• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI UMUM PERUSAHAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PT. National Sago Prima dahulu merupakan salah satu bagian dari kelom- pok usaha Siak Raya Group dengan nama PT. National Timber and Forest Pro- duct yang didirikan pada tanggal 4 September 1970 dengan akta notaris nomor 2 yang dibuat dihadapan Moehammad Ali Asjoedjir, wakil notaris yang bertempat di Pekan Baru dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan kepu- tusan nomor J.A.S/4/1971 pada tanggal 7 Januari 1971. Pada tanggal 24 Desem- ber 1970 nama PT. National Timber diubah menjadi PT. National Timber and Fo- rest Product dengan akta notaris nomor 153 yang dibuat dihadapan Muhamad Said Tadjoedin, notaris di Jakarta. PT. National Timber and Forest Product meru- pakan salah satu pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) berdasarkan surat ke- putusan Menteri Pertanian nomor 135/KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974 di Propinsi Riau dengan luas areal konsesi 100 000 ha yang telah beroperasi sela- ma lebih dari 21 tahun.

Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan nomor 913- /IVPPH/1994 tanggal 18 april 1994 dan surat Menteri Kehutanan nomor 1083- /MENHUT-IV/1995 tanggal 24 juli 1995 pada PT. National Timber and Forest Product telah diberikan persetujuan prinsip Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam hutan ta- naman (sagu) atas areal hutan produksi seluas ± 19 900 ha di Provinsi Riau. Sete- lah berakhirnya masa konsesi HPH 20 tahun, selanjutnya pada tahun 1995 PT.

National Timber and Forest Product mengajukan Izin Penebangan Kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/Kpts/HUT/1996.

Izin Penebangan kayu tersebut disetujui dengan syarat apabila setelah pe- nebangan dilakukan, PT. National Timber and Forest Product harus menanami kembali areal tersebut dengan Hutan Tanaman Industri yaitu sagu (Metroxylon spp.) tanaman unggulan setempat seperti Geronggang (Cratoxylon spp), tanaman kehidupan seperti kelapa (Cocos nucifera Linn.) dan mempertahankan hutan kon- servasi seluas 10% dari luasan yang diajukan dengan mengajukan Rencana Karya

(2)

18 Tahunan (RKT) sekali dalam satu tahunnya. Perizinan RKT sebelum otonomi da-

erah dikeluarkan oleh Kanwil Kehutanan dengan rekomendasi Dinas Kehutanan Propinsi Riau, setelah berlakunya otonomi daerah pemberian izin dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis.

Pada tahun 2008 dikeluarkan izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT. Nati- onal Timber and Forest Product atas areal hutan produksi seluas ± 21 620 ha di Propinsi Riau dengan surat keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/ MEN- HUT-II/2008. Surat Keputusan tersebut dikeluarkan untuk merevisi SK Menteri Kehutanan nomor 1083/MenhutIV/ 1995 tanggal 24 juli 1995 karena penambahan luas areal hutan produksi.

Pada tahun 2009 dikeluarkan surat keputusan Menteri Kehutanan no SK.- 380/MENHUT-II/2009 tanggal 25 Juni 2009 tentang perubahan atas keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MENHUT-II/2008 tanggal 24 September 2008 tentang pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan ta- naman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT. National Timber and Fo- rest Product atas areal hutan produksi seluas ± 21 620 (dua puluh satu ribu enam ratus dua piluh) hektar di Provinsi Riau. Keputusan tersebut menetapkan bahwa nama PT. National Timber and Forest Product berubah menjadi PT. National Sa- go Prima, namun SK.353/MENHUT-II/2008 tanggal 24 September 2008 beserta lampiran dan peta areal kerjanya masih tetap berlaku.

PT. National Sago Prima merupakan bagian dari Sampoerna Biofuel yang merupakan perusahaan yang akan mengembangkan biofuel dari berbagai komodi- tas. PT. Sampoerna Agro membeli seluruh saham perkebunan sagu tersebut.

