• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Elfayang Rizky Ayu Puspitasari (2014) meneliti tentang analisis efektivitas, efisiensi, dan kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap PAD kabupaten blora tahun 2009-2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian adalah: (1) Tingkat efektivitas untuk pajak daerah dan retribusi daerah selama tahun 2009-2013 masuk dalam kategori sangat efektif. (2) Tingkat efisiensi untuk pajak daerah dan retribusi daerah dari tahun 2009 sampai 2013 secara keseluruhan berada pada tingkat efisien. (3) Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Blora dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 kurang berkontribusi. Namun tingkat rasio kontribusinya cenderung naik. (4) Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Blora dari tahun 2009-2013 berkontribusi sedang tetapi rasio kontribusinya cenderung turun setiap tahunnya. (5) Analisis uji beda t-tes untuk efektivitas dan efisiensi untuk pajak daerah dan retribusi daerah tidak menunjukkan perbedaan. Sedangkan untuk kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah menunjukkan perbedaan diantara keduanya.

Dimas Agil Achmad Nizar (2016) meneliti tentang tingkat keberhasilan penerimaan pajak daerah ditinjau dari efektivitas, kontribusi, dan pertumbuhan pada pemerintah daerah kabupaten banyuwangi. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang didapat dengan melakukan analisis tingkat efektivitas pajak daerah sudah menunjukkan hasil kinerja yang sangat efektif, untuk analisis tingkat kontribusi pajak daerah memberikan kemampuan kontribusi belum baik sedangkan untuk analisis laju pertumbuhan pajak daerah mengalami peningkatan pertumbuhan dan secara umum berada dalam kategori cukup baik. Selain itu faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah diantaranya cakupan wilayah

(2)

potensi yang cukup luas, rendahnya kesadaran masyarakat, lemahnya penerapan sanksi, kurang memadai kuantitas pegawai, lemahnya fungsi pengawasan melekat.

Yaneka Julastiana dan I Wayan Suartana (2012) menganalisis tentang efisiensi dan efektivitas penerimaan pendapatan asli daerah kabupaten klungkung.

Berdasarkan dari hasil analisis yang di peroleh bila dilihat dari tingkat efisiensi penerimaan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Klungkung pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 masing-masing sebesar 69.90%, 72,83%, 72.93%, 65.82%, 72.01%, 76.06%, 67.29%, 14 mencerminkan penerimaan yang efisien, hal ini disebabkan karena realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak dan retribusi daerah. Bila dilihat dari tingkat efektivitas penerimaan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Klungkung pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 masing-masing sebesar 115.94%, 110.82%, 104.76%, 126.43%, 105.44%, 102.46%, 120.73% mencerminkan penerimaan yang sangat efektif , hal ini disebabkan karena realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah lebih besar dibandingkan dengan target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang telah ditetapkan.

Edward W. Memah (2013) meneliti tentang efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kota manado. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menganalisis data realisasi pajak hotel dan restoran tahun 2007-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari pajak hotel dan pajak restoran pada tahun 2007-2011 sangat bervariasi. Tingkat efektivitas tertinggi pajak hotel terjadi pada tahun 2008 sebesar 116,32% dan terendah pada tahun 2011 sebesar 86,41%. Pada pajak restoran tingkat efektivitas tertinggi terjadi tahun 2008 sebesar 122,83% dan terendah pada tahun 2011 sebesar 97,89%. Secara keseluruhan kontribusi pajak hotel dan pajak restoran pada tahun 2007-2011 memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD. Persentase kontribusi pajak hotel terbesar tahun 2010 sebesar 8,11% dan terendah tahun 2008 sebesar 5,38%. Kontribusi pajak restoran tertinggi tahun 2009 sebesar 24,47% dan terendah sebesar 19,76% di tahun 2011.

(3)

Amelia Agustin (2015) menganalisis tentang keberhasilan hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah pemerintah kota batu terhadap pendapatan asli daerah kota batu. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka- angka yang dapat di ukur dengan satuan hitung, seperti laporan target dan realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah Kota Batu di Dinas Pendapatan Kota Batu. Hasil analisis dari ketiga Rasio yaitu : Rasio Efektifitas, Rasio Kontribusi, Rasio Pertumbuhan saling keterkaitan, karena antara target dan realisasi perbedaannya tidak jauh beda dan rata-rata hasil setiap tahun pasti banyak mengalami kenaikan tetapi pada rasio pertumbuhan yang hasil rata-ratanya banyak mengalami keminusan yang salah satunya terjadi pada Pajak Hiburan yang dikarenakan adanya perubahan tarif perda yang semula memakai perda No.06 tahun 2010 terus pada tahun 2012 mengalami perubahan yaitu perda No.02 tahun 2012 tentang Pajak Hiburan.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Definisi Pajak dan Fungsi Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Soemitro (2013:1).

Terdapat empat fungsi pajak yang dikemukakan oleh Siti Resmi (2009:3) yaitu Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) merupakan fungsi pajak sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, Fungsi Regularend (Pengatur) fungsi pajak sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan, Fungsi Stabilitas yaitu pajak pemerintah yang memiliki dana untuk menjalankan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan dan Fungsi Retribusi Pendapatan adalah Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

(4)

2.2.2 Pajak Daerah dan Jenis-jenis Pajak Daerah Tingkat II

Definisi pajak daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:

“Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Terdapat 11 Jenis Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota) adalah sebagai berikut:

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap , memperoleh pelayanan dan fasilitas dengan dipungut bayaran dan termasuk bangunan lainnya yang menyatu.

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga.

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua jenis pertunjukan, permainan dan keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang di tonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran.

Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan reklame yaitu benda, alat, atau media yang bentuk susunan dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial yang dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, memuji, dan menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum.

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

(5)

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan debagai suatu usaha.

Pajak Air Tanah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah.

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengembalian dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan..

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan oleh perseorangan pribadi atau badan.

2.2.3 Keuangan Daerah

Menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan, menjelaskan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya.

Menurut Halim (2007), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari “keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).” Keadaan keuangan suatu daerah yang menentukan bentuk dan ragam yang akan dilakukan oleh pemerintah

(6)

daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, disusun berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, adalah laporan yang menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama suatu periode.

2.2.4 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan Daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode yang bersangkutan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari:

A. Pendapatan asli Daerah

Hasil pajak daerah yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK II) dan hasil di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pemungutan daerah (APBD). Jadi pajak yang dilakukan daerah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk mengelola dan membangun rumah tangganya.

Hasil retribusi daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian dalam memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung.

Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah hasil pendapatan daerah dari keuntungan yang didapat dari perusahaan daerah yang dapat berupa dana pembangunan daerah dan merupakan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah berupa jasa giro, penjualan aset tetap daerah, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata uang asing,

(7)

komisi, potongan, dan bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

B. Dana perimbangan

Menurut Halim (2007), dana perimbangan merupakan “dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah.” Tujuan dari dana perimbangan yaitu untuk mengurangi kesenjangan pada bagian fiskal yang terjadi antara pemerintah dan pemerintah daerah. Dana perimbangan terdiri dari:

Dana Bagi Hasil bersumber dari hasil pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak, yaitu (1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan, dan kehutanan. (2) Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan dan kehutanan. (3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25, dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Sedangkan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam yaitu: (1) Penerimaan kehutanan yang berasal dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), provinsi sumber daya hutan (PSDH), dan dana reboisasi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan. (2) Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari penerimaan iuran tetap (landrent) dan penerimaan iuran eksplorasi (royalty) yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan. (3) Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan dari penerimaan pungutan pengusahaan perikanan dan penerimaan pungutan hasil perikanan. (4) Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan. (5) Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap daerah otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

(8)

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

C. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah dan dana perimbangan yang meliputi: hibah, dana darurat dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah. Dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antara daerah, dan kegiatan impor atau ekspor. Contoh pungutan yang dapat menghambat kelancaran mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor atau ekspor antara lain retribusi izin masuk kota dan pajak atau retribusi atas pengeluaran atau pengirimian barang dari suatu daerah ke daerah lain.

