• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PETUNJUK TEKNIS

PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK)

DI PROVINSI BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2013

(2)

2

PETUNJUK TEKNIS

NOMOR : 26/1801.013/011/B/JUKNIS/2013

1. JUDUL ROPP : Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Propinsi Bengkulu 2. JENIS KEGIATAN : Pengkajian

3. LOKASI : Desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

4. TUJUAN PENGKAJIAN :

1. Mendapatkan paket teknologi pengendalian hama PBK pada perkebunan kakao rakyat

2. Evaluasi adopsi petani terhadap paket teknologi pengendalian hama PBK 5. TUJUAN PEMBUATAN JUKNIS :

1. Memberi pengertian dan pemahaman kepada semua anggota tim pengkaji tentang pelaksanaan lapangan pengkajian PBK.

2. Menyamakan persepsi, memudahkan dan memandu anggota tim dalam operasional lapangan.

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1). Persiapan

Kegiatan persiapan dilakukan pada bulan Januari 2013. Tahapan

pelaksanaan kegiatan dimulai dengan kegiatan desk study untuk menyusun

RPTP dan ROPP untuk menentukan perlakuan, alat dan bahan yang akan

digunakan. Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan koordinasi. Koordinasi

dilakukan dengan dinas/instansi terkait antara lain Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Kepahiang. Lokasi pengkajian ditetapkan pada lokasi

tahun Pertama yang merupakan salah satu sentra pengembangan tanaman

kakao di Kabupaten Kepahiang dan didaerah ini terindikasi adanya serangan

hama PBK.

(3)

3 2). Operasional Kegiatan

a. Penentuan Lokasi

Mengingat pengkajian ini merupakan kegiatan lanjutan maka untuk kahun kedua ini lokasi pengkajian tetap di Desa Suro Bali. Luas lahan pengkajian ± 5 ha dengan jumlah petani 7 orang. Lokasi pengkajian merupakan perkebunan rakyat diversifikasi antara kopi dan kakao dalam satu hamparan.

b. Ploting Lokasi

Ploting lokasi dilakukan untuk menentukan petak-petak perlakuan yang dibuat berdasarkan perlakuan dan ulangan yaitu 4 perlakuan dan 7 ulangan. Ulangan merupakan jumlah petani. Setiap petani melaksanakan keempat perlakuan. Perlakuannya adalah :

1. Pengendalian nabati.

2. Pengendalian kimiawi.

3. Sarungisasi buah kakao.

4. Kontrol (kebiasaan petani).

Tiga komponen teknologi pengendalian hama PBK yaitu pemangkasan, panen sering dan sanitasi tetap dilakukan oleh semua koperator

c. Pengamatan Awal

Pengamatan awal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

persentase dan intensitas serangan hama PBK sebelum aplikasi

perlakuan. Pengamatan ini dilakukan dengan cara memanen semua kakao

yang siap panen pada masing-masing petak perlakuan. Buah yang sudah

dipanen dipisahkan berdasarkan masing-masing perlakuan. Kemudian

buah dipecah, buah yang diserang dan buah yang tidak diserang

dipisahkan. Kemudian dihitung total jumlah buah yang diamati, jumlah

buah yang diserang serta jumlah buah yang tidak diserang. Untuk

mengetahui perentase serangan hama PBK dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

(4)

4

PS (%) = Jumlah buah terserang

X 100%

Jumlah buah yang diamati

Intensitas serangan hama PBK dihitung dengan tujuan untuk mengetahui berapa persen kerusakan biji. Untuk mengetahui intensitas biji yang terserang dilakukan dengan memecah buah kakao kemudian menghitung jumlah biji yang terserang. Intensitas serangan hama PBK dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IS (%) = Jumlah biji terserang

X 100%

Jumlah biji yang diamati

Hasil penghitungan serangan PBK dibagi kedalam 3 kategori (tingkat) serangan yaitu :

- Serangan ringan adalah jika 10% biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah.

- Serangan sedang adalah jika 10-50% biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah.

- Serangan berat adalah jika >50% biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah.

d. Aplikasi Perlakuan

Perlakuan yang akan dilakukan di lahan petani kooperator adalah pengendalian nabati, pengendalian kimiawi dan penyarungan buah.

Sedangkan pemangkasan, panen sering, sanitasi dan pemupukan tetap dilakukan karena bukan merupakan perlakuan.

Pengendalian Nabati.

