• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN VOL 2 NO. 2, NOVEMBER 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN VOL 2 NO. 2, NOVEMBER 2021"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JURNALAKUAKULTURSEBATIN VOL 2 NO.2,NOVEMBER 2021

* Corresponding author

E-mail address: andryhidayatt10@gmail.com

PEMELIHARAAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) DENGAN PEMBERIAN PAKAN YANG MENGANDUNG HORMON TIROKSIN YANG DIPELIHARA PADA AIR BERSALINITAS

Rearing Red Tilapia (Oreochromis niloticus) By Feeding Suplementend With Thyroxine Hormone Which Is Reared In Saline Water

Andri Hidayat*, Iskandar Putra2, dan Rusliadi2

1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau 2) Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

INFORMASIARTIKEL Diterima: 17 oktober 2021 Distujui: 17 November 2021 Keywords:

Signal barb, hipofisa, hCG

ABSTRACT

This research was conducted from October to November at the Gogok Village, Tebing Tinggi Barat District, Meranti Islands Regency. The purpose of this study was to determine the optimal dose of feed containing the hormone thyroxine (T4) on the growth of tilapia reared in saline water. This study used a completely randomized design (CRD) with four treatments where each treatment was replicated three times. The treatment design used was P0: Feeding pellets (control), P1: Feeding pellets + 2 mg thyroxine hormone/kg feed, P2: Feeding pellets + 4 mg thyroxine hormone/feed, P3: Feeding pellets + 6 mg hormone thyroxine/kg feed. The results showed that there was an effect of feeding containing the hormone thyroxine (T4) on absolute weight growth, absolute length, daily growth rate, feed efficiency, and feed conversion of red tilapia (Oreochromis niloticus).

The best results in this study were in P3 treatment with a dose of thyroxine hormone 6 mg/kg feed, which gave an absolute weight growth of 4.00±0.28 g, an absolute length growth of 3.20±0.24 cmcm, a daily growth rate of 3.20±0.24 cmcm. 3.59%, feed efficiency of 92.18%, and feed conversion of 1.08.The results of water quality measurements during this study were a temperature of 280c, pH 7, DO of 4.33 mg/L and salinity of 17 ppt.

(2)
(3)

65 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

1. PENDAHULUAN

Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan yang popular dan paling banyak dibudidayakan di kalangan masyarakat. Pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pakan. Pakan yang diberikan adalah pakan yang sesuai dan berdampak terhadap pertumbuhan. Selain itu pakan harus bermutu atau dengan memberikan suplemen berupa hormon pertumbuhan, salah satu jenis hormon pertumbuhan yang digunakan adalah hormon tiroksin (T4). Hormon tiroksin (T4) berperan penting dalam proses metabolisme, perkembangan, dan pertumbuhan jaringan. Di dalam tubuh hormon ini berfungsi meningkatkan laju oksidasi bahan pakan di dalam sel dan melakukan kontrol metabolisme secara keseluruhan. (Affandi dan Tang, 2002).

2. METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Oktober-November di Balai Benih Ikan Air Payau Desa Gogok Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti selama 30 hari.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan selama penelitian antara lain pellet komersil (PF-999), Hormon Tiroksin (T4) dengan merek dagang Thyrax, Aquades, Ikan uji berupa benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran 5-7 cm. Alat-alat yang digunakan ember, selang, thermometer, pH indikator, refraktometer, timbangan analitik, mistar, DO meter, sprayer, pompa, spons dan talang air.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen mengunakan anava. Dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yang telah dilakukan seperti berikut:

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat taraf perlakuan dengan tiga kali ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan sebagai berikut :

P0: Pemberian pakan pellet

P1: Pemberian pakan pellet + 2 mg hormon tiroksin/kg pakan P2: Pemberian pakan pellet + 4 mg hormon tiroksin/kg pakan P3: Pemberian pakan pellet + 6 mg hormon tiroksin/kg pakan

Prosedur Penelitian Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 buah ember di Balai Benih Ikan Air Payau Desa Gogok Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Sebelum digunakan ember dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun kemudian dibersihkan dengan air bersih.

Kemudian direndam dengan larutan Premanganat kalium (PK) selama 24 jam, kemudian dibersihkan kembali dengan air dan dikeringkan, lalu diisikan air setinggi 20 cm dengan salinitas 17 ppt. Setelah ember diisikan air selanjutnya dipasang pompa untuk mengalirkan air ke wadah filter yang telah di isi dengan spons sebagai filter. Jumlah benih ikan nila yang ditebarkan untuk setiap wadah berjumlah 15 ekor.

Persiapan Pakan

Pakan uji yang digunakan adalah pelet komersil berukuran (PF-999) yang disemprot dengan hormon tiroksin (T4). Hormon tiroksin yang digunakan berbentuk tablet dengan merek dagang Thyrax yang mengandung 0,1 mg levothyroxin, sehingga pada perlakuan 2 mg dibutuhkan 20 butir tablet, perlakuan 4 mg dibutuhkan 40 butir tablet, perlakuan 6 mg dibutuhkan 60 butir tablet yang mengandung levothyroxin. Hormon berbentuk tablet tersebut kemudian dihaluskan dan dimasukkan ke dalam alat

(4)

penyemprot sesuai dosis yang ditetapkan lalu tambahkan 50 ml aquades. Selanjutnya campuran tersebut diaduk hingga merata menjadi larutan yang homogen. Larutan hormon tiroksin tersebut disemprotkan pada pelet yang telah disiapkan kemudian pelet diangin-anginkan hingga kering dan pakan siap digunakan.

Pemeliharaan Ikan

Ikan dipelihara pada 12 wadah pemeliharaan sesuai dengan dosis hormon yang telah ditentukan sebelumnya, ikan uji diadaptasikan terlebih dahulu sebelum dilakukan penelitian. Adaptasi ikan dilakukan dengan cara air pemeliharaan asal benih ikan dinaikan atau diturunkan sedikit demi sedikit hingga mencapai salinitas yang diinginkan, adaptasi dilakukan 1-2 hari. (Ghufran, 2013). Proses pemeliharaan ikan nila merah, diantaranya :

1.Pemberian Pakan Ikan

Pakan yang diberikan pada ikan nila merah adalah jenis pellet komersil (PF-999) yang mengandung protein 25-30%. Diberikan sebanyak 3 kali sehari secara teratur yaitu di pagi hari pukul 08.00 wib, siang hari pukul 12.00 wib dan sore hari 16.00 wib. Adapun pemberian dosis pakan pada ikan nila merah yaitu 5 persen dari bobot tubuh ikan dan dengan lama pemeliharaan selama 30 hari.

2.Pengelolaan Air

Di dalam pengelolaan air tepat pada awal sebelum masa pemeliharaan, air hujan dicampur air laut yang telah diendapkan hingga mencapai kadar salinitas 17 ppt, lalu diendapkan lagi selama 24 jam.

Pada saat masa pemeliharaan kadar pH suhu dan salinitas dicek setiap hari. Jika kadar salinitas berubah maka perlu dilakukan pengenceran salinitas dengan ditambah air hujan atau air laut hingga kadar salinitas yang diinginkan stabil.

Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air, suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas dilakukan Sebanyak tiga kali yaitu pada awal, pertengahan, dan akhir penelitian.

1.pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter dengan tingkat ketelitian 0,1. Pengukuran dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter ke dalamwadah dan dibaca setelah pH meter menunjukkan angka konstan (SNI, 1994).

2.DO (Dissolved Oxygen)

Pengukuran DO dilakukan menggunakan DO meter, yaitu dengan cara memasukkan probe DO ke dalam media uji hingga probe terendam. Gerakkan elektroda di dalam media ke atas atau ke bawah kemudian baca sebagai mg/l. (Alaert dan Santika, 1984).

3.Suhu

Prosedur pengukuran suhu dilakukan menurut SNI (1994), yaitu terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan suhu udara di daerah lokasi dengan menempatkan termometer sedemikian rupa, sehingga tidak kontak langsung dengan cahaya matahari. Biasanya dilindungi dengan bayangan badan, tunggu sampai skala suhu pada termometer menunjukkan angka yang stabil, kemudian catat. Termometer dicelupkan ke dalam air sampai batas skala baca, biarkan 2-5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukkan angka yang stabil,pembacaan skala termometer harus dilakukan tanpa mengangkat terlebih dahulu termometer.

3.Salinitas

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah permil (o/oo), yaitu jumlah berat total (g) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut. Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Sebelum alat ini digunakan harus dikalibrasi (dinetralkan) terlebih dahulu dengan aquades. Cara penggunaan alat ini yaitu teteskan air yang akan diukur kadar garamnya pada bagian detector alat, tutup kembali kaca penutup detector, kemudian

(5)

67 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

lihatlah garis yang membatasi antara warna biru dan warna putih berada pada angka berapa. Pada alat ini, nilai yang menunjukkan salinitas berada disebelah kanan.

Parameter yang diukur Pertumbuhan Bobot Mutlak

Wm = Wt – Wo Dimana :

Wm= Pertumbuhan bobot mutlak (g)

Wt = Bobot rata-rata pada waktu akhir penelitian (g) Wo = Bobot rata-rata waktu awal penelitian (g) Pertumbuhan PanjangMutlak

Lm = Lt – Lo Dimana :

Lm= Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang rata-rata pada waktu akhir penelitian (cm) Lo= Panjang rata-rata awal penelitian (cm)

Laju Pertumbuhan Harian

𝜶 =𝑳𝒏𝒘𝒕−𝑳𝒏𝒘𝒐

𝒕 x 100%

Dimana :

α = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (g) Lo = Panjang rata-rata awal penelitian (cm) Wo= Bobot biomassa pada awal penelitian (g) T = Lama waktu pemeliharaan (hari)

Kelulushidupan

SR =𝑵𝒕

𝑵𝒐 x 100%

Dimana :

SR = (Survival Rate) Kelulushidupan (%) Nt = Jumlah ikan saat akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan pada saat awal tebar

Efisiensi Pakan

EP = (𝑩𝒕−𝑬𝒅)−𝑩𝒐

𝑭 x 100%

Dimana :

EP = Efisiensi pakan (%)

Bt = Biomassa ikan pada akhir penelitian (g)

Bo = Bobot-bobot biomassa ikan pada awal penelitian (g)

Bd = Bobot-bobot biomassa ikan yang mati selama penelitian (g) F = Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan selama penelitian (g) Konversi Pakan

FCR = 𝑭

( 𝑩𝒕+𝒅 )− 𝑩𝒐

Dimana :

FCR= Nilai rasio konversi pakam

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji (g)

(6)

Bt = Berat biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g) Bo = Berat biomassa ikan pada awal penelitian (g) d = Berat total ikan uji yang mati selama penelitian (g).

Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan tiga kali selama penelitian dengan variabel yang diukur adalah suhu (0C), derajat keasaman (pH), air oksigen terlarut (mg/L) dan kadar garam/salinitas.

1. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan pertambahan bobot rata-rata ikan nila (niloticus) pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada sebagai berikut :

Tabel 1.Pertumbuhan Bobot Rata-rata Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian

Perlakuan Pengukuran Hari Ke-

0 10 20 30

P0 (0 mg/kg) 2,07 2,35 3,18 4,47

P1 (2 mg/kg) 2,02 3,32 3,40 4,74

P2 (4 mg/kg) P3 (6 mg/kg)

1,99 2,06

2,41 2,63

3,61 3,97

5,28 6,06

Keterangan : huruf superscrib yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang antar perlakuan (P<0,05)

Hasil analisis terhadap pertumbuhan bobot rata-rata dapat dilihat dimana perbedaan yang jelas antara perlakuan kontrol dengan perlakuan yang diberikan hormon tiroksin. Penambahan hormon tiroksin pada pakan dengan penambahan dosis 6 mg/kg pakan (P3) menghasilkan pertumbuhan bobot rata-rata akhir tertinggi yaitu 6,06 g, sedangkan bobot rata-rata akhir terendah terdapat pada perlakuam kontrol tanpa pemberian hormon tiroksin pada pakan (P0) dengan bobot 4,47 g. Hal ini menunjukkan bahwa hormon tiroksin ternyata mampu mempercepat pertumbuhan ikan nila.

Tabel 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak Rata-rata Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian

Berdasarkan Tabel 2 pada perlakuan kontrol (P0) memberikan rata-rata pertumbuhan bobot mutlak paling rendah yaitu 2,40 g, sedangkan penambahan hormon tiroksin dengan dosis 6 mg/kg pakan (P3) memberikan rata-rata pertumbuhan bobot mutlak tertinggi yaitu 4,00 g. Hal ini diduga salah satu fungsi hormon tiroksin mampu meningkatkan laju metabolisme, hal ini sesuai dengan pendapat

Ulangan

Hormon (mg/kg pakan)

0 (P0) 2 (P1) 4 (P2) 6 (P3)

Dalam gram

1 2,54 2,81 2,84 3,85

2 3

2,65 2,02

2,75 2,60

3,48 3,54

4,33 3,82

Jumlah 7,21 8,16 9,86 12

Rata-rata 2,40±0,33a 2,72±0,10a 3,28±0,38b 4,00±0,28c

(7)

69 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

Mcdonald yang menyatakan bahwa hormon tiroksin yang diberikan dapat merangsang syaraf pusat ikan dan bekerja dalam tubuh ikan sehingga dapat mencapai sel target yaitu efek terhadap metabolisme (Evasandrawati, 1997).

Tabel 3. Pertumbuhan Panjang Mutlak Rata-rata Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertambahan panjang mutlak rata-rata ikan nila mengalami pertambahan panjang. Pertumbuhan panjang mutlak terbaik terdapat pada perlakuan P3 yaitu 3,20 cm, kemudian diikuti P2 sebesar 2,70 cm dan P1 sebesar 2,35 cm dan pertambahan panjang mutlak terendah diperoleh pada perlakuan P0 sebesar 1,76 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pakan dengan campuran hormon tiroksin (T4) pada dosis yang berbeda memberikan pengaruh terhadap panjang mutlak ikan nila.

Tabel 4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan

Hormon (mg/kg pakan)

0 (P0) 2 (P1) 4 (P2) 6 (P3)

Dalam %

1 2,51 2,77 2,96 3,51

2 3

2,77 2,41

2,85 2,94

3,31 3,47

3,75 3,51

Jumlah 7,69 8,56 9,74 10,77

Rata-rata 2,56±0,18a 2,85±0,08a 3,24±0,26b 3,59±0,13c

Laju pertumbuhan harian merupakan persentase peningkatan bobot ikan setiap hari. Pada tabel 6 dapat dilihat rata-rata laju pertumbuhan harian ikan nila yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 3,59%, sedangkan pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 2,56%. Perbedaan pertumbuhan pada masing-masing perlakuan terutama pada pemberian hormon tiroksin dengan dosis 6 mg/kg pakan tersebut merupakan dosis optimal sehingga memberikan laju pertumbuhan harian ikan tertinggi, sehingga mampu mempengaruhi sistem pencernaan dan ekskresi, ikan lebih aktif dalam mencari makanan, oleh karena itu laju pertumbuhan hariannya lebih cepat bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Ulangan

Hormon (mg/kg pakan)

0 (P0) 2 (P1) 4 (P2) 6 (P3)

Dalam cm

1 2,04 2,48 2,21 3,28

2 3

1,59 1,65

2,18 2,38

2,74 3,17

2,92 3,40

Jumlah 5,28 7,04 8,12 9,60

Rata-rata 1,76±0,24a 2,35±0,15b 2,70±0,48bc 3,20±0,24c

(8)

Tabel 5. Rata-rata Kelulushidupan Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan

Hormon (mg/kg pakan)

0 (P0) 2 (P1) 4 (P2) 6 (P3)

Dalam %

1 93,333 86,67 100 100

2 3

100 86,67

93,33 100

93,33 100

93,33 100

Jumlah 280 280 293,33 293,33

Rata-rata 93,33±6,66a 93,33±6,66a 97,77±3,85a 97,77±3,85a

Hasil uji analisis variansi (ANAVA) P > 0,05 menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan nyata antara perlakuan pada nilai kelulushidupan ikan nila yang diberikan hormon tiroksin dengan dosis yang berbeda pada pakan. Nilai kelulushidupan ikan tertinggi terdapat pada perlakkuan P2 dan P3

ssebesar 97,77% diikuti P0 dan P1 sebesar 93,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kelulushidupan ikan nila pada penelitian ini disebabkan karena kualitas airnya sesuai untuk kehidupan nila karena adanya proses resirkulasi dan dilakukannya penyiponan saat sisa pakan dan feses banyak di dalam wadah.

Dengan menjaga kualitas air tetap baik maka akan mengurangi tingkat stres ikan yang menyebabkan kematian.

Tabel 6. Efisiensi Pakan Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian Ulangan

Hormon (mg/kg pakan)

0 (P0) 2 (P1) 4 (P2) 6 (P3)

Dalam %

1 58,90 67,51 74,13 89,40

2 3

66,81 56,57

68,89 69,40

80,31 89,31

94,00 93,16 Jumlah 182,28 205,80 243,75 276,56 Rata-rata 60,76±5,36a 68,60±0,97a 81,25±7,63b 92,18±2,44c

Hasil tabel 6 dapat dilihat nilai efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 92,18%, tingginya efisiensi pakan pada perlakuan P3 disebabkan pemberian hormon tiroksin pada perlakuan ini dimanfaatkan ikan dengan sangat baik. Menurut Pahlawan et al., (2005) menyatakan bahwa hormon tiroksin dapat meningkatkan aktivitas prorease dan lipase pada saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan laju metabolisme, sehingga akan menyebabkan proses pencernaan dan absorbse pakan yang diberikan menjadi daging semakin optimal. Metabolisme yang baik sudah tentu akan berpengaruh terhadap nilai efisiensi pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Nilai efisiensi pakan menunjukkan persentasi pakan yang dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhan.

Tabel 7. Konversi Pakan Ikan Nila (g) Pada Masing-masing Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan Hormon (mg/kg pakan)

0 (P0) 2 (P1) 4 (P2) 6 (P3)

1 1,70 1,48 1,35 1,12

2 1,50 1,45 1,25 1,06

3 1,77 1,44 1,12 1,07

Jumlah 4,97 4,37 3,72 3,26

Rata-rata 1,65±0,14c 1,45±0,14b 1,24±0,11a 1,08±0,03a

(9)

71 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

Hasil tabel 7 dapat dilihat nilai konversi pakan terendah diperoleh dari P3 sebesar 1,08 yang bearti bahwa untuk menghasilkan 1 kg ikan dibutuhkan pakan sekitar 1,08 kg pakan dan tertinggi pada P0 sebesar 1,65 yang bearti bahwa untuk menghasilkan 1 kg ikan dibutuhkan pakan sekitar 1,65 kg pakan.

Semakin rendah nilai FCR menunjukkan bahwa semakin efisiensi pakan dan pakan yang dimakan digunakan dengan baik oleh ikan untuk pertumbuhan. Sehingga dari tabel dapat dilihat bahwa nilai konversi pakan terbaik secara berurut pada P3 sebesar 1,08 diikuti P2 sebesar 1,24, P1 sebesar 1,46 dan P0 sebesar 1,65. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian hormon tiroksin pada pakan yang dilakukan mampu meningkatkan konsumsi pakan. Peningkatan konsumsi pakan ini berkaitan dengan semakin meningkatnya energi yang diperlukan untuk menunjang peningkatan laju metabolisme yang distimulasi oleh pemberian hormon tiroksin. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi hormon tiroksin adalah meningkatkan laju metabolisme ikan.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Satuan Perlakuan Standar

Baku

Standar Pustaka

P0 P1 P2 P3

Suhu 0C 28-29 28-28,9 27,9-28,9 27,7-29 27-29

Djariyah, (2001)

pH 6-7 6-7 6-7 6-7 6-8,5

Novotny (1994)

DO mg/L 4,09-5,67 4,12-5,53 4,33-5.02 4,30-5,26 2,4-6

Djariyah, (2001)

Salinitas ppt 17 17 17 17 17

Amri, (2008)

Hasil Tabel dapat dilihat bahwa kondisi kualitas air selama 30 hari pemeliharaan ikan nila yang diberi hormon tiroksin pada pakan dengan sistem resirkulasi tergolong baik untuk pertumbuhan ikan nila.