2.2.5 Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh kepentingan orang pribadi atau badan dan Retribusi Perizinan Tertentu

(9)

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

2.2.6 Pengukuran Tingkat Keberhasilan Pajak dan Retribusi Daerah

Tingkat keberhasilan adalah keadaan yang menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dan target yang ditetapkan. Jika hasil yang diperoleh mampu melebihi yang ditargetkan, maka tingkat keberhasilannya tinggi, begitu juga sebaliknya apabila hasil yang diperoleh masih belum mencapai yang ditargetkan, maka tingkat keberhasilannya rendah. Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pemerintah kabupaten atau kota, penulis menggunakan beberapa pendekatan untuk mengukurnya, yaitu

a. Analisis Pertumbuhan

Halim (2007:241), menyatakan bahwa pertumbuhan adalah untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Dengan diketahui pertumbuhan pajak daerah atau retribusi daerah baik target maupun realisasinya bagaimana arah tren dari pajak daerah atau retribusi daerah tersebut.

Mengalami uptrend (peningkatan) atau downtrend (penurunan) maka pemerintah daerah dapat mengevaluasi guna menetapkan kebijakan dimasa yang akan datang.

Mengukur pertumbuhan pajak daerah digunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2007:241):

Keterangan :

Y = Pertumbuhan Pajak Daerah pertahun

= Realisasi Penerimaan Pajak Daerah yang sah pada tahun tertentu

= Realisasi Penerimaan Pajak Daerah yang sah pada tahun sebelumnya.

(10)

Sedangkan mengukur pertumbuhan retribusi daerah digunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2007:241):

Keterangan :

Y = Pertumbuhan Retribusi Daerah pertahun

= Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah yang sah pada tahun tertentu

= Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah yang sah pada tahun sebelumnya.

b. Analisis Efektivitas

Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan keberhasilan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang dibandingkan dengan target anggaran yang ditetapkan dan mencerminkan hasil kinerja dari aparat pemungut dari suatu daerah tersebut. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Efektivitas Pajak Daerah sesuai dengan Penelitian Puspitasari (2014) :

Analisis efektivitas retribusi daerah merupakan perbandingan antara realisasi dan target penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam melakukan pungutan. Rumus ini sesuai dengan penelitian Puspitasari (2014):

c. Analisis Kontribusi

Analisis kontribusi yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi yang diberikan pajak dan retribusi daerah kepada Pendapatan Asli Daerah Kota Batu. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

(11)

kontribusi pajak daerah, dengan rumus sebagai berikut sesuai dengan penelitian Octovido (2014):

Analisis kontribusi retribusi daerah adalah alat yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yan diberikan oleh retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Analisis ini digunakan dengan cara membandingkakn realisasi retribusi daerah dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun rumus yang digunakan yaitu sesuai dengan penelitian Puspitasari (2014):

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku prokrastinasi akademik, terbentuk dan berkembang dalam proses sosialisasi yang dimulai dari keluarga, akan diperkuat di lingkungan sekolah dan lingkungan

Keterampilan proses sains dapat meningkat melalui model pembelajaran berbasis masalah dengan pembekalan pengetahuan awal karena model pembelajaran berbasis

Uunt apach tuakma (OMS) yaunchu tsuak chichamka atsawai, nekas juka yamaitiakuiti, tuma asamtai juni tutainti……nekatai tuakmaiti, niniuri takakmatai, yaunchu itiur

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya dan senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad

Ketua STIKOM LSPR bersama dengan Directior of General Affairs berkewajiban memastikan STIKOM LSPR memiliki Standar kegiatan marketing, promosi dan admisi dalam

Untuk memban- gun pengelolaan keuangan yang baik maka diper- lukan adanya komitmen organisasi yang tinggi dan harus diterapkannya sistem pengendalian in- tern pemerintah yang kuat

arbuskula dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan yang termasuk dalam Angiospermae, Gymnospermae, Pteridophyta dan Bryophyta kecuali pada famili tumbuhan dari

16.menuliskan kembali dengan benar minimal 4 contoh hewan yang termasuk ke dalam masing-masing kelas pada Mollusca. 17.menjelaskan hubungannya dengan kehidupan