya tindak pelanggaran oleh karyawan atau pihak lain yang menyebabkan kerusakan hutan atau lahan hutan dalam areal kerjanya, antara perladangan berpindah, perambahan lahan hutan dan pencegahan erosi.

c. PERUSAHAAN wajib melaksanakan terselenggaranya fungsi lindung dari areal konservasi.

d. PERUSAHAAN...

(12)

12

d. PERUSAHAAN segera melaporkan setiap terjadinya gangguan keamanan hutan dan atau kerusakan akibat bencana, hama dan atau penyakit terhadap tegakan di areal kerjanya.

2. Pelestarian Alam a. Perlindungan Flora

PERUSAHAANtidak dibenarkan menebang pohon- pohon dan memungut tumbuh-tumbuhan lain yang ditetapkan sebagai jenis yang dilindungi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku b. Perlindungan Satwa.

1). PERUSAHAAN wajib mencegah terjadinya perburuan terhadap satwa liar baik yang dilindungi maupun satwa liar di areal kerjanya kecuali dengan izin.

2). PERUSAHAAN perlu menyediakan fasilitas koridor untuk pergerakan satwa.

c. Perlindungan obyek -obyek bernilai ilmiah dan budaya.

1). PERUSAHAAN harus mencegah terjadinya kerusakan terhadap obyek -obyek yang bernilai ilmiah dan atau budaya yang terdapat di areal kerjanya.

2). PERUSAHAAN wajib segera melaporkan kepada instansi yang terkait apabila menemukan obyek yang bernilai ilmiah dan/atau budaya.

d. Pengamanan Kawasan Lindung, Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam.

1). Untuk pengamanan obyek-obyek tersebut PERUSAHAAN wajib membuat daerah penyangga dengan lebar sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) meter dari batas persekutuan/batas areal kerjanya.

2). Sarana pengusahaan hutan yang diperbolehkan diadakan pada daerah penyangga hanyalah pembuatan jalan angkutan setelah mendapatkan izin Departemen Kehutanan.

4. Lain-lain.

Tenaga dan sarana perlindungan hutan dan pelestarian alam lain yang harus disediakan oleh PERUSAHAAN, antara lain :

a. Tenaga...

(13)

13

a. Tenaga Satpam dalam jumlah yang memadai.

b. Pos jaga dan portal dijalan masuk areal kerja.

c. Rambu-rambu larangan dan peringatan.

F. PENELITIAN

Dalam rangka mencegah, mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul , dan meningkatkan dampak positif dari kegiatan pengusahaan hutan tanaman industri, PERUSAHAAN wajib menyediakan petak permanen (permanen plot) untuk pengamatan pertumbuhan tegakan (kualitas dan kuantitas) dan erosi.

KETENTUAN III : KEWAJIBAN-KEWAJIBAN LAIN

A. BIDANG KESEHATAN DAN KESELAMATA N KERJA

1. PERUSAHAAN wajib memperhatikan atau mengambil langkah-langkah secara maksimal untuk menjamin kesehatan dan keselamatan umum karyawan dan atau orang lain yang berada di dalam areal kerjanya.

2. Didalam hal terjadinya kecelakaan-kecelakaan yang menimpa karyawan PERUSAHAAN atau orang lain yang berada di dalam areal kerjanya, maka kepada mereka harus diperlakukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

B. BIDANG PEMBANGUNAN MASYARAKAT 1. Fasilitas Pembangunan Masyarakat.

PERUSAHAAN diwajibkan membantu Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan masyarakat di dalam dan di sekitar areal kerjanya yang antara lain meliputi : a. Pengadaan tempat-tempat ibadah.

b. Pengadaan fasilitas-fasilitas pendidikan.

c. Pengadaan fasilitas-fasilitas kesehatan.

2. Kesempatan Kerja

PERUSAHAAN harus memberi kesempatan kerja dan pelatihan kepada masyarakat, baik di dalam maupun di sekitar areal kerjanya.

