• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PKn DENGAN METODE DISKUSI DI KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PKn DENGAN METODE DISKUSI DI KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

MADRASAH IBTIDAIYAH

Lailiyatul, Kartono, Sri Utami

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email : lailiyatul@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas fisik,mental dan emosional peserta didik dalam pembelajaran PKn di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Parit Mas Kabupaten Kubu Raya.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Peserta didiknya berjumlah 21 orang. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan ternyata ada peningkatan aktivitas peserta didik dari siklus I ke siklus II. Aktivitas fisik siklus I 68,96% meningkat 86,20, aktivitas mental 75,20% meningkat 96,14%, dan aktivitas emosionalnya 68,96% meningkat 86,24%.

Kata Kunci : Aktivitas, Pembelajaran PKn, Metode Diskusi Abstract: This study aims to increase physical activity, mental and emotional learners by using discussion method in civic education subjets at the fiveth grade students in the Elementary school Raudlatul Ulum Parit Mas Kubu Raya. Metode research is descriptive with the form of research is the Classroom Action Research (CAR). Student participants amounted to 21 people. The results of the research that has been conducted turns out there is increased activity of students from the first cycle to the second cycle. Physical activity increases the cycle I 86.20, 68.96%, 75.20% mental activity increased 96.14%, 68.96% and emotional activity increased 86.24%.

Keywords: Activity, Civic Education, Discussion Method

alam kegiatan pembelajaran, salah satu peranan guru adalah sebagai motivator. Dalam rangka meningkatkan minat dan pengembangan kegiatan belajar siswa, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas siswa.

Menurut Montessori (dalam Sardiman 2008: 96) mengemukakan bahwa anak- anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri sedangkan pendidik bertindak sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya. Hal ini memberi petunjuk pada kita pentingnya aktivitas belajar dalam proses pembelajaran dan siswa yang banyak melakukan

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PKn DENGAN METODE DISKUSI DI KELAS V

D

(2)

2

aktivitas sedangkan pendidik bertindak sebagai pengarah atau pembimbing dan merencanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa khususnya pada mata pelajaran PKn. Lubis (dalam Kunandar 2004: 266) menyatakan bahwa”Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.” Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah kurang dikemasnya dengan metode yang menarik, dan menyenangkan.

Guru seringkali menyampaikan materi Pendidikan Kewarganegaraan apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa dan mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kurang memuaskan. Akibatnya sebagian besar nilai hasil belajar siswa banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu dari jumlah siswa 21 hanya 33% yang mencapai KKM dan 67% masih di bawah KKM dengan nilai rata-rata 54.53, sedangkan unutk mencapai KKM yang telah direncanakan itu ialah harus mencapai nilai menimal 60.00. Hasil belajar siswa yang rendah sangat mempengaruhi kinerja penulis sebagai seorang guru karena telah nampak tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diharapkan dalam pembelajaran tersebut. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa setidaknya ada tiga indikator aktivitas belajar siswa yang perlu kita perhatikan yaitu: aktivitas fisik (memperhatikan, berbicara, mendengarkan, bertanya dan menulis), aktivitas mental intelektual (menanggapi masalah, memecahkan masalah, menyimpulkan masalah dan mengumukakan masalah) dan aktivitas emosional (menaruh minat, bergembira, berani dan bersemangat). Dengan meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, akan membuat pembelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak. Dikatakan demikian, karena adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya dan adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru. Untuk mengatasi masalah ini peneliti akan melakukan tindakan penelitian terhadap aktivitas belajar dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Metode Diskusi Di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Parit Mas.

Pembelajaran PKn untuk siswa pada pembelajaran yang menekankan pada pembentukan siswa yang aktif, kreatif, inovatif, bermoral, mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, cerdas, terampil dalam kehidupannya dan mampu berinteraksi di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan ruang lingkup pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi persatuan dan kesatuan, norma, HAM, warga negara, konstitusi, politik, Pancasila, dan globalisasi.

(3)

3

Mengapa dalam belajar perlu aktivitas? Sebab pada prinsipnya aktivitas adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku,jadi melakukan perbuatan.

Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Piaget (dalam Sardiman 2010: 100).

menerangkan bahwa “Seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan”. Pengertian belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. yang diutamakan dalam pengertian ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menjadi cerdas atau membentuk intelektual, sikap dan emosional Menurut Sardiman, (2007: 20) bahwa “belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya“.

Aktivitas belajar menurut Sardiman (2010: 97) mengatakan “Dalam kegiatan belajar subjek didik harus aktif berbuat dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Proses pembelajaran tidak mungkin berlangsung dengan baik tanpa adanya aktivitas”. Aktivitas belajar di kelas bukan hanya mendengarkan dan mencatat tetapi masih banyak kegiatan lainnya.

Menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2010: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: a) Visual Activities, yang termasuk di dalamnya : membaca, memperhatikan gambar demontrasi,percobaan,perkerjaan orang lain. b) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,interupsi. c) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d) Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,angket, menyalin. e) Drawing Activities, seperti : kegiatan menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f) Motor Activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,beternak. g) Mental Activities, sebaai contoh misalnya:

menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h) Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Manfaat metode diskusi menurut Buchari Alma (2009: 48) adalah :

“Mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama”. Pelaksanaan metode diskusi terdapat kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi menurut Buchari Alma, (2009: 53) sebagai berikut: Kelebihan metode diskusi adalah : “Suasana kelas akan hidup. Sebab anak-anak mengarahkan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya, dapat menaikkan prestasi

(4)

4

kepribadian individu seperti : toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis, sabar dan kesimpulan-kesimpulan diskusi mudah dipahami anak karena anak didik mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan. Kelemahan metode diskusi adalah : “Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab, peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, dan dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara”. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang melibatkan interaksi komunikasi dalam pemecahan permasalahan atau topik dalam pembahasan. Manfaat metode diskusi adalah mendorong siswa untuk berani mengeluarkan pendapat, bertanya, membuat kesimpulan dalam suatu masalah dan mengambil keputusan yang tepat dan bijak. Metode diskusi memiliki kelebihan dan kelemahannya. Adapun kelebihannya mendidik siswa menghargai pendapat orang lain, berani dalam mengeluarkan pendapatnya, menuntut siswa untuk berpikir kritis dan sistemmatis. Sedangkan kelemahannya adalah ada siswa yang tidak aktif dan dikuasai siswa yang suka berbicara. Langkah-langkah diskusi terdiri dari empat tahap yaitu persiapan, pendahuluan, pelaksanaan dan penutup.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun yang dimaksud dengan penelitian tindakakn kelas menurut Burhan Elfanany (2013: 21) menyatakan bahwa “PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar kamu untuk mengubahnya”. Penelitian bersifat kolaborasi yaitu antara peneliti dengan teman sejawat (guru atau kolaborator). Menurut Kunandar (2004: 26) bahwa “ Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat kolaborasi adalah dalam pembelajaran usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap penelitian yang dilakukan”. Setting dalam penelitian ini meliputi: 1) Tempat Penelitian, Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Parit Mas untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada semester I kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang siswa. 2) Waktu penelitian, Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 bulan agustus tahun 2014. Siklus Penelitian, dalam penelitian ini dilakukan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus dilaksanakan dengan dua kali pertemuan pembelajaran.

Subyek Penelitian dalam hal ini adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Parit Mas yang terdiri dari 21 siswa, satu orang teman sejawat dan satu orang guru kelas V selaku peneliti. Teknik Pengumpul data yang digunakan Menurut Hadari Nawawi (2010: 30) ada empat (4) macam teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian pada umumnya yaitu:

(1). Teknik Observasi; (2) Teknik Komunikasi; (3) Teknik Pengukuran; (4)

(5)

5

Teknik/Studi Dokumenter. Adapun teknik dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang digunakan adalah teknik obervasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa. Alat pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah Lembar observasi yaitu dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam diskusi kelas. Analisis Data yang dilakukan yaitu data yang di kumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian di analisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan terjadi dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode diskusi pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian tindakan kelas ini adalah berupa : 1) Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran oleh guru pada tiap siklus yang dilakukan kolaborator, 2) Data berupa skor penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP setiap siklus,