Letak Geografis dan Administrasi

Lokasi Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Sago Prima se- cara administratif terletak di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau yang menempati beberapa desa yaitu Desa Sungai Tohor, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Gadai, Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, De- sa Lukun, Desa Sungai Pulau, dan Desa Kepau Baru.

(3)

19 Secara geografis PT. National Sago Prima terletak pada koordinat 0031‟

LU-1008‟ LU dan 101043‟ BT – 103008‟. Berdasarkan Peta Topografi Provinsi Ri- au skala 1 : 250 000, areal kerja PT. National Sago Prima sebagian besar bertopo- grafi datar dengan ketinggian tempat antara 0 – 5 meter di atas permukaan laut (dpl) (Gambar 3).

Skala : 1 : 4.500.000

Batas wilayah Kebun PT. National Sago Prima sebelah barat berbatasan dengan PT. Unisraya, selatan berbatasan dengan Desa Kepau Baru dan Desa Te- luk Buntal, timur berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Desa Tanjung Gadai, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Sungai Tohor.

Keadaan Tanah

Berdasarkan hasil pengukuran planimetris pada peta geologi 1:100 000 su- sunan batuan di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Sago Pri- ma terdiri atas jenis batuan endapan aluvial muda berumur holosem dengan lito- logi lempung, lanau, kerikil kecil, dan sisa pertumbuhan di rawa gambut. Macam dan jenis tanah yang terdapat di seluruh areal Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Sago Prima adalah jenis tanah organosol dan aluvial. Tanah organo- sol terdapat di seluruh kelompok hutan Teluk Kepau dengan luas 19.820 hektar (99.60%) dan jenis tanah alluvial dengan luas 80 hektar (0.40%).

Tanah rawa gambut di lokasi HTI Sagu PT. NSP tergolong kempleks orga- Gambar 3. Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau

(4)

20 nosol glei humus dengan bahan batuan aluvial pada fisiografi datar. Berdasarkan

tingkat kematangannya tanah gambut tersebut termasuk tanah dengan tingkat ke- matangan hemik. Berdasarkan uji laboraturium tanah gambut pada areal PT. NSP termasuk jenis gambut topogenous yang bersifat mesotrofik, artinya gambut air ta- war dengan tingkat kesuburan sedang (Mofu, 2011).

Kurangnya ketersediaan unsur-unsur hara bagi tanaman menjadi salah satu faktor penyebab hanya jenis vegetasi tertentu saja yang dapat hidup dan tumbuh pada tanah gambut, sehingga jenis vegetasi yang dijumpai pada hutan rawa gam- but relatif sedikit (Mofu, 2011).

Karakteristik lahan pada lokasi perkebunan adalah lahan gambut dalam (3-5 m) dengan tingkat kematangan sedang (gambut hemik). Gambut di wilayah PT. National Sago Prima termasuk dalam gambut oligotropik yaitu gambut yang sedikit mengandung bahan mineral. Sekitar 99 % lahan perkebunan merupakan ta- nah organosol dan sisanya tanah aluvial. Tanah aluvial banyak terdapat dise- panjang sungai yang terletak di dalam perkebunan. Sungai yang ada di lokasi per- kebunan antara lain Sungai Mukun, Sungai Pulau, Sungai Buntal dan Sungai Suir Kiri. Lokasi kebun PT. National Sago Prima terletak di ketinggian antara 0-5 me- ter diatas permukaan laut. Tingkat kemiringan lahan antara 0 – 5 %.

Karakteristik dan kriteria tanah organosol memiliki solum dalam (>100 cm) dengan kandungan bahan organik lebih dari 20%. Tekstur lapisan bawah ha- lus (liat) sedangkan lapisan atas merupakan hemik dengan tingkat pelapukan sam- pai tingkat menengah. Konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi ta- nah tergolong sangat masam dengan pH 3.1-4.0. Kepekaan terhadap erosi relatif tinggi, namun mengingat topografi wilayah tersebut datar maka kemungkinan ter- jadi erosi rendah.

