• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASURANSI SYARIAH. Abdul Rahman Sekolah Tinggi Ekonomi Dan Bisnis Islam (STEBI) Al Ulum Terpadu Jl. Tuasan No. 37 Medan, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASURANSI SYARIAH. Abdul Rahman Sekolah Tinggi Ekonomi Dan Bisnis Islam (STEBI) Al Ulum Terpadu Jl. Tuasan No. 37 Medan, Sumatera Utara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

25 Abdul Rahman

Sekolah Tinggi Ekonomi Dan Bisnis Islam (STEBI) Al Ulum Terpadu

Jl. Tuasan No. 37 Medan, Sumatera Utara

Abstrak : Dalam kehidupan yang tak lepas dari aktifitas ekonomi, terlebih lagi manusia adalah salah satu sebagai mahkluk ekonomi sudah menjadi sebuah kekhawatiran dalam kekurangan ekonomi di masa mendatang. Kekhawatiran tersebut melahirkan suatu sistem atau program yang merancang agar seseorang tidak lagi merasa khawatir dalam masalah ekonominya, hal ini yang sering kita kenal dengan istilah Asuransi.

Oleh karena asuransi adalah aktifitas ekonomi tentu memiliki nilai keuntungan dan kerugian antara setiap yang bertransaksi. Kerugian dan keuntungan inilah yang dikaji dan diteliti dalam konsep islam, agar tidak terjadinya kerugian antara kedua belah pihak yang bertransaksi sehingga mewujudkan sebuah aktifitas ekonomi yang halal. Konsep inilah yang dimaksudkan dengan Asuransi Syariah.

Abstract : In life that can not be separated from economic activity, moreover human being is one as economical beings, has become a concern in the economic shortage in the future. Such concern give birth to a system or program that designs so that one no longer feels woried abaout its economic problems. This is what we often know with the term Insurance.

Because insurance is an economic activity of course has a value of profit and loss between each transaction. These losses and advantages are studied and researched in the concept of Islam, so as not tohappen a loss betwen the two parties wo trancact so as to create a halal economic activity.

This concept is what is meant by Syariah Insurance.

Kata Kunci : Asuransi, Syariah

Abdul Rahman : Asuransi Syariah

A. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi berasal dari kata Belanda assurantie yang kemudian menjadi asuransi dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi pada dasarnya asuransi berasal dari bahasa latin yaitu

“assecurare” yang berarti meyakinkan orang. Yang kemudian dikenal dalam bahasa francis sebagai assurance yaitu menanggung sesuatu yang pasti terjadi selanjutnya dikaitkan dengan jiwa seseorang.

(2)

Ada beberapa pendapat yang mendefenisikan asuransi yaitu:

 Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti.

 Menurut Undang-undang no.2 Tahun 1992 usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihakketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungnya.

 Asuransi dalam sudut pandang ekonomi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan.

Sedangkan menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menrima/menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagai risiko diantara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi adalah sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing angggota asuransi tersebut.

 Asuransi syariah secara terminologi adalah tentang tolong-menolong. Dalam fatwa MUI asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (ikatan) yang sesuai dengan syariah, yaitu akad yang tidak mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

Istilah-istilah penting dalam perasuransian syariah :

 Peserta asuransi adalah pihak pertama yang membagi risiko dan mempunyai hak untuk menerima sejumlah uang dari perusahaan asuransi sebagai ganti rugi atas terjadinya suatu risiko sebagaimana tercantum dalam perjanjian. Peserta asuransi juga disebut sebagai pemegang polis. Dalam asuransi syariah peserta minimal dalam keadaan tertentu memiliki hak yang sama dengan perusahaan termasuk dalam hak perolehan keuntungan dari dana yang direasuransikan perusahaan asuransi jika terjadi klaim.

 Perusahaan asuransi adalah sebagai pengelola risk sharing. Dalam asuransi syariah perusahaan asuransi adalah pengelola dana yang berhak memperoleh imbalan tertentu dalam bentuk fee dan/ atau bagi hasil. Pengelolaan dana asuransi dapat dilakukan atas dasar akad wakalah bil ujrah, mudharabah. Sedangkan dalam asuransi konvensional pengelola disebut penanggung, karena menanggung risiko tertanggung (risk transfer). Akad yang digunakan adalah akad jual beli dimana perusahaan asuransi menjadi pemilik penuh dana yang disetor.

(3)

 Al-Kafalah adalah suatu kepentingan yang menjadi dasar berlakunya suatu pertanggung asuransi, yaitu adanya kepentingan terhadap kehidupan seseorang (insurable interest), benda atau terhadap tanggung gugat kepada pihak lain. Objek asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa, dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan/ atau berkurang nilainya.

 Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk menentukan besarnya premi. Atau dengan kata lain, merupakan proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menentukan tingkat risiko yang akan diterima dan menentukan besarnya premi yang akan dibayar.

Penentuan dan pengklasifikasian risiko calon peserta terkait dengan besar kecilnya risiko untuk menentukan diterima atau ditolaknya permohonan calon pemegang polis (peserta)

 Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti autentik berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi.

 Premi asuransi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan peserta asuransi untuk mengikat kewajiban pengelola dalam membayar ganti rugi atas terjadinya risiko. Dalam asuransi syariah premi disebut dengan istilah kontribusi, yaitu merupakan dana peserta secara bersama-sama setelah dikurangi fee pengelola. Premi asuransi syariah terbagi tiga:

- Premitabungan - Premi tabarru - Premi biaya

 Jangka waktu pertanggungan yang menunjukkan lamanya suatu perjanjian asuransi berlaku.

 Tanggal dikeluarkan polis adalah tanggal yang tercantum pada polis pada saat dikelurkan atau diterbitkan oleh perusahaan asuransi.

 Manfaat asuransi atau jumlah uang pertanggungan merupakan jumlah uang yang dinyatakan dalam polis sebagai proteksi maksimum yang akan dibayarkan perusahaan asuransi kepada peserta sebagai ganti rugi atas terjadinya suatu risiko.

 Agen asuransi, seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberkan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama perusahaan.

 Aktuaria adalah pegawai asuransi yang bertugas utama melaksanakan perhitungan keuangan perusahaan

 Reasuransi pada prinsipnya adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang diasuransikan atau sering disebut dengan asuransi dari asuransi. Reasuransi merupakan suatu sistem penyebaran risiko dimana penanggung penyebarkan seluruh atau sebagaian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain.

B. Sejarah dan Dasar Hukum

Pembahasan asuransi baru muncul pada fase lahirnya ulama kontemporer. Tercatat dalam literatur sederetan nama yang menekuni kajian asuransi diantaranya adalah Ibnu Abidin (1784-

(4)

1836), Muhammad Nejatullah al-Siddiqi, Muhammad Muslehuddin, Fazru Rahman, Mannan, Yusuf al-qardawi, Mohd. Ma’shum Billah. Kajian tentang asuransi merupakan paket dari sebuah kajian ekonomi islam yang dikaji bersama-sama dengan pembahasan perbankan dalam islam.

Secara prinsip kajian ekonomi selalu mengedepankan asas keadilan, tolong menolong, menghindari kedzaliman, pengharaman riba (bunga), prinsip profit and loss sharing, serta penghilangan gharar. Secara teoritis asuransi syariah masih menginduk pada kajian Ekonomi Islam secara umum. Disamping prinsip-prinsip diatas hal yang harus dipenuhi oleh lembaga asuransi secara mandiri, terpadu profesional, serta tidak menyalahi aturan dasar yang telah digariskan dalam syariah islam. Demi terjaganya suatu asuransi syariah agar selalu sesuai dengan syariat islam maka pada setiap asuransi harus ada Dewan Pengawas Syariah.

Nejatullah al-Shiddiqi berpendapat bahwa asuransi syariah harus membawa unsur tolong- menolong, seperti apa yang terjadi di awal sejarah asuransi yang menjadikan prinsip tolong- menolong sebagai unsur utama di dalamnya. Sementara itu Muhammad Ma’shum Billah mengajukan konsep yang bernama takaful (pemegang polis asuransi) atas prinsip mudharabah.

Perkembangan asuransi syariah ditandai dengan lahirnya perusahaan asuransi di berbagai belahan dunia, antara lain :

 Sudanese Islamic Insurance (1979)

 Islamic Arab Insurance Co. (1979)

 Dar Al-Maal Al-Islami, Geneva (1981)

 Islamic Takafol Company (I.T.C), S.A.Luxembourg (1983)

 Islamic takafol and Re-Takafol Company, Bahamas (1983)

 Syarikat Al-Takafol Al-Islamiah bahrain,E.C. (1983)

 Takaful Malaysia (1985)

Sementara di Indonesia asuransi syariah merupakan cita-cita yang telah dibangun sejak lama, dan telah menjadi sebuah lembaga asuransi modern yang siap melayani ummat islam di Indoensia, dan bersaing dengan asuransi konvensional. Dalam asuransi syariah terdapat dua jenis perlindungan takaful.

 Takaful keluarga; bentuk takaful yang memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi malapetaka kematian dan kecelakan atas diri peserta takaful. Adapun produknya adalah : takaful berencana, takaful pembiayaan, takaful pendidikan, takaful dana haji, takaful berjangka, takaful kecelakaan siswa, takaful kecelakaan diri, dan takaful khairat keluarga.

 Takaful umum; bentuk takaful yang memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau kecelakaan terhadap harta benda milik peserta takaful, seperti : takaful kebakaran, takaful kendaraan bermotor, takaful pengangkutan laut, dan takaful rekayasa.

Asuransi syariah di Indonesia baru muncul pada akhir tahun 1994, ditandai dengan berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994, dengan diresmikannya PT

(5)

Asuransi Takaful Keluarga melalui SK Menkeu No. Kep-385/KMK.017/1994. Kemudian diusul dengan beberapa perusahaan asuransi diantaranya, PT Asuransi Syariah “Mubarakah” (1997), dan beberapa unit asuransi syariah dari berbagai asuransi konvensional seperti MAA Assurance (2000), Asuransi Great Eastern (2001), Asuransi Bumi Putra (2003), Asuransi Beringin Jiwa Sejahtera (2003), Asuransi Tripakarta (2002), dan asuransi lainnya.

Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia antara lain terdapat dalam kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, PP No. 63 Tahun 1999 tentang perubahan atas PP No. 73 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian serta Atura-aturan lain yang mengatur Asuransi Sosial yang diselenggarakan oleh BUMN Jasa Raharja (asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang), Astek (Asurans Sosial Tenaga Kerja), dan Askes (Asuransi Kesehatan).

Asuransi syariah belum diatur dalam undang-udang, secara teknis operasional perusahaan asuransi/perusahaan resauransi berdasarkan prisnsip syariah mengacu kepada SK Dirjen Lembaga Keuangan No. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah dan beberapa Keputusan Menteri Keuangan (KMK), yaitu KMK No. 422/KMK.06/2003 tentang penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi; KMK No. 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi; dan KMK No. 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaa Perusahaan Asuransi dan Perusahaan reasuransi.

C. Pendapat Ulama Tentang Asuransi

Praktik asuransi modern mendapat sambutan yang beragam di kalangan para ulama, sebagaian ulama ada yang menolak perjanjian asuransi dengan alasan-alasan tertentu, dan ada pula yang menerimanya dengan argumentasinya. Pada umumnya ulama menolak perjanjian asuransi dengan alasan-alasan berikut :

a. Asuransi merupakan perjanjian pertaruhan dan merupakan perjudian semata-mata (maysir).

b. Asuransi melibatkan urusan yang tidak pasti (grahar)

c. Asuransi jiwa merupakan suatu yang dirancang untuk merendahkan iradat Allah

d. Dalam asuransi jiwa, jumlah premi tidak tetap karena tertanggung tidak mengetahui berapa kali bayaran angsuran yang dapat dilakukan olehnya sampai ia mati

e. Perusahaan asuransi menginvestasikan uang yang telah dibayar oleh tertanggung dalam bentuk jaminan berbungan. Dalam asuransi jiwa apabila tertanggung mati, dia akan mendapat bayaran lebih dari jumlah uang yang telah dibayar, dan hal ini merupakan riba f. Semua perniagaan asuransi berdasarkan riba dilarang dalam islam

Sementara itu sebagaian ulama menerima kehadiran asuransi dengan menghilangkan unsur gharar, maysir, dan riba. Para ulama Indonesia dalam hal ini menrima asuransi berdasarkan hasil fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/ atau tabarru’ yang memberikan pola

(6)

pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak mengandung grahar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan, risywah (suap), barang haram dan maksiat.

D. Manfaat dan Risiko Asuransi

Manfaat asuransi bagi peserta asuransi antara lain :

 Rasa aman dan perlindungan. Peserta asuransi berhak memperoleh klaim (hak peserta asuransi) yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

 Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel mordibita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam perhitungannya.

 Berfungsi sebagai tabungan, kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta.

Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah, untuk menggelolanya secara syariah

 Alat penyebaran risiko, dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta sebagai bentuk saling tolong-menolong dan membantu di antara mereka

 Membantu meningkatkan kegiatan usaha, karena perusahaan asuransi akan melakukan investasi dengan syariah atau suatu bidang usaha tertentu

Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Jenis-jenis risiko yang umum dikenal dalam usaha perasuransian antara lain :

 Risiko murni, berarti bahwa ada ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni adalah suatu risiko yang bila terjadi akan memberikan dan apabila tidak terjadi tidak menimbulkan kerugian akan tetapi juga tidak memberikan keuntungan

 Risiko Investasi, adalah risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu peluang mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan

 Risiko Individu, risiko individu terbagi 3 :

1. Risiko pribadi, adalah risiko yang mempengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang memperoleh keuntungan

2. Risiko harta, adalah risiko terjadinya kerugian keuangan apabila kita memiliki suatu benda atau harta yaitu adanya peluang untuk hilang, dicuri, atau rusak

3. Risiko tanggung gugat adalah risiko yang mungkin dialami sebagai tanggung jawab akibat merugikan pihak lain, maka dia harus membayarnya, sehingga hal ini termasuk kerugian finansial

(7)

Risiko yang dapat Diasuransikan, ada beberapa karakteristik risiko yang dapat diasuransikan yang biasanya disingkat dengan LURCH, yaitu :

 Loss. Berarti bahwa resiko yang dapat diasuransikan harus berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian (loss).

 (Unexpected. Tidak dapat diperkirakan kepastian resiko tersebut benar-benar terjadi, seperti habis atau rusak karena dipakai.

 Reasonable. Resiko yang dapat dipertanggungkan adalah benda yang memiliki nilai, baik dari pihak penanggung maupun pihak yang tertanggung.

 Catastrophic. Supaya resiko dapat digolongkan sebagai insurable, resiko tersebut haruslah menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang besar atau sangat besar.

 Homogeneous. Berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip the law of large numbers. Seandainya kita ingin mengetahui besarnya kemungkinan kerugian suatu benda, kita harus memiliki jenis pertanggungan yang serupa sebagai bahan perbandingan untuk memperkirakan kerugian yang mungkin terjadi tersebut.

Cara Mengelola Risiko

 Menghindari risiko untuk menghilangi risiko jangan melakukan kegiatan apapun yang kemungkinan dapat menimbulkan peluang kerugian

 Mengurangi risiko adalah sedapat mungkin memperkecil kemungkinan terjadinya kerugian ayang dapt dilakukan dengan dua cara : Pertama, mengurangi peluang terjadinya kerugian.

Kedua, mengurangi jumlah kerugian yang mungkin terjadi

 Retensi risiko, berarti kita tidak melakukan apapun terhadap risiko tersebut, kita memiliki risiko tetapi kita memutuskan untuk tidak melakukan apapun maka retensi ini disebut dengan risiko suka rela

 Membagi risiko, merupakan konsep yang diterapkan dalam asuransi syariah terkadang suatu risiko tidak dapat dihindari, dan retensi akan memberikan peluang kerugian yang amat besar, maka dapat dilakukan pembagia kerugian

 Mentransfer risiko, merupakan konsep usaha asuransi konvensional yaitu berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain, biasanya kepada perusahaan asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban risiko.

E. Prinsip-prinsip Pengelolaan Asuransi Syariah

Prinsip-prinsip asuransi merupakan dasar pijakan setiap ada masalah yang timbul dalam kontrak asuransi. Pada asuransi konvensional, terdapat 5 (lima) prinsip asuransi yang disebut pula dengan doktrin asuransi :

a. Kepentingan yang dapat diasuransikan, adalah hubungan kepentingan antara peserta/tertanggung dianggap mempunyai kepentingan yang insurable jika ia (mereka) akan

(8)

mengalami kerugian bila objek/pihak yang dipertanggungkan mengalami musibah.

Kepentingan dapat timbul karena : - Hubungan ke;uarga

- Hubungan bisnis - Kepemilikan - Kuasa orang lain - Karena undang-undang

b. Iktikad Baik (utmost good faith), para pihak yang melakukan kontrak asuransi, baik penanggung maupun tertanggungharus beritikad baik yang diwujudkan dengan kejujuran dan mengemukakan keterbukaan. Dimana penanggung harus memberikan semua informasi mengenai pertanggungan maupun tertanggung memberikan informasi mengenai objek pertanggungan baik diminta maupun tidak

c. Pergantian Kerugian (indemnity), merupakan mekanisme ganti rugi/santunan bila terjadi musibah yang dijamin, yaitu penanggung akan mengembalikan posisi keuangan tertanggung dalam keadaan semula. Pergantian kerugian bisa dilakukan dengan pembayaran tunai, penggantian, perbaikan atau pembangunan kembali.

d. Sebab akibat (proximate cause), adalah suatu sebab akibat, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu persitiwa secara berantai tanpa intervensi suatu kekuatan lain, diawalai dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru independen.

e. Subrogasi-pengalihan hak, jika penanggung telah membayar santunan ganti rugi kepada tertanggung, padahal dalam peristiwa yang mengakibatkan kerugian tersebut tertanggung tidak bersalah, maka hak menuntut kepada pihak yang bertanggung jawab/ yang bersalah (pihak ketiga) beralih ke pihak penanggung.

Pada prinsipnya kelima prinsip asuransi konvensional di atas bisa diterima dan diberlakukan juga dalam asuransi syariah. Namun, dalam asuransi syariah diperkaya dengan prinsip-prinsi tambahan yaitu:

1. Prinsip iktihar dan berserah diri

2. Prinsip saling membantu dan bekerja sama

3. Prinsip saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan serta tidak membiarkan uang menganggur

4. Akad yang digunakan adalah akad yang tidak mengandung gharar, maysir, riba, zhulm, risywah, barang haram, dan maksiat, sehingga pihak-pihak yang terkait akan saling bertanggung jawab. Akad tersebut harus memenuhi ketentuan:

 Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan

 Cara dan waktu pembayaran premi

 Jenis akad itu, apakah akad tijarah atau akad tabarru’, serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diadakan.

(9)

5. Investasi yang terkumpul atas dana yang terkumpul dari klien yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah harus dilakukan sesuai ketentuan syariah.

F. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

1. Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dengan pengelolaan investasi dananya, Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.

2. Akad pada asuransi syariah adalah akad Tabbaru’(hibah), untuk hubungan sesama peserta dimana pada dasarnya akad dilakukan tas dasar tolong menolong (taawwun), sedangkan asuransi konvensional akad berdasarkan lebih mirip jual beli.

3. Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharobah), bersih dari gharar, maysir dan riba. Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga(riba) sebagai landasan perhitungan investasi.

4. Kepemilikkan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah(premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.

5. Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus sperti yang terdapat pada asuransi konvensional.

6. Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana Tabbaru’(dana kebajikkan).

Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.

7. Pembagian keuntungan pada asuransi syariah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.

8. Asuransi syariah menggunakan sistem sharing of risk dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya, sedangkan pada asuransi konvensional yang dilakukan adalah transfer of risk, dimana terjadi pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung.

9. Asuransi syariah menggunakan konsep akuntansi cash basis yang mengakui apa yang telah ada sedangkan asuransi konvensional menggunakan sistem accrual basis yang mengakui aset, biaya, kewajiban yang sebenarnya belum ada padahal belum tentu terealisasikan.

10. Asuransi syariah dibebani kewajiban membayar zakat dari keuntungan yang diperoleh sedangkan konvensional tidak.

G. Penggolongan Jenis Usaha Asuransi

Asuransi ditinjau dari fungsinya, menurut undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, jenis perasuransian meliputi asuransi kerugian, jiwa dan reasuransi.

 Usaha yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian yang terjadi karena bencana, peristiwa atau bahaya yang timbul tidak pasti.

 Asuransi jiwa, adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang diasuransikan.

(10)

Asuransi jiwa terbagi : 1) asuransi jiwa biasa, 2) asuransi rakyat, 3) asuransi kumpulan, 4) asuransi dunia usaha, 5) asuransi orang muda, 6) asuransi keluarga, 7) asuransi kecelakaan.

 Reasuransi, pada prnsipnya adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang diasuransikan atau sering disebut asuransi dari asuransi.

Asuransi ditinjau dari Polis Dasar, terbagi empat:

 Asuranasi berjangka

 Asuransi seumur hidup

 Asuransi dua manfaat

 Asuransi unit investasi (unit linked) Asuransi ditinjau

 Asuransi milik swasta nasional

 Asuransi milik pemerintah

 Asuransi milik perusahaan asing

 Asuransi mili campuran

Asuransi ditinjau dari sifat pelaksanaannya :

Asuransi suka rela

Asuransi wajib

Asuransi ditinjau dari kegiatan penunjang usaha asuransi:

Pialang asuransi

Pialang reasuransi

Penilai kerugian asuransi

 Konsultan aktuaria

 Agen asuransi

H. Mekanisme Kerja Asuransi Syariah

Di dalam operasional asurnai syariah yang sebenrnya terjadi adalah saling bertanggung jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta asuransi, adapun proses mekanisme kerja asuransi syariah dapat diuraikan:

1. Underwriting, proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi, atau merupakan proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menetukan tingkat risiko yang akan diterima dan menentukan besarnya premi yang akan dibayar. Pada asuransi syariah underwriter berperan :

 Mempertimbangkan risiko yang diajukan.

 Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.

 Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta membayar premi sesuai dengan tingkat risiko

 Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta

 Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.

(11)

 Menjaga kestabilan dana

 Menghindari anti seleksi.

 Memperhatikan pasar kompetitif yang ada dalam penentuan tarif

 Melakukan reasuransi

2. Polis, surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. Unsur-unsur yang harus ada dalam polis adalah:

 Deklarasi

 Perjanjian asuransi

 Pernyataan polis

 Pengecualian

 Kondisi pertanggungan

 Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi

3. Premi (kontribusi), premi yang dibayarkan peserta merupakan investasi untuk keluarga peserta, dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:

 Premi tabungan, yaitu dana tabungan pemegang polis yang dikelola oleh perusahaan.

 Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan digunakan untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian.

 Premi biaya adalah sejumlah dana yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam rangka pengelolaan dana asuransi.

4. Pengeolaan dana asuransi

Pengelolaan dana asuransi dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudharabah, keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem bagi hasil). Para peserta sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola. Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para peserta. Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan kesepakatan.

Mekanisme pengelolaan dana peserta asuransi dapat dibagi kedapa dua bagian :

 Ditinjau dari unsur tabungan

a. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)

Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan.

Besar premi yang dibayarkan tergantung pada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Premi yang dibayarkan oleh perusahaan dalam rekening tabungan dan rekening tabarru’.

b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan

Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimaksukkan dalam rekening tabarru’, yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling tolong menolong, hal ini dibayarkan bila peserta meninggal dunia dan perjanjian telah berakhir.

(12)

 Ditinjau dari aliran dana pada asuransi syariah

Dalam asuransi syariah semua premi yang masuk merupakan dan peserta stelah dikurangi dengan fee atas jasa pengelolaan dana premi. Dalam pengelolaan dana investasi, baik dana tabarru’ maupun saving dapat digunakan dengan akad wakalah bil ujrah, akad mudharabah, atau akad mudharabah musyarakah. Ketika terjadi klaim, perusahaan tidak mengeluarkan dana apapun dari kas perusahaan karena penggantian klaim diambl dari dana tabungan peserta (tabarru’).

Jika terjadi surplus underwriting dan keuntungan investasi akan dibagikan kepada peserta yang tidak mengajukan klaim dan kepada perusahaan asuransi sesuai besar persentase tertentu yang telah disepakati perusahaan.

5. Jenis investasi Usaha Asuransi Syariah, terdiri dari :

 Depositio berjangka dan sertifikat berjangka pada bank

 Saham yang tercatat di bursa efek dengan catatan tidak melebihi 20% dari investasi

 Obligasi dan medium term notes tidak boleh melebihi 20% dari investasi

 Surat berharga yang diterbitkan pemerintah atau BI

 Unit penyertaan reksadana, tidak boleh melebihi 20% dari investasi

6. Klaim, adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad, ketentuan klaim dalam asuransi syariah adalah :

 Klaim yang dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati di awal

 Klaim dapat bebeda dalam jumlah sesuai premi yang dibayarkan

 Klaim dalam akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta

 Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan kewajiban perusahaan

7. Penutupan asuransi, berakhirnya perjanjian asuransi yang disebabkan oleh dua hal:

 Masa berlakunya sudah berakhir

 Karena dibatalkan oleh salah satu pihak

I. Pengembangan Asuransi Syariah

Dalam pengembangan asuransi syariah masih ada kendala, yaitu kurangya sosialisasi, keterbatasan tenaga ahli asuransi syariah yang profesional, dukungan umat islam yang masih rendah, dukungan pemerintah belum optimal, terutama dalam hal kendala perundang-undangan yang hingga kini belum terakomodasi secara optimal.

KESIMPULAN

 Menurut Undang-undang no. 2 Tahun 1992 usaha usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihakketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungnya.

(13)

 Dalam fatwa MUI asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (ikatan) yang sesuai dengan syariah, yaitu akad yang tidak mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

 Manfaat asuransi syariah : membrikan rasa aman dan perlindungan, Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, berfungsi sebagai tabungan, alat penyebaran risiko, membantu meningkatkan kegiatan usaha.

 Risiko asuransi : risiko murni, risiko investasi, risiko individu

 Dalam menangani risiko terdapat lima hal yang dilakukan yaitu: menghindari risiko, mengurangi risiko, retensi risiko, membagi risiko, mentransfer risiko.

Akad asuransi syariah : akad tijarah (mudharabah, mudharabah musyarakah, wakalah bil ujrah), akad tabarru’.

Mekanisme Kerja Asuransi Syariah :Underwriting, Polis, Premi (tabarru’), Premi biaya, Pengeolaan dana asuransi, dan investasinya, Klaim dan Penutupan asuransi.

 Kendala utama pengembangan asuransi syariah antara lain : 1) kurangnya sosialisasi, 2) keterbatasan tenaga ahli, 3) dukungan umat islam yag masih rendah, 4) dukungan pemerintah masih belum optimal, 5) perundang-undangan belum terakomodasi secara optimal.

(14)

Pustaka Acuan :

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.

Salim, Abbas. Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamala. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Wirdyaningsih, et all. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005 Sun Life Syariah (materi training)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Nadia Branon , Business Intelligence merupakan kategori yang umum digunakan untuk aplikasi dan teknologi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa, dan menyediakan akses

Yusri (Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Banda Aceh) mengatakan bahwa terkait Pasal 272 ayat (1) Qanun Hukum Acara Jinayat yang berbunyi “hakim Pengawas wajib memperingatkan

Matriks SWOT Asuransi Jiwa Perorangan AJB Bumiputera 1912 KPR Pekanbaru Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) x Brand name x Kualitas pelayanan x

Perusahaan mempunyai berbagai macam usaha dalam menarik jumlah investor dan meningkatkan harga sahamnya, salah satunya yaitu dengan mengevaluasi faktor-faktor yang

Hasil simulasi A menunjukkan bahwa peningkatan impor produk sensitif Indonesia terutama beras dan gula lebih banyak berasal dari sesama negara ASEAN, antara

Dalam Pasal 1 angka 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/POJK.03/2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif memberikan

Catatan : Daftar Nominatif ini dapat berubah jika ada sanggahan, pengaduan, duplikasi dan sebab lainnya.. Instansi