• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vibrio alginolyticus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vibrio alginolyticus"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

aKtIVItas ENZIM sUPErOKsIDa DIsMUtasE DaN ENZIM PrOtEasE PaDa UDaNG WINDU (Penaeus monodon fabricus) YaNG DIINfEKsI

Vibrio harveyi PasCa-PEMBErIaN IMUNOstIMULaN OMP Vibrio alginolyticus

Mohamad Rozik1), Achmad Sudianto1), Maftuch2) dan Happy Nursyam2)

1 Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang

2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang Perum Purimas Blok J-5 ,Tulungagung Jatim.

Rozi_raha@yahoo.com

ABSTRACT

Research is aimed at understanding the activity of Superoxide Dismutase (SOD) and protease enzymes in the Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon Fabricus) Vibrio harveyi infected after treatment of immunostimulant OMP Vibrio alginolyticus. Some doses are used, 10 µg/kg bw, 20 µg/kg bw, and 30 µg/kg bw. Positive and negative controls are used as the comparator. Each treatment has 3 replications. Result of research with ANOVA test indicates that the obvious difference (p < 0.05) has been existed between the activity of SOD and protease enzymes in the Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon Fabricus). Vibrio harveyi infected after treatment of immunostimulant OMP Vibrio alginolyticus. Based on BNT test, SOD enzyme activity shows the obvious difference between positive control and negative control in doses of 10 µg/kg bw, 20 µg/kg bw, and 30 µg/kg bw (significance 0.001 and significance 0.000). Result of regression test ensures that 34.2% OMP doses influence superoxide dismutase enzyme activity. Result of BNT test determines that the negative control does not have obvious difference with positive control in the doses of 10 µg/kg bw and 30 µg/kg bw (significance 0.430, significance 0.542, and significance 0.116). The obvious difference, however, is found in the dose of 20 µg/kg bw (significance 0.001). Result of regression test implies that 61.5 % of OMP doses affect protease enzyme activity. The highest average rate of protease enzyme activity is estimated in the 20 µg/kg bw dose treatment into 130.31 units. Based on result of research, it may be concluded that the optimal dose treatment of immunostimulant OMP Vibrio alginolyticus bacteria will be 20 µg/kg bw.

Key words: Penaeus monodon, OMP, Protease and SOD

PENGANTAR

Penyakit pada udang diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen seperti parasit, jamur, bakteri dan virus yang dapat menular dari satu inang ke inang yang lain melalui air, sentuhan langsung antara inang, inang perantara, peralatan dan aktifitas manusia. Adapun penyakit non infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan non patogen seperti nutrisi, kualitas air, racun, dan penanganan (Murjani et al, 2003). Pada saat terjadinya serangan patogen, yang pertama kali berperan dalam sistem pertahanan tubuh udang adalah kutikula yang memiliki kemampuan antimikroba melalui lendir yang dihasilkan.

Pertahanan selanjutnya adalah hemosit yang memiliki peranan penting dalam sistem pertahanan internal udang (Supamattaya et al., 2000; Van de Braak, 2002).

Hemosit adalah sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih (leukosit) pada hewan vertebrata.

Hemosit pada udang dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu sel hyaline, semigranular dan granular (Effendy

et al., 2004). Ketiga tipe hemosit ini memiliki peranan penting dalam sistem imun udang yaitu melalui proses fagositosis, encapsulasi, cytotoxicity dan melanisas. Untuk mengaktifkan enzim protease maupun pembentukan ROS dalam proses fagositosis, diperlukan stimulan yang berasal dari luar tubuh udang yang dikenal dengan imunostimulan.

Bahan stimulan yang dapat digunakan antara lain kelompok senyawa biologi seperti dinding sel bakteri, senyawa kompleks karbohidrat, ekstrak dari hewan dan tanaman obat, peptida, nukleotida dan bahan-bahan yang berasal dari produk sintetis (Raa, 2000; Citarasu et al., 2006).

Kelompok reactive oxygen ini dihasilkan di vakuola fagositosis dan ketika dikeluarkan tidak menutup kemungkinan dapat merusak sel host. Untuk mencegah kerusakan tersebut, sel maupun organisme menggunakan tiga strategi pertahanan. Yang pertama adalah dengan melibatkan antioksidan dengan berat molekul rendah antara lain ascorbate, α-tocopherol dan glutathione yang langsung berinteraksi dengan ROS untuk menetralisir. Dua pertahanan yang lain adalah melibatkan enzim yang berperan dalam metabolis ROS (SOD, catalase dan glutathione peroxidase)

(2)

atau memperbaiki kerusakan makro-molekular menjadi asam nukleat, protein dan lemak (perbaikan DNA, protease dan lipase) yang disebabkan oleh ROS (Holmblad and Soderhall, 1999).

OMP Vibrio alginolyticus merupakan salah satu bahan potensial yang dapat digunakan sebagai imunostimulan karena bahan aktifnya mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan pathogen pada ikan kerapu tikus (Maftuch dkk., 2006).

BAHAN DAN CARA KERJA Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Reproduksi Fakultas Perikanan, Laboratorium Biokimia FMIPA dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Prosedur Penelitian Persiapan Hewan Uji

Udang windu diperoleh dari tambak disekitar lokasi UPT Pengembangan Budidaya Air Payau Bangil Pasuruan dengan berat 20,14 ± 3,69 gr sebanyak 150 ekor. Untuk proses aklimatisasi, udang dipelihara dalam bak perlakuan dengan kapasitas 30 L air laut. Masing-masing bak diisi 10 ekor udang yang diadaptasi selama 1 minggu. Selama masa pemeliharaan diberikan pakan komersil berupa pelet sebanyak 2 × per hari 5% total biomass.

Imunisasi dan Uji Tantang

Setelah adaptasi udang diimunisasi dengan sistem booster, booster ke 1 dilakukan pada hari pertama sesuai perlakuan dosis OMP 10, 20 dan 30 µg/kg bw dengan menggunakan adjuvant complete, dan diadaptasikan kembali selama 7 hari. Booster ke 2 dilakukan dengan mengimunisasi kembali udang windu dengan dosis OMP 10, 20 dan 30 µg/kg bw menggunakan adjuvant incomplete dan diadaptasikan kembali hingga hari ke-14. Uji tantang dilakukan menggunakan bakteri Vibrio harveyi kepadatan 107 sel/ml dengan metode perendaman. Setelah 24 jam pasca infeksi dilakukan pengamatan dan pengambilan hemolimf untuk analisis aktivitas enzim SOD dan aktivitas enzim protease. Masing-masing kontrol dan perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Aktivitas Enzim SOD

Uji aktivitas enzim SOD dilakukan dengan mengambil 100 µl hemolimf dari tubuh udang dimasukkan kedalam tabung, kemudian ditambahkan secara berturut-turut EDTA 200 µL, NBT 100 µL, xanthine 100 µL dan xanthin oksidase

100 µL dan buffer fosfat 1 cc kemudian diinkubasi pada suhu 37° C selama 30 menit, kemudian disentrifuse dan diambil supernatan. Tambahkan buffer fosfat hingga 3,3 cc. Siap diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm. Aktivitas enzim ditentukan dalam unit per mg protein.

Aktivitas Enzim Protease

Untuk mendapatkan HLS dilakukan menggunakan metode Sahoo et al. (2005) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Hemolimf sebanyak 100 μl diambil menggunakan syringe 1 ml yang berisi 100 μl antikoagulan (Sodium citrate 10%, pH 7,2) kemudian masukkan ke tabung eppendorf 1,5 ml. selanjutnya disentrifuse pada 2.300 rpm suhu 4° C selama 10 menit. Supernatan dibuang kemudian pelet ditambahkan 0,01 M PBS pH 7,0 volume 100 μl dan disentrifuse kembali pada 2.300 rpm selama 10 menit.