Kumpulan data dari hasil observasi di analisis dengan cara mendeskripsikan catatan kolaborator, data hasil observasi penilaian terhadap aktivitas siswa di analisis dengan persentase, dan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan rumus :

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Adapun deskripsi pelaksanaan PTK siklus I yang dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 6 dan 13 Agustus 2014 dan deskripsi pelaksanaan PTK siklus II yang dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 20 dan 27 Agustus 2014 adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Siklus I

a) Perencanaan (planning), Agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana sesuai yang diharapkan, terlebih dahulu guru menetapkan materi/standar kompetensi, yaitu : Memahami kebebasan berorganisasi, Kompetensi dasar: Mendeskripsikan Pengertian Organisasi, kemudian guru membuat RPP (Lampiran I) sebagai panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas yang terdiri dari 3 tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Selanjutnya guru menyiapkan topik-topik diskusi, yaitu : Berorganisasi, menyiapkan media pembelajaran, yaitu : Struktur Organisasi Sekolah serta guru membuat lembar observasi tentang aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, lembar observasi untuk mengamati penerapan metode diskusi yang dilakukan oleh guru, dan pedoman wawancara untuk siswa yang telah dirundingkan bersama teman sejawat mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi ini perlu di sosialisasikan terlebih dahulu agar proses pembelajaran lebih efektif dan efiesien dalam mencapai tujuan utama penelitian tindakan ini yaitu meningkatkan aktivitas belajar siswa. b) Pelaksanaan (acting),

% 100

Pr x

siswa seluruh Jumlah

tampak yang

indikator Jumlah

osentasi

(6)

6

Tindakan pada siklus pertama dilakukan pada hari rabu tanggal 6 dan 13 Agustus 2014 ketika jam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung. Untuk mempermudah proses pengamatan, penulis berkolaborasi dengan rekan sejawat yang bernama Halimi, S. Pd. kepala Madrasah Ibtidaiyah raudlatul Ulum Parit Mas yang bertindak sebagai observator sedangkan peneliti sebagai pelaksana tindakan. Adapun jenis diskusi yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah diskusi kelas. Diskusi kelas adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Langkah-langkah tindakan metode diskusi pada siklus I, terdiri dari: a) Persiapan diskusi, dalam suatu diskusi juga diperlukan adanya persiapan seperti persiapan guru mempelajari terlebih dahulu materi yang akan didiskusikan, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan jenis diskusi, menentukan masalah yang akan dibahas dan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi misalnya ruang kelas, peserta diskusi dan moderator. Berbagai strategi yang mungkin akan ditempuh dalam kegiatan pembelajaran sudah diantisipasi pada langkah ini, sehingga guru bisa mengendalikan proses pembelajaran di kelas. b) Pelaksanaan diskusi, Hal-hal yang akan dilakukan dalam pelaksanaan diskusi adalah memeriksa segala persiapan penunjang kelancaran diskusi, memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan diskusi misalnya tujuan yang ingin dicapai, melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang sudah ditetapkan, memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya serta mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. c) menutup diskusi, akhir dari proses pembelajaran yakni membuat pokok-pokok bahasan sebagai kesimpulan dan mengevaluasi jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan pada siklus II. c) Observasi (observing), Observasi pada siklus I dilaksanakan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai aktivitas belajar siswa dan guru, serta data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi di kelas V Madrasah Ibtidaiyah raudlatul Ulum Parit Mas. Observasi pada siklus I berguna untuk panduan peneliti untuk meningkatkan penelitian yang dilaksanakan pada siklus II. Dari lembar observasi aktivitas siswa yang terdiri dari beberapa indikator yang diamati kolaborator dapat dimuat didalam tabel aktivitas belajar siswa kelas V dengan metode diskusi sebagai berikut :

(7)

7 Tabel 1

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Aktivitas Frekuensi Persentase Fisik

Menjawab pertanyaan Menyimak penjelasan guru Mengerjakan tugas kelompok Tampil di depan kelas

Bekerja sama dalam kelompok Menyimpulkan materi pembelajaran

13 66,67%

11 52,38%

15 71,42%

17 80,95%

16 76,19%

15 71,42%

12 57,14%

d) Refleksi (reflecting). Pada tahap refleksi peneliti mengumpulkan dan menganalisis data kemudian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tindakan yang sudah dilakukan (hasil observasi). Kekurangan pada RPP (lampiran I) siklus I akan diperbaiki pada RPP (lampiran II) siklus II. Kemudian segala temuan hasil observasi akan dibicarakan bersama dengan kolaborator sebagai dasar pelaksanaan di siklus kedua.

