• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMITE MEDIK DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN KOMITE MEDIK DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

FADILLA SAFITRI NIM : 141000079

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

FADILLA SAFITRI NIM : 141000079

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

i

Komite Medik Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyatan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2019

Fadilla Safitri

(4)

ii

(5)

iii TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr.Drs.Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. dr. Fauzi, S.K.M.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

(6)

iv

terutama dari sumber daya manusia, pembiayaan, dan informasi menuju

kemandirian rumah sakit dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf medis di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran komite medik dalam upaya pencapaian mutu pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi untuk menentukan sumber informasi dengan tujuan untuk mengetahui Peran Komite Medik Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Tahun 2018. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian yaitu tata laksana kredensial oleh komite medik yang ada dirumah sakit belum sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dalam tata laksana kredensial. Tata laksana pemiliharaan mutu profesi medis yang ada di rumah sakit belum sesuai dengan standar tentang penyelenggaraan komite medik dirumah sakit dalam tata laksana pemeliharaan mutu profesi medis.

Tata laksana penjagaan disiplin, etika dan perilaku profesi medis yang ada di rumah sakit belum sesuai dengan standar tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit dalam tata laksana penjagaan disiplin, etika dan perilaku profesi medis oleh komite medik. Dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada direktur rumah sakit perlu memberi pengarahan kepada anggota komite medik tentang tata laksana kredensial,pemeliharaan mutu profesi medis, penjagaan disiplin,etika dan perilaku profesi medis yang dilakukan oleh komite medik yang ada di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara agar pelaksanaan tugas dan peran komite medik sesuai standar yang telah di tetapkan tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit.

Kata Kunci: Komite Medik, Mutu Pelayanan Kesehatan, Rumah Sakit

(7)

v

financing and information in order to be more independent by always paying attention to its social function. The quality of a hospital services is highly determined by the performance of its medical personal. The objective of the research was to analyze the role of medical commite of Universitas Sumatera Utara Hospital, in the attempt to archieve good health service quality, in 2018.

The type of this research is qualitative by using phenomenological approach to determine the source of information with the aim to know the role of Medical Committee In Effort of Quality Service Improvement at Universitas Sumatera Utara Hospital Year 2018. Data analysis is done descriptively and presented in the from of narration.The result of the research is that credential management by medical committee in hospital is not in accordance with the standard in

accordance with the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 755/MENKES/PER/IV/2011 on the Implementation of Medical

Committee in Hospital in credential management. The maintenance of the quality of the medical profession in the hospital has not been in accordance with the standards concerning the organization of the medical committee in the hospital in the maintenance of the quality of the medical profession. Administration of

discipline,ethics and behavior of he medical profession in the hospitals is not in accordance with the standards of the organization of medical committees in hospitals in the maintance of discipline, ethics and medical profession behavior by the medical committee. From the result of this study suggested to the head of the hospital need to give direction to the members of the medical committee on the credential governance, maintenance of medical professional quality, disciplinary guarding, ethics and medical profession behavior performed by the medical committee in Universitas Sumatera Utara Hospital for the execution of duties and the role of medical committee according to the standard that has been set about the organization of medical.

Keywords : Medical Committee, Health Service Quality, Hospital

(8)

vi

sehingga skripsi yang berjudul “Peran Komite Medik dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Tahun 2018”

dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, begitu banyak orang-orang yang telah memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Kepala Departemen AKK sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

(9)

vii

6. Seluruh dosen dan staf Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan serta seluruh dosen dan staf FKM USU yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh rekan-rekan FKM USU yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis selama mengikuti kuliah di FKM USU

8. Dengan penuh rasa hormat dan mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua terkasih Bapak Akhmad Khairuddin dan Ibu Suharliyah berserta keluarga yang telah memberikan bantuan, motivasi dan perhatian kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2019

Fadilla Safitri

(10)

viii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahan ii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Riwayat Hidup xiii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 8

Tujuan khusus 8

Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9

Rumah Sakit 9

Definisi Rumah Sakit 9

Fungsi dan Tugas Rumah Sakit Pendidikan 11

Komite Medik 12

Peran Komite Medik 16

Tata Kelola Klinis 20

Kualitas Pelayanan 26

Cara Mengukur Kualitas Pelayanan 27

Cara Mengukur Mutu Pelayanan 28

Landasan Teori 29

Kerangka Pikir 30

Metode Penelitian 31

Jenis Penelitiaan 31

Lokasi dan Waktu Penelitian 31

Lokasi penelitian 31

Waktu penelitian 31

Informan Penelitian 32

Definisi Konsep 33

Metode Pengumpulan Data 33

(11)

ix

Pedoman Pengorganisasian Staf Medis Fungsional dan Komite

Medik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara 38

Staf medis fungsional 39

Komite medik 39

Keberadaan, Tugas Pokok, dan Fungsi Kepala Rumah Sakit Terhadap Komite Medik di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Tahun 2018 41

Tugas Pokok dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Tahun 2018 43

Tata Cara Pembentukan Komite Medik di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Tahun 2018 45

Struktur Komite Medik di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Tahun 2018 46

Implementasi Tata Laksana Kredensial oleh Komite Medik Rumah

Universitas Sumatera Utara Tahun 2018 48

Implementasi Tata Laksana Pemeliharaan Mutu Profesi Medik

Oleh Komite Medik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. 54 Implementasi Tata Laksana Penjagaan Disiplin, Etika dan Perilaku

Profesi Medis Oleh Komite Medik Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara 57

Kesimpulan dan Saran 63

Kesimpulan 63

Saran 64

Daftar Pustaka 66

Lampiran

(12)

x

1 Distribusi Jumlah Informan 32

2 Karakteristik Informan 38

(13)

xi

1 Kerangka Pikir Penelitian 30

2 Struktur Organisasi Komite Medik Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara 46

(14)

xii

1 Pedoman Wawancara 69

2 Surat Etika Penelitian 81 3 Surat Izin Penelitian 82 4 Surat Selesai Penelitian 83 5 Dokumentasi Penelitian 84

(15)

xiii

1996 dan beragama Islam dengan suku bangsa Batak Mandailing. Penulis

bertempat tinggal di STM Suka Tabah 1 Medan. Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak H. Akhmad Khairuddin, SE dan Ibunda Hj. Suharliyah.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari TK Abdurrahman Bin Auf (2001-2002) SD Abdi Sukma (2002-2008), SMP Negeri 2 Medan (2008-2011), SMA Negeri 10 Medan (2011-2012),SMA Negeri 5 Medan (2012-2014) dan penulis menempuh pendidikan di S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2014.

Medan, Januari 2019

Fadilla Safitri

(16)

1

Pendahuluan Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang di perngaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat.