Pengendalian nabati yang akan dilakukan adalah pengendalian

dengan menggunakan bahan yang berasal dari ekstrak tanaman yang

mengandung racun bagi hama buah tanaman seperti kakao (sudah

berupa produk). Dosis yang diberikan adalah setiap kemasan botol yang

berisi 200 ml diencerkan sebanyak 40 liter air. Penyemprotan dilakukan

(5)

5

pada buah kakao yang sudah berukuran 8 – 10 cm, pada daun tanaman dan batang. Penyemprotan dilakukan dua minggu sekali.

Pengendalian Kimiawi.

Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida. Bahan aktif yang akan digunakan adalah fipronil (Regent EC) dan lamdasihalotrin (Alika). Penyemprotan dilakukan pada saat buah berukuran 8-10 cm. Dosis penyemprotan yang digunakan adalah 1-2 ml/liter air. Frekuensi penyemprotan dilakukan sebanyak 2 minggu sekali.

Sarungisasi.

Sarungisasi adalah penyarungan buah kakao dengan menggunakan kantong plastik. Metode sarungisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Buah yang disarungi adalah buah yang berukuran 8-10 cm.

- Ukuran kantong plastik yang digunakan 30 x 15 cm dengan ketebalan 0,02 mm dan kedua ujungnya dibuka.

- Cara menyarungi buah adalah dengan mengikat bagian atas plastik ke tangkai buah.

- Buah dibiarkan terselubung hingga saat panen tiba.

Penyarungan buah kakao dilakukan setiap kali buah kakao telah berukuran 8-10 cm. Sehingga penyarungan ini dapat dilakukan setiap minggu atau pada saat masing-masing tanaman telah ada buah yang berukuran antara 8-10 cm.

Pemangkasan.

Jenis pemangkasan yang akan dilakukan adalah pemangkasan

pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Pemangkasan pemeliharaan

bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah

terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian

tanaman yang tidak dikehendaki (seperi cabang sakit, patah dan tunas

air). Selain itu pemangkasan pemeliharaan juga bertujuan untuk

meangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah. Pemangkasan

pemeliharaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(6)

6

- Mengurangi sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dengan cara memotong ranting-ranting yang terlindung dan yang menaungi.

- Memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameter kurang sari 2,5 cm dipotong.

- Mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara di dalam kebun, sehingga cabang kembali terangkat.

- Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan secara ringan di sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3 bulan atau disesuaikan dengan kondisi tanaman.

Pemangkasan produksi bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan ini biasanya dilakukan dua kali setahun yaitu pada akhir musim kemarau-awal musim hujan dan pada akhir musim kemarau. Pemangkasan ini dilakukan sebagai berikut :

- Memotong cabang yang tumbuh meninggi (lebih dari 3-4 m).

- Memangkas ranting dan daun hingga 25-50%.

- Biasanya setelah pangkasan produksi tanaman kakao akan bertunas intensif dan setelah daunya menua tanaman akan segera berbunga.

Di Jawa Timur pemangkasan ini dilakukan pada bukan Oktober untuk pembuahan semester satu dan April untuk pembuahan semester dua.

Panen Sering.

Panen sering bertujuan untuk menekan populasi hama PBK. Panen sering dilakukan dengan cara melakukan panen pada saat buah awal masak. Rotasi panen sering yang dianjurkan adalah 1 minggu sekali.

Buah yang sudah dipanen dianjurkan untuk langsung dipecah dengan tujuan untuk mencegah ulat keluar dari buah dan berkepompong. Kulit buah, buah busuk, plasenta dan sisa-sisa panen segera ditanam dan ditimbun dengan tanah setebal 20 cm untuk membunuh ulat yang terdapat di dalam kulit buah dan plasenta.

Sanitasi.

Sanitasi bertujuan untuk menekan sumber infeksi sekecil mungkin.

Sanitasi dilakukan dengan cara membuang semua buah yang menujukkan

gejala serangan/busuk yang ada di pohon. Buah-buah tersebut kemudian

(7)

7

dikumpulkan pada suatu tempat untuk kemudian dibenamkan di dalam tanah. Pembenaman dilakukan dengan timbunan tanah sedalam 30 sm dari permukaan tanah agar sumber penyakit tidak terpercik oleh air hujan. Jamur Phytopthora palmivora sebagai penyebab busuk buah dapat bertahan di dalam selama bertahun-tahun, maka sebelum dibenamkan sebaiknya dicampur terlebih dahulu dengan hijauan daun dan ditambah dengan urea kemudian ditutup dan dimampatkan dengan tanah. Ukuran lubang yang akan digunakan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm.

e. Pemupukan Tanaman

Pemupukan dilakukan pada semua tanaman kakao milik petani koperator. Tujuan pemupukan ini adalah agar tanaman berproduksi secara optimal. Pemupukan dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada bulan April dan bulan Oktober. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, KCl, dan Kieserit. Dosis pemupukan yang digunakan adalah berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka). Yaitu untuk masing masing tanaman yang berumur antara 5 – 10 tahun yaitu 115 g urea, 90 g TSP, 85 g KCl dan 60 g kieserite.

Cara pemupukan dilakukan dengan membuat lingkaran pada sekeliling tanaman. Jarak lingkaran dari tanaman disesuaikan dengan tajuk tanaman. Pupuk disebarkan pada lubang keliling yang telah dibuat pada masing-masing tanaman kemudian pupuk disebarkan pada lubang tersebut. Setelah pupuk disebarkan lubang kemudian ditutup dengan menggunakan tanah yang berasal dari galian untuk lubang pupuk tersebut.

f. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada dua tahap yaitu tahap pertama pengamatan awal dan tahap kedua pengamatan setelah aplikasi perlakuan. Pengamatan awal bertujuan untuk mengetahui berapa persentase serangan hama PBK sebelum perlakuan dilakukan.

Pengamatan dilakukan terhadap persentase buah yang terserang dan

intensitas serangan.

(8)

8

Pengamatan tahap kedua dilakukan 1 bulan setelah perlakuan diaplikasikan di lapangan. Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap persentase dan intensitas hama PBK.

g. Data yang Diamati

Data yang akan diambil di lapangan adalah :

1. Pengamatan awal terdiri dari persentase dan intensitas serangan hama PBK.

2. Pengamatan setelah perlakuan terdiri dari persentase dan intenitas serangan. Pengamatan dilakukan 1 bulan setelah aplikasi.

Pengamatan selanjutnya dilakukan satu bulan sekali.

3. Produksi (kg/ha) produksi atau hasil panen biji kakao dihitung sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Penimbangan hasil dilakukan sebelum dan setelah aplikasi.

h. Fermentasi Biji.

Semua hasil panen diharuskan dilakukan fermentasi. Fermentasi dan pengeringan bertujuan untuk meningkatan mutu kakao dan meningkatkan harga jual. Fermentasi biji kakao ini belum banyak dilakukan petani, akibatnya mutu kakao yang dihasilkan masih rendah.

Rendahnya mutu tersebut mengakibatkan kakao Indonesia hanya dipakai sebagai bahan campuran makanan cokelat maksimal 10 % ( Ducan and Veldsman, 1993 ). Fermentasi adalah proses yang mutlak dilakukan agar terbentuk perisa (lavor) dan aroma biji kakao yang baik.

Sedangkan pengeringan adalah merupakan proses penunjang agar hasil fermentasi yang baik tetap baik hingga sudah pengeringan berakhir.

Penerapan fermentasi biji kakao ini sekaligus untuk menjawab kekawartiran petani agar biji kakao yang dihasilkan bisa dijual dan dengan harga yang lebih tinggi.

Aplikasi fermentasi biji juga untuk memberi pengetahuan dan pemahaman kepada petani kakao akan manfaat dan pentingnya fermentasi biji kakao dalam mengantisipasi pasar ekpor biji kakao.

Tahapan pelaksanaan fermentasi adalah :

(9)

9 Panen

Buah Kakao dipetik saat matang, karena mempuyai kondisi fisiologi yang optimal dalam hal pembentukan senyawa penyusun lemak dalam biji. Buah yang dipanen terlalu tua menyebabkan prosentase biji cacat bertambah karena pada buah tua, biji-biji yang telah berkecambah.

Sedangkan buah yang dipanen mudah, biji kakao mempunyai rendemen lemak rendah dan banyak menghasikan biji pipih, kuit biji kakao cenderung tinggi dan menghasilkan cita rasa khas coklat yang tidak maksimal

SortasiBuah

Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah-buah sehat dan buah-buah rusak agar buah yang sehat tidak tercemar oleh buah-buah yang rusak, supaya biji kakao yang dihasilkan bermutu tinggi.

Pengupasan Buah

Bertujuan untuk mengeluarkan dan memisahkan biji kakao dari kulit buah dan plasenta. Biji ditampung pada tempat yang bersih dan kulit serta plasentanya dibenamkan di kebun. Buah-buah yang rusak dikupas tersendiri dan difermentasikan sendiri, terpisah dari buah-buah sehat.