2. Deskripsi Siklus II

Adapun deskripsi pelaksanaan PTK siklus II sebagai berikut:

a) Perencanaan (planning), Beranjak dari hasil analisis dan refleksi pada tindakan di siklus I, peneliti mengharapkan kegiatan pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan yaitu meningkatkan aktivitas belajar siswa baik fisik, mental, maupun emosional, terlebih dahulu guru/peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan secara matang. Pada siklus II ini telah ditetapkan : 1) Materi : Berorganisasi, 2) Standar kompetensi : 3. Memahami kebebasan berorganisasi. 3) Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan organisasi di sekitar kita 4) Membuat RPP (Lampiran II) sebagai panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas yang terdiri dari 3 tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. 5) Topik diskusi, yaitu : Organisasi di sekitar kita. 6) Menyiapkan media pembelajaran, yaitu : Gambar struktur organisasi sekolah dan gambar organisasi kelas. 7) Membuat lembar observasi untuk menilai RPP yang dibuat guru, lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan guru yang dilakukan oleh kolaborator, dan pedoman wawancara untuk siswa yang telah dirundingkan bersama teman sejawat mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. b) Pelaksanaan (acting), Seperti halnya pada siklus I, tindakan pada siklus II juga dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada hari rabu tanggal 20 dan tanggal 27 agustus 2014 ketika jam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tindakan pada siklus II ini penulis tetap berkolaborasi dengan rekan sejawat yang bernama Halimi, S.Pd. sebagai observator.

Langkah-langkah tindakan metode diskusi pada siklus II, terdiri dari

(8)

8

persiapan diskusi, pelaksanaan diskusi, dan menutup diskusi. 1) Persiapan Diskusi, dalam suatu diskusi juga diperlukan adanya persiapan seperti persiapan guru mempelajari terlebih dahulu materi yang akan didiskusikan, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan jenis diskusi, menentukan masalah yang akan dibahas dan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi misalnya ruang kelas, peserta diskusi dan moderator. Berbagai strategi yang mungkin akan ditempuh dalam kegiatan pembelajaran sudah diantisipasi pada langkah ini, sehingga guru bisa mengendalikan proses pembelajaran di kelas. 2) Pelaksanaan diskusi, Hal-hal yang akan dilakukan dalam pelaksanaan diskusi adalah memeriksa segala persiapan penunjang kelancaran diskusi, memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan diskusi misalnya tujuan yang ingin dicapai, melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang sudah ditetapkan, memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya serta mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. 3) Menutup diskusi, akhir dari proses pembelajaran yakni membuat kesimpulan dan mengevaluasi jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan pada siklus II. c) Observasi (observing), Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dan kolaborator dengan menggunakan lembar observasi untuk siswa guna mengukur aktivitas belajarnya dan lembar observasi untuk guru guna melihat kinerja guru pada saat mengajar. Observasi siklus II ini difokuskan pada kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I. Pada pelaksanaan siklus II, peneliti bersama kolaborator melanjutkan perbaikan hasil pada siklus I dan hasil pelaksanaan siklus II berjalan dengan baik dengan dua kali pertemuan. Hal-hal yang dilakukan pada siklus II telah menghasilkan sebagai berikut: 1) Suasana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi sudah lebih mengarah pada pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya keterlibatan aktivitas siswa secara fisik,mental dan emosional. 2) Siswa dalam suatu kelompok menunjukkan kerjasama dan saling membantu untuk menguasai materi pembelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama kelompok. 3) Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti proses belajar mengajar. 4) Hampir semua siswa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.5) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta. Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pada pembelajaran PKn di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah raudlatul Ulum Sungai Raya dengan jumlah siswa 21 anak di dapat hasil sebagai berikut:

(9)

9 Tabel 2

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Aktivitas Frekuensi Persentase Bertanya

Menjawab pertanyaan Menyimak penjelasan guru Mengerjakan tugas kelompok Tampil di depan kelas

Bekerja sama dalam kelompok Menyimpulkan materi pembelajaran

14 66,67%

11 52,38%

15 71,42%

17 80,95%

16 76,19%

15 71,42%

12 57,14%

d) Refleksi (Reflecting ), Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus II peneliti bersama kolaborator melakukan diskusi mengenai hasil tindakan dengan menggunakan metode diskusi tentang Organisasi disekitar kita. Hasil refleksi dan diskusi, diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan siklus II sudah terlaksana dengan baik.

Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan berbagai tindakan dari siklus I sampai siklus II, maka dapat isimpulakn bahwa sudah tidak perlu lagi melakukan penelitian siklus III, karena sudah nampak adanya peningjatan yang cukup baik antara siklus I dengan siklus II.

Berdasarkan dari data yang diperoleh mengenai aktivitas belajar yang dijabarkan menjadi aktivitas fisik, mental dan emosional yang dijadikan indikator kinerja pada setiap aspek yang diamati dapat dilihat pada tabel 4.6 di atas, untuk persentase yang didapat disesuaikan dengan jumlah siswa yang hadir. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengamatan per indikator kinerjanya, yaitu :

1. Aktivitas Fisik

a) Siswa berdialog dengan lancar dilihat observasi siswa pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 19%ke siklus I sebesar 62% dan kesiklus II sebesar 81%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 43% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 62%.

Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 4 siswa, ke siklus I sebanyak 13 siswa dan kesiklus II sebanyak 17 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa berani untuk berdialog atau bebicara dengan lancar didepan kelas antar teman yang lainnya. b) Siswa bertanya dalam diskusi dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 10% ke siklus I sebesar 57% dan kesiklus II sebesar 81% . Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 47%. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang bertanya dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base

(10)

10

line sebanyak 2 siswa, ke siklus I sebanyak12 siswa dan kesiklus II sebanyak 17 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk bertanya dari permasalahan yang di diskusikan.

c) Siswa mendengarkan dalam diskusi, siswa yang mendengarkan penjelesan guru dan materi yang disampaikan penyaji dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 24% ke siklus I sebesar 76%

dan kesiklus II sebesar 86%. dan Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 52% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 62%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 11 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 13 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih berkonsentrasi mendengarkan penjelasan baik dari guru maupun teman yang lainnya. d) Siswa menulis hal-hal penting di buku catatan, Siswa yang menulis hal-hal penting dibuku catatan dari penjelesan guru dan materi yang disampaikan penyaji dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 14% ke siklus I sebesar 39% dan kesiklus II sebesar 76%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 25% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 62%.

Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang menulis hal-hal penting di buku catatannya dari penjelasan guru dan uraian materi yang di sampaikan penyaji dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 3 siswa, ke siklus I sebanyak 8 siswa dan kesiklus II pertemuan I sebanyak 16 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 5 siswa dan dengan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 13 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih kreatif mencatat hal-hal penting di buku catatannya dari penjelasan baik dari guru maupun teman yang lainnya ketika berdiskusi.

Dari pembahasan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas fisik siswa yang meliputi siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa berdialok dengan lancar, siswa bertanya dalam diskusi dan siswa menulis hal-hal penting di buku catatannya ,pada metode diskusi meningkat ini dapat dilihat dari data base line ke siklus I dan ke siklus II.

2. Aktivitas Mental

a) Siswa menanggapi pendapat penyaji, siswa yang menanggapi pendapat penyaji dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 10% ke siklus I sebesar 29% dan kesiklus II sebesar 76%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 19% dan siklus II mengalami kenaikan sebesar 66%. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang menanggapi pendapat penyaji dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 2 siswa, ke siklus I sebanyak 6 siswa dan kesiklus II

(11)