Rumah Sakit di tekankan pada peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan rumah sakit melalui peningkatan dan pengembangan manajeman rumah sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju kemandirian rumah sakit dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat di tentukan oleh kinerja para staf medis di rumah sakit tersebut. Yang lebih penting lagi kinerja staf medis akan sangat

memengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik untuk melindungi pasien (Hartati dkk,2014 )

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selenggarakan sendiri atau secara bersama - sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

(17)

Direktur rumah sakit perlu meningkatkan kualitas dan kemampuan diri melalui kepemimpinannya agar rumah sakit sebagai organisasi dapat maju dan berkembang. Dengan demikian, kepemimpinan direktur rumah sakit merupakan persyaratan mutlak bagi rumah sakit untuk mencapai tujuan dengan mengatur kerja sama secara harmonis antara pimpinan dan seluruh staf rumah sakit.

Kepemimpinan direktur rumah sakit sangat menentukan kinerja rumah sakit itu sendiri agar fungsi rumah sakit dapat terwujud secara optimal. Direktur rumah sakit harus membangun image rumah sakit yang lebih baik agar dapat

menghadapi kebutuhan dan tuntutan masyarakat serta mampu bersaing dengan sarana pelayanan kesehatan lain.

Upaya peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit dapat di wujudkan dari kualitas komite medik, menurut Permenkes RI No.755 tahun 2011, Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (Clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui

mekanisme kredensial untuk menapis profesionalisme staf medis ,pemiliharaan mutu profesionalisme medis, pemeliharaan mutu profesi untuk memepertahankan kompetensi dan profesionalisme medis, penjagaan etika dan disiplin profesi untuk menjaga disiplin,etika, dan perilaku profesi staf medis . Pembentukan komite medik bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga mutu layanan medik di rumah sakit.

Rumah sakit harus menerapkan model komite medik yang menjamin tata kelola klinis (clinical governance) untuk melindungin pasien. Dalam model tersebut setiap staf medis di kendalikan dengan mengatur kewenangan klinis nya

(18)

(clinical privilege) untuk melakukan pelayanan medis, hanya staf medis yang

memenuhi syarat-syarat kompetensi dan perilaku tertentu sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis.

Pelaksanaan pengendalian profesi medis dalam kehidupan sehari-hari dilaksanakan oleh suatu lembaga yang dibentuk oleh undang-undang praktik kedokteran (statutory body) yang biasanya disebut sebagai konsil kedokteran (medical council atau medicalboard). Lembaga tersebut selain memberikan izin untuk menjalankan profesi, juga berwenang menangguhkan atau mencabut izin tersebut bila terjadi pelanggaran standar profesi. Tindakan disiplin profesi tersebut dilakukan setelah melalui proses sidang disiplin profesi (disciplinary tribunal).

Dalam tataran rumah sakit, kontrak sosial terjadi antara para stafmedis yang melakukan pelayanan medis dengan pasien. Kontrak tersebut dituangkan dalam dokumen peraturan internal staf medis (medical staff by laws). Pengendalian profesi medis dilaksanakan melalui tata kelola klinis (clinical governance) untuk melindungi pasien yang dilaksanakan oleh komite medik. Dengan demikian komite medik di rumah sakit dapat dianalogikan dengan konsil kedokteran pada tataran nasional (Permenkes 755 RI, 2011).

Menurut Kepmenkes No. 631/Menkes/IV/2005 komite medik rumah sakit mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf medik. Secara hierarki didalam struktur organisasi rumah sakit pemerintah, komite medik langsung berada dibawah direktur rumah sakit. Didalam struktur organisasi rumah sakit swasta, komite medik bisa berada dibawah direktur rumah sakit atau dibawah pemilik rumah sakit dan posisinya sejajar dengan direktur Rumah Sakit. Komite

(19)

medik memiliki fungsi sebagai pengarah (steering) dalam pemberian pelayanan medik sedangkan stafmedik adalah pelaksana pelayanan medik. Dalam

menjalankan tugasnya komite medik selalu berupaya melaksanakan tugas dan fungsi komite medik secara terarah, berimbang serta berkesinambungan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit bertujuan untuk mengatur tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi serta mengatur penyelenggaraan komite medik di setiap rumah sakit dalam rangka peningkatan profesionalisme staf medis. Saat ini telah

dikembangkan sistem untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis di rumah sakit yang disebut dengan clinical governance (tata kelola klinis). Tata kelola klinis adalah pendekatan sistematis dan terintegrasi untuk menjamin dan menilai tanggung jawab dan tanggung gugat klinis melalui peningkatan mutu dan keselamatan yang membawa hasil outcome klinis yang optimal (Kepmenkes RI, 2005). Tata kelola klinis timbul karena berbagai kenyataan buruk dalam sistem pelayanan kesehatan seperti tingginya kasus malpraktik. Di samping itu tata kelola klinis muncul karena gagalnya pemerintah dan manajer sarana pelayanan kesehatan dalam mengimplementasi pendekatan total quality management (TQM) atau continuous quality improvement (CQI) untuk pelayanan kesehatan (Halligan

& Donaldson, 2001)

Salah satu elemen penting dalam clinical governance ini adalah

kompetensi dari seorang dokter yang berpraktik. Persoalan akan timbul bila yang

(20)

bersangkutan akan dinilai untuk re-sertifikasi kompetensi, karena belum seluruh profesi di tanah air mempunyai standar profesi dan standar pelayanan mediknya masing-masing. Lemahnya pembinaan praktik dokter diIndonesia baik dari pemerintah, organisasi profesi, maupun komite medik di tingkat rumah sakit akan sangat memberikan peluang bagi para dokter untuk melakukan praktik yang tidak sesuai standar kompetensi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di rumah sakit.

Peraturan ini bertujuan untuk mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi serta mengatur penyelenggaraan komite medik di setiap rumah sakit dalam rangka peningkatan profesionalisme staf medis.

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara merupakan rumah sakit umum kelas C yang diselenggarakan oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan

Pendidikan Tinggi yang sudah mendapatkan akreditasi paripurna. Lokasi rumah sakit ini cukup strategis sehingga mudah untuk dicapai oleh masyarakat dalam upaya mendapat pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini memiliki tenaga medik baik dokter umum maupun dokter spesialis oleh karenanya diperlukan suatu konsep pelayanan medik yang mampu mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang baik. Konsep pelayanan medik ini didukung oleh peran komite medik sebagai bagian integral dari rumah sakit, untuk mendukung pimpinan rumah sakit dalam upaya menemukan konsep model pelayanan medik yang HEES (Highly effective, efficient & shared accountability).

(21)

Komite medik sebagai partner manajemen dan berada di bawah direktur, bertanggung jawab untuk menyususn standar dan melakukan pengawasan internal terhadap terselenggaranya fungsi rumah sakit dan dituntut perannya untuk

meningkatkan fungsi sebagai kredensial yaitu mengkaji atau menyeleksi dokter/

dokter gigi yang baik, kompeten, legal, beretika baik, serta taat aturan rumah sakit. Komite medik juga berfungsi untuk menjaga mutu pelayanan dan

profesionalisme dokter, seperti melakukan rekredential jika terbukti dokter sudah tidak lagi kompeten karena perkembangan usia atau gangguan kesehatan. Audit medik sebagai metoda melakukan kajian atas kasus-kasus yang dinilai ada

medical errors sehingga tidak terulang pada kesempatan berikutnya. Audit medik

bukan untuk menghakimi dokter yang bersalah tetapi untuk proses pembelajaran bagi semua pihak untuk meningkatkan mutu.

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara di bidang

administrasi diperoleh data bahwa adanya penurunan kepuasan pasien di bulan Juni dan Juli dan penurunan ini diakibatkan karena berkurangnya pasien peneliti mengasumsikan adanya penurunan pasien ini karena kurangnya kualitas

pelayanan medis dan ini berkaitan dengan peran komite medik dalam upaya peningkatkan kualitas pelayanan, dan informasi yang didapatkan dari pasien yaitu petugas kesehatan yang mendapatkan shift jaga malam sering tidak ada ditempat dan sistem antrian pelayanan kesehatan yang lama sehingga menyebabkan ketidakpuasan pelayanan yang dirasakan oleh pasien dan terdapat dokter yang

(22)

masih menggunakan SIP dari Rumah Sakit H. Adam Malik, hal ini

mengakibatkan kurangnya peranan dan fungsi komite medik di rumah sakit.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2017) mengenai Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien

diketahui bahwa kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien menerima pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit sebagai provider, pasien akan merasa puas jika kualitas pelayanan rumah sakit lebih tinggi atau setidaknya sama dengan yang diharapkan pasien.

Proses pelayanan medis dan output yang dihasilkan harus senantiasa dipantau dan dinilai secara berkesinambungan untuk menjamin mutu pelayanan.

Jaminan keselamatan pasien dan mutu pelayanan medis harus diberikan melalui tata kelola klinis (clinical governance) yang baik yang diselenggarakan oleh komite medik (Salmah,2016).

Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis mengenai permasalahan tata kelola klinis rumah sakit yaitu:

1. Bagaimana peran komite kredensial dalam upaya peningkatan mutu?

2. Bagaimana peran komite pemeliharaan mutu profesi medis dalam upaya peningkatan mutu?

3. Bagaimana peran komite penjagaan disiplin, etika, serta perilaku profesi medis dalam upaya peningkatan mutu?

(23)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah mengakaji peran komite medik dalam upaya pencapaian mutu pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran komite kredensial dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.

2. Untuk mengetahui peran komite pemeliharaan mutu profesi medis dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

3. Untuk mengetahui peran komite penjagaan disiplin, etika dan perilaku profesi medis dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi manajemen rumah sakit, sebagai masukan untuk pengembangan kebijakan sistem pelayanan kesehatan melalui komite medik.

2. Bagi rumah sakit, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit.

3. Bagi peneliti, sebagai pengembangan kompetensi dalam penelitian kebijakan praktik kedokeran di rumah sakit.

(24)

9

Definisi rumah sakit. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan.

Berdasarkan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 4 dan 5, dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, prefentif,kuratif dan rehabilitatif untuk menjalankan tugas tersebut

rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan memlaui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

(25)

Menurut UU RI No. 44 tahun 2009 rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:

1. Berdasarkan kepemilikan, terdiri atas : a. Rumah sakit pemerintah

b. Rumah sakit swasta

2. Berdasarkan jenis pelayanan, terdiri atas:

a. Rumah sakit umum b. Rumah sakit khusus

3. Berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri atas : a. Rumah sakit pendidikan

b. Rumah sakit non pendidikan

Rumah Sakit Pendidikan merupakan rumah sakit umum kelas C yang digunakan institusi pendidikan guna mencapai kompetensi di bidang kesehatan yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, sebuah Rumah Sakit Pendidikan harus mampu menjalankan peran menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, pendidikan yang inovatif, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam menjalankan fungsi tersebut, Rumah Sakit Pendidikan juga bertugas untuk melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan yang berbasis pada pelayanan,

membentuk karakter profesional bagi tenaga kesehatan, mengembangkan kompetensi interprofesional, dan melaksanakan riset yang bersifat translasional.

(26)

Fungsi dan tugas rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit Pendidikan memiliki fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang kedokteran,

kedokteran gigi, dan kesehatan lain. Dalam menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain. Rumah Sakit Pendidikan

bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terintegrasi dengan

mengutamakan tata kelola klinis yang baik, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain berbasis bukti dengan

memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan. Pelayanan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dilaksanakan sesuai kebutuhan medis pasien/klien, standar pelayanan, dan mengutamakan

keselamatan pasien/klien. (Peraturan Pemerintah No.93 tahun 2015)

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara merupakan rumah sakit umum kelas C yang diselenggarakan oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan

Pendidikan Tinggi yang sudah mendapatkan akreditasi paripurna. Lokasi rumah sakit ini cukup strategis sehingga mudah untuk dicapai oleh masyarakat dalam upaya mendapat pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini memiliki beberapa klinik pelayanan medis yaitu sebagai berikut :

1. Klinik Umum 2. Klinik Gigi Mulut 3. Klinik KIA/KB

4. Klinik Spesialis Penyakit Dalam 5. Klinik Spesialis Kesehatan Anak

(27)

6. Klinik Spesialis Bedah

7. Klinik Spesialis Obstetri dan Ginekologi 8. Klinik Spesialis Mata

9. Klinik Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan 10. Klinik Spesialis Syaraf

11. Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin 12. Klinik Spesialis Kedokteran Jiwa 13. Klinik Spesialis Paru

14. Klinik Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Komite Medik

Komite adalah sekumpulan orang di dalam sebuah organisasi yang berfungsi secara kolektif, sebagai sarana membentuk suatu kegiatan tertentu.

Organisasi kesehatan membutuhkan keberadaan komite ini untuk membantu mengkonsolidasikan dua kekuatan manajerial yaitu organisasi staf medis dan organisasi staf administratif (Liebler dan Mc Connell, 1999).

Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih, dari ketua staf medis fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit. Komite medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama (Permenkes RI,2011)

Di Indonesia keberadaan komite medik berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang

penyelenggaraan komite medik di rumah sakit. Menurut Permenkes ini, komite medik merupakan perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis

(28)

(clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya

dengan cara mengendalikan staf medis yang melakukan pelayanan medis dirumah sakit. Pengendalian tersebut dilakukan dengan mengatur secara rinci kewenangan melakukan pelayan medis (delineation of clinical privileges). Pengendalian ini dilakukan secara bersamaan oleh kepala/ direktur rumah sakit dan komite medik.

Komite medik melakukan kredensial, meningkatkan mutu profesi, dan

menegakkan disiplin profesi serta merekomendasikan tindaklanjutannya kepada direktur rumah sakit, sedangkan direktur rumah sakit menindaklanjuti

rekomendasi komite medik dengan mengerahkan semua sumber daya agar profesionalisme para staf medis dapat diterapkan dirumah sakit.

Konsep profesionalisme di atas didasarkan pada kontrak social antara profesi medis dengan masyarakat. Di satu pihak, profesi medis sepakat untuk memproteksi masyarakat dengan melakukan penapisan (kredensial) terhadap staf medis yang akan menjalankan praktik dalam masyarakat. Hanya staf medis yang baik (kredibel) sajalah yang diperkenankan melakukan pelayanan pada

masyarakat, hal ini dilakukan melalui mekanisme perizinan (licensing).

Sedangkan staf medis yang belum memenuhi syarat, dapat menjalani proses pembinaan (proctoring) agar memiliki kompetensi yang diperlukan sehingga dapat diperkenankan melakukan pelayanan pada masyarakat setelah melalui kredensial. Kelompok profesi staf medis memperoleh hak istimewa (privilege) untuk melakukan praktik kedokteran secara eksklusif, dan tidak boleh ada pihak lain yang melakukan hal tersebut. Dengan hak istimewa tersebut para staf medis dapat memperoleh manfaat ekonomis dan prestise profesi. Namun demikian, bila

(29)

ada staf medis yang melakukan pelanggaran standar profesi maka dapat dilakukan tindakan disiplin profesi. Tindakan disiplin ini berbentuk penangguhan hak

istimewa tersebut (suspension of clinicalprivilege) agar masyarakat terhindar dari praktisi medis yang tidak profesional.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit, susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan subkomite. Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya terdiri dari ketua dan sekretaris tanpa subkomite atau ketua dan sekretaris merangkap ketua dan anggota subkomite. Ketua komite medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah sakit. Sekretaris komite medik dan ketua subkomite ditetapkan oleh direktur rumah sakit

berdasarkan rekomendasi dari ketua komite medik dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah sakit. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medik. Komite medik bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit.

Anggota komite medik terbagi kedalam subkomite yang terdiri dari:

1. Subkomite kredensial yang bertujuan :

a. Melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf medis yang akan melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredibel.

(30)

b. Mendapatkan dan memastikan staf medis yang professional dan akuntabel bagi pelayanan dirumah sakit.

c. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiao staf medis yang melakukan pelayanan medis dirumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran/kedokteran gigi yang di tetapkan oleh kolegium

kedokteran/kedokteran gigi Indonesia.

d. Dasar bagi kepala/direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis (clinical appointment) bagi setiap staf medis untuk melakukan pelayanan

medis di rumah sakit.

e. Terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit di hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan

(stakeholders) rumah sakit lainnya.

2. Subkomite mutu profesi bertujuan:

a. Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf medis yang bermutu, kompeten, etis, dan professional.

b. Memberikan asas keadilan bagi staf medis untuk memperoleh kesempatan memelihara kompetensi (maintaining competence) dan kewenangan klinis (clinical privilege).

c. Mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps).

d. Memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on- going professional practice evaluation), maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice evaluation).

(31)

3. Subkomite etika dan disiplin profesi yang bertujuan :

a. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/ unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical care).

b. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit.

Peran Komite Medik

Komite medik memegang peran utama dalam menegakkan

profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit. Peran tersebut meliputi rekomendasi pemberian izin melakukan pelayanan medis di rumah sakit (clinical appointment) termasuk rinciannya (delineation of clinicalprivilege), memelihara

kompetensi dan etika profesi, serta menegakkan disiplin profesi. Untuk itu direktur rumah sakit berkewajiban agar komite medik senantiasa memiliki akses informasi terinci tentang masalah keprofesian setiap staf medis dirumah sakit.

Peran komite medik di dalam konteks tata kelola pelayanan medis di jabarkan dalam tugas dann fungsi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit yaitu :

1. Melaksanakan tugas kredensial komite medik yang memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.

(32)

b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik dan mental, perilaku, etika dan profesi.

c. Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan.

d. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis.

e. Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.

f. Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis kepada komite medik.

g. Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik.

h. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.

2. Melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik yang memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pelaksanaan audit medis

b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis.

c. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis rumah sakit tersebut

d. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan.

3. Melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis komite medik yang memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran

(33)

b. Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin c. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit

d. Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.

Dalam melakasanakan tugas dan fungsinya komite medik berwenang;

1. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis(delineation of clinical privilege)

2. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment) 3. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege)

tertentu

4. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)

5. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis

6. Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan 7. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring)

8. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Dengan demikian komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama yaitu:

1. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (entering to the profession), dilakukan melalui subkomite kredensial.

2. Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telah memperoleh izin (maintaining professionalism), dilakukan oleh subkomite mutu profesi

(34)

melalui audit medis dan pengembangan profesi berkelanjutan (continuing professional development).

3. Rekomendasi penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutan izin melakukan pelayanan medis (expelling from the profession), dilakukan melalui subkomite etika dan disiplin profesi.

Tugas-tugas lain diluar tugas-tugas diatas yang terkait dengan pelayanan medis bukanlah menjadi tugas komite medik, tetapi menjadi tugas direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit. Dalam menjalankan tugas, komite medik dibantu oleh panitia Credential, Panitia Audit Medik, Panitia Pengendalian infeksi Nosokomial, Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Etik Rumah Sakit dan lainnya.

Kepanitiaan ini dibentuk di bawah komite medik, yang ditetapkan oleh direktur atas usul komite medik. Panitia ini akan menangani masalah-masalah khusus, sehingga jumlah dan macam panitia diserahkan sepenuhnya kepada masing- masing rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhannya.

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa komite medik merupakan organisasi para dokter SMF dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik di rumah sakit serta melaksanakan pembinaan dan pengembangan profesi kedokteran. Karena belum lengkapnya standar dari berbagai pelayanan medik dan belum dibakukannya tata tertib pelayanan, rumah sakit dihadapkan kepada berbagai masalah yang memerlukan penyelesaian yang bersifat segera. Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat mendesak dan mengadakan penataan selanjutnya, komite medik dapat membentuk panitia adhoc. Panitia ini dibentuk dengan surat keputusan direktur sampai masalah

(35)

tersebut dapat diselesaikan. Bila diperlukan, keberadaan panitia ini dapat saja dilanjutkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sejenis yang mungkin timbul lagi dan untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan keputusan yang sudah di ambil.

Tata Kelola Klinis (Clinical Governance)

Tata kelola klinis merupakan upaya perbaikan mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Tata kelola klinis adalah suatu sistem yang menjamin organisasi pemberi pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk terus menerus melakukan perbaikan mutu pelayanannya dan menjamin memberikan pelayanan dengan standar yang tinggi dengan menciptakan lingkungan di mana pelayanan prima akan berkembang. Tata kelola klinis dalam sejarahnya merupakan salah satu perwujudan dari aspek mutu yang dideskripsikan WHO sebagai manajemen profesional, efisiensi sumber daya, manajemen risiko dan kepuasan pasien (Scally

& Donaldson, 1998).

Unsur-unsur tata kelola klinis terdiri dari 7 pilar yaitu (Trivedi et al., 2008):

1. Pelibatan pasien dan masyarakat

Pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan menyangkut pelayanan dan pengobatan mereka. Beberapa metode dalam pelibatan pasien meliputi survey kepuasan pasien, workshop dan konferensi, konsultasi dengan grup pasien, studi kasus.

2. Audit klinik

Audit klinik adalah mengukur apa yang dikerjakan dibandingkan dengan

(36)

standar yang seharusnya dijalankan dan kemudian melakukan perbaikan. Audit klinik merupakan bagian yang penting dari tiap pelayanan kesehatan yang profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Prinsip penting dalam audit klinik meliputi identifikasi dan definisi obyek, membuat standar atau tujuan, menilai dan mengukur mutu, identifikasi perubahan yang diperlukan, implementasi perubahan, monitoring efek perubahan. Tujuan utama dari audit adalah untuk efek positif pada mutu pelayanan dan efektifitas pelayanan pada pasien.

3. Efektifitas klinik

Konsep efektifitas klinik adalah perlakuan dalam pelayanan kesehatan harus didasarkan pada efektifitas klinis dan efektifitas biaya, didukung oleh bukti penelitian yang baik. Efektifitas klinis menjamin bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien didasarkan pada bukti dan akan memberikan hasil yang positif.

4. Menejemen risiko klinis

Manajemen risiko klinis meliputi penilaian, analisa dan manajemen risiko di penataan klinis. Manajemen risiko klinik mempunyai tiga komponen utama yaitu identifikasi risiko, analisa risiko dan pengawasan risiko. Belajar dari kesalahan adalah kunci dari perbaikan proses. Pendekatan sistemik manajemen risiko meliputi pelaporan kejadian tidak diharapkan, analisa kejadian, audit kejadian, analisa akar penyebab.

5. Staffing dan manajemen staf

Meliputi rekrutmen, manajemen dan pengembangan staf. Penataan tenaga kerja haruslah menempatkan orang yang benar pada tempat yang benar dan pada

(37)

waktu yang benar. Keputusan pengelolaan sumber daya manusia didasarkan pada kompetensi. Rencana strategik dan sumber daya keuangan. Manajemen yang baik dalam penataan tenaga kerja meliputi: skill-mix review, rekrutmen dan

penghentian, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karier, pendidikan dan profesi berkelanjutan.

6. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan profesi berkelanjutan

Organisasi harus mempunyai struktur untuk pendidikan dan pelatihan bagi semua staf, baik klinis maupun nonklinis. Ada tiga tingkatan untuk pendidikan dan pelatihan dalam tat kelola klinis : tingkat organisasi, tingkat direktorat atau tim, dan tingkat individu.

7. Penggunaan informasi dan manajemen pengetahuan

8. Pilar-pilar tersebut didirikan di atas 5 landasan yaitu: sistem kesadaran (system awareness), kepemimpinan, kepemilikan, kerja tim dan komunikasi.

9. Untuk menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan kerja sama antara klinisi dan manajer. Keduanya

bertanggung jawab atas kualitas pelayanan klinik (Connor dan Paton, 2008).

Tujuh garis besar penerapan konsep tata kelola klinis : 1. Membangun kepemimpinan yang efektif

Membangun visi, nilai dan mengembangkan metode mutu klinis yang disosialisasikan kepada seluruh staf klinis. Kepemimpinan yang baik memberdayakan tim kerja, membangun budaya yang mengutamakan keterbukaan dan mencari kebenaran, memastikan bahwa tata kelola klinis terlaksana dalam kegiatan sehari-hari dan terlaksana dalam setiap kegiatan.

(38)

2. Menyusun rencana kerja mutu (quality action plan)

Tata kelola klinis tidak dapat dilakukan hanya dengan mengerjakan apa yang kelihatan atau kira-kirabenar. Rumah sakit harus memiliki rencana untuk meningkatkan mutu pelayanan klinisnya. Perencanaan mutu klinis

mempertimbangkan penilaian yang obyektif akan kebutuhan pasien, risiko klinis, persyaratan dari regulasi yang ada, kemampuan staf, kebutuhan pelatihan, penilaian kinerja pelayanan klinis yang telah diberikan selama ini dengan standar kinerja yang terbaik.

3. Fokus pada pasien

Informasi dan umpan balik dari pasien digunakan untuk dasar dalam mengukur dan meningkatkan mutu pelayanan. Pasien dilibatkan dalam perencanaan pelayanan.

4. Informasi, analisis, pemahaman

Mengelola dan menggunakan secara efektif informasi dan data untuk mendukung keputusan yang terkait dengan kebijakan dan proses pelayanan klinis. Informasi dan data yang digunakan harus valid, up to date dan mudah dipahami.

5. Orang biasa mengerjakan hal yang luar biasa

Semua staf dapat berpartisipasi baik secara individu maupun kelompok untuk memberikan pelayanan terbaik. Untuk mencapai hal ini maka diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan, penghargaan pada staf, pemberdayaan staf dalam pengambilan keputusan, dukungan teknis yang tepat, misalnya akses kepada evidence based. Dikembangkan budaya yang bebas dari budaya saling

(39)

menyalahkan, penilaian terbuka terhadap kesalahan dan kegagalan bukan untuk menyalahkan tetapi untuk perbaikan sistem.

6. Merancang pelayanan yang baik

Evaluasi terhadap proses pelayanan klinis. Kebutuhan dan harapan pasien diperlakukan sebagai persyaratan yang harus dpenuhi tanpa menyampingkan persyaratan operasional, standar dan peraturan yang ada. Dilaksanakan koordinasi dalam perencanaan dan pelayanan.