Supernatan dibuang, pelet yang didapatkan diresuspesi dengan 0,01 M PBS pH 7,0 volume 1 ml dilanjutkan homogenisasi dan sentrifuse 4.000 rpm suhu 4° C selama 30 menit. HLS yang didapatkan disimpan pada suhu 4° C sebelum digunakan.

Uji aktivitas protease dilakukan dengan menggunakan metode Celis G, et al. (2004) sebagai berikut: Penentuan kurva standar tirosin: ditimbang 0,01 g tirosin dan dilarutkan dalam aquades dalam beaker glass, setelah itu pindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan sampai tanda batas.

Larutan stok tirosin 100 mg/l dipipet berturut-turut 1, 3, 5, 7 dan 9 ml kemudian masing-masing diencerkan sampai 10 ml sehingga menghasilkan konsentrasi berturut-turut 10, 30, 50, 70 dan 90 mg/l. Semua konsentrasi diukur absorbansinya pada panjang gelombang 275 nm, selanjutnya dibuat kurva standar. Dicampur 2 ml larutan kasein 0,5% dengan 0,5 ml larutan buffer fosfat pH 7,0 dan 1 ml enzim protease lalu didiamkan selama 10 menit suhu 37° C. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 2,5 ml TCA 5% lalu diinkubasi 30 menit pada suhu ruang. Larutan disentrifugasi 4.000 rpm selama 20 menit. Hasil pengukuran diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV panjang gelombang 275 nm.

HASIL Enzim SOD

Prinsip pemeriksaan enzim SOD adalah mengukur formazan, hasil reduksi Nitro Blue Tetrazolium (NBT) oleh radikal superoksid. Radikal superoksid terbentuk dari reaksi xanthine dan xanthine oksidase. Satu unit aktifitas enzim SOD menunjukkan sejumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghambat reduksi NBT menjadi 50% dalam kondisi

(3)

tertentu. Pengukuran aktivitas enzim SOD pada hemosit udang windu dilakukan pasca infeksi bakteri Vibrio harveyi (setelah pemberian imunostimulan). Aktivitas enzim SOD pada hemosit udang windu pasca pemberian OMP Vibrio alginolyticus dan di uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Aktivitas Enzim SOD Hemosit Udang Windu Pasca Pemberian Imunostimulan OMP Vibrio alginolyticus dan Uji Tantang Bakteri Vibrio harveyi.

Perlakuan Aktivitas Enzim Protease (unit)

A B sCC

Kontrol(-) 87.5861 87.0132 88.1024 Kontrol(+) 81.6360 77.9548 78.8776 10 µg/kgbw 97.9595 93.6552 90.5290 20 µg/kg bw 160.2039 120.7053 110.0300 30 µg/kgbw/kgbw 106.7621 101.7580 104.8658

Berdasarkan hasil uji Anova menunjukkan bahwa nilai rerata aktivitas enzim SOD udang windu (Penaeus monodon Fabr) pasca pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus adalah berbeda nyata (p < 0,05).

Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pada kontrol positif (infeksi) mempunyai nilai aktivitas terendah dari kelima perlakuan yaitu 82.6000 unit, hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan kontrol positif udang di infeksi dengan bakteri Vibrio harveyi tanpa diberi perlakuan pemberian imunostimulan sehingga udang mengalami stress oksidatif karena serangan bakteri.

Rerata nilai aktivitas enzim SOD pada dosis 20 µg/kg bw, dosis 30 µg/kg bw, kontrol negatif dan dosis 10 µg/kg bw adalah 123.4067 unit, 124.1500 unit, 125.4233 unit dan 139.0967 unit atau secara statistik tidak berbeda nyata.

Enzim Protease

Aktivitas enzim protease dinyatakan dalam unit aktivitas dimana 1 unit aktivitas protease didefinisikan sebagai sejumlah enzim yang mampu membebaskan 1 µg tirosin ekivalen setiap menit pada kondisi analisa.

Penghitungan aktivitas enzim protease pada hemosit udang

windu dilakukan setelah 24 jam pasca infeksi bakteri Vibrio harveyi (Tabel 2).

Hasil uji Anova (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa nilai rerata aktivitas enzim protease udang windu (Penaeus monodon Fabr) pasca pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus adalah berbeda nyata (p < 0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus dosis 20 µg mempunyai nilai rerata aktivitas enzim protease tertinggi dari kelima perlakuan yaitu 130.31 unit, sedangkan rerata aktivitas enzim protease pada pemberian dosis 30 µg, 10 µg, dan kontrol positif adalah 104.46 unit, 94.047 unit, 87.567 unit atau secara statistik dianggap tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif yaitu 79.489 unit.

PEMBAHASAN

Fagositosis merupakan proses penting pada sistem pertahanan seluler udang windu. Saat terjadinya penelanan mikroorganisme oleh hemosit akan diikuti dengan dihasilkannya beberapa bahan antimikroba. Salah satu substansi tersebut adalah kelompok reactive oxygen yang terdiri atas anion superoksida (O-2), hidrogen peroksida (H2O2), ion hidroksida (OH-) dan oksigen (O2). Meskipun okigen merupakan komponen penting bagi organisme aerob tapi dapat juga menjadi toxic ketika substansi reactive oxygen tersebut dihasilkan pada saat proses respirasi (Campa et al., 2002).

Radikal bebas sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh karena dapat merusak makromolekul dalam sel seperti karbohidrat, protein, DNA dan sebagainya. Kerusakan makro-molekul selanjutnya dapat mengakibatkan kematian sel (Halliwel and Gutteridge, 1999).

Kelompok reactive oxygen ini dihasilkan di vakuola fagositosis dan ketika dikeluarkan tidak menutup kemungkinan dapat merusak sel host. Untuk mencegah kerusakan tersebut, sel maupun organisme menggunakan tiga strategi pertahanan. Yang pertama adalah dengan melibatkan antioksidan dengan berat molekul rendah antara lain ascorbate, α-tocopherol dan glutathione yang langsung berinteraksi dengan ROS untuk menetralisir. Dua pertahanan yang lain adalah melibatkan enzim yang berperan dalam metabolis ROS (SOD, catalase dan glutathione peroxidase) atau memperbaiki kerusakan makromolekular menjadi asam nukleat, protein dan lemak (enzim perbaikan DNA,

Tabel 2. Aktivitas Enzim Protease Hemosit Udang Windu Pasca Pemberian Imunostimulan OMP Vibrio alginolyticus dan Uji Tantang Vibrio harveyi

Perlakuan Aktivitas Enzim SOD (unit)

A B C

Kontrol (-) 109.33 141.45 125.49

Kontrol (+) 93.37 82.67 71.76

10 µg/kg bw 136.40 142.26 138.63

20 µg/kg bw 117.01 120.85 132.36

30 µg/kg bw 130.95 111.56 129.94

(4)

protease dan lipase) yang disebabkan oleh ROS (Holmblad and Soderhall, 1999).

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada dalam cairan intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas intraseluler. Enzim ini mempunyai sebuah atom oligo elemen pada sisi aktifnya.

Superoksida dismutase mengkatalisis dismutasi O2- menjadi H2O2. Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari O2 dan H2O2 yang berasal dari pembentukan radikal hidroksi (OH).

Saat terdapat antigen yang masuk, hemosit akan melakukan proses degranulasi dan akan menghasilkan beberapa protein. Salah satu diantaranya adalah enzim protease. Enzim ini memiliki peranan sebagai enzim lysosom dan aktivator prophenol-oksidase menjadi enzim phenoloksidase (Van de Braak, 2002).

Setelah pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus, rerata aktivitas enzim protease pada hemosit mengalami peningkatan dibandingkan dengan kontrol.

Dalam keadaan tidak aktif enzim protease ini akan berada di dalam hemosit sebagai inactive serine proteinase (proppA).

Saat terdapat antigen yang masuk, hemosit (granula dan semi granula) akan melakukan ikatan dengan material tersebut selanjutnya mengirimkan “signal” biokimia dan molekul untuk aktivasi enzim protease menjadi Prophenoloksidase activating enzim (ppA). PpA selanjutnya akan berperan sebagai aktivator dalam proses aktivasi Prophenoloksidase (Propo) menjadi enzim Phenoloksidase (PO). Aktivasi tersebut akan diikuti dengan proses oksidase phenol menjadi quinon, yang merupakan senyawa antibakteri yang dapat membasmi patogen (Smith et al., 2003).

Yeh et al. (2005) menyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas enzim Phenoloksidase pada udang Litopenaeus vannamei pasca pemberian imunostimulan. Peningkatan ini diduga sebagai akibat meningkatnya aktivitas enzim protease yang merupakan aktivator pembentukan enzim Phenoloksidase tersebut. Bahgat et al (2002) dalam penelitiannya untuk mengetahui sensitifitas enzim protease dan phenoloksidase pada hemosit Biomphalaria glabrata terhadap perubahan pH melaporkan bahwa meningkatnya aktivitas enzim serine protease diikuti pula dengan meningkatknya aktivitas enzim phenoloksidase.

Setelah uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi selama 24 jam, terjadi peningkatan aktivitas enzim protease pada hemosit dengan rerata untuk sampel yang diberi imunostimulan masih lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Perubahan aktivitas enzim protease tersebut diperkirakan berhubungan dengan proses fagositosis yang dilakukan

sel hemosit. Bersamaan dengan enzim lysosom lainnya yaitu lysozyme, esterase, phosphatase, phospholipase dan peroxidase, enzim ini akan berperan sebagai antibakterial.

Didalam hemosit juga terdapat enzyme inhibitor antara lain α2-macroglobulin, Kazal, Serpin dan pacifastin yang berperan mengendalikan lonjakan aktivitas enzim protease dan mencegah terjadinya over aktivasi yang dapat merusak jaringan host itu sendiri (Van de Braak, 2002).

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus pada udang windu (Penaeus monodon Fabr.) berpengaruh terhadap aktivitas enzim SOD dan aktivitas enzim protease dengan dosis optimal pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus pada 20 µg/kg bw.

Berdasarkan penelitian tersebut pula, dapat disarankan OMP bakteri Vibrio alginolyticus sebagai salah satu bahan imunostimulan pada budidaya udang windu (Penaeus monodon Fabricus) dalam upaya pencegahan serangan patogen. Namun, perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap metode pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus sehingga dapat diketahui metode pemberian imunostimulan yang paling optimal terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase dan protease pada udang windu (Penaeus monodon Fabr.).

KEPUSTAKAAN

Bahgat M, M Doenhoff, M Kirschfink and A Ruppel, 2002. Serine Protease and Phenoloksidase Activities in Hemocytes of Biomphalaria glabrata Snails With Varying Susceptibility to Infection With The Parasite Schistosoma mansoni.

Parasitol Res. 88.

Campa C AI, NY Hernandez Saavedra, R De Philippis and F Ascencio, 2002. Generation of Superoxide Anion and SOD Activity in Haemocytes and Muscle of American White Shrimp (Litopenaeus vannamei) as a Response to β-glucan and Sulphated Polysaccharide. Fish & Shellfish Immunology 12.

Celis G, LE Fernando LGC and M Angeles NT, 2004.

Characterization of Proteases in the Digestive System of Spiny Lobster (Panulirus interruptus). Marine Biotechnology 6: 262–269

Citarasu TVS, Grasian I, Namita R and Vadivel M, 2006.

Influence of Selected Indian Immunostimulant Herbs Againts White Spot Syndrome Virus (WSSV) Infection in Black Tiger Shrimp, Penaeus monodon With Reference to Haematological, Biochemical and Immunological Changes. Fish & Shelfish Immunology 21: 372–384.

Effendy S, Alexander R dan Akbar T, 2004. Peningkatan Haemosit Benur Udang Windu (Penaeus monodon Fabricus) Pasca-

(5)

Perendaman Ekstrak Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae) Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi, Agustus 2004, l4(2): 46–53.

Halliwell B, Guttridge JMC, 1999. Free radicals in biology and medicine Clarendon Press Oxford. Pp.301

Holmblad T and K Soderhall, 1999. Cell Adhesion Molecules and Antioxidative Enzymes in a crustacean, Possible Role in Immunity. Aquaculture 172: 111–123

Maftuch, 2006. Outer Membran Protein (Omp) Vibrio alginolyticus Sebagai Vaksin Untuk Mengendalikan Penyakit Vibriosis Yang Disebabkan V. alginolyticus Pada Ikan Kerapu Tikus Di Perairan. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Murjani M, Nur’aini YI dan Triastutik G, 2003. Hama Penyakit Ikan dan Udang Pada Usaha Pembenihan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Derektorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Situbondo.

13 hal.

Raa Jan, 2000. The Use of Immune-Stimulants in Fish and Shellfish Feeds. Avances en Nutricion Acuicola V. memoras

del V Simposium Internacional de Nutricion Acuicola.

19–22 Nopember 2000. Merida, Yucatan. Mexico.

Sahoo B, S Sethi, BK Mishra and BK Das, 2005. Effects Elecitors on Prophenonoloxidase and Superoxide Anion Activities of Freshwater Prawn, Macrobrachium malcolmsonii. Asian Fisheries Science 18: 345–353

Smith VJ, JH Brown, and C Hautona, 2003. Immunostimulation in Crustaceans: does it Really Protect Against Infection?

Fish & Shellfish Immunology. p. 71–90

Supamattaya K, N Chittiwan and M Boonyaratpalin, 2000.

Immunological Factors in Black Tiger Shrimp, Penaus monodon Fabr. http://aquafeed.com/docs/ns/

Supamattayaetal.pdf. 12 April 2009.

Van de Braak K, 2002. Haemocytic Defence in Balck Tiger Shrimp (Penaeus monodon). PhD Thesis, Wageningen University.

Netherland.

Yeh ST, Chiu S Lee and Jiann CC, 2005. Administration of Hot- Water Extract of Brown Seaweed Sargassum duplicatum Via Immersion and Injection Enhances The Immune Resistance of White Shrimp Litopenaeus vannamei. Fish

& Shellfish Immunology 20: 332–345

Gambar

Tabel 2.  Aktivitas Enzim Protease Hemosit Udang Windu Pasca  Pemberian Imunostimulan OMP Vibrio alginolyticus dan  Uji Tantang Vibrio harveyi

Referensi

Dokumen terkait

Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam , (Jakarta: Sinar Grafika, 2007).. mengurus dan memanfaatkan sebahagian harta warisan suaminya dan beberapa ahli warisnya.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan ( library research) dengan pendekatan penelitian normatif. Sumber data yaitu berasal dari data sekunder dengan

RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013 - 2017. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “

informasi publik ini dibatasi dengan hak individual dan privacy seseorang terkait dengan data kesehatan yang bersifat rahasia (rahasia medis). Jadi dalam hal ini dapat dianalisis

[r]

Sehingga akan didapatkan gambaran umum mengenai hubungan durasi bermain game online dengan tingkat stres pada siswa SMPN yang berada di kecamatan Sungai Raya