PELUANG INOVASI TEKNOLOGI PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU SAYUR DI KOTA JAMBI
1)(Studi Kasus Kawasan Prima Tani Kota Jambi)
Kiki Suheiti
2)dan Syafri Edi
2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128
ABSTRAK
Sayuran sebagai bahan kelengkapan makanan pokok nasi besar sekali manfaatnya, baik sebagai sumber gizi maupun untuk menambah selera makan. Oleh karena itu sayuran mutlak dibutuhkan oleh setiap orang. Di Kota Jambi, lahan sayuran dan hortikultura seluas 667 ha, telah diusahakan untuk berbagai komoditas sayuran, antara lain : mentimun, buncis, terung, sawi, bayam, kisik, kangkung, cabe, tomat, dengan total produksi 3.467 ton. Untuk menghasilkan sayur berkualitas tinggi, diperlukan penanganan sebelum dan sesudah panen. Pengendalian mutu sebelum panen meliputi cara budidaya, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit. Selanjutnya kualitas sayuran dipengaruhi oleh penanganan pascapanen, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan setelah panen. Secara umum usahatani sayur di Kota Jambi masih dilakukan secara tradisional, teknologi budidaya, panen maupun pascapanen, sehingga produktivitasnya masih rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka teknologi pascapanen yang tepat akan mampu meningkatkan mutu sayur yang dihasilkan. Dengan demikian teknologi yang tepat sejak produksi, panen dan pascapanen harus dilakukan secara terpadu untuk keberhasilan peningkatan mutu sayur.
Kata Kunci : Teknologi pascapanen, Mutu sayur, Prima Tani, Kota Jambi ABSTRACT
Vegetable upon which staple food equipment monstrous rice of its benefit, goodness as source of nutrition and also to add the appetite eat. Therefore vegetable required by everyone. In Jambi, farm of vegetable and horticulture for the width of 667 ha, have been laboured to various vegetable commodity, for example : cucumber, chickpea, eggplant, mustard, spinach, kisik, kangkung, chili, tomato totally produce 3.467 ton. To get the high quality of vegetable, is needed by handling before and after the harvest. The quality control of before crop cover the way of cultivation, fertilization, and also eradication of pest and disease. Hereinafter vegetable quality influenced by postharvest handling. In general vegetable farm in Jambi still be done traditionally, technology cultivation, harvest and also postharvest, so that its productivity still lower. Related to it, the right postharvest technology could increase the quality of the vegetables produced.
So, the right technology since production, harvest and postharvest has to be done integrated to achieve the increasing in vegetable quality.
Keywords: Postharvest technology, Vegetable quality, Prima Tani, Jambi
PENDAHULUAN
Mendukung pengembangan kawasan sentra produksi pertanian unggulan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui program Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) yang secara langsung menerapkan konsep baru diseminasi di wilayah sentra produksi berdasarkan kesesuaian agroekosistem dan kebutuhan inovasi teknologi oleh petani. Rintisan atau percontohan tersebut diharapkan menjadi titik awal difusi massal teknologi inovatif yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2004).
Usaha di bidang pertanian tetap menjadi perhatian Pemerintah Kota Jambi, hal ini dikaitkan dengan sektor pertanian masih tetap menjadi hajad hidup dan lapangan usaha bagi masyarakat Jambi. Selain itu sektor pertanian mampu menampung tenaga kerja yang tidak lagi dapat diserap oleh sektor industri, jasa dan perdagangan. Walaupun kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi tergolong rendah (5,41%) tetapi dilihat hasil sensus pertanian tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang bekerja dibidang pertanian cukup banyak mencapai 16.277 rumah tangga (Bappeda Kota Jambi, 2003).
Di Kelurahan Paal Merah terdapat beberapa komoditas pertanian, dan yang paling dominan diusahakan sebagai sumber pendapatan utama petani adalah jenis sayuran. Komoditas tanaman lainnya seperti karet, kelapa sawit, kelapa, pinang dan tanaman buah-buahan seperti rambutan, jeruk, mangga, pisang, pepaya dikelola dalam skala tidak ekonomis. Demikian pula komoditas peternakan hanya sebagian kecil seperti kambing, ayam kampung, dan juga perikanan darat (Mugiyanto et al, 2007). Keadaan demikian sangat dipengaruhi oleh sempitnya kepemilikan lahan dan perubahan alih fungsi lahan di perKotaan.
Komoditas sayur yang diusahakan umumnya sayur yang berumur pendek (<60
hari) seperti: sawi manis, sawi keriting, selada, kangkung, bayam, kailan, kemangi,
pakcoy, dan sebagian kecil sayur yang berumur lebih panjang (>60 hari) seperti seledri,
tomat, kacang panjang, mentimun, terung, pare, kubis, dan cabe. Menurut petani
menanam sayur yang berumur lebih pendek akan diperoleh hasil yang lebih cepat,
modal lebih sedikit, teknologi budidaya lebih ringan dan sedikit sekali kemungkinan
untuk mengalami kegagalan, bila dibandingkan menanam sayuran yang berumur panjang.
Di kelurahan Paal Merah yang merupakan kawasan Primatani Kota Jambi, penanganan pascapanen yang dilakukan masih konvensional, dengan tahapan berikut;
setelah sayur dipanen langsung dilakukan pencucian di embung yang terletak tidak jauh dari lokasi penanaman sayur. Air embung berasal dari air hujan yang secara visual tidak layak untuk dilakukan pencucian. Air berwarna keruh dan berlumpur. Hal ini memungkinkan sayur terkontaminasi bakteri dan kuman-kuman penyakit yang berada di embung dan air hujan yang mengandung asam dikhawatirkan dapat merusak sayur.
Sedangkan tujuan pencucian adalah untuk membuang sumber-sumber kontaminasi dan bagian sayuran yang tidak penting serta menyingkirkan komoditi lain yang terikut.
Setelah dicuci, sayur kemudian dikering anginkan dengan meletakkan tumpukan sayur di tanah, hal ini memungkinkan sayur bercampur dengan pasir dan tanah. Tahap selanjutnya adalah sayur diikat kemudian disusun dipinggir jalan yang dilalui pedagang pengumpul. Dalam setiap proses pascapanen sayur ini terlihat tidak higienis. Hal ini mengakibatkan mutu sayur menjadi rendah.
Berdasarkan uraian diatas dilakukan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui peluang inovasi teknologi pascapanen untuk meningkatkan mutu sayur di Kota Jambi (studi kasus Kawasan Prima Tani Kota Jambi). Diharapkan hasil kajian ini dapat sebagai masukan atau bahan pertimbangan terutama bagi Pemerintah Daerah Kota Jambi dalam rangka meningkatkan produksi dan kualitas sayuran serta pendapatan petani.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada kawasan Prima Tani Kelurahaan Paal Merah Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, yang dimulai sejak bulan Januari sampai dengan Maret 2007.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi lapangan
difokuskan pada potensi yang dimiliki, masalah dan hambatan yang dihadapi, serta
peluang yang mungkin dapat dilakukan untuk penerapan inovasi teknologi pascapanen guna meningkatkan mutu sayur lokal di Kota Jambi.
Observasi lapangan dilakukan terhadap petani sayur di RT 11, RT 23 dan RT 28 Kelurahan Paal Merah Kecamatan Jambi Selatan, pemilihan lokasi ini ditentukan dengan purposive atas dasar ketiga RT tersebut merupakan sentra dan pengembangan tanaman sayuran di Kota Jambi.
Metode pengambilan data dengan cara melakukan PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk memperoleh informasi secara langsung dari petani mengenai masalah dan hambatan yang dihadapi dalam usahataninya. Selanjutnya dilakukan baseline survey dengan cara melakukan wawancara terhadap 40 responden/petani pada masing- masing RT. Disamping itu dilakukan juga pengumpulan data ke beberapa key informan dengan metode snowballing. Untuk melengkapi hasil pengkajian dikumpulkan data sekunder dari instansi terkait lainnya. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi
Kota Jambi memiliki luas 205,38 km
2, jenis tanahnya didominasi Podsolik Merah Kuning (73,3%) dengan ketinggian rata-rata + 33 m dpl. Letak geografis, Kota Jambi terletak pada 01
o,30
o,2,98
oLS dan 01
o, 40
o, 1.07
oLS serta pada derajat bujur 103
o, 40
o, 1.67
odan 103
o, 40
o, 0.22
oBT. Wilayah Kota Jambi berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi. Kota Jambi beriklim basah, dengan rata-rata suhu berkisar 22,8 – 31,76
oC dan kelembaban relatif 83,5 % (BMG Jambi dalam Bappeda Provinsi Jambi, 2003).
Kelurahan Paal Merah terletak 3 km dari IbuKota Kecamatan Jambi Selatan, 3 km dari IbuKota Kota Jambi dan 7 km dari IbuKota Provinsi Jambi. Memiliki luas wilayah 778 ha, termasuk dalam agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah. Umumnya tingkat kesuburan tanah di Paal Merah rendah – sedang. Jenis tanah didominasi Podsolik Merah Kuning dan Inceptisol, dengan kisaran pH 4,5 – 5,5.
Memiliki topografi datar, dengan tekstur tanah didominasi lempung berpasir. Sumber
daya air untuk mendukung kebun sayuran berasal dari embung – embung yang dibuat
disekitar kebun usahatani (Anwar K. et all, 2007). Pada saat tertentu seperti hujan
tidak turun lebih dari 1 bulan, petani akan kesulitan air, karena embung yang dibuat lebih banyak dimanfaatkan untuk menampung air hujan. Selain itu disebabkan disekitar lokasi tidak terdapat sumber air lain seperti sungai.
Potensi Lahan
Kota Jambi merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran untuk Provinsi Jambi, karena sebagian sayuran di Pasar Angso Duo, yaitu pasar tradisional terbesar di Provinsi Jambi, berasal dari Kota Jambi. Potensi lahan pertanian di Kota Jambi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Lahan persawahan, (2) Lahan usaha palawija, (3) Lahan untuk pertanaman sayuran. Potensi lahan untuk sawah 1.114 ha, telah dimanfaatkan untuk pertanaman padi seluas 1.112 ha dengan produksi 3.877 ton. Lahan palawija seluas 623 ha, telah diusahakan untuk kacang panjang, ubi kayu, jagung, ubi rambat, kacang tanah dengan total produksi mencapai 5.697 ton. Lahan sayuran dan hortikultura seluas 667 ha, telah diusahakan untuk komoditas, antara lain : mentimun, buncis, terung, sawi, bayam, kisik, kangkung, cabe, tomat dengan total produksi 3.467 ton. Potensi dari buah-buahan lainnya seperti rambutan, nangka, jeruk siam, sawo, pepaya, pisang, jambu biji cukup besar produksinya mencapai 2.056 ton (Bappeda Kota Jambi, 2003).
Gambar 1. Luas lahan pertanian di Kota Jambi tahun 2003
Sentra produksi sayuran di Kota Jambi adalah di Kelurahan Paal Merah.
Sebagian dari penduduk bermatapencaharian sebagai petani/buruh tani atau sekitar 29,9% dari total 3.126 jiwa (Dinas Pertanian Kota Jambi, 2005). Saat ini sayuran yang
Luas lahan Pertanian di Kota Jam bi tahun 2003
46%
26%
28%
Lahan persaw ahan Lahan palaw ija Lahan Sayuran
diproduksi oleh petani di wilayah tersebut masih dipasarkan secara lokal. Pasar lokal masih cukup terbuka walaupun fluktuasi harga cukup tinggi. Hasil survey sumber daya lahan dengan bantuan peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, memberikan arahan kesesuaian lahan pertanian untuk komoditas pertanian yang dianggap unggul seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian Unggulan Kelurahan Paal Merah, Jambi Selatan, Kota Jambi.
No SP
Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas Luas Sawi Tomat Cabe Ubikayu Durian Karet Perikanan Ha %
1 2 3 4 5 6
N S2 oa S2 oa S2 nr S2 nr,eh
N S2 oa S2 oa S2 nr S2 nr,eh
N S2 oa S2 oa S2 nr S2 nr,eh
N S2 oa S2 oa S2 nr S2 nr,eh
N S3 oa S2 oa S2 nr S2 nr
N S3 oa S2 oa S2 nr S2 nr
S N N N N
14 79 212
52 58
3,37 19,04 51,08 12,53 13,98 Pemukiman dan areal Bandara
Jumlah 415 100
Keterangan : S1 = sangat sesuai; S2 = cukup sesuai; S3 = sesuai marginal, dan N = tidak sesuai. oa = ketersediaam oksigen, eh = bahaya eosi, nr = retensi hara.
Sumber : Anwar K. et al, (2007).