• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALYSIS OF AIR SIDE FACILITIES DEVELOPMENT OF KOMODO AIRPORT LABUAN BAJO NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALYSIS OF AIR SIDE FACILITIES DEVELOPMENT OF KOMODO AIRPORT LABUAN BAJO NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

174

ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA

BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO

NUSA TENGGARA TIMUR

ANALYSIS OF AIR SIDE FACILITIES DEVELOPMENT OF

KOMODO AIRPORT LABUAN BAJO NUSA TENGGARA

TIMUR

Yosa Nurapri Rabani*

1

, Dewi Rintawati

2

, Christina Sari

3

1,2Universitas Trisakti/Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta

*e-mail: yosa.rabani@gmail.com

ABSTRAK

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan yang memerlukan sarana dan prasaran yang memadai agar dapat menjadi penopang bagi kemudahan akses dari daerah maupun Negara lain. Untuk itu pemerintah Republik Indonesia sedang mengembangkan Bandar Udara Komodo agar dapat menjadi Bandar Udara Internasional agar dapat memudahkan akses bagi wisatawan asing. Dalam pengembangan fasilitas sisi udara tentunya diperlukan evaluasi, peramalan pergerakan penumpang maupun pesawat udara dan analisis secara mendalam agar dalam pengembangannya dapat berfungsi secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian pada kondisi eksisting panjang landas pacu perlu dikembangkan untuk dapat melayani penerbangan maupun pendaratan pesawat udara terbesar yaitu Boeing 737-800. Sedangkan dalam pengembangannya fasilitas sisi udara akan dikembangkan dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2020-2024, Tahap kedua dimulai pada tahun 2025-2034, sedangkan tahap ketiga atau tahap ultimate dimulai pada tahun 2035-2040. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis rencanan pengembangan fasilitas sisi udara yang didalamnya termaksud landas pacu, landas hubung, dan landas parkir termaksud fasilitas penunjangnya. Setelah menganalisis rencana pengembangan fasilitas sisi udara pada Bandar Udara Komodo dapat disimpulkan rencana pengembangan fasilitas sisi udara telah memumpuni untuk melayani pesawat udara rencana terbesar yaitu Boeing 737-900 ER secara efektif.

Kata kunci : Bandar Udara, Pengembangan Fasilitas Sisi Udara, Landas Pacu (runway), Landas hubung (taxiway), Landas parkir (apron)

ABSTRACT

The Province of Nusa Tenggara Timur (NTT) is an archipelago province that requires adequate facilities and infrastructure so that it can be a support for easy access from other regions and countries. For this reason, the government of the Republic of Indonesia is developing Komodo Airport so that it can become an international airport in order to facilitate access for foreign tourists. In developing air-side facilities, of course, requires evaluation, forecasting the movement of passengers and aircraft and in-depth analysis so that their development can function effectively. Based on the results of research on the existing conditions, the length of the runway needs to be developed to be able to serve flights and landings of the largest aircraft, namely the Boeing 737-800. Meanwhile, the air side facility will be developed in three stages. The first stage starts in 2020-2024, the second stage starts in 2025-2034, while the third stage or the ultimate stage starts in 2035-2040. In this study, the researchers analyzed the plan for the development of air-side facilities, including the runway, connecting runway, and parking lot, including the supporting facilities. After analyzing the plan to develop air side facilities at Komodo Airport, it can be concluded that the plan to develop air side facilities is capable of serving the largest planned aircraft, namely the Boeing 737-900 ER. Keywords: Airport, Air Side Facility Development, Runway, Taxiway, Parking Lot (apron)

(2)

175

A. PENDAHULUAN

Pariwisata telah ditetapkan oleh presiden jokowi sebagai leading sector untuk pembangunan ekonomi nasional. Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan segala pesonanya menjadi salah satu fokus pemerintah dalam pengembangan sektor pariwisata yang ada dilamnya. Pulau Komodo menjadi salah satu destinasi wisata yang diprioritaskan karena objek wisatanya yang telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991 karena hanya pada pulau tersebut terdapat satwa Komodo dragon. Berdasarkan peraturan Direktorat jenderal perhubungan Udara No.SKEP/77/VI/2005 tentang persyaratan teknis pengoperasian fasilitas teknik bandar udara dinyatakan bahwa Bandar udara berfungsi menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, kargo dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda serta mendorong perekonomian baik daerah maupun secara nasional. Transportasi udara sebagai salah satu alternatif moda transportasi merupakan moda yang paling cocok sebagai pintu masuk menuju Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mendukung provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu destinasi laut wisata Indonesia, maka saat ini telah tersedia bandara Udara Internasional Komodo yang telah beroperasi sejak tahun 2015. Bandar Udara Komodo merupakan bandar udara yang akan di kembangkan menjadi Bandar udara Internasional. Bandar udara ini terletak di Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai barat, pulau Flores Indonesia. Dengan memperkirakan bahwa jumlah wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara yang akan berkunjung akan terus meningkat yang berdampak pada peningkatan jumlah penumpang pesawat udara maka Bandar Udara Komodo berencana untuk meningkatkan jenis pesawat yang akan beroperasi. Pesawat udara yang saat ini beroperasi adalah jenis pesawat ATR 72-600 dengan kapasitas 78

