• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH TANI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SMP DI KECAMATAN BREBES TAHUN AJARAN 2009/2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH TANI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SMP DI KECAMATAN BREBES TAHUN AJARAN 2009/2010."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI

KELUARGA BURUH TANI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

SISWA SMP DI KECAMATAN BREBES

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Geografi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Agus Takrudin NIM : 3201406034

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 7 September 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Purwadi Suhandini, SU. Drs. Sunardi, M.M.

NIP. 19471103 197501 1 001 NIP. 19450723 197302 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 7 September 2010 Penguji Utama

Dra. Puji Hardati, M.Si. NIP. 19581004 1986032 001 Anggota I Anggota II

Drs. Purwadi Suhandini, SU. Drs. Sunardi, M.M.

NIP. 19471103 197501 1 001 NIP. 19450723 197302 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 1980031 003

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan dari orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 31 Agustus 2010 Agus Takrudin

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

1. Nothing is easy, but nothing is impossible

2. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar Ra’d ayat 11).

3. Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (Q.S Al mujaadalah ayat 11).

4. Experience is best teacher

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu

memberikan kasih sayang yang tulus kepada setiap anaknya.

2.Kakak-kakakku yang tersayang sebagai tauladan yang baik bagiku. 3.Keluarga besar di Brebes, yang

menanti keberhasilanku.

4.Guru-guruku yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sepanjang masa

(6)

vi

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil alamin atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Tani Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SMP Se-Kecamatan Brebes Tahun Ajaran 2009/2010” meski masih ada kekurangan dan kesalahannya.

Penulis menyadari apa bahwa skripsi yang telah tersusun ini bukanlah hasil usaha penulis sendiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Subagyo, M.pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

3. Drs. Apik Budi Santoso, M,Si., ketua Jurusan Geografi

4. Drs. Purwadi Suhandini, SU., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Sunardi, M.M., pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Puji Hardati, M.Si., penguji utama skripsi ini yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi penulis.

7. Kepala sekolah SMPN 3 Brebes, SMPN 7 Brebes, dan SMP PGRI Brebes yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

8. Guru dan karyawan di SMPN 3 Brebes, SMPN 7 Brebes, dan SMP PGRI Brebes yang telah membantu proses penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 9. Peserta didik dan wali murid di SMPN 3 Brebes, SMPN 7 Brebes, dan SMP

PGRI Brebes yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.

(7)

vii

Tiada manusia yang sempurna di dunia ini, sama halnya penulis dalam penyusunan skripsi yang jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan di masa datang, begitu pula bukakanlah pintu maaf yang sebanyak-banyaknya kalau ada tulisan yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Sebagai kata terakhir, penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Semarang, Agustus 2010 Penulis

(8)

viii

SARI

Takrudin, Agus. 2010, “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Tani Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SMP Se-Kecamatan Brebes Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Drs. Purwadi Suhandini, SU., Drs Sunardi, M.M., 71 halaman.

Kata Kunci : Pengaruh, Kondisi Sosial Ekonomi, Hasil Belajar Geografi. Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Keluarga bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan untuk pendidikan anak, kondisi sosial ekonomi yang baik akan semakin mudah dalam pemenuhan kebutuhan tersebut dan sebaliknya semakin rendah kondisi sosial ekonomi keluarga semakin sulit dalam pemenuhan kebutuhan untuk pendidikan anak. Buruh tani merupakan bagian dari masyarakat petani yang tidak mendapatkan penghasilan yang menetap, sehingga mereka sering dianggap masyarakat golongan bawah dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah dari pada petani pemilik sawah. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimanakah gambaran kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani pada siswa SMP di Kecamatan Brebes bagaimanakah hasil belajar IPS siswa SMP di Kecamatan Brebes dan adakah pengaruh antara kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap hasil belajar IPS pada siswa SMP di Kecamatan Brebes pada tahun ajaran 2009/2010. Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah mengetahui gambaran kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani pada siswa SMP di Kecamatan Brebes mengetahui pencapaian hasil belajar IPS siswa SMP di Kecamatan Brebes dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap hasil belajar IPS siswa SMP di Kecamatan Brebes.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa yang bekerja sebagai buruh tani di Kecamatan Brebes yang berjumlah 897 keluarga. Populasi yang dijadikan sampel sebanyak 136 keluarga dengan teknik sampel purposive, stratified proporsioanal random sampling dimana setiap tingkatan angkatan kelas diambil 30%. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel bebas yaitu pendidikan, pendapatan, pengeluaran, kekayaan dan jenis tempat tinggal dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar IPS. Dalam pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Pada analisis data menggunakan analisis tabel dan regresi berganda dengan bantuan SPSS Versi 16.0 For Windows.

(9)

ix

umum kondisinya sangat bervariasi dalam pendidikan, pendapatan, pengeluaran, kekayaan, dan jenis tempat tinggal. Dalam hal pendidikan, sebagian besar (44%) para buruh tani telah berpendidikan hingga SMP dan sebagian kecil lainnya (4%) sampai SMA. Pada pendapatan, para buruh tani di brebes sebagian besar (38%) memiliki pendapatan rata-rata Rp 350.000 hingga Rp 525.000 perbulan. Sebagian besar (35%), para buruh tani mengeluarkan uang < Rp 350.000 perbulan untuk pemenuhan kebutuhan pokok, dan sebesar 38% para buruh tani mengeluarkan uang Rp 100.000 hingga Rp 150.000 perbulan untuk biaya sekolah anak. Dalam kepemilikan kekayaan, sebesar 63% para buruh tani memiliki barang elektronik berupa televisi dan radio. Jenis tempat tinggal para buruh tani sebagian besar (61%) merupakan rumah permanen dan sebesar 59% rumah para buruh tani telah memiliki fasilitas MCK. Pada hasil belajar siswa, sebesar 90% para siswa yang berasal dari keluarga buruh tani telah mencapai nilai KKM pada mata pelajaran IPS. Dalam uji hipotesis, F hitung > F tabel (36,879 > 2,284) sehingga dapat dikatakan ada pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap hasil belajar IPS siswa SMP di Kecamatan Brebes. Besarnya pengaruh tersebut adalah 57,1% dari keseluruhan variabel.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN…. ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv

PRAKATA. ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR. ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... . 6

C. Tujuan Penelitian . . ... 6

D. Kegunaan Penelitian. ... 7

E. Batasan Istilah ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Tani ... 11

1. Keluarga buruh tani . ... 11

2. Kondisi sosial ekonomi ... 12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi keluarga ... 14

B. Hasil Belajar ... 25

C. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 27

D. Hakekat IPS ... 28

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

F. Hipotesi ... 32

(11)

xi

B. Variabel Penelitian. ... 36

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Lokasi Penelitian. ... 48

2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 52

a. Tingkat pendidikan formal ayah ... 52

b. Tingkat pendidikan formal ibu ... 53

c. Pendapatan pokok ayah... 54

d. Pendapatan pokok ibu ... . 55

e. Pendapatan sampingan ayah ... 56

f. Pendapatan sampingan ibu ... 57

g. Pengeluaran kebutuhan pokok ... . 58

h. Pengeluaran biaya sekolah ... 59

i. Kepemilikan barang elektronik ... 60

j. Kepemilikan kendaraan ... 61

k. Jenis tempat tinggal ... . 62

l. Kepemilikan sarana MCK ... 63

3. Hasil Belajar.,. ... 64

4. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Hasil Belajar .. 65

a. Persamaan garis regresi... 65

b. Uji hipotesis secara parsial... 68

c. Uji hipotesis keseluruhan variabel ... 71

d. Koefisien determinasi ... . 72

B. Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ... 78

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA. ... 80

(12)

xii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

2. Tabel 3.11 Jumlah Populasi ... 33

3. Tabel 3.12 Pengambilan Sampel Penelitian ... 36

4. Tabel 3.13 Perhitungan Deskriptif Persentase ... 46

5. Tabel 4.21 Kondisi Sosial Ekonomi ... 52

6. Tabel 4.22 Pendidikan Formal Ayah ... . 52

7. Tabel 4.23 Pendidkan Formal Ibu ... 54

8. Tabel 4.24 Pendapatan Ayah ... 55

9. Tabel 4.25 Pendapatan Ibu ... 56

10. Tabel 4.26 Pendapatan Sampingan Ayah ... 56

11. Tabel 4.27 Pendapatan Sampingan Ibu ... 57

12. Tabel 4.28 Pengeluaran Biaya Kebutuhan Pokok ... 58

13. Tabel 4.29 Pengeluaran Biaya Sekolah ... 60

12. Tabel 4.30 Kepemilikan Barang Elektronik ... . 61

13. Tabel 4.31 Kepemilikan Kendaraan ... . 62

14. Tabel 4.32 Jenis Tempat Tinggal ... .. 63

15. Tabel 4.33 Sarana MCK ... . 64

16. Tabel 4.34 Hasil Belajar IPS ... 65

16. Tabel 4.35 Persamaan Garis Regresi ... 66

17. Tabel 4.36 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial ... 68

18. Tabel 4.37 Hasil Uji Hipotesis Secara Serentak ... . 71

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen. …... 82

2. Lampiran 2 Instrumen Penelitian …... 84

3. Lampiran 3 Data Sampel Penelitian ... 89

4. Lampiran 4 Lembar Dokumentasi Daftar Nilai IPS …... 91

5. Lampiran 5 Tabulasi hasil penelitian ... 93

6. Lampiran 6 Uji Validitas dengan SPSS Versi 16.0 for windows. …... 96

7. Lampiran 7 Uji Validitas Instrumen ... 97

8. Lampiran 8 Analisis Validitas Butir soal ... 99

9. Lampiran 9 Reabilitas dengan SPSS Versi 16.0 for windows. ... 101

10. Lampiran 10 Analisis Deskriptif Persentase. ... 102

11. Lampiran 11 Tabel Hasil Analisis Deskriptif Persentase. ... 103

12. Lampiran 12 Uji Normalitas Kondisi Sosial Ekonomi. ... 106

13. Lampiran 13 Uji Normalitas Hasil Belajar. ... 107

14. Lampiran 14 Data Input Regresi Dengan SPSS ... 108

15. Lampiran 15 Data Output Regresi dengan SPSS Metode Enter ... 112

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan nasional untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat (Sunaryo, 2010:1). Hasil dari adanya pembangunan pendidikan akan terwujud masyarakat Indonesia yang cerdas, maju, dan sejahtera. Salah satu bentuk usaha mencerdaskan masyarkat yaitu dengan adanya program wajib belajar Sembilan tahun dari SD hingga SMP. Tujuannya adalah setiap warga mempunyai bekal dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mempunyai daya saing dalam kompetisi di masa globalisasi seperti saat sekarang ini. Sedangkan usaha agar pendidikan merata untuk setiap lapisan masyarakat, yaitu dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi siswa SD dan SMP sehingga beban biaya untuk sekolah terkurangi. Keberhasilan pembangunan dalam pendidikan, akan merucut pada ketercapaian tujuan pembangunan nasional karena pada hakekatnya, pembangunan nasional bertujuan membangun manusia seutuhnya, yaitu pembangunan masyarakat Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD tahun 1945.

(16)

dari berbagai latar belakang yang berbeda. Latar belakang tersebut meliputi kondisi sosial dan ekonomi keluarga para peserta didik. Kondisi sosial keluarga peserta didik dapat berupa pendidikan orang tua, pendidikan anggota keluarga lainnya, kondisi rumah, jenis tempat tinggal, kondisi sanitasi, dan lainnya. Kondisi sosial tersebut akan berpengaruh pada kesiapan peserta didik dalam belajar dan juga penguasaan nilai-nilai sosial yang dimiliki peserta didik. Kondisi ekonomi keluarga bisa berupa pendapatan orang tua, pendapatan sampingan orang tua, pengeluaran untuk kebutuhan pokok, pengeluaran untuk biaya sekolah, pengeluaran untuk kesehatan, tabungan, dan kekayaan lainnya. Kondisi ekonomi keluarga akan berpengaruh pada penyediaan fasilitas belajar dan juga pemenuhan gizi peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik (Djamarah, 2004: 47). Pada sekolah yang terletak di desa memiliki latar belakang peserta didik yang relatif homogen, karena mayoritas penduduk desa merupakan masyarakat petani. Sebaliknya, pada sekolah yang terletak di daerah perkotaaan latar belakang peserta didiknya lebih heterogen. Hal tersebut dikarenakan peserta didik di sekolah yang terletak di kota berasal dari berbagai daerah yang memiliki latar belakang masyarakat yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang peserta didik tersebut berpengaruh pada proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar para peserta didik.

(17)

dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, meliputi minat, bakat, motivasi, kesehatan, dan lainnya. Minat, bakat, dan motivasi akan memberikan arah dalam proses belajar sehingga akan tercapai hasil belajar yang maksimal yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan akan sangat berpengaruh terhadap kesiapan peserta didik dalam proses belajar, apabila kesehatan terjaga akan lebih mudah untuk memahami mateti yang dipelajari sedangkan apabila ada gangguan kesehatan akan lebih sukar. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat mempengaruhi proses belajar dan akan berpengaruh pula pada pencapaian hasil belajar. Faktor ini sangatlah komplek, meliputi keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, dan juga guru. Guru sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar para peserta didik karena guru yang memberikan pembelajaran dan juga evaluasi di dalam kelas. Lingkungan sekolah dan masyarkat merupakan sumber belajar yang dapat berpengaruh proses belajar peserta didik karena di lingkungan mayarakat para peserta didik bermain dan belajar dengan teman sebaya. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar anak, hal ini dikarenakan keluarga merupakan sumber dan media utama dalam belajar.

(18)

keluarga adalah guru dalam pembelajaran di rumah yang memberikannya pengetahuan, keterampilan, dan juga memberikan nilai- nilai sosial pada anak. Keluarga juga mempunyai peranan lain, yaitu sebagai motivator yang memberikan semangat belajar pada anaknya, dan juga berperan dalam hal keuangan untuk membiayai sekolah anaknya. Oleh karena itu semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anggota keluarga akan semakin berpengaruh terhadap proses belajar anaknya. Selain itu, keluarga berperan juga dalam penyediaan fasilitas belajar, seperti buku tulis, penggaris, buku bacaan, meja belajar, atlas, dan komputer. Kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas belajar anak. Keluarga dengan kondisi ekonomi yang baik akan mudah menyediakan fasilitas belajar, dan juga mengikutkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar, namun bagi keluarga dengan kondisi ekonomi yang rendah, akan terasa susah untuk penyediaan fasilitas belajar meski setiap orang tua menginginkan anaknya mendapatkan hasil belajar yang terbaik.

