LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
NOMOR : 15 TAHUN 20085
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Menimbang : a. bahwa zakat merupakan kewajiban umat Islam yang mampu, dan hasil pengumpulannya digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang kurang mampu ;
b. bahwa hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana potensial, perlu terus diupayakan untuk penyempurnaan demi peningkatan sistem pengelolaannya, agar pelaksanaan zakat lebih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan ;
c. bahwa dalam rangka perlindungan, pembinaan dan pelayanan terhadap para Muzakki, Mustahiq dan Amil Zakat serta terlaksananya maksud pada huruf a dan b di atas, diperlukan pengelolaan zakat yang diatur dalam Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang–undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;
2. Undang–undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3400) ;
3. Undang–undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bebas dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) ;
4. Undang–undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3885) ;
5. Undang–undang Nomor 17 Tahun 2000, tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3985) ;
6. Undang–undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ;
7. Undang–undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang–undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090) ;
11. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 23 Seri E) ;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak Nomor 6 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak Tahun 1986 Nomor 3 Seri D) ;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2000 Nomor 4 Seri D) ;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Strategis Kabupaten Lebak Tahun 2004 – 2009 (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2004 Nomor 6 Seri E) ;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 tentang Transparansi dan Partisipasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pengelolaan Pembangunan di Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2004 Nomor 10 Seri E).
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LEBAK MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lebak ;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lebak ;
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lebak ;
4. Bupati adalah Bupati Lebak ;
5. Kepala Kantor Departemen Agama yang selanjutnya disebut Kepala KANDEPAG adalah Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Lebak ;
6. Kepala Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disebut Kepala KUA adalah Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan dalam Wilayah Kabupaten Lebak ;
7. Zakat adalah Harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama, untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya ;
8. Zakat Mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan- ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya ; 9. Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan
pada bulan ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada Hari Raya Idul Fitri ;
10. Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya ;
11. Kadar Zakat adalah besarnya penghitungan atau prosentase zakat yang harus dikeluarkan ;
12. Haul Zakat adalah masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan atau 1 (satu) tahun komariah atau saat perolehan penghasilan atau saat menemukan barang yang wajib dikenakan zakat ;
13. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat ;
14. Badan Amil Zakat Daerah yang selanjutnya disebut BAZDA adalah Organisasi Pengelola Zakat yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah ; 15. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah satuan
organisasi yang dibentuk oleh BAZDA di semua tingkatan dengan tugas untuk melayani Muzakki yang menyerahkan zakatnya ;
16. Muzakki adalah Orang atau Badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat ;
17. Mustahiq adalah Orang atau Badan yang berhak menerima zakat ; 18. Agama adalah Agama Islam ;
19. Badan Pelaksana BAZDA adalah lembaga pelaksana pengelolaan zakat ; 20. Dewan Pertimbangan BAZDA adalah lembaga yang memberikan
pertimbangan kepada Badan Pelaksana BAZDA ;
21. Komisi Pengawas BAZDA adalah lembaga yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan Zakat serta penelitian dan pengembangan pengelolaan zakat ;
22. Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan di luar zakat, untuk kemaslahatan umum ;
23. Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim di luar zakat, untuk kemaslahatan umum ;
24. Rikaz adalah harta temuan yang bernilai
25. Hibah adalah Pemberian uang dan atau barang oleh seorang atau oleh badan yang dilaksanakan pada waktu orang itu masih hidup kepada Badan Amil Zakat ;
26. Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada Badan Amil Zakat, pesan ini mulai dilaksanakan sesudah pemberi wasiat meninggal dunia dan sesudah diselesaikan penguburannya dan pelunasan utang- utangnya jika ada ;
27. Waris adalah harta tinggalan seseorang yang beragama Islam yang diserahkan kepada Badan Amil Zakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
28. Kifarat adalah denda wajib yang dibayar kepada Badan Amil Zakat oleh orang yang melanggar ketentuan agama ;
29. Harta adalah semua kekayaan Orang atau Badan yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian – bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh – tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya ;
30. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menentukan tersangkanya ; 31. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah
Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
BAB II KEWAJIBAN Bagian Pertama
Kewajiban Masyarakat Pasal 2
Setiap Masyarakat yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim berkewajiban menunaikan zakat.
Bagian Kedua
Kewajiban Pemerintah Daerah Pasal 3
Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada Muzakki, Mustahik, dan Amil Zakat.
BAB III
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN Bagian Pertama
Asas Pasal 4 (1) Zakat berasaskan Al-Qur’an dan Hadits.
(2) Pengelolaan Zakat berdasarkan iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Bagian Kedua Maksud
Pasal 5
Pengelolaan Zakat dimaksud untuk memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada Muzakki, Mustahiq, dan Amil Zakat.
Bagian Ketiga Tujuan Pasal 6 Pengelolaan Zakat bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama ;
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial ;
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna Zakat.
BAB IV
SUBYEK DAN OBYEK ZAKAT Pasal 7
(1) Subyek Zakat adalah Orang Islam dan atau Badan milik orang Islam.
(2) Obyek Pengelolaan Zakat adalah Zakat yang diberikan oleh atau dipungut dari Muzakki sesuai dengan ketentuan agama.
BAB V
ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT Pasal 8
(1) Pengelolaan Zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.
(2) Pembentukan Badan Amil Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dilaksanakan sebagai berikut :
a. Untuk Tingkat Kabupaten, oleh Bupati atas usulan Kepala Kantor Departemen Agama ;
b. Untuk Tingkat Kecamatan, oleh Camat setempat atas usulan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.
(3) BAZDA pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif.
(4) Pengurus BAZDA terdiri atas unsur masyarakat dan Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan tertentu.
(5) Organisasi BAZDA terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.
Pasal 9
Badan Amil Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan Zakat sesuai dengan ketentuan agama.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugasnya, BAZDA bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi dan tata kerja BAZDA ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB VI
PENGUMPULAN ZAKAT Pasal 12
(1) Zakat terdiri atas : a. Zakat Mal ; b. Zakat Fitrah.
(2) Harta yang dikenai Zakat adalah : a. Emas, perak dan uang ; b. Perdagangan dan perusahaan ;
c. Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan ; d. Hasil pertambangan ;
e. Peternakan ; f. Rikaz.
(3) Penghitungan Zakat Mal menurut Nishab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama.
Pasal 13
(1) Pengumpulan Zakat dilakukan oleh BAZDA melalui pengumpulan zakat dengan cara menerima atau mengambil dari Muzakki atas dasar pemberitahuan Muzakki.
(2) Badan Amil Zakat dapat bekerja sama dengan instansi Pemerintah dan Swasta.
(3) BAZDA memberikan teguran kepada Muzakki yang belum atau tidak menunaikan zakat.
Pasal 14
BAZDA dapat menerima harta selain Zakat, seperti Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat.
Pasal 15
(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama.
(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ.
(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada Badan Amil Zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari Wajib Pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku.
Pasal 16
Lingkup kewenangan Pengumpul Zakat oleh Badan Amil Zakat diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB VII
PENDAYAGUNAAN ZAKAT Pasal 17
(1) Hasil pengumpulan Zakat didayagunakan untuk Mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.
(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan Mustahiq.
(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Musyawarah Pengurus BAZ sesuai tahap tingkatannya.
Pasal 18
Hasil penerimaan Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 19
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas BAZDA dilakukan oleh Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5).
(2) Ketua Komisi Pengawas dipilih langsung oleh anggota.
(3) Komisi Pengawas berkedudukan di semua tingkatan Badan Amil Zakat.
(4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan Badan Amil Zakat, Komisi Pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.
Pasal 20
(1) BAZDA Kecamatan memberikan laporan tahunan pelaksanaan kepada BAZ Kabupaten.
(2) Badan Amil Zakat Kabupaten memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak.