penumpang dan Boeing 737 Series dengan kapasitas minimal 126 penumpang. Untuk Meningkatatkan pelayanan dengan rute antar negara yaitu jepang, China dan Australia maka pesawat jenis Boeing 737-900ER akan dioperasikan di Bandar Udara Komodo. Saat ini Bandar Udara Komodo dengan kode, IATA : LBJ. dan kode ICAO : WATO. Bandar Udara Komodo memiliki panjang landas pacu (runway) 2250 m dengan lebar 45 m atau 7832 ft x 148 ft. yang akan di perpanjang menjadi 2750 m untuk dapat melayani Take off dan Landing jenis pesawat udara seperti jenis Boeing 737-900 ER. Sehigga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis pengembangan fasilitas sisi udara agar dapat melayani perkembangan jenis pesawat udara yang akan take off dan landing di Bandar Udara Internasional Komodo.

B. STUDI PUSTAKA B.1 Landas Pacu (Runway)

Landas Pacu (runway) adalah fasilitas sisi udara di sebuah bandar udara yang sangat penting untuk kegiatan pendaratan maupun penerbangan sebuah pesawat udara. Devinisi runway adalah sebuah wilayah yang diperuntukkan untuk pendaratan dan lepas landas sebuah pesawat. Diperlukan rencana dan kelola yang baik seusai dengan peraturan-peraturan yang berlaku seperti pada peraturan-peraturan ICAO maupun Dirjen Perhubungan Udara. Panjang Landas Pacu dapat menjadi sebuah kategori dari sebuah klasifisikasi bandar udara hal ini diatur dalam ICAO tahun 2016 tentang petunjuk pelaksanaan perencanaan atau pengembangan fasilitas sisi udara, dinyatakan bahwa dalam perencanaan landas pacu terdapat kode untuk bandar udara berdasarkan ukuran landas pacu seperti pada Gambar 1 :

(3)

176

Gambar 1 : Klasifikasi Bandar Udara

Sumber : ICAO,2016

Dalam menentukan pengembangan panjang landas pacu diperlukan karakteristik pesawat udara terbesar yang beroperasi dan perlu memperhatikan faktor koreksi elevasi, koreksi temperatur, dan koreksi kelandaian. Perhitungan faktor koreksi dapat dihitung menggunakan rumus rumus berikut :

a. Koreksi Elevasi

Fe = 1 + 0,07 x (h/300)

Keterangan :

Fe = Koreksi elevasi h = Elevasi bandar udara

b. Koreksi Temperatur

Ft = 1 + 0,01 (Tr – (15-0,0065 x h))

Keterangan :

Ft = Koreksi temperatur

Tr = Temperatur pada bandar udara

c. Koreksi Kelandaian Fg = 1 + 0,1 x G

G = ((Elevasi maks – elevasi min) / panjang runway) x 100%

Keterangan :

Fg = Koreksi Kelandaian G = Gradien efektif landas pacu

d. Menghitung Panjang Runway Aktual P = ARFL x Fe x Ft x Fg

Keterangan :

P = Panjang Runway Aktual

ARFL = Aeroplane Reference Field

Length

Dalam menentukan lebar landas pacu diperlukan data karakteristik pesawat udara terbesar yang beroperasi di bandar udara tersebut, setelah itu baru dapat ditentukan klasifikasi pesawat berdasarkan kode huruf dan angka seperti pada gambar berikut :

Gambar 2 :

Lebar landas pacu

Sumber : ICAO,2016

B.2 Landas Hubung (Taxiway)

Taxiway biasa juga disebut landas hubung,

adalah sebuah jalur penghubung antara runway dengan perasaran pada bandar udara seperti

apron, hanggar pesawat, terminal dan fasilitas

prasarana lainnya. Untuk menentukan lebar landas hubung diperlukan data klasifikasi pesawat udara menurut kode huruf dan angka lalu dapat ditentukan menggunakan peraturan dari ICAO maupun Dirjen Perhubungan Udara seperti pada gambar berikut :

Gambar 3 : Lebar Landas Hubung

Sumber : ICAO,2016

Dengan ketentuan sebagai berikut : Wheel Base < 18m gunakan C = 15m Wheel Base > 18m gunakan C = 18m

Main gear wheel span < 9m gunakan D = 18m Main gear wheel span > 9m gunakan D = 23m

Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara pada SKEP/77/VI/2005 exit taxiway perlu dirancang untuk meminimalisi waktu penggunaan runway yang diperlukan oleh pesawat yang mendarat. Untuk menentukan

(4)

177

lokasi Exit taxiway perlu dilakukan perhitungan dengan rumus-rumus berikut :

Gambar 4 : Kecepatan dan perlambatan

pesawat udara Sumber : Zadly,2010 D1 = ((Vtot²-Vtd²) / (2 x a1)) D2 = ((Vtd²-Ve²) / (2 x a2)) S = D1 + D2 Keterangan : Vtd = kecepatan touchdown Vot = kecepatan pendaratan a1 = perlambatan di udara a2 = perlambatan di darat

Ve = kecepatan keluar exit taxiway S = lokasi exit taxiway

B.3 Landas Parkir (Apron)

Apron adalah sebuah tempat untuk parkir pesawat. Biasanya digunakan untuk melakukan kegiatan pengisian bahan bakar dan menaikan maupun menurunkan penumpang atau kargo dan pos serta melakukan kegiatan persiapan sebelum atau sesudah penerbangan. Dimensi landas parkir dapat dihitung menggunakan klasifikasi pesawat udara rencana. Untuk mengetuahui jumlah gate dapat ditentukan berdasarkan prakiraan arus kedatangan dan keberangkatan pesawat udara. Jumlah gate tergantung pada jumlah pesawat udara yang akan dilayani dengan waktu tertentu. Jumlah gate position dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

G = ((VxT) / U) Keterangan : G = Gate position V = Jumlah Pesawat

U = Faktor Pemakaian Gate (0,6 – 0,8)

T = Waktu Pemakaian (45 menit pesawat udara code 4C)

Dari data rencana pengembangan bandar udara Komodo menuru Direktorat Jendral Perhubungan Udara Jumlah pesawat udara yang beroperasi pada landas parkir bandar udara komodo kondisi eksisting adalah 8 pesawat udara. Sedangkan dalam rencana pengembangannya pesawat udara yang menggunakan landas parkir adalah 16 pesawat udara.

Setelah menghitung jumlah gate position dapat dihitung panjang landas parkir menggunakan rumus berikut :

Panjang Landas Parkir

= Gate position x (Clearance + wingspan)

Untuk menentukan jarak bersih antar pesawat udara yang berada di landas parkir dapat ditentukan dengan mengikuti peraturan ICAO

Gambar 5 : Jarak bersih minimum

Sumber : ICAO,2016

Lebar landas parkir dapat ditentukan dengan memperhatikan jarak antara landas pacu dan landas hubung untuk mendapatkan dimensi landas parkir yang dibutuhkan seperti pada ketentuan SKEP/77/VI/2005 Dirjen perhubungan udara :

(5)

178

Sumber:SKEP/77/VI/2005Dirjen

Perhubungan Udara

X1 = Posisi maksimum dari ekor pesawat hingga garis tengah runway

X2 = X1 + Panjang maksimum pesawat udara terbesar

X3 = X1 – Clearance antar 2 pesawat udara

X4 = X3 – (Wingspan / 2)

Maka untuk menentukan panjang landas

parkir adalah X2 – X4.

B.4 Karakteristik Pesawat Udara

Dalam merencanakan atau mengembangkan suatu bandar udara dibutuhkan data karakteristik pesawat udara rencana agar dapat menentukan kebutuhan dimensi fasilitas-fasilitas pada bandar udara dalam pelayanan operasionalnya. Berikut adalah data Karakteristik Pesawat Udara :

Gambar 7 : Karakteristik Pesawat Udara

Sumber : Boeing 737 Characteristics

B.4 Forecasting

Forecasting adalah sebuah metode untuk melakukan peramalan data pergerakan pesawat maupun penumpang. Peramalan atau prakiraan adalah hal yang penting dalam merencanakan atau mengembangkan sebuah bandar udara. Karena data peramalan dapat menentukan pesawat rencana, perencanaan fasilitas sisi udara dan lainnya. Ramalan menurut Basuki (1986) dibagi atas tiga bagian: 16

1. Ramalan jangka pendek sekitar 5 tahun 2. Ramalan jangka menengah sekitar 10 tahun

3. Ramalan jangka panjang sekitar 20 tahun

C. METODE

Adapun tahapan penelitian dimulai dengan studi pustaka terkait rencana pengembangan fasilitas sisi udara bandar udara Komodo. Kemudian dilakukan pengumpulan data sekunder berupa :

a. Data umum bandar udara b. Layout bandar udara c. Data kondisi eksisting d. Data pergerakan pesawat e. Data pergerakan penumpang

Selanjutnya berdasarkan studi pustaka yang dilakukan dan data-data sekunder yang diperoleh, dilanjutkan dengan evaluasi dan analisis terhadap :

a. Evaluasi kondisi eksisting fasilitas sisi udara dengan pesawat udara terbesar yang beroperasi

b. Melakukan peramalan pergerakan pesawat dan penumpang 20 tahun kedepan berdasarkan data 5 tahun c. Analisis pengembangan bandar udara

20 tahun mendatang d. Kesimpulan dan saran

Data diperoleh melalui Direkorat Jendral Perhubungan Udara dan penelitian sebelumnya. Data-data tersebut dibutuhkan untuk mengevaluasi fasilitas udara kondisi eksisting dan menganalisis pengembangan fasilitas sisi udara Bandara Udara Komodo 20 tahun mendatang. Dalam melakukan ramalan pergerakan pesawat maupun penumpang, peneliti menggunakan metode statistika regresi linier dengan excel, berdasarkan data pergerakan penumpang dan pesawat udara 5 tahun sebelumnya yaitu data tahun 2015-2019. Setelah menentukan pesawat udara rencana, selanjutnya dilakukan analisa terhadap pengembangan fasilitas sisi udara berdasarkan data – data spesifik yang ada pada pesawat udara rencana. Berikut adalah data-data penelitian :

(6)

179

Gambar 7 : Data umum Bandar Udara

Data fasilitas sisi udara kondisi eksisting

pada Bandar Udara Komodo Labuan Bajo :

Gambar 8 : Fasilitas Sisi Udara D. HASIL DAN PEMBAHASAN

D.1 Evaluasi Kondisi Eksisting Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara Komodo

Evaluasi Kondisi Eksisting Fasilitas Sisi Udara diantara lainnya evaluasi landas pacu, landas hubung dan landas parkir.

a. Evaluasi Landas Pacu

Klasifikasi kode pesawat udara jenis Boeing 737-800 menurut ICAO dengan menerapkan kode huruf dan angka pesawat udara jenis Boeing 737-800 termasuk kedalam pesawat

dengan kode 4C. karena ARFL > 1800m, bentang sayap lebih besar dari 24m namun lebih kecil dari 36m.

Dalam menghitung panjang landas pacu diperlukan data-data seperti temperatur, elevasi, dan kemiringan pada bandar udara. Selain data tersebut dibutuhkan juga data ARFL dari pesawat udara rencana. Pada kondisi eksisting pesawat udara terbesar yang beroperasi adalah pesawat udara jenis Boeing 737-800 dengan ARFL = 2130 m . maka dapat ditentukan faktor koreksi panjang landas pacu sebagai berikut :

Koreksi Elevasi Fe = 1 + 0,07 x (69/300) = 1,0161 Koreksi Temperatur Ft = 1 + 0,01 (28 – (15 – 0,0065 x 69) = 1,1344 Koreksi Kelandaian G = ((76-60) / 2250) x 100% = 0,7%

Fg = 1 + 0,1 x 0,7% = 1,0007

Panjang Runway Aktual

= 2130 x 1,0161 x 1,1344 x 1,0007 = 2457 m

Menurut ICAO lebar landas pacu dapat ditentukan dengan kode huruf dan angka maka pesawat jenis Boeing 737-800 yang memiliki kode 4C membutuhkan lebar runway 45m dengan menggunakan persyaratan yang di syaratkan oleh ICAO.

b. Evaluasi Landas Hubung

Dirjen Perhubungan Udara telah menentapkan ketentuan dimensi yang digunakan untuk landas hubung pada SKEP/77/VI/2005. Pesawat udara dengan kode 4C dengan wheel base < 18m maka lebar landas hubung adalah 15m.

Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara pada SKEP/77/VI/2005 Untuk menentukan lokasi Exit taxiway perlu dilakukan perhitungan sebagai berikut:

(7)

180

D1 = ((79,94²-61,67²) / (2 x 0,76)) = 902,74m

D2 = ((61,67²-30,87²) / (2 x 1,52)) = 937,56m

Pada Perhitungan D2 harus dikalikan dengan faktor koreksi elevasi dan koreksi temperature Maka D2 adalah :

D2 = 937,56 x 1,0161 x 1,1344 = 1983,43 m

S = 962,3 + 902,74 = 1865m

Pada Exit taxiway Kondisi Eksisting di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo lokasi exit taxiway berada di 1780 m dari ujung runway, Namun pada pengembangan tahap 1 Exit taxiway sudah sesuai dengan perhitungan peneliti dikarenakan pada tahap 1 yang direncanakana dikerjakan pada tahun 2020 – 2024 panjang runway akan diperpanjang menjadi 2450 m sehingga jarak dari ujung runway ke exit taxiway menjadi 1865 m Dapat Disimpulkan Bahwa letak exit taxiway untuk pesawat udara dengan kode 4C sudah sesuai dengan rencana pengembangan fasilitas sisi udara tahap 1 namun belum sesuai dengan kondisi prasarana sisi udara pada kondisi eksisting.

c. Evaluasi Landas Parkir

Untuk Menghitung jumlah gate position dibutuhkan data pergerakan pesawat pada kondisi Peak Our yaitu 8 pesawat udara. Sedangkan waktu pemakaian di gate pada apron berkisaran antara 30 – 60 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya besaran kisaran waktu parkir pada apron untuk pesawat jenis B737-800 adalah 45 menit. Untuk faktor pemakaian gate, rata-rata perusahaan penerbangan menggunakan nilai 0,6 – 0,8. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan faktor pemakaian gate dengan nilai 0,8. Maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