(19)

tergantung oleh musim karena pada umumnya para petani mengolah lahannya hanya pada musim penghujan. Pada beberapa tahun belakangan ini banyak petani yang bercocok tanam di luar Brebes pada musim kemarau sehingga faktor musim ini mulai terkurangi. Penghasilan sebagai buruh tani lebih rendah dari pada petani yang memiliki sawah garapan dan yang melakukan bercocok tanam sendiri. Penghasilan yang rendah tersebut hanya cukup dan bahkan ada yang tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari – hari. Oleh karena itu sebagian dari mereka banyak memiliki sumber penghasilan lain seperti berternak ayam, bebek, dan kambing secara perumahan. Pengeluaran keluarga buruh tani sama halnya dengan keluarga lain, seperti pengeluaran untuk kebutuhan pokok, untuk biaya sekolah anak – anaknya, biaya listrik, dan lainnya. Sebagian besar anak yang berasal dari keluarga buruh tani memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah seperti lulusan SD, atau lulus SMP, bahkan ada yang putus sekolah, meski tidak menutup kemungkinan ada yang sampai lulus SMA dan perguruan tinggi. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi tersebut, berpengaruhkah pada pencapaian hasil belajar para peserta didik yang berasal dari keluarga buruh tani.

(20)

B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran tentang kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani pada orang tua siswa SMP di Kecamatan Brebes pada tahun ajaran 2009/2010.

2. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa SMP di Kecamatan Brebes pada tahun ajaran 2009/2010 yang berasal dari latar belakang keluarga sebagai buruh tani.

3. Adakah pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap prestasi belajar siswa SMP di Kecamatan Brebes pada tahun ajaran 2009/2010.

C.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui gambaran tentang kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani pada orang tua siswa SMP di Kecamatan Brebes pada tahun ajaran 2009/2010.

(21)

3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap prestasi belajar siswa SMP di Kecamatan Brebes pada tahun ajaran 2009/2010.

D.

KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi orang tua

Diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa kondisi sosial ekonomi suatu keluarga bisa berpengaruh terhadap hasil belajar anak.

2. Bagi siswa

Supaya para peserta didik yang orang tuanya bekerja sebagai buruh tani termotivasi dalam belajar dan tidak minder sehingga dalam pencapaian hasil belajar akan maksimal sehingga bisa membantu perekonomian kelauarga kelak jika telah bekerja.

3. Bagi sekolah

Sebagai data dasar untuk pengembangan sekolah di masa mendatang sehingga akan lebih meningkat dalam prestasi.

E.

BATASAN ISTILAH

(22)

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau yang memberi kekuatan. (DEPDIKBUD, 1988:664).

2. Kondisi sosial ekonomi

Kondisi sosial berarti keadaan masyarakat suatu negara pada saat tertentu (DEPDIKBUD 1988:454). Sedangkan ekonomi dapat diartikan sebagai pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga (DEPDIKBUD, 1988:220). Berkaitan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan kondisi sosial ekonomi merupakan latar belakang suatu keluarga yang dipandang dari pendidikan,pendapatan, pengeluaran, kekayaan, dan tempat tinggal yang dimilikinya.

3. Keluarga buruh tani a. Keluarga

(23)

b. Buruh tani

Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah (DEPDIKBUD, 1988:139). Sedangkan pengertian buruh tani adalah buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau sawah orang lain (DEPDIKBUD, 1988:139).

Buruh pertanian merupakan orang yang bekerja di sektor pertanian yaitu orang yang bekerja pada orang lain atau perusahaan yang jenis pekerjaannya masih erat dengan kegiatan pertanian atas dasar balas jasa dengan diberi upah/gaji baik berbentuk uang atau barang (BPS, 2008:XIX).

Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan keluarga buruh tani adalah satu kesatuan yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang disatukan oleh ikatan darah, di mana selaku orang tua memiliki mata pencaharain utama di bidang pertanian sebagai buruh untuk mendapatkan upah.

4. Hail belajar IPS a. Hasil belajar

(24)

b. IPS

Ilmu pegetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu – ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya (Trianto, 2007:124).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hasil belajar IPS adalah hasil dari penilaian belajar siswa yang berupa nilai baik berupa nilai rapor maupun nilai ulangan harian yang merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru pengampu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).

5. Siswa SMP

(25)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Tani

1. Keluarga buruh tani

Menurut Khaerudin (2007:4), keluarga didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dan menimbulkan peranan peranan sosial bagi suami isteri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki – laki dan perempuan; dan merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Sehubungan dengan hal tersebut, keluarga memiliki beberapa fungsi antara lain reproduksi, ekonomi, proteksi, sosialisasi, dan keagamaan.

(26)

baik dari segi hasil, pengetahuan keterampilan, dan harga diri. Penghasilan yang mereka peroleh hanya bisa memenuhi kebuthan hidup sehari-hari, bahkan kadangkala kurang. Akhirnya mereka tidak dapat menabung yang sangat berguna bagi mereka dan selanjutnya tidak dapat membeli tanah/lahan.

2. Kondisi sosial ekonomi

Kondisi sosiaal ekonomi setiap keluarga berbeda satu sama lain dalam suatu masyarakat. Kondisi sosial pada masyarakat dipandang sebagai hubungan antar anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain dalam hal peranan maupun pengaruh terhadap anggota masyarakat yang lain. Sedangkan kondisi ekonomi merupakan segala aktivitas anggota keluarga yang bernilai ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat pada umumnya dijadikan sebagai patokan atau acuan dalam pemberian status pada setiap anggota masyarakat (Abdulsyani, 2007:92). Oleh karena itu, kondisi sosial ekonomi bisa dikatakan sebagai keadaan seseorang dilihat dari kedudukannya di dalam komunitas, aktivitas ekonominya, dan hubungan dengan anggota komunitas yang lain.

(27)

diperoleh dari bekerja biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan juga bisa disimpan dalam tabungan. Dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, setiap keluarga pasti memiliki kebutuhan yang berbeda – beda tergantung dari tingkat kebudayaan yang telah dicapai oleh keluarga tersebut. Namun, kebutuhan pokok setiap manusia adalah sama, yaitu dalam hal pangan, sandang, dan papan. Setiap keluarga menginginkan keluarganya sejahtera dalam hal ekonomi sebagai suatu tujuan hidup di masa sekarang dan masa mendatang. Dalam hal kesejahteraan, BPS (2006:25) membedakan tingkat ekonomi keluarga menjadi 4 golongan, yaitu sebagai berikut.

1) Golongan ekonomi sangat tinggi, adalah jika dalam keluarga tersebut terkandung adanya unsur keselamatan, ketentraman, dan kemakmuran lahir dan batin.

2) Golongan ekonomi tinggi, adalah jika dalam keluarga tersebut hanya terkandung unsur ketentraman dan keselamatan.

3) Golongan eknomi sedang, adalah jika dalam keluarga tersebut hanya terkandung unsur keselamatan.

(28)

Pada umumnya dalam masyarakat, pelapisan sosial terbentuk dengan sendirinya. Keadaan sosial ekonomi setiap orang berbeda - beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Meskipun pada dasarnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat, namun dalam kehidupan bermasyarakat terdapat pelapisan. Hal ini dikarenakan setiap anggota masyarakat mempunyai status dan peranan yang berbeda dalam masyarakat. Pelapisan masyarakat tersebut terjadi di berbagai kalangan masyarakat, contohnya pada masyarakat pedesaan di jawa yang terdapat empat lapisan masyarakat yaitu penguasa desa atau orang penting lokal yang tidak pernah menggarap sawah langsung namun mendapat hak apanage atau lungguh dari raja. Lapisan masyarakat kedua yaitu masyarakat petani (sikep) sebagai bagian inti masyarakat. Lapisan ketiga, yaitu para wuwungan (penumpang) yang hidup sebagai buruh tani, dan membangun rumah di pekarangan sikep karena tidak punya lahan sendiri, dan lapisan terakhir yaitu golongan bujang, yaitu mereka yang belum berkeluarga (Breman dalam Erizal dkk, 2002: 134).

(29)

(1985:89), faktor yang dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi seseorang adalah pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tingkat pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup, kekayaan dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, akan dibatasi lima faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat, yaitu pendidikan, pendapatan, pengeluaran, kekayaan, dan tempat tinggal. 1) Pendidikan

(30)

Dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan nasional penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui beberapa jalur pendidikan, diantaranya yaitu jalur pendidikan formal, jalur pendidikan nonformal, pendidikan jarak jauh, dan lainnya. Pada jalur-jalur pendidikan tersebut terdapat jalur pendidikan yang terstruktur dan juga berjenjang yaitu jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 12). Sedangkan pada jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 11).

a) Pendidikan dasar

(31)

peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (UU No. 2 TH 1989 Pasal 13).

b) Pendidikan menengah

Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi (UU No. 2 TH 1989 Pasal 15). Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (UU No.20 Tahun 2003 pasal 18 ayat 3).

c) Pendidikan tinggi

(32)

Menurut hasil survei menunjukan bahwa banyak petani yang menyekolahkan anak ke sekolah umum dengan tujuan dapat bekerja di kota, karena mereka berpandangan bekerja sebagai petani adalah sengsara, rendah dan kotor (Nyak Ilham dkk, 2007:8). Pada masyarakat pertanian yang ada di daerah pedesaan, pada umumnya tingkat pendidikannya rendah yaitu lulsan SD hingga SMP bahkan ada yang tidak pernah sekolah. Iijasah yang telah diperolehnya digunakan untuk melamar pekerjaan di kota-kota besar, sehingga anak para buruh tani tersebut tidak meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai buruh tani. Sebaliknya, pada keluarga yang lebih mampu dalam hal ekonomi dapat menyekolahkan anaknya setinggi mungkin.

2)Pendapatan

(33)

hidup. Oleh karena itu, setiap orang harus bekerja demi kelangsungan hidupnya dan tanggungannya seperti isteri dan anak – anaknya.

Pendapatan rumah tangga pedesaan sangat bervariasi. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi karakteristik rumah tangga. Aksebilitas ke daerah perkotaan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi seringkali merupakan faktor dominan terhadap variasi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian dari usaha tani, berternak dan berburuh tani. Sedangkan dari sektor nonpertanian berasal dari usaha nonpertanian, professional, buruh non pertanian, dan pekerjaan lainnya di sektor pertanian (Supadi dan Rozany, 2010:2). Pendapatan rumah tangga di pedesaan pada umumnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang relatif rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk lebih giat bekerja. Bagi sebagian rumah tangga, upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

3)Pengeluaran

(34)

dikeluarkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak uang yang dimiliki seseorang semakin banyak pula hal yang diinginkan dalam pemenuhan kebutuhan. Menurut hasil kajian Sudaryanto dalam Adang dan Ilham (2008:2), menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan memiliki hubungan yang negatif dengan pengeluaran untuk makanan, yang artinya semakn tinggi tingkat pendapatan semakin rendah porsi pengeluaran untuk makanan.

Pengeluaran rumah tangga yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga baik untuk keperluan makanan maupun bukan makanan banyak dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh antara lain: umur kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan upah/gaji kepala rumah tangga (Adang dan Ilham,2008:2). Sedangkan menurut Haris (2010:1-5), dalam perbedaan tingkat pengeluaran keluarga, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut.

(a). Penyebab Faktor Ekonomi (1). Pendapatan

(35)

sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

(2). Kekayaan

Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya.

(3). Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

(4). Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

(b). Penyebab Faktor Demografi (1). Komposisi Penduduk

(36)

ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.

(2). Jumlah Penduduk

Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

(c). Penyebab / Faktor Lain

(1). Kebiasaan Adat Sosial Budaya

Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memeiliki pengeluaran yang besar. (2). Gaya Hidup Seseorang

Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

(37)

Kekayaan dapat diartikan sebagai pemilikan barang – barang yang bersifat ekonomis atau yang memiliki nilai jual dan sebagai salah satu faktor yang melatarbelakngi pelapisan sosial ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Imam Sudiyat dalam Idlot (2000:1), harta kekayaan keluarga itu dapat dibedakan dalam 4 bagian, yaitu sebagai berikut.

(a). Harta warisan (dibagikan semasa hidup atau sesudah si pewaris meninggal) untuk salah seorang di antara suami-isteri, dari kerabatnya masing-masing

(b). Harta yang diperoleh atas usaha dan untuk sendiri oleh suami atau isteri masing-masing sebelum atau selama perkawinan

(c). Harta yang diperoleh suami isteri selama perkawinan atas usaha dan sebagai milik bersama

(d). Harta yang dihadiahkan pada saat pernikahankepada suami isteri bersama.

(38)

Pada masyarakat pedesaan yang mayoritas petani, pendapatan yang disimpan sebagai tabungan adalah dalam bentuk barang yang dapat dimanfaatkan dalam keseharian seperti kendaraan bermotor, barang elektronik, sawah, dan lainnya yang mudah dijual kembali pada saat dibutuhkan, hal ini biasanya terjadi pada masyarakat petani di daerah pantai utara jawa yang terdapat arisan hajatan yang membutuhkan banyak dana(Adang dan Ilham, 2008:12).

Dengan kekayaan yang dimiliki oleh orang tua, semua fasilitas dalam belajar ananknya akan terpenuhi. Hal ini dikarenakan setiap orang tua menginginkan setiap anaknya mendapatkan prioritas yang terbaik dalam segala hal termasuk dalam pendidikan (Slameto, 2003:47). Oleh karena itu orang tua dengan kekayaan yang dimilikinya dapat membelikan fasilitas dalam belajar anak seperti meja belajar, komputer, buku bacaan, atlas, dan sebagainya tercapai keinginan anaknya dapat tercapai. Namun, pada keluarga yang kurang mampu, sering terjadi hambatan dalam penysdiaan fasilitas belajar yang bisa mempengaruhi belajar anaknya.

5)Tempat Tinggal

(39)

yang menempatinya. Sebaliknya, semakin kecil ukuran rumah seseorang semakin rendah pula tingkat sosial ekonomi keluarga yang menempatinya. Begitupula dengan kulitas rumah seseorang, semakin baik kualitasnya semakin tinggi tingkat sosial ekonomi yang menempatinya dan semakin jelek kualitasnya semakin rendah pula tingkat sosial ekonomi keluarga yang menempatinya. Kualitas rumah dalam hal ini maksudnya adalah yang berkenaan dengan tingkat keamanan dan kenyamanan hunian yang secara tidak langsung terkait dengan bentuk rumah, jenis bangunan, letak, kepemilikan rumah, dan kondisi lingkungan sekitar rumah.

Menurut Svalastoga dalam Aryana (2004:29), untuk mengukur tingkat sosial eknomi seseorang dari rumahnya dapat diliha dari berbagai hal, yaitu sebagai berikut.

a) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

b) Kondisi fisik bangunan dapat berupa rumah prmanen, kayu dan bambu.

c) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonomi.

(40)

cenderung berkembang di daerah yang subur tanahnya. Pemukiman antara lapisan masyarakat yang satu dengan lapisan masyarkat yang lain di daerah pedesaan bercampur menjadi satu tanpa ada pengkotak – kotakan komplek pemukiman. Biasanya sebagian besar masyarakat desa mempunyai rumah dengan lingkungan yang tidak sehat termasuk di dalamnya rumah para buruh tani. Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, terutama disebabkan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang sangat rendah bila di bandingkan golongan penduduk lainnya (Nursid, 1981:194-195).

B.

Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:22). Sedangkan menurut Catharina (2006:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Pada dasarnya hasil belajar merupakan hasil penilaian dari proses belajar yang berupa ilmu pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang dimiliki siswa. Hasil penilaian tersebut bisa berupa nilai ulangan harian maupun nilai rapor yang diberikan guru atas tes yang dilakukan terhadap semua siswa.

(41)

psikomotorik. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan pengukuran. Proses pengukuran tersebut dalam pembelajaran di sekolah sering di masukan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk mengetahui sampai dimanakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 2006:15). Dalam evaluasi tersebut juga digunakan untuk mengetahui prestasi belajar dalam bentuk pencapaian tujuan pembelajaran. Instrument yang sering digunakan dalam evaluasi tersebut adalah dengan tes, baik berupa tes tertulis maupun tes lisan. Bentuk evaluasi itu sendiri bisa berupa tugas harian, tugas terstruktur, ulangan harian, maupun ulangan umum.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan guru tersebut, dapat diketahui hasil belajar siswa dalam bentuk pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang di tentukan dalam proses belajar mengajar. Dari hasil evaluasi itu pula dapat diketahui kemampuan dan tingkat pemahaman masing–masing siswa dan dapat juga sebagai dasar untuk memetakan mana–mana saja siswa yang memiliki tingkat prestasi tinggi, sedang, dan juga kurang.selain itu dapat digunakan sebagai patokan untuk mengklasifikasikan lulus tidaknya dan juga naik kelas tidaknya.

C.

Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003:45-53), secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa, kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut.

(42)

Faktor internal merupakan faktor yang berada dalam diri siswa sendiri yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya, faktor ini meliputi faktor jasmani psikologis, dan kelelahan.

a. Faktor jasmani

Seperti kesehatan jasmani dan cacat tubuh yang dimiliki siswa seperti mata minus atau plus,dan lainnya.

b. Faktor psikologis

Ada tujuh macam faktor yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi belajar seseorang, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan

Dalam belajar faktor kelelahan meliputi kelelahan fisik maupun pikiran atau rohani.

2. Faktor eksternal a. Faktor keluarga

Meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, latarbelakang kebudayaan, dan pendidikan orang tua

b. Faktor sekolah

Meliputi metoda mengajar, kurikuum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung, metoda belajar, dan tugas rumah.

(43)

Meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

D.

Hakekat IPS

1. Hakekat IPS

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/Mi/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (PERMENDIKNAS, 2006:417).

2. Ruang lingkup pengajaran

Dalam PERMENDIKNAS Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek aspek sebagai berikut.

a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 3. Sumber pengajaran

(44)

dari aspek – aspek dan cabang – cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya )

4. Karakter pengajaran

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (PERMENDIKNA,S 2006:417). Mata pelajaran IPS di SMP/MTs, memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.

a. IPS merupakan gabungan dari unsur - unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) terentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

(45)

proses dan masalah sosial serta upaya upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan (Puskut dalam Trianto, 2007:126).

5. Tujuan pengajaran

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang tetjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Trianto, 2007:128).

[image:45.595.118.518.233.737.2]

E.

Hasil Penelitian Relevan

Tabel 2.1Hasil Penelitian Relevan

No Nama Judul Penelitian Tahun Hasil

1 Maftukhah Pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas VIII SMP N

(46)

1 Randudongkal Kabupaten

Pemalang Tahun Ajaran 2006/2007

pengaruh, yaitu sebesar 55,55%

2 Zenitha Restadianto

Pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 39 Semarang Tahun Ajaran 2007/2008

2008 Kondisi sosial ekonomi keluarga sebagian besar (50,5%) tergolong sangat baik dengan hasil belajar para siswa 100% telah tuntas, dan ada pengaruh, yaitu sebesar 59,02%

3 Agus Takrudin

Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap hasil belajar IPS siswa SMP di Kecamatan Brebes Tahun Ajaran 2009/2010

2010 Kondisi sosial ekonomi keluarga sebagian besar (69,1%) tergolong sedang dengan hasil belajar para siswa 90% tuntas, dan ada

pengaruh, yaitu sebesar 57,1%

(47)

pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap hasil belajar anak dengan pengaruh sebesar diatas 50%.

F.

Hipotesis

(48)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Populasi dan sampel

1. Populasi

[image:48.595.116.527.230.741.2]

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006:130). Dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa SMP di Kecamatan Brebes Tahun Ajaran 2009/2010 yang memiliki pekerjaan sebagai buruh tani. Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut. Tabel 3.11 Jumlah Populasi

No. SMP Jumlah

Siswa

Jumlah Populai siswa

Jumlah Populasi Orang

Tua 1 SMP N 1 Brebes 960 Siswa 30 Siswa 30 Orang tua

2 SMP N 2

Brebes

1080 Siswa 26 Siswa 26 Orang tua

3 SMP N 3

Brebes

920 Siswa 250 Siswa 250 Orang tua

4 SMP N 4

Brebes

720 Siswa 62 Siswa 62 Orang tua

5 SMP N 5

Brebes

600 Siswa 139 Siswa 139 Orang tua

(49)

Brebes

7 SMP N 7

Brebes

480 Siswa 127 Siswa 127 Orang tua

8 SMP N 8

Brebes

360 Siswa 96 Siswa 96 Orang tua

9 SMP PGRI

Brebes

480 Siswa 65 Siswa 65 Orang tua

10 SMP

Pusponegoro

240 Siswa 142 Siswa 142 Orangt tua

11 SMP

Muhamadiyah

360 Siswa 20 Siswa 20 Orang tua

Jumlah 6680 Siswa 897 Siswa 897 Orang tua Sumber: Data Penerimaaan Siswa Baru, Tahun 2010

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2006:131). Populasi dalam penelitian ini subjeknya terlalu banyak, sehingga diperlukan adanya sampel. Menurut Arikunto (2006:134), dalam pemilihan sampel dari suatu populasi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih. Oleh karena itu dalam penelitian ini besarnya sampel 15% dari jumlah populasi atau sebanyak 136 orang tua siswa. Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel digunakan teknik sampling sebagai berikut.

(50)

Sampel bertujuan atau purposive sample ini dilakukan dengan cara mengambil subjek yang didasarkan atas tujuan tertentu. Tujuan penggunaan teknik sampel ini adalah untuk memilih sampel sekolah dari 11 sekolah di Kecamatan Brebes. Pertimbangan dalam pemilihan sekolah sampel tersebut adalah SMPN 3 memiliki jumlah populasi terbanyak dan SMPN 7 merupakan perwakilan sekolah yang terletak di desa, sedangkan untuk SMP PGRI adalah sebagai perwakilan dari SMP yang berstatus swasta dan juga sekolah dengan prestasi terbaik di tingkat sekolah swasta.

b. Stratified sample

Sratified sample digunakan karena subyek dalam penelitian ini memiliki tingkatan–tingkatan yaitu berupa strata kelas dalam setiap sekolah, yaitu kelas 7, kelas 8, dan kelas 9.

c. Proportional sample

Teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah (Arikunto, 2006:139). Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel setiap strata yang proporsional atau seimbang dengan jumlah populasi yang dimiliki setiap strata kelas atau angkatan. Dalam tiap strata kelas, diambil 30% dari jumlah populasi setiap kelasnya.

(51)

Menurut Arikunto (2006:134), dalam teknik ini setiap subjek dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Penggunaan teknik ini untuk menentukan sampel dari tiap – tiap strata kelas sesuai dengan jumlah proporsionalnya Dalam penelitian ini, teknik random sampling menggunakan teknik ordinal, yaitu setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi dalam suatu kelas, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subyek dalam kelas tersebut. Langkah selanjutnya dengan membuat 5 gulungan kertas dengan nomor 1,2,3,4, dan 5. Kita ambil salah satu gulungan dan angka yang keluar tersebut merupakan nomor pertama untuk melompat ke nomor berikutnya dengan angka lompatan sesuai dengan angka proporsi sampel dari jumlah populasi setiap kelas. Apabila sudah sampai nomor terbawah namun belum sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan, kembali keatas lagi. Nomor – nomor yang terambil itulah subjek penelitian yang dijadikan sampel. Ketiga teknik pengambilan sampel yang terakhir seringi disebut Stratified Proportional Random Sampling.

[image:51.595.117.514.274.604.2]

Dalam penelitian ini, terdapat 3 SMP yang dijadikan smpel dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 136 orang tua siswa yaitu 30% dari jumlah populasi setiap tingkatan kelas. Pengambilan sampel pada penelitian ini terlihat pada Tabel 3.12 sebagai berikut.

(52)

No. Sampel Sekolah Strata Kelas Populasi Siswa Sampel Siswa Sampel Orang tua

1 SMPN 3 VII

VIII IX 65 Siswa 95 Siswa 90 Siswa 20 Siswa 29 Siswa 27 Siswa

17 orang tua 27 orang tua 24 orang tua

2 SMPN 7 VII

VIII IX 49 Siswa 49 Siswa 29 Siswa 15 Siswa 15 Siswa 9 Siswa

15 orang tua 15 orang tua

9 orang tua

3 SMP PGRI VII

VIII IX 32 Siswa 19 Siswa 14 Siswa 10 Siswa 6 Siswa 5 Siswa

13 orang tua 9 orang tua 7 orang tua Jumlah 242 Siswa 136 Siswa 136 orang tua Sumber: Hasil analisis, Tahun 2010

B.

Variabel penelitian

Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian atau objek penelitian (Arikunto 1998:117). Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Variabel Bebas ( X )

(53)

bebas dalam penelitian ini, adalah kondisi sosial ekonomi keluarga siswa sebagai buruh tani, adalah sebagai berikut.

1) Pendidikan

Pendidikan keluarga meliputi lima sub variabel, yaitu pendidikan formal ayah, pendidikan formal ibu, pendidikan non formal ayah, pendidikan non formal ibu dan juga pendidikan tertinggi yang dimiliki anggota keluaarga lainnya. Keseluruhan hal tersebut berpengaruh pada peningkatan

2) Pendapatan

Pendapatan terbagi menjadi lima sub variabel, yaitu pendapatan pokok ayah dan juga pendapatan pokok ibu, pendapatan sampingan yang diperoleh ayah dan pendapatan sampingan ibu serta pendapatan anggota keluarga lainnya. Keempat sub variabel tersebut akan berpengaruh pada penyediaan fasilitas belajar pembayaran iuran komite sekolah.

3) Pengeluaran

(54)

untuk kesehatan merupakan pengeluaran untuk menjaga kesehatan badan seperti periksa ke dokter dan pengkonsumsian obat dan vitamin. 4) Kekayaan

Dalam pemilikan kekayaan keluarga, terbagi menjadi dua variabel, yaitu kepemilikan kendaraan dan juga barang elektronik. Kepemilikan kedua barang tersebut sebagai simpanan yang dapat laku dengan cepat pada waktu di butuhkan dan dapat dimanfaatkan dalam kesharainnya. 5) Jenis Tempat Tinggal

Pada jenis tempat tinggal terbagi menjadi tiga sub variabel, yaitu bentuk rumah, jenis lantai dan kondisi sanitasi. Dengan bentuk rumah yang baik akan merasa nyaman dalam belajar di rumah sehingga minat belajar lebih tinggi, sedangkan dengan jenis lantai yang bersih dan sanitasi yang baik akan menjaga kesehatan sehingga dapat meneriama pelajaran dengan baik ataupun dapat memahami materi dengan baik dan juga dapat belajar rutin.

b. Variabel Terikat ( Y )

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas (Arikunto 1998:96). Dalam penelitian ini adalah hasil belajar, yaitu nilai raport IPS semester 1 siswa SMP di Kecamatan Brebes, Tahun Ajaran 2009/2010.

Variabel bebas 1 ( X1)

Tingkat pendidikan

(55)

• Pendidikan nonformal ayah dan ibu

• Pendidikan tertinggi anggota keluarga lainnya

Variabel bebas 2 (X2)

Pendapatan

• Pendatapatan pokok ayah dan ibu

• Pendapatan sampingan ayah dan ibu

• Pendapatan anggota keluarga lainnya

Variabel bebas 3 (X3)

Pengeluaran

• Pengeluaran kebutuhan pokok • Pengeluaran biaya sekolah • Pengeluaran listrik dan kesehatan

Variabel terikat (Y) Hasil belajar

Berupa nilai rapor IPS semester ganjil Tahun Ajaran 2009/2010

Variabel bebas 4 (X4) Kekayaan

• Kendaraan

(56)

Variabel bebas 5 (X5) Tempat

tinggal

• Bentuk rumah • Jenis lantai • Sanitasi

[image:56.595.115.514.220.621.2]

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Gambar 3.1

Hubungan Variabel Bebas ( X ) dengan Variabel Terikat ( Y )

Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Tani Terhadap Prestasi Belajar

C.

Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Angket atau kuesioner

Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respond dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:139). Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga siswa yaitu berupa pendidikan, pendapatan, pengeluaran, kekayaan, dan jenis tempat tinggal.

b. Dokumentasi

(57)

diartikan sebagai pencarian data dari barang – barang tertulis seperti buku, laporan, majalah, dan lainnya. Kaitannya dengan penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui nilai IPS pada buku raport siswa SMP di Kecamatan Brebes pada semester 1 sebagai hasil belajar siswa.

D.

Instrumen Penelitian

1. Bentuk Instrumen

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa angket pilihan ganda, yaitu responden tingkat membubuhi tanda silang (Arikunto, 2006:152). Hal ini dikarenakan metode kuesioner merupakan metode utama dalam penelitian ini, sedangkan metode dokumentasi merupakan pelengkap dalam pencarian data, yaitu hanya untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan sumber raport pada semester 1. Angket yang digunakan adalah jenis angket langsung. Angket langsung yaitu angket yang dikirimkan kepada dan dijawab oleh responden (Cholid dan Achmadi, 2008:77). Dalam penelitian ini, instrumen angket digunakan untuk memperoleh data kondisi sosial ekonomi keluarga siswa.

2. Metoda Penyusunan Instrumen

Menurut Cholid dan Achmadi (2008: 78-79), dalam penyusunan instrumen angket meliputi langkah – langkah sebagai berikut.

(58)

Pada langkah ini, disusun terlebih dahulu kerangka materi atau blueprint yang berisi faktor – faktor atau aspek – aspek yang akan diteliti serta jumlah item yang dibutuhkan.

b) Penyusunan materi

Dalam penyusunan materi ini adalah membuat soal atau pertanyaan yang sesuai dengan kisi – kisi yang telah ditentukan sebelumnya. 3. Analisis Instrument Penelitian

Sebelum angket disebar untuk memperoleh informasi tentang pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap hasil belajar siswa SMP, angket diuji cobakan terlebih dahulu kepada sebagian sampel dari populasi. Tujuan diadakan uji coba ini adalah untuk mengetahui keandalan instrumen. Dengan kata lain untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Validitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto 2006:168). Dalam penelitian ini, perhitungan validitas dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 16.0 for windows. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas tes secara empiris adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut.

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy (3.1)

(59)

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = banyaknya peserta tes X = jumlah skor per item

Y = jumlah skor total (Arikunto 2006:170)

Setelah diperoleh nilai rxy, selanjutnya dibandingkan dengan hasil

rproduct moment dalam tabel dengan taraf signifikan 5 %. Butir soal

dikatakan valid jika rhitung >rtabel. Dalam hasil analisis, diketahui setiap

butir soal dikatakan valid, selengkapnya lihat lampiran 7, halaman 97. 2) Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan sebagai sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2006:178). Dalam penelitian ini, menggunakan rumus Alpha. Adapun rumus varians total, adalah sebagai berikut. n n y y i

= 2 2 2 ) ( σ (3.2)

sedangkan rumus Alpha adalah sebagai berikut

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ (3.3) dengan :

r11 = Reliabilitas instrumen

n = Jumlah butir soal atau banyaknya butir pertanyaan 2

t

σ = Varians skor total 2

i

σ = Varians skor butir

2

y = Jumlah skor total kuadrat 2

)

(60)

Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product

moment dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel.

Dalam penelitian ini, perhitungan reabilitas menggunakan bantuan SPSS Versi 16.0 for windows, dan hasilnya adalah 0,768 dan dapat dikategorikan reliabilitas sedang, selengkapnya lihat lampiran 9, halaman 107.

E.

Analisis Data

Menurut Arikunto (2006: 235-238), secara garis besar pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu sebagai berikut.

a. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih/dan menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal.

b. Tabulasi

Dalam kegiatan tabulasi ini, ada kegiatan scoring atau pemberian skor terhadap item – item dalam setiap instrumen. Langkah selanjutnya menentukan kriteria skoring. Dalam penelitian ini ketentuan skor setiap item adalah sebagai berikut.

(61)

d). Untuk alternatif jawaban d diberi skor 1

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Dalam langkah ketiga ini adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus – rumus atau aturan – aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis tabel, deskriptif persentase dan regresi berganda.

1. Deskriptif Persentase

Deskriptif presentase digunakan untuk memberikan deskripsi atau gambaran dalam pembahasan hasil penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan teknik analisis ini, adalah sebagai berikut.

1) Membuat tabel distribusi jawaban angket (lampiran 3 halaman 93)

2) Menghitung skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan.

3) Menjumlahkan skor jawaban setiap kriteria penskoran yang diperoleh dari tiap-tiap responden.

4) Memasukan jumlah responden perkriteria dan mempersentasekannya.

5) Langkah yang selanjutnya adalah menentukan skor tersebut kedalam rumus deskriptif presentase.

(62)

dengan:

Dp = Deskriptif persentase n = Nilai yang diperoleh

N = Jumlah seluruh nilai yang diharapkan (Ali dalam Aryana 2004:37).

Dalam menentukan kriteria penskoran adanya hubungan kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut.

1) Persentase skor maksimal = (4: 4) x 100% = 100% 2) Persentase skor minimal = (1:4) x 100% = 25% 3) Rentang = 100% - 25% = 75%

4) Panjang kelas interval = 75% : 4 = 18,75%

[image:62.595.118.544.237.615.2]

Dengan panjang kelas interval 18,75% dan persentase skor minimal 25%, maka diperoleh kelas-kelas interval sebagai berikut. Tabel 3.13 Perhitungan Deskriptif Presentase

No Presentase Kriteria

1 25% - 43.75% Rendah

2 43,76% - 62.50% Sedang

3 62.51% - 81.25% Baik

4 81.26% -100% Sangat baik

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010

Supaya lebih jelasnya lihat lampiran10, halaman 102. 2. Regresi Berganda

(63)

terhadap hasil belajar siswa. Menurut Sugiyono (2005: 77-89), langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Membuat tabel penolong untuk menghitung persamaan regresi lima prediktor (lampiran 14, halaman 108).

2) Menggunakan skor deviasi untuk memperoleh setiap koefisien regresi.

3) Hitung persamaan garis regresi,

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4+ b5x(3.6),

4) Setelah ketemu persamaan garis regresi, kemudian hasilnya dimasukan ke rumus koefisien korelasi, rumusnya yaitu,

(3.7)

5) Uji signifikan koefisien determinasi, rumusnya adalah sebagai berikut,

(3.8) dengan:

y = variabel terikat ( prestasi belajar ) a = konstanta

b = koefisien regresi variabel X

x = variabel bebas (Kondisi sosial ekonomi ) = koefisien determinasi

N = jumlah subjek m = jumlah prediktor.

(64)

16.0 for windows, dan untuk mengetahui perhitungannya, dapat dilihat lampiran 15 halaman 112-116.

Sebagai syarat dalam menganalisi data dengan regresi berganda, data harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, data yang telah diperoleh dari penelitian harus dilakukan uji normalitas. Dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus chi kuadrat, hasilnya adalah 6,47 sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal (lihat lampiran 12 halaman 106). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

= (3.9)

dengan:

= chi kuadrat

= frekuensi hasil penelitian

(65)

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penenlitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang merupakan sentral bawang merah di Indonesia. Wilayahnya terbagi menjadi 16 kecamatan dengan pusat pemerintahannya di Kecamatan Brebes. Kecamatan Brebes sebagai pusat pemerintahan kabupaten, memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan kecamatan lainnya, karena selain pusat pemerintahan, Kecamatan Brebes juga menjadi pusat perekonomian dan juga pusat penduduk. Kecamatan Brebes sendiri terbagi menjadi 23 kelurahan/desa (www.Wikipedia.org). Sebagai pusat pendidikan, Kecamatan Brebes memiliki sekolah dalam jumlah yang cukup banyak dalam berbagai tingkatan. Pada tingkat SMP, ada 8 SMP yang berstatus Negeri dan 3 berstatus Swasta. Berkaitan dengan penenlitian ini, SMP yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. SMP Negeri 3 Brebes

(66)

manapun, karena letaknya yang ada di jalan pantura yang merupakan jalur terpenting bagi perekonomian penduduk Pulau Jawa. Sebagian besar peserta didik yang bersekolah di SMP ini berasal dari desa/kelurahan yang ada di sekitar, seperti Kelurahan Gandasuli, Kelurahan Limbangan Wetan, Desa Limbangan Kulon, Desa Banjaranyar, Desa Kaligangsa Kulon, dan Desa Krasak. Visi SMPN 3 Brebes adalah meningkatkan warga sekolah bertaqwa, cerdas, terampil, inovatif dan amanah, dan misinya adalah peningkatan ketaqwaan warga sekolah. Sarana dan prasarana yang ada di SMPN 3 brebes meliputi laboratorium IPA, ruang media, perpustakaan, ruang UKS, dan lainnya.

b. SMP Negeri 7 Brebes

(67)

Kedunguter, Desa Pagejugan, Desa Tengki, Desa Sigambir, dan Desa Randusanga Kulon. Sarana dan prasarana yang ada di SMP yang terakreditasi B ini meliputi perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium IPA, ruang UKS, dan lainnya.

c. SMP PGRI 1 Brebes

(68)
[image:68.595.120.506.119.672.2]
(69)

2. Kondisi Sosial Ekonomi

[image:69.595.116.529.251.713.2]

Buruh tani di Kecamatan Brebes sebagian besar merupakan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong sedang dengan persentase sebesar 69,%, sebesar 24,3% merupakan buruh tani dengan kondisi sosial ekonomi kategori baik dan sisanya sebesar 9% responden dengan kondisi sosial ekonomi rendah (lihat Tabel 4.21).

Tabel 4.21 Kondisi Sosial Ekonomi No Kriteria

Frekuensi

Jumlah Persentas e (%) SMP

N 3

SMP N 7

SMP PGRI

1 Sangat Baik 0 0 0 0 0,0

2 Baik 25 4 4 33 24,3

3 Sedang 42 29 23 94 69,1

4 Rendah 1 6 2 9 6,6

Jumlah 68 39 29 136 100

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010

Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, kekayaan, dam jenis tempat tinggal.

a. Pendidikan Formal Ayah

Tabel 4.22 Pendidikan Formal Ayah

No Pendidikan Ayah

Frekuensi

Jumlah Persentase (%)

SMP N 3 SMP N 7 SMP

PGRI

1 SMA sederajat 3 1 2 6 4

2 SMP sederajat 27 18 15 60 44

3 SD sederajat 31 14 11 56 41

4 Tidak sekolah 7 6 1 14 11

Jumlah 68 39 29 136 100

(70)

Berdasarkan Tabel 4.22 tersebut, dapat diketahui bahwa 44% buruh tani memiliki pendidikan formal ayah sampai tingkat SMP sederajat. Sebanyak 41% buruh tani lainnya memiliki pendidikan hingga SD sederajat, 11% para buruh tani yang tidak pernah sekolah dan sisanya sebesar 4% buruh tani yang memiliki pendidikan formal hingga SMA sederajat. Di SMPN 3 Brebes, pendidikan ayah di keluarga buruh tani sebagian besar adalah lulusan SD yaitu sebanyak 31 buruh tani dan yang terendah yaitu sebanyak 3 responden memiliki pendidikan hingga SMA. Di SMPN 7 Brebes, sebagian besar atau sebanyak 18 responden memiliki pendidikan hingga lulusan SMP, dan 14 responden yang memiliki pendidikan hingga SD, 6 responden tidak sekolah, dan sisanya sebanyak 1 responden hingga lulusan SMA. Sebaliknya, di SMP PGRI pendidikan ayah yang terbanyak adalah lulusan SMP dengan jumlah 15 responden, dan paling sedikit adalah orang tua yang tidak sekolah yaitu 1 responden.

b. Pendidikan Formal Ibu

(71)
[image:71.595.113.543.253.632.2]

dengan 6 responden. Di SMPN 7 Brebes, sebagian besar (23 keluarga) para ibu rumah tangga di kalangan buruh tani memiliki tingkat pendidikan hingga SD, dan sebagian kecil lainnya adalah lulusan SMP (6 responden) dan tidak pernah sekolah (10 responden). Sedangkan di SMP PGRI, sebanyak 15 responden memiliki pendidikan hingga SD dan paling sedikit adalah tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 3 responden. Untuk mengetahui pendidikan formal ibu rumah tangga di keluarga buruh tani secara jelas, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.23 Pendidikan Formal Ibu

No Pendidikan Ibu

Frekuensi

Jumlah Persentase

(%) SMP N

3

SMP N 7

SMP PGRI

1 SMA sederajat 0 0 6 6 4

2 SMP sederajat 15 6 5 26 19

3 SD sederajat 47 23 15 85 63

4 Tidak sekolah 6 10 3 19 14

Jumlah 68 39 29 136 100

Sumber; Hasil Analisis, Tahun 2010 c. Pendapatan Pokok Ayah

(72)
[image:72.595.111.528.272.614.2]

tertinggi yaitu > Rp 700.000, paling banyak ada di SMPN 3 Brebes, yaitu ada 4 buruh, sedangkan yang paling sedikit berada di SMPN 3 Brebes dan SMPN 7 Brebes dimana masing-masing terdapat 2 buruh. Rata-rata pendapatan pokok ayah terendah yaitu < Rp 350.000, ada di SMPN 3 Brebes dengan 16 responden, dan paling sedikit ada di SMP PGRI 1 Brebes dengan 4 responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut.

Tabel 4.24 Pendapatan Pokok Ayah

No Pendapatan Pokok Ayah (Perbulan)

Frekuensi

Jumlah Persentase (%) SMP N 3 SMP N 7 SMP

PGRI

1 > Rp 7000.00 4 2 2 8 6

2 Rp 525.00-Rp 700.00 18 14 13 45 33 3 Rp 350.00-Rp 525.000 30 12 10 52 38

4 < Rp 350.000 16 11 4 31 23

Jumlah 68 39 29 136 100

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 d. Pendapatan Pokok Ibu

(73)
[image:73.595.118.546.106.721.2]

Tabel 4.25 Pendapatan Pokok Ibu

No Pendapatan Pokok Ibu (Perbulan) Frekuensi Jumlah Perse ntase (%) SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI

1 > Rp 700.00 3 1 1 5 4

2 Rp 525.000-Rp 700.00 13 9 7 29 21

3 Rp 350.00-Rp 525.000 24 16 13 53 39

4 < Rp 350.000 28 13 8 49 36

Jumlah 68 39 29 136 100

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa di SMPN 3 Brebes jumlah pendapatan yang paling banyak dimiliki oleh para ibu di kalangan buruh tani yaitu sebesar < Rp 350.000 perbulan dengan jumlah 28 keluarga, sedangkan di SMPN 7 Brebes dan SMP PGRI yang terbanyak adalah sebesar Rp 350.00-Rp 525.000 perbulan. Di keseluruhan sampel, jumlah buruh terendah yaitu mereka yang memiliki pendapatan > Rp 700.00 perbulan.

e. Pendapatan Sampingan Ayah

Tabel 4.26 Pendapatan Sampingan Ayah

No Pendapatan Sampingan Ayah (Perbulan)

Frekuensi

Jumlah Persentas

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan
Tabel 3.11  Jumlah Populasi
Tabel 3.12 Pengambilan Sampel Penelitian
Gambar 3.1 Hubungan Variabel Bebas ( X ) dengan Variabel Terikat ( Y )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang bukan dosa adalah yang indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak memiliki indikator yang cukup dan yang mengantar seseorang melangkah

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryono (2006) menyebutkan bahwa ikan Tor tambraides memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan

Jenis penawaran kondom pada kelompok peminum dan bukan peminum tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kedua tipe pelanggan, demikian juga pada subpenawaran..

1 Jakarta Pusat 10710, telah diadakan Rapat Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi paket Pekerjaan Konstruksi Renovasi Gedung Direktorat Jenderal

Menunjuk Keputusan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Bagian Anggaran 15 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP-02/PU.1/KPA/2012 tentang Pembentukan Panitia

dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan perumusan kebijakan, penyusunan rencana dan pelaksanaan pembinaan teknis, fasilitasi, monitoring

Itu sebabnya, siswa sebagai nu ngaliwat perlu difasilitasi agar mampu weruh di semuna, terang di jaksana, rancagé di haté, melalui pembelajaran budaya Sunda yang lintas

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin D dalam darah pasien asma dewasa muda sebagai identifikasi risiko defisiensi vitamin D