Tanah organosol atau lebih dikenal dengan tanah gambut yaitu tanah yang terbentuk oleh lingkungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang ter- jadi hampir sepanjang tahun. Secara Nasional, luas lahan gambut lebih dari 20 ju- ta ha, sebesar 6.29 juta ha terdapat di Sumatera, sementara 4 044 juta ha diantara- nya terdapat di Provinsi Riau. Menurut data KLH diperkirakan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14 605 juta ton, yang jika tidak dikelola dengan baik

(5)

21 akan menimbulkan efek rumah kaca. Sekitar 54.71% Daratan Riau merupakan la-

han gambut yang sebagian besar merupakan gambut dalam yang kedalamannya lebih dari 3 m .

Topografi dan Iklim

Menurut sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson areal Hutan Tanaman Indus- tri (HTI) PT. National Sago Prima termasuk tipe iklim B dengan Q= 33.3%. Ber- dasarkan pengukuran curah hujan yang tercatat oleh BMG pada tahun 1971-2000, curah hujan rata-rata tahunan sebanyak 2 191 mm dengan jumlah hari hujan 280 hari/tahun, curah hujan tertinggi pada bulan November dan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Curah hujan dan hari hujan yang tercatat di Stasiun Pengamatan Selat Panjang untuk tahun 2008 dan perbandingannya dengan tahun 2007 (Tabel 2). Untuk curah hujan dari tanggal 7 Maret sampai 10 Juni 2011 pada pengamatan di Wisma Tuni (Divisi 2 Blok I28) bisa dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

Tabel 2. Curah hujan dan hari hujan di Stasiun Pengamatan Selat Panjang (2007 s/d 2008)

No Bulan Jumlah Curah Hujan

(mm)

Jumlah Hari Hujan

1. Januari 21 4

2. Februari 51 1

3. Maret 180 10

4. April 270 9

5. Mei 88 6

6. Juni 38 3

7. Juli 25 2

8. Agustus 84 4

9. September 75 5

10. Oktober 125 5

11. November 252 9

12. Desember 200 7

Rata-rata 2008 1 409 65

2007 2 290 150

Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Wilayah Selat Panjang tahun 2008

(6)

22 Suhu udara areal Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Sago

Prima berdasarkan data yang diambil dari laporan Poyry yaitu antara 24.20C sampai 26.40C dengan kelembaban udara 85%-90% dan kecepatan angin 2-4 m.

Rata-rata suhu udara yang tercatat di Stasiun Pengamatan Selat Panjang untuk tahun 2008 dan perbandingannya dengan tahun 2007 (Tabel 3). Suhu harian dari tanggal 7 Maret sampai 10 Juni 2011 pada pengamatan di Wisma Tuni (Divisi 2 Blok I28) bisa dilihat pada Lampiran 5 dan 8.

Tabel 3. Rata-rata Suhu Udara pada Stasiun Japura - Rengat

No Bulan Suhu Udara (°C) Rata-rata

Kelembaban Relatif (%) Rata-rata Maksimum Minimum

1. Januari 25,5 30,2 25,4 88,0

2. Februari 25,9 31,0 18,9 81,0

3. Maret 26,0 31,0 22,0 87,0

4. April 26,4 32,2 22,1 85,0

5. Mei 26,4 32,1 21,5 86,0

6. Juni 26,5 32,2 22,9 84,0

7. Juli 26,5 32,1 22,4 82,0

8. Agustus 26,0 31,2 21,9 85,0

9. September 25,9 31,7 22,6 84,0

10. Oktober 26,1 31,9 22,1 86,0

11. November 26,1 31,4 22,8 84,0

12. Desember 25,6 30,0 22,5 88,0

Rata-rata 2008 26,1 31,4 22,3 85,0

Rata-rata 2007 26,6 32,6 22,1 85,4

Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Wilayah Japura-Rengat tahun 2008

Berdasarkan Tabel 3 diatas suhu udara rata-rata pada tahun 2008, 26.1°C sedangkan pada tahun 2007, 26.6°C. Suhu maksimum pada tahun 2008, 31.4°C sedangkan suhu minimumnya, 22.3°C. Pada tahun 2007 suhu maksimumnya 32.6°C sedangkan suhu minimumnya 22.1°C.