G = ((8 x (45/60)) / 0,8) = 7,5 ~ 8 buah

Dapat disimpulkan bahwa Gate Position yang diperlukan untuk pesawat kelas 4C seperti Boeing 737-800 adalah 8 buah Gate. Dalam menentukan panjang landas parkir perlu memperhatikan jumlah pesawat udara yang parkir pada gate position dan total clearance area ditambah dengan bentang sayap pesawat udara terbesar. Maka dapat dihitung panjang landas parkir menggunakan rumus berikut :

Panjang landas parkir

= 8 x ( 4,5 + 35,8) = 322,4 m atau 323 m

Lebar landas parkir dapat ditentukan dengan memperhatikan jarak antara landas pacu dan landas hubung untuk mendapatkan dimensi apron yang dibutuhkan seperti pada ketentuan SKEP/77/VI/2005 Direktorat jendral perhubungan udara pada Gambar 6.

Untuk mengetahui posisi maksimum dari ekor pesawat hingga garis tengah runway (X1) dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 9 : Denah Prasarana Sisi Udara

Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020

Dari gambar 4.5 dapat dihitung posisi maksimum dari ekor pesawat hingga garis tengah runway (X1) dengan menggunakan perhitungan berikut :

X1 = (100 – 39,5) + 90 + (45/2) = 173m

Dari data-data diatas dapat dimasukan kedalam rumus berikut :

(8)

181

b. X2 = 173 m + 39,5 m X2 = 212,5 m c. X3 = 173 m – 4,5m

d. X4 = 168,5m – (35,8m / 2) = 150,6m

Maka panjang landas parkir minimum adalah :

X2 – X4 + 15m

= 212,5m – 150,6m + 15m = 76,9 m ~ 77m

D.2 Prakiraan Pergerakan Pesawat Udara dan Penumpang 20 Tahun Mendatang.

Dalam memperkirakan pertumbuhan lalu lintas peneliti menggunakan metode Forcasting menggunakan data pergerakan pesawat dan penumpang tahun 2015 sampai 2019 selanjutnya akan di perkirakan hingga tahun 2040. Berikut adalah data pergerakan pesawat udara dari tahun 2015 – 2019 menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara yang dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 10 : Pergerakan Pesawat Udara

2015-2016

Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Udara

Prakiraan Pergerakan pesawat udara pada tahun rencana 2040 yaitu 20 tahun mendatang dengan menggunakan metode forecasting dapat

diperoleh menggunakan data 5 tahun terakhir seperti pada Gambar berikut :

Gambar 11 : Grafik prakiraan pergerakan

pesawat udara

Hasil Perhitungan Forecast menunjukan bahwa kenaikan jumlah penerbangan pesawat udara dari tahun 2015 sejumlah 6553 penerbangan dan diperkirakan pada tahun 2040 akan naik menjadi 35311 penerbangan. Maka dapat disimpulkan perlunya pengembangan fasilitas sisi udara di Bandar udara Labuan Bajo agar dapat melayani penerbangan pesawat udara yang akan menggunakan fasilitas sisi udara di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo.

Dengan metode yang sama berikut adalah data pergerakan penumpang udara dari tahun 2015 – 2019 menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara yang dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 12 : Pergerakan Penumpang Tahun

2015 – 2019

Sumber : Dirjen perhubungan udara

Prakiraan pergerakan penumpang pada tahun rencana yaitu 2040 yaitu tahun 20 tahun mendatang dengan menggunakan metode forecasting dapat diperoleh menggunakan data 5 tahun terakhir pada gambar berikut :

Gambar 13 : Grafik Prakiraan Pergerakan

Penumpang

Hasil dari perhitungan forecast menunjukan bahwa kenaikan jumlah penumpang dari tahun 2019 sejumlah 252.987 penumpang dan di perkirakan pada tahun 2040 menjadi 3.043.781

(9)

182

penumpang. Untuk itu diperlukan pengembangan fasilitas udara maupun darat agar dapat memenuhi kebutuhan 3 juta penumpang setiap tahunnya

D.3 Analisis Pengembangan Fasilitas Sisi Udara

a. Analisis Pengembangan Runway

Dalam pengembangan fasilitas sisi udara di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo akan dibagi menjadi III tahap. Yaitu Tahap I (2020-2024) dimana pada tahap ini panjang landas pacu akan diperpanjang menjadi 2450m, dimensi apron akan diperbesar menjadi 374m x 100m dan akan dibangun landas hubung baru dengan dimensi 136 m x 23 m. Pada tahap II (2025-2034) panjang landas pacu akan diperpanjang menjadi 2650m dan dimensi apron akan diperluas menjadi 470 m x 100 m. Pada pengembangan Tahap III (2035-2040) panjang landas pacu akan diperpanjang menjadi 2750 m dan dimensi apron akan diperluas menjadi 582 m x 100 m, dengan pesawat rencana terbesar adalah pesawat jenis Boeing 737-900ER. Pada tugas besar ini peneliti akan menganalisis pengembangan Tahap III (Ultimate) Bandar udara Komodo Labuan Bajo. Tipe pesawat udara rencana yang akan digunakan adalah pesawat udara berjenis Boeing 737-900 ER dengan karakteristik sebgai berikut :

1. Panjang pesawat (length) = 40,67 m 2. Bentang sayap (wingspan) = 35,79 m 3. Wheel Base = 17,17 m

4. ARFL = 2.240 m 5. MTOW = 74.389 m

Dalam menghitung panjang landas pacu diperlukan data-data seperti temperatur, elevasi, dan kemiringan pada bandar udara. Selain data tersebut dibutuhkan juga data ARFL dari pesawat udara rencana. Pesawat udara rencana terbesar yang beroperasi adalah pesawat udara jenis Boeing 737-900ER dengan ARFL = 2240 m . maka dapat ditentukan faktor koreksi

panjang landas pacu dengan perhitungan sebagai berikut :

Koreksi Elevasi Fe = 1,0161 Ft = 1,1344 Fg = 1,00058

Panjang Runway Aktual = 2584 m

Maka panjang landas pacu actual yang diperoleh dengan perhitungan ICAO adalah 2584m. Pada rencana pengembangan tahap III panjang runway akan diperpanjang menjadi 2750m. Hal ini berarti bahwa pengembangan runway pada tahap III sudah memenuhi panjang landas pacu yang dibutuhkan untuk melayani penerbangan maupun pendaratan pesawat jenis Boeing 737-900ER. Dengan perhitungan tersebut dapat disimpulkan juga bahwa pengembangan pada tahap II sudah dapat melayani penerbangan dan pendaratan pesawat jenis Boeing 737-900 ER karena pada tahap ini panjang runway akan diperpanjang menjadi 2650 m. Menurut tabel 4.1 klasifikasi kode pesawat udara jenis Boeing 737-900ER menurut ICAO dengan menerapkan kode huruf dan angka pesawat udara jenis Boeing 737-900ER termasuk kedalam pesawat dengan kode 4C. dikarenakan jumlah ARFL > 1800m, bentang sayap lebih besar dari 24m namun lebih kecil dari 36m.

Menurut ICAO lebar landas pacu

dapat ditentukan dengan kode huruf dan

angka maka pesawat jenis Boeing 737-900

ER yang memiliki kode 4C membutuhkan

lebar runway 45m dengan menggunakan

persyaratan yang di syaratkan oleh ICAO

seperti pada tabel 4.2 Maka pengembangan

lebar landas pacu Bandar Udara Komodo

Labuan Bajo sebesar 45 m sudah memenuhi

persyaratan yang disyaratkan oleh ICAO.

(10)

183

b. Analisis Pengembangan Taxiway

Dari ketentuan ICAO dapat disimpulkan bahawa pesawat udara jenis B737-900ER memiliki kode 4C memerlukan lebar minimum landas hubung sebesar 15m. Dapat disimpulkan bahwa pada pengembangan landas hubung lebar landas hubung Bandar Udara Komodo Labuan Bajo adalah 23 m sudah memenuhi persyaratan ICAO.

Dalam menentukan exit taxiway dapat ditentukan menggunakan ketentuan peraturan ICAO didalam Annex Volume I . Untuk pesawat udara dengan kode 4C yang telah dihitung pada evaluasi kondisi eksisting landas hubung bandar udara komodo. Diperoleh nilai Jarak ujung runway ke exit taxiway adalah 1865 m.

Dapat dilihat pada gambar 14 akan dibangun landas hubung baru yang akan menghubungkan apron dan terminal baru. Jarak ujung runway menuju exit taxiway pada rencana pengembangan tahap III menjadi 1195 m yang dapat dilihat pada gambar 15. Dari hasil analisis ini disimpulkan bahwa exit taxiway sudah sesuai dengan perhitungan peneliti karena jarak ujung runway menuju exit taxiway lebih kecil dari S (1865 m).

Gambar 14 : Lokasi exit runway baru pada

rencana pengembangan

Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020.

Gambar 15 : Jarak lokasi exit taxiway terhadap

ujung runway setelah dikembangkan Sumber : Google Earth.

c. Analisis Pengembangan Landas Parkir

Untuk Menghitung jumlah gate position dibutuhkan data pergerakan pesawat pada kondisi Peak Our yaitu 16 pesawat udara. Sedangkan waktu pemakaian di gate pada apron berkisaran antara 30 – 60 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya besaran kisaran waktu parkir pada apron untuk pesawat jenis B737-800 adalah 45 menit. Untuk faktor pemakaian gate, rata-rata perusahaan penerbangan menggunakan nilai 0,6 – 0,8. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan faktor pemakaian gate dengan nilai 0,8. Maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

G = ((16 x (45/60)) / 0,8) = 15 buah

Dapat disimpulkan bahwa Gate Position yang diperlukan untuk pesawat kelas 4C seperti Boeing 737 900 ER adalah 15 buah Gate

Dalam menentukan lebar landas parkir perlu memperhatikan jumlah pesawat udara yang parkir pada gate position dan total clearance area ditambah dengan bentang sayap pesawat udara terbesar. Maka dapat dihitung lebar landas parkir menggunakan rumus berikut :

Lebar landas parkir

= 15 x ( 4,5 + 35,8) = 604,5 m atau 605 m

Dalam menghitung lebar landas parkir dapat ditentukan dengan jarak antara runway dan taxiway untuk mendapatkan dimensi apron yang dibutuhkan seperti pada ketentuan

(11)

184

SKEP/77/VI/2005 Dirjen perhubungan udara. Untuk mengetahui posisi maksimum dari ekor pesawat hingga garis tengah runway (X1) dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 16 : Denah pengembangan fasilitas

sisi udara bandar udara Komodo

Sumber : Dirjen perhubungan udara 2020

Dari gambar 16 dapat dihitung posisi maksimum dari ekor pesawat hingga garis tengah runway (X1) dengan menggunakan perhitungan berikut :

X1 = (lebar apron – panjang pesawat) + panjang taxiway + runway strip

X1 = (100 – 40,67) + 136 + (45/2) X1 = 217,83 m

Dari data-data diatas dapat dimasukan kedalam rumus berikut :

a. X1 = 217,83 m

b. X2 = 217,83 m + 40,67 m X2 = 258,5 m c. X3 = 217,83 m – 4,5 m X3 = 213,33 m d. X4 = 213,33m – (35,8 / 2) = 195,43 m

Maka panjang landas parkir minimum adalah : X2 – X4 + 15m =

258,5m – 195,43m + 15m = 78,07 m Panjang landas parkir minimum = 79 m

Panjang landas parkir pada rencana pengembangan fasilitas udara bandar udara komodo perlu ditambahkan 23m dari 582m menjadi 605m. sedangkan lebar landas parkir pada rencana pengembangan bandar udara komodo sudah mencukupi untuk menampung pesawat Tipe C secara maksimal dengan kebutuhan lebar 79m. dengan total luas apron 47,795 m² Namun melihat rencana pengembangan landas parkir Bandar Udara Komodo yang memiliki dimensi 582m x 100m = 58.200 m² sudah lebih besar dari nilai analisis peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa rencana pengembangan perluasan landas parkir pada Bandar Udara Komodo sudah mencukupi untuk menampung kebutuhan operasional

pesawat tipe 4C seperti Boeing 737-900ER secara maksimal.

E. KESIMPULAN

Dari hasil evaluasi dan analisis kondisi eksisting dan rencana pengembangan Bandar Udara Komodo Labuan Bajo dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Fasilitas sisi udara Bandar Udara Komodo Labuan Bajo menggunakan persyaratan SKEP/77/VI/2005 Dirjen Perhubungan Udara dan ICAO maka dapat disimpulkan bahwa panjang landas pacu aktual setelah di koreksi dengan faktor lingkungan dan pesawat udara terbesar yang beroperasi (B737-800) di Bandar Udara Komodo didapatkan panjang landas pacu aktual sepanjang 2457m sedangkan panjang landas pacu Bandar Udara Komodo saat ini adalah 2250m. untuk itu pada pengembangan Tahap 1 (2020-2024) panjang landas pacu perlu di tambahkan 207m, dari rencana awal perpanjangan landas pacu pada tahap 1 sepanjang 200 m. Selain itu setelah melakukan perhitungan menggunakan persyaratan ICAO didapat lokasi exit taxiway aktual untuk dapat melayani pesawat jenis 4C secara maksimal berlokasi di 1865m dari ujung runway menuju exit taxiway. Untuk itu pada pengembangan tahap 1, perlu dibuat lokasi exit taxiway baru tepatnya berada di 1865m dari ujung runway. Dikarenakan pada kondisi eksisting lokasi exit taxiway berada di 1780m dari ujung runway. Untuk fasilitas udara lain pada kondisi eksisting meliputin runway,runway slope, runway shoulder, stopway, clearway, RESA, Taxiway, apron dan penunjangnya sudah memenui syarat ICAO maupun SKEP/77/VI/2005 Dirjen Perhubungan Udara.

2. Pengembangan fasilitas sisi udara Bandar Udara Komodo Labuan Bajo dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap 1 (2020-2024), tahap 2 (2025-2034), dan tahap 3 (2035- 2040) yang diperkirakan akan melayani 35 ribu penerbangan dan 3 juta penumpang setiap tahunnya dengan pesawat rencana terbesar

(12)

185

adalah jenis Boeing 737-900ER. Berdasarkan pesawat rencana dan faktor koreksi lingkungan didapatkan hasil berikut : 62

a. Landas Pacu (runway) Analisis terhadap dimensi landas pacu didapatkan hasil (2584m x 45m) dengan bahu landas pacu sebesar 7,5m, Dimensi RESA (90m x 90m), Clearway (90m x 150m), Stopway (60m x 45m) dan memiliki luas runway strip sebesar (2930m x 150m) Dimensi rencana pengembangan landas pacu Bandar Udara Komodo sudah sesuai dan memadai berdasarkan perhitungan dari tugas akhir ini.

b. Landas Hubung (taxiway) Lebar landas hubung adalah 15m dengan taxiway shoulder 5m disetiap sisi taxiway, kemiringan 1,5%, Fillet taxiway sebesar 30m dan lokasi exit taxiway 1865 m dari ujung runway. Dapat disimpulkan bahwa lokasi dan landas hubung sudah sesuai dan memadai dengan rencana pengembangan landas hubung di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo.

c. Landas Parkir (Apron) Panjang landas parkir pada rencana pengembangan fasilitas udara bandar udara komodo perlu ditambahkan 23m dari 582m menjadi 605m. sedangkan lebar landas parkir pada rencana pengembangan bandar udara komodo sudah mencukupi untuk menampung pesawat Tipe C secara maksimal dengan kebutuhan lebar 79m. dengan total luas apron 47,795 m² Namun melihat rencana pengembangan landas parkir Bandar Udara Komodo yang memiliki dimensi 582m x 100m = 58.200 m² sudah lebih besar dari nilai analisis peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa rencana pengembangan perluasan landas parkir pada Bandar Udara Komodo sudah mencukupi untuk menampung kebutuhan operasional pesawat tipe 4C seperti Boeing 737-900ER secara maksimal.

SARAN

Perlu

dilakukan

penelitian

mengenai

kelayakan fasilitas darat agar melayani 35

ribu penerbangan dan 3 juta penumpang

setiap tahunnya. Selain itu perlu dilakukan

penelitian lanjutan mengenai kelayakan

fasilitas udara untuk pengembangan tahun

berikutnya dengan tipe pesawat rencana

yang lebih besar agar sesuai dengan

prosedur

keselamatan

operasional

penerbangan

REFERENSI

Agata Desiwanty Kiding Allo (2017). Rencana

Pengembangan Bandar Udara Naha

Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi

Utara Andri Azhari Wicaksono (2018).

Perencanaan Fasilitas Sisi Udara Pada

Bandara Internasional Ahmad Yani

Semarang. Boeing Commercial Airplanes (2005).

737 Airplane Characteristics For Airport Planning

Chika Agariani Ariska Putri (2019). Analisis

Pengembangan Geometrik Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang

Dian M Setiawan, Noor Mahmudah & Edo

Laksmana Putra. (2019). Analisis Panjang Runway Bandara Raden Inten II untuk Pendaratan dan Take Off Pesawat Airbus A330-200 dan A330-300

Direktorat Jendral Perhubungan Udara (2020).

Pengembangan Bandar Udara Komodo.

Horonjeff R., & Mckelvey. F.X. (2010).

Planning & Design Of Airports (Fifth Edit). New York: Mc Graw Hill, Inc.

ICAO (International Civil Aviation Organization). 2016. Annex 14 :

Aerodromes Design and Operation Volume I (7th ed.) Canada.

Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara No : KP 39 Tahun 2015. Standar Teknis Dan

(13)

186

Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of

Standard CASR – Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes) Peraturan Direktur Jendral Perhubbungan Udara No :

SKEP/77/VI/2005. Persyaratan Teknis

Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar

Udara

Priscilla Azzahra Chairani (2020).

Perancangan Efektivitas Perbaikan Tanah

Dengan Menggunakan Metode

Prefabricated Vertical Drain. Indonesia Journal Of Construction Engineering and Sustainable Development (Cesd)

Sitti Subekti & Sri Hapsari Winahyu. (2015).

Strategi Pengembangan Bandar Udara Komodo Labuan Bajo Development Strategy At Komodo Airport Labuan Bajo

Gambar

Gambar 3 : Lebar Landas Hubung  Sumber : ICAO,2016
Gambar 6 : Panjang Landas Parkir
Gambar 8 : Fasilitas Sisi Udara
Gambar 9 : Denah Prasarana Sisi Udara  Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa dapat memahami pengertian dan fungsi manajemen bisnis desain mode, tujuan dan peran manajemen bisnis desain mode, etika bisnis desain mode, strategi bisnis

Tetapi negara-negaraimperialis dapat membatasi penetrasi terhadap pasar dalam negeri mereka terhadap ekspor darinegara-negara dunia ketiga melalui penerapan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1998 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi di

Tentang perceraian yang terjadi karena salah satu pihak melakukan peralihan agama ketika perkawinan sudah berjalan, ada asumsi yang mengatakan bahwa banyaknya kasus

memenuhi persyaratan Pedoman KNAPPP 02: 2007 Persyaratan Umum Pranata Penelitian dan Pengembangan dan memenuhi persyaratan akreditasi lainnya PEDOMAN KNAPPP 02:2007

Kelemahan atau kekurangan tersebut kemudian dijadikan dasar perbaikan proses pembelajaran pada siklus berikutnya, sehingga pembelajaran yang dilakukan sesuai

Penelitian ini membahas tentang optimalisasi penyebaran KRI di pangkalan aju dan sektor operasi pada operasi pengamanan wilayah perbatasan di perairan Karang

[r]