11

sebanyak 16 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 4 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 14 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih aktif menanggapi pendapat baik dari guru, penyaji maupun teman yang lainnya ketika berdiskusi. b) Siswa memecahkan masalah, siswa yang ikut memecahkan masalah dalam diskusi dapat dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 10% ke siklus I sebesar 52% dan kesiklus II sebesar 81%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 42% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 71%. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang ikut serta memecahkan masalah penyaji dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 2 siswa, ke siklus I sebanyak 11 siswa dan kesiklus II sebesar 17 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 9 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanayak 15 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih aktif ikut serta dalam memecahkan masalah baik dari guru, penyaji maupun teman yang lainnya ketika berdiskusi. c) Siswa menyimpulkan masalah, siswa yang ikut menyimpulkan masalah dalam diskusi dapat dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 5% ke siklus I sebesar 39% dan kesiklus II pertemuan I sebesa 76%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 34% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 71. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang ikut serta menyimpulkan masalah dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 1 siswa, ke siklus I sebanyak 8 siswa dan kesiklus II pertemuan I sebanyak 16 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 7 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 15 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih aktif ikut serta dalam menyimpulkan masalah baik dari guru, penyaji maupun teman yang lainnya ketika berdiskusi. d) Siswa dapat mengemukakan pendapat, siswa yang ikut mengemukakan pendapat dalam diskusi dapat dilihat dari hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 5% ke siklus I sebesar 71% dan kesiklus II sebesar 81%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 66% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 76%.

Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang ikut serta mengemukakan pendapat dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 1 siswa, ke siklus I

(12)

12

sebanyak 15 siswa dan kesiklus II pertemuan I sebanyak 17 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 14 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 16 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih aktif ikut serta dengan mengemukakan pendapat untuk menyampaikan masalah ketika berdiskusi. e) Siswa dapat menanggapi pendapat kawan, dalam diskusi dapat dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 10% ke siklus I sebesar 57% dan kesiklus II sebesar 81%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 47% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 71%.

Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang ikut serta menanggapi pendapat kawan dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 2 siswa, ke siklus I sebanyak 12 siswa dan kesiklus II sebanyak 17 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 10 siswa dan base line base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 15 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih aktif ikut serta dengan menanggapi pendapat teman ketika berdiskusi.Dari pembahasan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas mental siswa yang meliputi siswa menanggapi pendapat penyaji, siswa ikut memecahakan masalah, siswa menyimpulkan masalah, siswa dapat mengemukakan pendapat dan siswa dapat menanggapi pendapat kawan ,pada metode diskusi hasilnya meningkat ini dapat dilihat dari data base line ke siklus I dan ke siklus II.

3. Aktivitas Emosional

a) Siswa berani menjawab dalam diskusi dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 10% ke siklus I sebesar 39% dan kesiklus II sebesar 76%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 29% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 66%. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang berani menjawab pertanyaan temannya dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 2 siswa, ke siklus I sebanyak 8 siswa dan kesiklus II pertemuan I sebanyak 16 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 6 siswa, base line base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 14 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa untuk lebih aktif dan berani bertanya ketika berdiskusi. b) Siswa bergembira dalam diskusi dapat dilihat dari rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 19% ke siklus I sebesar 71% dan

(13)

13

kesiklus II sebesar 86%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 52% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 67%. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang bergembira dalam diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 4 siswa, ke siklus I sebanyak 15 siswa,dan kesiklus II sebanyak 18 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 11 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 14 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa bergembira ketika berdiskusi.

c) Siswa bersemangat mengikuti diskusi dapat dilihat rekapitulasi hasil observasi dalam persentase pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebesar 19% ke siklus I sebesar 71% dan kesiklus II sebesar 86%. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebesar 52% dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebesar 67%. Sedangkan dilihat dari jumlah siswa yang bersemangat mengikuti diskusi pada saat pembelajaran dengan metode diskusi selalu mengalami kenaikan dari base line sebanyak 4 siswa, ke siklus I sebanyak 15 siswa dan kesiklus II sebanyak 18 siswa. Bila dibandingkan antara siklus I dengan base line mengalami kenaikan sebanyak 11 siswa dan base line dengan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 14 siswa. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi mampu membuat siswa bersemangat ketika berdiskusi.

Dari pembahasan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas emosional siswa yang meliputi siswa menaruh minat untuk belajar dalam diskusi, siswa berani menjawab dalam diskusi, siswa bergembira mengikuti diskusi dan siswa bersemangat mengikuti diskusi ,pada metode diskusi hasilnya meningkat, ini dapat dilihat dari data base line ke siklus I dan ke siklus II.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Secara umum pelaksanaan metode diskusi pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Parit Mas dengan langkah-langkah yang dimulai dari merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menyusun laporan, presentasi kelompok, dan membuat kesimpulan. Adapun secara khusus dapat simpulkan bahwa : 1) Metode diskusi pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Sungai Raya terbukti mampu meningkatkan aktivitas fisik pada pembelajaran PKn, hal ini tampak aktivitas fisik data base line saat prapenelitian sebesar 26% , pada siklus I meningkat sebesar 71% dan siklus II meningkat sebesar 84%. Jadi telah terjadi peningkatan antara prapenelitian dengan siklus I sebesar 45% dan antara siklus I dengan siklus II sebesar 13%.

2) Metode diskusi pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Sungai Raya terbukti mampu meningkatkan aktivitas mental pada pembelajaran

(14)

14

PKn, hal ini tampak aktivitas mental mental data base line saat prapenelitia sebasar 8 % , pada siklus I meningkat 62% dan siklus II meningkat sebesar 82%.

Jadi telah terjadi peningkatan antara prapenelitian dengan siklus I sebesar 54%

dan antara siklus I dengan siklus II sebesar 20%. 3) Metode diskusi pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Sungai Raya terbukti mampu meningkatkan aktivitas emosional pada pembelajaran PKn, hal ini tampak aktivitas emosional data base line saat prapenelitia sebasar 13% , pada siklus I meningkat sebesar 58% dan siklus II meningkat sebesar 68%. Jadi telah terjadi peningkatan antara prapenelitian dengan siklus I sebesar 45% dan antara siklus I dengan siklus II sebesar 10%.

Saran

Telah terbukti pembelajaran dengan metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran PKn, maka disarankan sebagai berikut: 1) Pihak guru dan calon guru PKn dalam melaksanakan pembelajarannya hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif dalam memberikan pengajaran terutama pada kelas V. 2) Dalam menyusun dan melaksnakan rencana proses pembelajaran sebaiknya guru lebih optimal menggunakan variasi model pembelajaran serta memperbanyak dalam memberikan penguatan agar siswa lebih meningkatkan aktivitas belajar. 3) Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya jika ingin melakukan penelitian lanjutan haruslah mempersiapkan segalanya dengan baik dan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi agar dapat meminimalisir kendala-kendala dalam penelitian, sehingga apa yang menjadi harapan dalam tindakan untuk meningkatkan hasi belajar siswa bisa tercapai dengan maksimal dn memuaskan.

DAFTAR RUJUKAN

Alma Buchari, Hari Mulyadi, Girang Razati, B Lena, Nuryati S .2009. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta Elfanany Burhan, 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: ARSKA

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sardiman, A. M. .2010. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Pers

(15)

15

Referensi

Dokumen terkait

(merah) dan Jumlah bentangan yang dihasilkan (biru) Pada pemakaian mesin. secara

1) Program Studi Sarjana (S1) berfungsi menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang manajemen bisnis telekomunikasi

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengunakan variabel lain yang mempengaruhi program pendidikan lebih kompleks dan bervariasi, dalam hal waktu penelitian, disarankan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar dan prestasi belajar PKn antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a) Adanya peningkatan motivasi belajar mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah aplikasi komputer menggunakan lembar praktikum terbimbing pada semester V-H IKIP PGRI

Berdasarkan penjelasan tersebut terkait dengan peningkatan kapasitas bakteri dalam mendegradasi polutan benzena, maka dilakukan uji kemampuan degradasi benzena pada

SASARAN PERUBAHAN PARADIGMA SEHAT (2).. PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN a) Pemenuhan tenaga b) Peningk sarana pelayanan primer c) Pemenuhan prasarana pendukung d) Inovasi

Namun Imam al Nawawi memandang tidak boleh istibdal benda waqaf berupa masjid karena waqaf yang sudah rusak tidak boleh dijual dan tidak kembali ke orang