Rata-rata kecepatan angin yang tercatat di Stasiun Pengamatan Selat Panjang untuk tahun 2007 dan tahun 2008 disajikan pada Tabel 4.

(7)

23 Tabel 4. Rata-rata Kecepatan Angin Pada Stasiun Japura - Rengat

No Bulan Angin

Kecepatan Angin (Knot) Kecepatan Terbesar (Knot)

1. Januari 005 8

2. Februari 005 8

3. Maret 004 7

4. April 005 7

5. Mei 006 6

6. Juni 004 6

7. Juli 004 6

8. Agustus 004 6

9. September 004 6

10. Oktober 004 7

11. November 004 6

12. Desember 004 6

Rata-rata 2008 004 7

2007 005 14

Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Wilayah Japura-Rengat tahun 2008

Areal Konsesi

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin pengusahaan hutan produksi yang kegiatannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, dan pemasaran. PT. National Timber and Forest Product yang sekarang PT. National Sago Prima adalah salah satu pemegang HPH di Propinsi Riau berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 135/ KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974 dengan masa konsesi 20 tahun.

Pada tahun 1995, setelah masa konsesi HPH berakhir PT. National Timber and Forest Product memperoleh Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri deng- an Surat Menteri Kehutanan nomor 1083/Menhut-IV/1995 tanggal 24 juli 1995.

Pada tahun 1996 PT. National Timber and Forest Product selanjutnya mengajukan izin penebangan kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/Kpts/HUT/1996.

Izin Penebangan Kayu (IPK) diberikan dengan ketentuan bahwa setelah dilakukan penebangan maka areal tersebut harus ditanam kembali dengan tanam- an industri (sagu). Selain pengusahaan sagu (Metroxylon sago Rottb.) PT. Natio-

(8)

24 nal Timber and Forest Product juga harus melakukan penanaman tanaman unggul-

an setempat yaitu geronggang (Cratoxylon spp.), tanaman kehidupan (Cocos nucifera Linn.) dan mempertahankan hutan konservasi seluas 10%. PT. National Sago Prima memiliki luas areal konsesi 21.620 ha sesuai surat keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MENHUT-II /2008 tanggal 24 September 2008.

Gambar

Tabel  2. Curah hujan dan hari hujan di Stasiun Pengamatan Selat Panjang (2007      s/d 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang dilakukan terhadap pemilihan bahasa yang dibuat oleh responden apabila mereka bercakap dengan orang bukan Orang Asli Che Wong di kampung mereka mendapati bahawa

Apabila ditinjau dari Fatwa Nomor 86/ DSN- MUI/ XII/ 2012 tentang hadiah dalam penghimpunan dana lembaga keuangan syariah, pada putusan ketiga tentang ketentuan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor 027/11/PPBJ-LU/BLANKO/2012 tanggal 30 Agustus 2012 perihal Penetapan Pemenang Pekerjaan Belanja Cetak Dan Penggandaan pada

Peningkatan Kinerja Pajak Melalui Kecerdasan Emosional (EQ), OrganizationalCitizenship Behavior (OCB), dan Motivasi Kerja Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

memaparkan masalah dengan media konkret; (b) membagi kelompok dan media konkret; (c) berdiskusi dengan memanipulasi media konkret; (d) me- laporkan diskusi dengan

Promosi penjualan adalah suatu aktivitas dan atau materi yang dalam aplikasinya menggunakan teknik, dibawah pengendalian penjual atau produsen, yang dapat

Adopsi teknologi perangkap kuning (Yellow Trap) baik di Kabupaten sambas mupun di kabupaten Ponorogo masih sangat rendah. Menurut keterangan petani responden,

Untuk udara sebagai fluida kerja pendingin, diperlukan masukan data berupa: Temperatur udara sekitar 82,4 oF = 28 oC Ketinggian permukaan laut 1473,85 ft = 449,23 m Cp udara =