Pasal 21
Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pengawasan Badan Amil Zakat (BAZ).
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 22
(1) Selain oleh pejabat penyidik umum, penyidikan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya tindak pidana Peraturan Daerah ini ;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana Peraturan Daerah ini ;
e. Melakukan penyitaan benda atau surat ; f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang ;
g. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;
h. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;
i. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya ;
j. Memberkaskan hasil penyidikan atas orang pribadi atau Badan Hukum yang melakukan pelanggaran.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana.
BAB X
KETENTUAN PIDANA Pasal 23
(1) Setiap pengelola Zakat yang karena kelalaiannya, disengaja atau tidak disengaja, tidak mencatat atau tidak mencatat dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah merupakan pelanggaran.
(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila pengelola zakat melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian berupa materi, diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
Dalam upaya mengatur pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 16, Bupati berdasarkan kewenangannya dapat menentukan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku bagi Muzakki yang tidak mengeluarkan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
BAB XI KETENTUAN LAIN
Pasal 25
Dalam menunjang pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Peraturan Daerah ini, Pemerintah Daerah wajib membantu biaya operasional Badan Amil Zakat yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lebak.
Pasal 26
Selambat – lambatnya 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini, setiap organisasi pengelolaan Zakat yang telah ada, wajib melakukan penyesuaian menurut ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 27
Hal – hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 28
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lebak.
Disahkan di Rangkasbitung
Pada tanggal 1 Desember 2005 BUPATI LEBAK,
Cap/ttd.
H. MULYADI JAYABAYA Diundangkan di Rangkasbitung
Pada tanggal 8 Desember 2005
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,
Ttd
Drs. H. NARASOMA Pembina Utama Madya NIP. 480 066 744
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2005 NOMOR 11 SERI E.
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 205
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT I. UMUM
Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan nasional Negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, Bangsa Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan di segala bidang baik yang bersifat fisik material dan mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang agama adalah meningkatnya peran serta umat beragama dalam Pembangunan Nasional. Umat Islam sebagai kelompok mayoritas di Indonesia dituntut lebih besar peran sertanya, diantaranya melalui pengumpulan dan pendayagunaan dana zakat, karena zakat merupakan salah satu potensi umat Islam yang belum sepenuhnya dikelola secara maksimal untuk kepentingan pembangunan bangsa dan negara khususnya umat Islam sendiri. Zakat juga merupakan salah satu bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh umat Islam Indonesia, namun pengelolaannya belum dilaksanakan secara optimal.
Esensi zakat adalah pengelolaan sejumlah harta yang diambil dari orang yang wajib membayar zakat (Muzakki) untuk diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (Mustahiq). Pengelolaan itu berupa kegiatan pengumpulan, pendayagunaan, pengawasan dan pertanggungjawaban harta zakat.
Dalam peraturan perundangan-undangan kita, zakat memilki payung hukum yang dijadikan pijakan dalam pengelolaannya, yaitu Undang- undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Untuk melaksanakan Undang-undang tersebut telah dikeluarkan Keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999, yang mulai berlakunya pada tanggal 13 Oktober 1999.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, kedudukan perundang-undangan lain yang mengatur Pengelolaan Zakat masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang berlaku berdasarkan Undang-undang ini (Pasal 24).
Dari deskripsi di atas, betapa urgennya Pengelolaan Zakat pada era Otonomi Daerah sekarang ini, untuk lebih mengoptimalkan manajemen/pengelolaan, mulai dari pengumpulan, penyaluran, pendayagunaan, pengawasan sampai pada pertanggungjawaban harta zakat, maka dianggap sangat penting untuk segera dibentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat.
Dengan adanya Perda tentang Pengelolaan Zakat akan lebih meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama, mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial, serta meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Pengelolaan zakat yang baik akan turut serta dalam upaya proses percepatan pembangunan di Kabupaten Lebak.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s.d. 28
Cukup jelas