3. Fasilitas....

(14)

14

3. Fasilitas Pengobatan.

a. PERUSAHAAN harus mendirikan klinik dengan kapasitas minimum 6 (enam) tempat tidur lengkap dengan tenaga medis yang bekerja penuh untuk PERUSAHAAN.

b. PERUSAHAAN harus menyediakan pelayanan pengobatan kepada seluruh karyawannya dan isterinya.

c. Anggota masyarakat setempat walaupun bukan karyawan PERUSAHAAN dapat turut menggunakan fasilitas klinik tersebut dengan biaya seringan mungkin.

d. PERUSAHAAN harus menyediakan pos-pos pertolongan pertama pada tempat-tempat yang diperlukan.

4. PERUSAHAAN diwajibkan melaksanakan pembinaan masyarakat yang ada di dalam/sekita areal kerja HAK PENGUSAHAAN HUTANTI-nya pada hutan tanaman sesuai ketentuan yang berlaku.

5. PERUSAHAAN diwajibkan membina dan mengembangkan Koperasi Karyawan dan atau KUD dan atau Koperasi Primer lainnya yang ada disekitarnya serta wajib memberikan kesempatan kepada Koperasi tersebut untuk memiliki saham PERUSAHAAN

6. Perusahaan diwajibkan menyisihkan dana maksimal 5%

(lima persen) dari keuntungannya untuk pembinaan dan pengembangan golongan ekonomi lemah/koperasi.

C. BIDANG FASILITAS TEMPAT TINGGAL KARYAWAN DAN KEGIATAN PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI.

1. Base Camp

Dalam pelaksanaan pembangunan Base Camp, PERUSAHAAN harus memenuhi ketentuan-ketentuan : 1) Pembangunan rumah/barak untuk karyawan

harus memenuhi kelayakan ruang tempat yang sehat.

2) Penggunaan lahan hutan untuk pembangunan Base Camp harus sesuai dengan kebutuhan

3) Pembangunan Base Camp di areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri lain harus ada persetujuan tertulis dari Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri yang bersangkutan.

2. Tempat...

(15)

15

2. Tempat penimbunan Kayu/hasil HAK PENGUSAHAAN HUTANTI.

Tempat penimbunan kayu/hasil HAK PENGUSAHAAN HUTANTI harus terpisah dari tempat Base Camp.

3. Bangunan Lainnya.

Bangunan-bangunan lain yang ada dan yang akan didirikan di dalam areal kerjanya harus mendapatkan izin Departemen Kehutanan.

D. BIDANG PERUBAHAN LUAS AREAL KERJA

Perubahan luas areal kerja dimungkinkan dan pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan peraturan perndang-undangan yang berlaku.

E. BIDANG HAK-HAK LAIN

PERUSAHAAN tidak mempunyai hak -hak lain selain apa yang tercantum di dalam Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi dan kelengkapannya.

Hak-hak lain yang dimaksud adalah meliputi hak pengolahan atas tanah hutan, hak-hak atas mineral, minyak bumi, gas alam, bahan-bahan kimia, batu-batu mulia atau setengah mulia, dan sumber-sumber alam lainnya.

KETENTUAN IV : P E N G A W A S A N

Pemerintah melakukan pengawasan terhadap kegiatan PERUSAHAAN baik mengenai pelaksanaan fisik pengusahaan hutan tanaman industri maupun semua administrasi/pembukuan dan surat menyurat pengelolaan PERUSAHAAN.

KETENTUAN V : PELANGGARAN/SANKSI

1. PENGERTIAN PELANGGARAN

Tidak melaksanakan, tidak mentaati dan/atau tidak memenuhi persyaratan/kewajiban sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi beserta dokumen kelengkapannya.

2. PENGENAAN SANKSI

Pelanggaran seperti tersebut ayat 1 bab ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku.

KETENTUAN...

(16)

16

KETENTUAN VI : KONSEKWENSI TERHADAP PENCABUTAN DAN/ATAU PENYERAHAN KEMBALI HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

A. Kewajiban PERUSAHAAN setelah terjadinya Pencabutan.

Dalam hal dicabutnya Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi, kepada PERUSAHAAN tetap dibebankan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1990.

B. Setelah habis masa berlakunya Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi dan atau perpanjangannya, atau penyerahan kembali sebelum jangka waktu, maka :

1. PERUSAHAAN harus menyerahkan semua benda tidak bergerak seperti gedung, jalan, gudang, pelabuhan udara, pelabuhan sungai dan laut, dok dan lain-lain yang telah dibangun oleh PERUSAHAAN kepada Pemerintah tanpa adanya ganti rugi dari Pemerintah.

2. Barang-barang persediaan yang berada di dalam gedung dan Barang -barang bergerak yang dipergunakan PERUSAHAAN sehubungan dengan kegiatan pengusahaan hutan, tetap menjadi milik PERUSAHAAN.

3. Jika HAK PENGUSAHAAN HUTANTI Pola Transmigrasi berakhir karena habis waktunya atau karena diserahkan kembali oleh PERUSAHAAN atau karena dicabut oleh Menteri Kehutanan, maka :

a. Segala hak yang dimiliki pemegang HAK PENGUSAHAAN HUTANTI Pola Transmigrasi berakhir.

b. Areal Huta n yang dibebani hak pengusahaan kembali kepada negara.

c. Pemegang HAK PENGUSAHAAN HUTANTI Pola Transmigrasi diwajibkan menyerahkan semua klise dan bahan-bahan serta peta, gambar- gambar ukuran tanah dansebagainya yang bersangkutan dengan pengusahaan hutan kepada Departemen Kehutanan dengan tidak menerima ganti Rugi.

(17)

17

C. Pemegang...

C. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi tetap dibebani/wajib menyelesaikan semua kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi beserta lampirannya yang belum terpenuhi.

Dalam hal PERUSAHAAN akan menyerahkan kembali Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi sebelumnya harus sudah menyelesaikan dan memenuhi semua kewajiban-kewajiban baik teknis maupun finansial sebagaimana tercantum dalam Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi.

MENTERI KEHUTANAN, ttd

DJAMALUDIN SURYOHADIKUSUMO

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Ir. WIDODO SUTOYO, SH.

NIP. 080023934

Referensi

Dokumen terkait

Terbilang : Delapan ratus lima puluh sembilan juta seratus sembilan puluh delapan ribu. sembilan ratus enam puluh

29.926.171.800,- (dua puluh sembilan milyar sembilan ratus dua puluh enam juta seratus tujuh puluh satu ribu delapan ratus rupiah).. Waktu pelaksanaan : 150 (seratus

(Satu milyar seratus tiga belas juta sembilan ratus delapan puluh tujuh ribu lima ratus sembilan puluh empat 87/100

(Satu milyar seratus delapan puluh enam juta empat ratus tiga puluh enam ribu sembilan ratus rupiah).. Cadangan Pemenang -

1.488.960.000,- (Satu milyar empat ratus delapan puluh delapan juta sembilan ratus enam puluh ribu rupiah).. Waktu Pelaksanaan : 120 (seratus dua puluh) hari kalender

1.398.174.793,94 (Satu Milyar Tiga Ratus Sembilan Puluh Delapan Juta Seratus Tujuh Puluh Empat Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Tiga Rupiah Sembilan Puluh Empat Sen).. SKPD :

( Enam Milyar Seratus Delapan Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Enam Puluh Enam Ribu Seratus Sembilan Puluh Tiga Rupiah ).. Indikator Tolok Ukur Kinerja

Terbilang : Empat Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah Jangka watu Pelaksanaan : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Pemenang