Selama penelitian suhu air cenderung stabil pada kisaran 28-290C. Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang cukup penting dijadikan acuan dalam melaksanakan usaha budidaya khususnya budidaya intensif. Derajat keasaman (pH) selama 30 hari penelitian berkisar 7-8. Kisaran pH yang dapat diterima untuk produktivitas adalah 6-8,5 (Novonthy, 1994). Oksigen terlarut merupakan kualitas kimia air yang sangat mendukung perkembangan ikan. Dari tabel 10 dapat dilihat kisaran DO yang diukur selama penelitian berkisar 4-5,53 mg/L. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut pada setiap perlakuan disebabkan karena adanya pengaruh sistem resirkulasi. Menurut Lesmana (2004) resirkulasi (perputaran) air berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu distribusi oksigen serta kadar racun dapat ditekan. Kemudian untuk salinitas pada penelitian ini dilakukan pengontrolan setiap hari agar salinitas yang digunakan tetap stagnant, maka dari itu diperlukan air cadangan sesuai dengan perlakuan yang mugkin sewaktu-waktu salinitas dapat berubah. Kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh kemampuan osmoregulasi. Ikan nila bersifat euryhaline walaupun habitat aslinya adalah hidup di lingkungan air tawar dan dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam yang tinggi. Hal ini didukung pendapat Amri dan Khairuman (2008), yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan tubuh ikan nila yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya, dan dimana setiap minggu laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan salinitas 17 ppt, sehingga bisa dikatakan semakin besar perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi.

(10)

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian pakan mengandung hormon tiroksin (T4) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan konversi pakan ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Hasil terbaik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 dengan dosis hormon tiroksin 6 mg/kg pakan, dimana memberikan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 4,00±0,28 g pertumbuhan panjang mutlak sebesar 3,20±0,24 cmcm, laju pertumbuhan harian sebesar 3,59 %, efisiensi pakan sebesar 92,18 %, dan konversi pakan sebesar 1,08. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian ini adalah suhu sebesar 280c, pH 7, DO sebesar 4,33 mg/L dan salinitas sebesar 17 ppt.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan artikel ini serta kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi masukan atas kelancaran penyusunan sehingga bisa menyelesaikan pendidikan sarjana perikanan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan U.M. Tang, 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press. Pekanbaru. 213 hlm.

Amri, K., Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. PT Agro Media Pustaka, Jakarta.

Evasandrawati. 1997. Pengaruh Pemberian hormon tiroksin (T4) Melalui Pakan dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami (Oshprenemus gouramy Lac) di Kolam.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Riau.Pekanbaru.53 hal.

Ghufran, M. dan Kordi. 2013. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. Lily Publisher : Yogyakarta.

Novotny, 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of diffuse pollution. Van Nonstrans Reinhold, New York. 1054.

Pahlawan, R.G., M. Zairin., dan M. Raswin. 2005. Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin Secara Oral Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Plati Koral (Xyphophorus maculates). Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1):31-35 (2005).

SNI, 2009. Produksi Ikan Nila (Oreochromis nilaoticus) kelas pembesaran di Kolam Air Tenang.

Badan standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk ketertiban dan kelancaran dalam optimalisasi jasa terminal tersebut maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 1 Tahun 1975 Tentang

Sesuai dengan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Untuk mengetahui pola sebaran konsentrasi radionuklida K-40 pada sedimen laut di perairan pulau Bangka, dilakukan interpolasi dan ekstrapolasi terhadap data

Dengan penerapan pohon pada sistem klasifikasi ini, seorang biologist maupun ilmuwan lainnya yang ingin mencari dan mempelajari suatu spesies dengan nama ilmiah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah IAA dapat dihasilkan oleh isolat-isolat jamur yang terdapat di Laboratorium Mikrobiologi dan juga bisa digunakan

Berdasarkan nilai absorbansi sampel dihitung pula aktivitas antioksidan dari ekstrak daun binahong yang ditinjau dari hasil perhitungan persentase penghambatan radikal

[r]