7. Kemampuan untuk mengukur mutu dari pelayanan yang dilakukan adalah hal penting dalam implementasi tata kelola klinis, misalnya mengukur waktu tunggu, jumlah test yang harus diulang, dan indikator strategis seperti jumlah inovasi, efektivitas dari inovasi dan sebagainya (Haligan & Donaldson, 2001).

Tata kelola klinis harus diakui sebagai bagian terintegrasi dari manajemen dan praktek klinis yang baik dan harus dijadikan bagian dari budaya organisasi.

Agar efektif, tata kelola klinis harus diintegrasikan ke dalam budaya organisasi, praktek dan rencana bisnis tidak hanya sebagai proyek atau program yang terpisah. Pelayanan klinis merupakan core business dari rumah sakit yang perlu mendapat perhatian khusus terutama yang menyangkut dengan keselamatan pasien dan profesionalisme dalam pelayanan. Untuk pengembangan sistem pelayanan klinis dilakukan melalui penerapan good clinical governance. Konsep clinical governance yang dikembangkan oleh National Health System, Inggris

didefinisikan sebagai kerangka organisasi dalam NHS yang bertanggung jawab untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan menjaga standar tinggi perawatan dengan menciptakan suatu lingkungan dimana perawatan klinis yang unggul dapat

(40)

berkembang. Hal ini ternyata menunjukkan perbaikan mutu pelayanan klinis yang signifikan.

Konsep tersebut diadopsi di Indonesia untuk peningkatan mutu pelayanan klinis dirumah sakit dan menjamin keselamatan pasien, yang diharapkan menjadi kerangka kerja dalam meningkatan mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Adapun tujuan akhir diterapkannya good clinical governance adalah untuk menjaga agar pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan baik berdasarkan standar pelayanan yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi. Dengan demikian pada gilirannya akan

mendukung dalam upaya mewujudkan peningkatan derajat kesehatan melalui upaya klinik yang maksimal dengan biaya yang paling cost-effective.

Secara umum ada lima prinsip dasar yang terkandung dalam good clinical governance atau tata kelola yang baik. Kelima prinsip tersebut adalah

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kesetaraan/

kewajaran. Namun dalam Permendagri No. 61 tahun 2007, prinsip yang dituntut untuk dilaksanakan hanya empat prinsip yang pertama. Secara lebih rinci prinsip- prinsip dasar dalam tata kelola yang baik adalah sebagai berikut :

1. Transparansi (Transparancy) yaitu keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Efek terpenting dari dilaksanakannya prinsip transparansi ini adalah terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.

(41)

2. Akuntabilitas ( Accountability) yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ lembaga sehingga pengelolaan lembaga dapat terlaksana dengan baik. Dengan terlaksananya prinsip ini, lembaga akan terhindar dari konflik atau benturan kepentingan peran.

3. Responsibilitas (Responsibility) yaitu kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian dan persaingan yang sehat.

4. Independensi (Independency) yaitu suatu keadaan dimana lembaga dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness) yang secara sederhana dapat

didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku.

Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan kesehatan bersifat multidimensional, yaitu kualitas menurut pemakai jasa layanan kesehatan (pasien, dan keluarga),dan kualitas menurut penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter, perawat dan petugas lainnya). Yang dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatupihak

(42)

dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Wardani dkk. 2014)

Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) dimensi kualitas layanan kesehatan ”Kualitas pelayanan kesehatan lebih terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran berkomunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien”.

Petugas dimaksud adalah tenaga medis/dokter dan paramedis serta tenaga pendukung yang bertugas memberikan pelayanan kepada pasien yang dirawat harus mengikuti kode etik yang telah ada (Nova,2010).

Cara Mengukur Kualitas Pelayanan

Mereka yang membeli atau menggunakan produk atau jasa kesehatan disebut pelanggan. Untuk melihat pelayanan itu berkualitas dan memenuhi keinginan pelanggan atau masyarakat, ada beberapa cara-cara untuk menilainya, antara lain

1. Sistem Keluhan dan Saran

Seperti kotak saran di lokasi-lokasi strategis, kartu pos berprangko, saluran telepon bebas pulsa, website, e-mail, dan lain-lain.

2. Survei Kepuasan Pasien

Baik via pos, telepon, e-mail, maupun tatap muka langsung.

3. Ghost Shopping

Salah satu bentuk observasi yang memakai jasa orang lain yang menyamar

(43)

sebagai pelanggan atau pesaing untuk mengamati aspek-aspek pelayanan kualitas produk.

4. Lost Customer Analysis

Menghubungi atau mewawancarai pelanggan yang telah beralih dalam rangka memahami penyebab dengan melakukan perbaikan pelayanan.

Cara Mengukur Mutu Pelayanan

Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dibutuhkan untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan sehingga pasien akan mendapatkan

pelayanan yang bermutu. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan secara umum meliputi :

1. Mutu teknis pelayanan kesehatan (technical of care)

Mutu teknis pelayanan kesehatan berkaitan dengan kesesuaian proses pelayanan kesehatan dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Mutu seni pelayanan (art of care)

Mutu seni pelayanan berkaitan dengan lingkungan, sikap, tingkah laku pemberi pelayanan dalam memberikan pelayanan, termasuk lanyanan

interpersonal ( interpersonal care) yaitu manajemen interaksi social dan

psikososial. Salah satunya adalah cara berkomumikasi antara pasien dan praktisi kesehatan lainnya.

Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan , perlu dilakukan analisis penyebab masalah, seperti apakah terletak pada input atau proses, termasuk sikap dan perilaku pelanggan untuk selanjutnya dilakukan koreksi yang mengatasi masalah melalui penyebab yang ada. Pengukuran mutu dimulai dengan

(44)

pembentukan kelompok jaminan mutu layanan kesehatan .keleompok tersebut bertugas untuk menyusun standar layanan kesehatan, memilih teknik pengukuran mutu yang tepat untuk mengevaluasi tingkat mutu layanan kesehatan yang telah terjadi, dan membandingkan kenyataan yang terjadi terhadap standar layanan kesehatan yang telah disepakati (Sari, 2016 )

Landasan Teori

Pengembangan kualitas governance dilakukan melalui pengelolaan organisasi yang baik dan pola interaksi di antara pemangku kepentingan yaitu dokter dan organisasi profesinya (IDI/PDGI), pemerintah dan masyarakat. Dari kerangka clinical governance disiapkan serangkaian pedoman dan sistem insentif untuk meningkatkan kualitas pelayanan medis sesuai standar yang telah

ditetapkan secara nasional.

Melalui clinical governance, UU 29/2004 merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu pelayanan, termasuk di dalamnya: menegakkan standar pelayanan medik pada organisasi rumah sakit. Permenkes No.

496/Menkes/SK/IV/2005, disebutkan bahwa clinical governance adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara

sistematis dan efisien dalam organisasi rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2005).

(45)

Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tata laksana Kredensial - Penyusunan daftar kewenangan klinis

- Pemeriksaan kompetensi, kesehatan fisik dan mental, perilaku, etika dan profesi

- Evaluasi data pendidikan professional berkelanjutan - Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis - Penilaian kewenangan klinis

- Pelaporan hasil penilaian kredensial - Proses rekredensial

- Rekomendasi kewenangan klinis

MUTU PELAYANAN

MEDIS Tata Laksana

Pemeliharaan Mutu Profesi Medis

- Pelaksanaan audit medis

- Rekomendasi pertemuan ilmiah internal

- Rekomendasi kegiatan eksternal - Rekomendasi proses

pendampingan (proctoring)

Tata Laksana Penjagaan Disiplin, Etika dan Perilaku Profesi Medis

- Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran

- Pemeriksaan staf medis

- Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional

- Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.

Gambar 1. Kerangka pikir

(46)

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Pendekatan bertujuan untuk menggambarkan makna pengalaman hidup yang dialami oleh beberapa individu tentang fenomena tertentu Dalam penelitian fenomologi bermakna mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahamaan yang mendetail tentang fenomena social dan pendidikan yang diteliti. Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi peran komite medic dalam upaya pencapaian mutu pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara belum pernah dilakukan penelitian tentang peran komite medic dalam upaya pencapaian mutu pelayanan kesehatan.Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan rumah sakit dapat

menerapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit untuk mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang baik.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai dengan survey awal sampai seminar hasil penelitian, dimulai dari bulan Februari 2018 sampai dengan selesai.

(47)

Pemilihan informan penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dari peneliti dengan kriteria :

1. Subjek penelitian memiliki peran yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

2. Subjek penelitian mempunyai waktu untuk mengikuti rangkaian kegiatan penelitian.

3. Subjek penelitian dapat memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut maka informan penelitian terdiri dari:

Tabel 1

Distribusi Jumlah Informan

Informan Jumlah Informan

Direktur RS 1 Informan

Ketua komite medik 1 Informan

Sekertaris komite medik 1 Informan Subkomite Kredensial 1 Informan Subkomite Etika dan Disiplin 1 Informan Subkomite Audit Medis 1 Informan

Staf Medis 4 Informan

Jumlah 10 Informan

(48)

Definisi operasional masing-masing variable penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kredensial adalah upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk menjaga standar dan kompetensi para staf medis yang akan berhadapan langsung dengan para pasien di rumah sakit.

2. Pemeliharaan mutu profesi medis adalah upaya perbaikan mutu pelayanan klinis melalui pemantauan dan pengendalian mutu profesi medis.Meliputi : pelaksanaan audit medis, pertemuan ilmiah internal, rekomendasi kegiatan eksternal

3. Penjagaan disiplin, etika dan perilaku profesi medi adalah upaya perbaikan mutu pelayanan klinis melalui pendisiplinan berperilaku professional staf medis di lingkungan rumah sakit. Meliputi : pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran, pemeriksaan staf medis, pemberian nasehat /pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang berisi tentang variabel-variabel penelitian . Untuk melengkapi hasil

wawancara mendalam, peneliti juga memerlukan dokumen- dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian.

(49)

Pedoman wawancara terdiri dari pertanyaan yang terkait dengan peran komite medik dalam upaya pencapaian mutu pelayanan kesehatan yang membuat tata laksana kredensial, tata laksana pemeliharaan mutu profesi medis tata laksana penjagaan disiplin, etika, dan perilaku profesi medis.

Metode Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian karena dari analisis akan diperoleh temuan, baik temuan substantive maupun formal. Miles dan Huberman (2009) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data kualitatif yaitu: (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); (3) penarikan kesimpulan dan

verifikasi (conclusions drawing/verifying). Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan- kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data.

1. Mereduksi data merupakankegiatanmerangkum, memilihhal-hal pokok

memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

2. Data yang telah direduksi maka dilakukan pemaparan data. Pemaparan data sebagai kumpulan data informasi tersusun, dan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisa data. Kesimpulan disajikan dalam bentuk

(50)

dan Huberman, 2009).

Untuk mendapatkan data yang benar-benar absah digunakan pendekatan metode ganda. Triangulasi data, merupakan data dikumpulkan melalui beragam sumber agar hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dianalisa seutuhnya. (Creswell, 2010).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber memperoleh data. Misalnya membandingkan hasil

pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan penelitian. Triangulasi metode ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Misalnya peneliti tidak hanya menggunakan satu metode saja melainkan dengan

menggunakan teknik observasi atau menganalisa dokumen (Sugiyono, 2011).

(51)

36

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) adalah entitas Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera Utara. Bertujuan memperluas jejaring rumah sakit pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan lainnya. Dipersiapkan sebagai rumah sakit rujukan, riset dan pelayanan kesehatan komprehensif, dengan unggulan Nefrologi, Traumatologi/Luka bakar, dan Infeksi Tropis.

Universitas Sumatera Utara menyadari sepenuhnya bahwa kesehatan adalah merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Rumah Sakit adalah merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan dalam kerangka penyelenggaraan pendidikan dan penelitian

kedokteran/kesehatan, keberadaan suatu rumah sakit pendidikan sangat diperlukan.

Rumah sakit pendidikan USU dibangun di atas lahan seluas 38.000 m2 dengansertifikat hak pakai dan berlokasi di pusat kota, Jl. dr. Mansur,

berseberangan dengan Kampus Universitas Sumatera Utara. Bangunan berlantai 5 yang menempati sekitar 35% dari tapak lahan tersebut memiliki luas bangunan

(52)

sekitar 52.252m2, dan masing-masing lantai dihubungkan melalui lift maupun tangga.

Pembangunan RS USU berlangsung antara tahun 2009 – 2011 dan sementara itu mulai pula disusun usulan rencana pengadaan alkes/non alkes dan usulan ketenagaan. RS USU dibangun di atas lahan seluas 38.000 m2 dengan bangunan 5 lantai dan luas bangunan keseluruhan 52.200 m2. Bangunan rumah sakit terdiri dari : Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap untuk sementara (100 tempat tidur terdiri dari kelas I, kelas II, dan kelas III), Kamar Bersalin, Kamar Bedah Sentral, Instalasi Perawatan Intensif (ICU, NICU, PICU,), Unit Endoskopi, Unit CSSD, Unit Hemodialisa, Instalasi Radiologi, Instalasi Radioterapi, Laboratorium (Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi), Unit Transfusi Darah, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, kantor, kamar mandi / cuci, bagian pendaftaran pasien, kamar jaga dokter dan Mortuari

“Soft opening” RS USU dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014 dan

pembukaan operasional penuh baru dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2016.

RS USU adalah entitas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang ditempatkan dibawah pengelolaan USU. Selain memberikan pelayanan kesehatan, RS USU mempunyai fungsi utama sebagai tempat pendidikan/pelatihan tenaga profesional dan penelitian kesehatan/kedokteran. RS USU berfungsi sebagai sebuah institusi yang menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, penyedia jasa pelayanan kesehatan dan sebagai sebuah wahana penelitian.

(53)

Rumah Sakit Universitas merupakan rumah sakit negeri dibawah

Universitas dan Kemenristek yang melayani masyarakat umum, karyawan USU, pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan.

Tabel 2

Karakteristik Informan

Informan Jenis

Kelamin

Umur (tahun)

Pendidikan Jabatan

dr. Syah Mirsya Warli, SP.U

Laki-laki 53 Spesialis Direktur

Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK

Laki-laki 51 Spesialis Ketua Komite Medik

Dr. dr. Elmeida Effendi, M.Ked (KJ), Sp.KJ

Perempuan 46 Spesialis Sekretaris Komite Medik

Muhammad Ikbal, SE Laki-laki 30 S1 Admin Komite

Kredensial dr. Taufik Sungkar,

M.Ked(PD) Sp.PD.

Laki-laki 53 Spesialis Ketua SubKomite

Audit Medis dr. Irsan Nofa Hardi

Nara, Sp.S

Laki-laki 54 Spesialis Ketua SubKomite

Penjagaan Disiplin, Etika dan Perilaku Medis

dr. Denny

Ferdiansyah, Sp.KFR

Laki-laki 33 Spesialis Staf Medis dr. M.Denni

Nasution, Sp.BS

Laki-laki 37 Spesialis Staf Medis dr. Daniel Siregar,

Sp.KFR

Laki-laki 33 Spesialis Staf Medis dr. Setia Yuda

Nugraha

Laki-laki 28 S1 Staf Medis

Pedoman Pengorganisasian Staf Medis Fungsional dan Komite Medik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Dalam rangka memenuhi harapan dan keinginan pasien akan pelayanan yang berkualitas di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, khususnya pelayanan medik, maka peran staf medis dalam memberikan pelayanan sangat penting. Sejalan dengan itu perlu dilakukan pengorganisasian staf medis kedalam wadah non-struktural di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara atau yang lebih dikenal dengan Staf Medis Fungsional (SMF) dan Komite Medik.

(54)

Dengan demikian, Komite Medik merupakan wadah non-struktural yang keanggotannya terdiri dari ketua Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang

mewakili SMF yang ada di rumah sakit.

Staf medis fungsional (SMF). Penempatan dokter kedalam kelompok SMF ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara termasuk dokter paruh waktu ataupun dokter umum. Kelompok SMF dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat oleh seorang kepala rumah sakit.

Tugas Kelompok SMF antara lain:

1. Menyusun urai tugas, wewenang, dan tata kerja masing-masing SMF.

2. Menyusun SOP pelayanan medis administrasi dan SOP pelayanan bidang keilmuan profesi. SOP pelayanan medis administrasi meliputi:

a. Pengaturan tugas rawat jalan b. Pengaturan tugas rawat inap c. Pengaturan tugas visit

d. Pengaturan tugas pertemuan klinik e. Pengaturan persentase kasus

f. Pengaturan pertemuan standar teknis profesi

Komite medik. Komite Medik memegang peran utama dalam

menegakkan profesionalisme staf medis yang ada di rumah sakit. Peran tersebut meliputi rekomendasi pemberian izin melakukan pelayanan medis di rumah sakit (clinical appointment) termasuk rinciannya (delineation of clinical privilege), memelihara kompetensi dan etika profesi, serta menegakkan disiplin

(55)

profesi.Untuk itu kepala rumah sakit berkewajiban agar komite medis senantiasa memiliki akses informasi terinci tentang masalah keprofesian setiap staf medis di rumah sakit.

Tata kerja komite medik terdiri atas:

1. Administrasi:

a. Rapat rutin komite medik dilakukan minimal 1 kali dalam 1 bulan.

b. Rapat darurat, diselenggarakan untuk membahas masalah pendek.

c. Menetapkan tugas dan kewajiban panitia, termasuk pertanggungjawabannya terhadap suatu program.

2. Teknis:

a. Mengaitkan perjanjian kerja dokter di rumah sakit dengan kewenangan komite medik.

b. Menjabarkan hubungan antara komite medik sebagai penilai kompetensi dan etika profesi dengan manajemen rumah sakit.

c. Koordinasi antara komite medik dengan pengelola rumah sakit dalam menangani masalah staf dokter serta pengaturan penyampaian informasi kepada pihak luar seperti perkumpulan profesi dan pihak lain non-profesi seperti kepolisian dan jajaran hukum.

Tugas komite medik, meliputi:

1. Membantu kepala rumah sakit menyusun standar pelayanan medis dan memantau pelaksanaannya.

2. Memantau dan membina pelaksanaan tugas tenaga medis.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir
Gambar 2. Struktur organisasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Gambar 1. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Sekertaris Komite  Medik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan  Admin Komite Medik  Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir logika mahasiswa yang diajar menggunakan pendekatan SEA dibandingkan

1.1 Tampilan Website Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung .... 9 1.2 Tampilan Website Pascasarjana Unisba Bandung

Nilai IC50 yang terendah adalah ekstrak daun mimba dengan pelarut methanol dengan konsentreasi 80%. Perbedaan nilai IC50 ini dapat disebabkan oleh jumlah antioksidan

Pendekatan analisa teknikal belum tentu cocok bagi semua investor, pembaca disarankan untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri mengenai analisa investasi yang cocok dengan

Sebagai seorang pakar dalam sejarah tentang sistem-sistem berpikir manusia, ia justru membuat banyak analisis tentang peristiwa-peristiwa penting sejarah masa lalu, dan melihat di

Pada siklus I, Untuk siklus I jumlah yang tuntas sebanyak 16 siswa (50%) dan yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa (50%), sedangkan pada siklus II meningkat jumlah siswa yang

Implementasi monitoring dan evaluasi visi misi yang dilakukan di tingkat jurusan berjalan dan berhasil baik jika didukung oleh komitmen para pelaku, manajemen

Karena kecepatan angin yang diperlukan untuk memutar kincir sangat bergantung pada alam maka pada pembangkit listrik tenaga angin ini dilengkapi dengan