Kulit buah langsung dibenamkan dikebun untuk menghindari penyebaran hama di kebun. Pemecahan buah dilakukan dengan golok dan harus hati- hati untuk menghindari biji terpotong/terbelah, biji cacat mudah terinfeksi oleh jamur. Biji-biji yang telah dikupas segera dimasukkan ke dalam bak fermentasi. Keterlambatan atau penundaan proses pengolahan dapat berpengaruh negatif pada mutu karena terjadi pra fermentasi biji kakao secara tidak terkontrol ( Chatt, 1953 dan Jones, 1987 ).

Kotak fermentasi

Fermentasi akan membentuk cita rasa coklat serta mengurangi

rasa pahit dan sepat yang ada dalam biji kakao. Untuk kesempurnaan

proses fermentasi yang perlu diperhatikan adalah berat biji yang akan

difermentasi, pengadukan ( pembalikan ), lama fermentasi dan rancangan

kotak fermentasi. Untuk skala kecil ditingkat petani disini untuk berat 40

(10)

10

Kg diperlukan ukuran peti masing-masing panjang dan lebar 40 cm serta tinggi 50 cm. Fermentasi dapat dilakukan dalam skala besar, kelompok tani, atau pertanian, tergantung dari jumlah biji yang akan difermentasikan. Prinsip atau cara kerjanya sama saja yaitu :

Biji Kakao basah dimasukakkan ke dalam peti/kotak fermentasi. Lamanya fermentasi sekitar 4-5 hari, tiap hari dilakukan pembalikan agar suhunya tidak terlalu tinggi.

Pada hari 1 - 2 fermentasi dilakukan pada peti fermentasi I.

Pada hari ke tiga biji kakao dipindahkan ke peti II dan berlangsung sampai hari kelima.

Pemindahan dari peti I ke peti II sekaligus berfungsi sebagai proses pembalikan biji.

Pada hari kelima fermentasi berakhir, biji kakao kemudian dijemur diatas para-para bambu.

Para-para dapat dibuat dari bambu dengan ketinggian kurang lebih 0,5 meter dari permukaan tanah. Ukurannya disesuaikan dengan jumlah biji yang akan dijemur. Untuk skala kecil, lebarnya 1 meter dan panjang 4 meter. Para-para tersebut diberi atas plastik transparan, yang berfungsi sebagai pelindung biji dari hujan dan cuaca lembab pada malam hari.

Pengeringan dengan sistem para-para dapat mencegah terjadinya kontaminasi dan proses pengeringan berlangsung lebih cepat.

Pengeringan dihentikan bila kadar air biji telah mencapai 7 %.

(11)

11 6. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan:

Desk

study/pengumpulan

data sekunder X x Penyempurnaan

proposal x

2. Pelaksanaan:

Hunting dan

pemantapan lokasi X

Sosialisasi X

Penentuan kooperator x

Penerapan teknologi x X X X X X X X

Pengamatan x x x x x x x x

3. Pengolahan data X x

4. pelaporan X

7. PENGESAHAN

No. Uraian Nama Tanda Tangan

1. Penjab Teknis

Pelaksanaan Drs. Afrizon,M.Si 2. Penanggung Jawab

Kegiatan Drs. Afrizon,M.Si

Referensi

Dokumen terkait

Gyakori- ságukat jól érzékelteti, hogy már a középmagyar kor folyamán majdnem minden harma- dik embernek valamilyen foglalkozásra utaló családneve volt (H AJDÚ 2003: 800), s

Teori-teori yang banyak dipakai dalam menjelaskan perilaku split-ticket voting menempatkan pemilih pada level high information dengan niat dan kemampuan pemilih untuk

 Paul B. Horton, sosiologi jilid1, penerbit eirlangga, jakarta, 1987, hlm.25..  banyak dan paling relevan dengan sosial kemasyarakatan adalah nilai spiritual yang

melakukan dan membuat perjanjian carter kapal biasanya diawali dengan adanya pra meeting antara kedua belah pihak untuk memberikan informasi kebutuhan pencarter atau

Pada penelitian ini, paparan radiasi interna diukur melalui konsumsi ikan teri (Genus Stolephorus) dan kerang (Genus Codakia) yang merupakan bagian dari sumberdaya alam perairan

Peserta Pelatihan Pelatih (TOT) Pendamping Akreditasi Puskesmas di tingkat Pusat terdiri dari Widyaiswara dan staf Dinas Kesehatan Provinsi atau peserta dari

penggunaan suatu produk tertentu.  Periklanan dapat menambah nilai yang lebih positip terhadap produk dan gengsi serta derajat konsumen kalau konsumen selalu

g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apotek. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker