• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Kreatif: Pengembangan Loloh Cemcem Di Desa Penglipuran,Kabupaten Bangli, Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ekonomi Kreatif: Pengembangan Loloh Cemcem Di Desa Penglipuran,Kabupaten Bangli, Bali"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

333

Ekonomi Kreatif: Pengembangan Loloh Cemcem Di Desa Penglipuran,Kabupaten Bangli, Bali

Zania Zellini1*, Ni Made Wiasti2, I Nyoman Sama3

Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

1[e-mail : zelzellini@gmail.com] 2[e-mail : mwiasti@yahoo.com] 3[e-mail : nyoman.sama@gmail.com]

*Corresponding Author

Abstract

Creative economy in Penglipuran village it is one of effort to developing loloh cemcem home industry. Home industry that located in Penglipuran village has important roles to contribute developing tourism. With a tourism aspect in Penglipuran village can developing human welfare and human empowerment in Penglipuran village.

The people belief that loloh cemcem is a potion which can good to be consummate because it have properties to cure the disease like heatiness (nyebae), chapped lips (jampi), and also good for defecate (BAB). Loloh cemcem use a natural ingredients which obtained from the nature. Loloh cemcem it is not dangerous to be consummate.

This qualitative research was conducted by ethnography method. The data sampling technique is direct observation, interviewing, and literature review. There is two kind of data, first is primary data, a kind of data which obtained from direct observation and interviewing. The second is secondary data which obtained from literature review. Data analysis is using descriptive qualitative technique, John Bennet’s environmental adaptation theory and Frederick W. Taylor’s management theory’s.

Field research findings that making loloh cemcem is consist of three kind steps, sortasi phase (the process of sorting cemcem’s leaves), washing cemcem’s leaves, and cutting cemcem’s leaves to make process of making loloh cemcem easier. The processing through the process of milling cemcem’s leaves using grinder, mixing process with adding some ingredients like sugar, salt, asam and chili, and the last is filtering ingredient which has been mixed using muslin. The last process is packaging the product. In the effort of developing creative economy in Penglipuran village have a few obstacles and strategy to developing creative economy.

Key words: Creative economy, Loloh cemcem

1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, mengharuskan setiap orang ataupun perusahaan berfikir kreatif dan efisien untuk mempertahankan

(2)

334 eksistensinya dalam menghadapi persaingan global. Terutama dalam melestarikan budaya lokal sebagai aset kekayaan nasional. Kebudayaan lokal indonesia merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing- masing daerah. Warisan budaya, menurut Davidson (1991:54) diartikan sebagai produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jati diri suatu kelompok atau bangsa. Dari gagasan ini, warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu.

Kuliner khas jamu (Wirakusuma, 2015: 18) menjadi aset nasional yang berpotensial untuk diwariskan secara turun-temurun. Selain merupakan warisan budaya bangsa, Jamu adalah istilah dalam bahasa Indonesia untuk obat herbal yang terbuat dari tumbuhan obat segar atau kering. Jamu telah dikenal selama berabad-abad oleh masyarakat Indonesia terkait penggunaanya untuk kesehatan dan kecantikan.

Penggunaannya saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan tren ini juga tampak dalam skala global. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional Jamu, ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal (Anonim:2014).

Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali Aga yang terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa Bali Aga merupakan suatu wilayah yang terletak didaerah pegunungan yang didiami oleh kelompok etnis minoritas (Reuter, 2005: 17-18).

Di Desa Adat penglipuran berkembang industri rumah tangga yang menyediakan makanan dan minuman khas Desa Adat penglipuran. Salah satunya merupakan loloh cemcem yaitu minuman khas Desa Adat Penglipuran, dimana terdapat 5 unit keluarga yang memproduksi minuman loloh cemcem secara besar dengan memperkerjakan 11 tenaga kerja disetiap kelompok produksi sebagai pengembangan sumber daya manusia. Industri rumah tangga yang terdapat di Desa Adat Penglipuran memiliki peranan yang sangat penting dalam sumbangannya terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Menurut Suci, dkk (1986 : 27) makanan dan minuman khas merupakan makanan dan minuman yang dijumpai, diolah dan dihidangkan

(3)

335 berdasarkan bahan-bahan yang pada umumnya diperoleh di desa tersebut. Potensi lingkungan yang mendukung keberlangsungan industri rumah tangga masyarakat dalam memciptakan suatu minuman khas Desa Adat Penglipuran yang disebut dengan loloh cemcem. Masyarakat meyakini bahwa loloh cemcem merupakan minuman yang sangat baik untuk dikonsumsi karena mampu menyembuhkan penyakit dalam seperti panas dalam (nyebae), bibir pecah-pecah (jampi) serta melancarkan buang air besar (BAB), yang menggunakan bahan-bahan alami yang didapat dari alam loloh cemcem tidak berbahaya untuk dikonsumsi.

Kreativitas (Suparwoko, 2010: 52-54) merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global. Bentuk-bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, menciptakan pasarnya sendiri dan berhasil menyerap tenaga kerja serta pemasukan ekonomis. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, diperlukan sejumlah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan daya inovatif dan kreativitas yang tinggi. Minuman loloh cemcem ini tercipta karena adanya kreativitas masyarakat dalam megandalkan sumber daya alam (SDA) yang terdapat dilingkungan mereka, menjadi suatu produk andalan Desa Adat Penglipuran yang merupakan salah satu pendukung keberlangsungan pengembangan pariwisata budaya, juga memenuhi kebutuhan dasar wisatawan selama berada di Desa Adat Penglipuran. Selain menjadi minuman khas Desa Adat Penglipuran loloh cemcem mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan adanya ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran.

2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses produksi loloh cemcem sebagai bentuk ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran?

2. Apa kendala dan strategi pengembangan loloh cemcem dalam ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran?

(4)

336 3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dapat dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui proses produksi loloh cemcem sebagai bentuk ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran.

2. Ingin mengetahui kendala dan strategi pengembangan loloh cemcem dalam ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran.

4. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Adat Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yakni: 1) Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali Aga yang memiliki keunikan dari segi sosial budaya; 2) Memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk menciptakan suatu produk unggulan di Desa Adat Penglipuran; 3) Desa Adat Penglipuran merupakan desa yang pertama kali menciptakan minuman loloh cemcem.

2. Penentuan Informan

Penetuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu cara penentuan informan yang ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu. Para informan dalam kegiatan penelitian ini diupayakan adalah orang-orang yang dianggap mengetahui prihal tentang pokok permasalahan (Ariawan, 1995: 22). Berdasarkan hal tersebut penulis memilih beberapa informan kunci dengan mempertimbangkan pengetahuan, pengalaman, penulis memilih beberapa informan kunci yaitu, Kepala Desa/ Lurah, bendesa adat dan warga yang memproduksi loloh cemcem, yang mengetahui bagaimana proses pembuatan loloh cemcem dari awal sampai akhir pembuatannya. Selanjutnya pemilihan informan yang lain akan menyusul, disesuaikan dengan kondisi, situasi di lapangan dan mempertimbangkan keperluan data, serta tetap berpedoman kepada kriteria informan yang telah ditentukan.

3. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan rancangan penelitian yang ditentukan, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

(5)

337 Sumber data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah (1) teknik observasi, (2) teknik wawancara, dan (3) teknik studi kepustakaan. Teknik observasi yang dilakukan adalah dengan melihat bagaimana keadaan desa dan keadaan industri rumah tangga loloh cemcem di Desa Adat Penglipuran. Teknik wawancara yaitu dengan melakukan wawancara bersama beberapa informan di lapangan serta teknik studi putaka yaitu menggunakan beberapa literature buku yang berkaitan dengan ekonomi kreatif serta literatur tentang minuman loloh cemcem.

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif.

Semua data yang dikumpulkan akan diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang akan dibahas. Data yang diperoleh di lapangan baik observasi, wawancara yang sesuai dengan permasalahan dideskripsikan dan diinterpretasikan secara kualitatif, tahapan lengkapnya yaitu mulai dari pengumpulan data dan penganalisisan data sesuai dengan kerangka pikir yang akan digunakan.

5. Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori adaptasi dari Jhon Bennet dan teori manajemen dari Frederick W. Taylor. Beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah, manusia dituntut untuk bersifat dinamis. Menurut Bennett (Putra, 1994:195) ada tiga konsep kunci untuk membahas dan memahami dinamika kehidupan manusia dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Tiga konsep itu adalah prilaku adaptif, strategi tindakan dan strategi adaptif. Prilaku adaptif merupakan bentuk-bentuk prilaku yang menunjukkan penyesuaian cara-cara mencapai tujuan, melakukan pilihan- pilihan dan menolak untuk melakukan tindakan atau keterlibatan dengan maksud untuk beradaptasi. Sedangkan strategi tindakan merupakan tindakan-tindakan yang khusus direncanakan untuk menyelesaikan upaya penyesuaian demi terciptanya kemajuan- kemajuan yang merupakan tujuan dalam proses pemanfaatan sumber daya. Dalam pengertian strategi tindakan tercakup upaya rasionalisasi, mekanisasi, dan orientasi pada

(6)

338 kemajuan, yang mengutamakan hasil dari prilaku manusia. Kemudian konsep strategi adaptif mengacu lebih khusus pada tindakan-tindakan yang dipilih oleh manusia dalam proses karena keberhasilannya telah dapat diprediksinya. Konsepsi berfikir lebih menekankan pada situasi lingkungan, dan kemampuan manusia untuk memanfaatkan lingkungan itu sebagai faktor yang sangat penting dalam proses adaptasi manusia. Bagi warga desa adat penglipuran yang memproduksi loloh cemcem berupaya agar bahan baku pembuatan loloh cemcem tetap tersedia. Salah satunya yaitu daun cemcem, baik dengan cara membeli dari luar daerah desa Penglipuran, sepeti di daerah Susut, Tembuku, Bangli dan Kintamani. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam beradaptasi dengan lingkungan. Melalui strategi tindakan yang merupakan tindakan-tindakan yang khusus direncanakan untuk menyelesaikan upaya penyesuaian demi terciptanya kemajuan-kemajuan yang merupakan tujuan dalam proses pemanfaatan sumber daya.

Meskipun sebagaian besar warga memiliki ladang yang ditanami pohon cemcem, tetapi tidak setiap saat daun tersebut selalu tersedia.

Secara etimologi cemcem berasal dari bahasa latin Spondias piñata KURZ (2015), yang termasuk ke dalam kelompok Anacardiaceae. Daun tanaman Spondias piñata KURZ berwarna hijau, termasuk tipe daun majemuk berbentuk lonjong dan lebar. Istilah loloh dapat di sejajarkan dengan “jamu”. Dalam proses pembuatan loloh cemcem yang merupakan minuman khas Desa Adat Penglipuran dengan menggunakan daun cemcem. Daun cemcem adalah tanaman herbal yang diolah sebagai bahan baku untuk membuat loloh cemcem. Mulai dari memetik daun cemcem, mencuci, kemudian dimasukan ke dalam mesin penggilingan selanjutnya disaring untuk mendapatkan sarinya. Loloh cemcem sebagai minuman tradisional Bali dipercaya masyarakat dapat menjaga kesehatan. Bahkan diyakini sangat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit- penyakit panas dalam. Jenis minuman ini sangat mudah ditemui di Desa Adat Penglipuran, produk ini memiliki keunikan tersendiri karena kandungan rasanya yang pedas, asam, pahit, asin dan manis bercampur menjadi satu. Loloh cemcem minuman khas Desa Adat Penglipuran merupakan usaha rumah tangga, yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam sekitar desa. Dalam pengelolaannya dibantu oleh masyarakat setempat. Selain sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat.

Pembuatan loloh cemcem juga sebagai bentuk upaya kreatif masyarakat Desa Adat Penglipuran.

(7)

339 Ekonomi Kreatif (Lemhannas RI, 2012: 28-29) merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan pada keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya.

Ekonomi dalam perspektif era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi. di mana masyarakat yang pada mulanya bertani atau bercocok tanam kini mulai mengembangkan kreativitasnya dengan menggunakan sumber daya alam yang tersedia, dengan perlahan- lahan mengembangkannya menjadi usaha industri rumah tangga yang dianggap memungkinkan untuk dikembangkan. Selain itu, ekonomi kreatif yang berdasarkan pada kreativitas masyarakat Desa Adat Penglipuran ini diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui minuman loloh cemcem.

6. Simpulan

Di Desa Adat penglipuran berkembang industri rumah tangga yang menyediakan makanan dan minuman khas Desa Adat penglipuran. Salah satunya merupakan loloh cemcem yaitu minuman khas Desa Adat Penglipuran. Industri rumah tangga yang terdapat di Desa Adat Penglipuran memiliki peranan yang sangat penting dalam sumbangannya terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Perkembangan ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Desa Adat Penglipuran juga memiliki kendala seperti halnya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku yang harus dicari jika persediaan telah habis. Maka dari itu masyarakat Desa Adat Penglipuran memiliki strategi agar bahan baku tetap tersedia dan pemasaran loloh cemcem tetap berjalan lancar guna meningkatkan perekonomian masyarakat. yaitu dengan tetap menjaga kualitas dari produk serta meningkatkan kreativitas. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif diperlukan sejumlah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan daya inovatif dan kreativitas yang tinggi. Tetapi terdapat beberapa kendala dalam proses penyediaan bahan baku,

(8)

340 seperti penyediaan daun cemcem yang merupakan bahan baku utama yang dibutuhkan dalam pembuatan loloh cemcem.

Bagi warga desa adat penglipuran yang memproduksi loloh cemcem berupaya agar daun cemcem tetap tersedia dengan cara membeli dari luar daerah desa, sepeti di daerah Susut, Tembuku, Bangli dan Kintamani. Dengan cara mengembangkan strategi melaui loloh cemcem di Desa Adat Penglipuran, yaitu dengan tetap menjaga kualitas dari produk serta meningkatkan kreativitas. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif diperlukan sejumlah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan daya inovatif dan kreativitas yang tinggi.

Daftar Pustaka

Ariawan, I Made. 1995. Prosesi Penguburan Mayat Di Bayunggede: Skripsi program sarjana (S1) Program Studi Antropologi Fakultas Sastra Dan Budaya.

Davison, G. dan C Mc Conville. 1991. A Heritage Handbook. St. Leonard, NSW: Allen

& Unwin.

Ina. 2015. Desa Wisata Dongkrak Ekonomi Masyarakat. Bali Post, 20 Februari 2015.

Putra, Ahimsa. 1994. Antropologi Ekologi: Beberapa Teori dan Perkembangannya dalam Masyarakat Indonesia, Tahun XX No. 4.

Reuter, Thomas A. 2005. Custodians Of The Sacred Mountains; Budaya Dan Masyarakat Di Pegunungan Bali. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

RI, Lemhannas. 2012. Pengembangan Ekonommi Kreatif Guna Menciptakan Lapangan Kerja Dan Mengentaskan Kemiskinan Dalam Rangka Ketahanan Nasional.

Jurnal Kajian Lemhannas RI edisi 14.

Suci, Ni Ketut, dkk. 1986. Pengolahan Makanan Khas Bali. Denpasar. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Bali.

Suparwoko. 2010. Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata. Yogyakarta. Penerbit Universitas Islam Indonesia.

Sumber Internet :

Anonim. 2014. Jurnal Jamu Indonesia. Diakses pada 27 April 2016 dari:

http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jamu/

Wirakusuma, K. Yudha. 2015. Menko PMK: Gerakan Minum Jamu Agar Tak Diklaim

Negara Lain. Pada 1 Mei 2016 dari:

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/01/16/345998/menko-pmk-gerakan- minum-jamu-agar-tak-diklaim-negara-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku ulet tampil dalam wujud bekerja bersungguh-sungguh, disiplin, bersedia bekerja di luar jam kerja, bertanggungjawab, mampu mencari umpan balik untuk mengevaluasi hasil

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

• Program sistem menyediakan suatu lingkungan yang tepat untuk pengembangan dan eksekusi

Beberapa proses penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan manisan kering belimbing wuluh dalam bentuk industri skala kecil sebagai bentuk pengembangan adalah

Jika pengambil kepu- tusan operasional menggunakan lebih dari satu ukuran laba atau rugi, aset atau liabilitas segmen operasi, maka ukuran yang dilaporkan adalah ukuran

Dipilihnya Desa Bangsri dan Pesantunan dalam program Desa Inovasi ini karena masing-masing memiliki potensi hasil alam/ sumber daya alam (SDA) dari pertanian bawang merah

Tahap pengambilan keputusan dalam pemasaran Loloh Cemcem ialah mengenai keikutsertaan responden dalam pertemuan kelompok, keikutsertaan responden dalam memberi ide,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia