DASAR-DASAR
IMUNOGENETIK
ANTIBODI
• Molekul Ab td :
• 2 rantai berat yg identik
• 2 rantai ringan yg identik
• Ke empatnya bergab melalui ikatan disulfida
• Sbgn besar Ab divalen 2 combining sites
• Pd fraksi elektroforesis protein -globulin
Antibodi / imunoglobulin
• Substansi pertama yg diidentifikasi sbg molekul dalam serum
• Mampu mentralkan sejumlah mikro-organismepenyebab infeksi
• Molekul ini dibentuk oleh sel limfosit B dlm 2 bentuk:
• 1. sbg reseptor permukaan utk Ag
IMUNOGLOBULIN
• Mol glikoprotein komponen polipeptida
82-96% dan lainnya KH
• Polipeptida memp sifat biologik Ab • Fungsi dlm respon imun
- mengikat & menghancurkan Ag, - aktivasi komplemen,
- opsonisasi Ag memudahkan APC
memproses Ag
- meningkatkan fungsi sel NK (ADCC)
SPESISIVISITAS Ab
- Terbentuk Ab sbg reaksi thd Ag
- Ab yg terbentuk berbeda pd setiap Ag
memp susunan as amino yg berbeda satu sama lainnya
- Masing-masing hanya dpt berikatan dg
IMUNOGLOBULIN
• PADA ELEKTROFORESIS PROTEIN
BERMIGRASI SBG GAMAGLOBULIN
• DIKENAL 5 KELAS: IgG, IgA, IgM, IgD DAN IgE
• KLASIFIKASI BERDASARKAN:
STRUKTUR KIMIA PERBEDAAN SIFAT BIOLOGIK DAN FISIKA
• DI LAB BERDASARKAN SIFAT MIGRASI
• Imunoglobulin disekresi sel plasma
fase terminal diferensisi sel B
• Satu sel plasma memproduksi satu
jenis Ab spesifik
GEN IMUNOGLOBULIN
• Ig disandi oleh beberapa segmen gen
• Kelompok gen terletak pada 3 kromosom
yg berbeda , masing-masing menyandi rantai , , dan rantai berat.
• Ig dgn variasi yg sangat luas sekuens
nukleotida yg menyandinya rantai
STRUKTUR IMUNOGLOBULIN
• 2 RANTAI BERAT (H-chain) yg identik
• 2 RANTAI RINGAN (L- chain) yg iden-tik
• SETIAP RANTAI RINGAN TERIKAT
PADA RANTAI BERAT MELALUI IKATAN DISULFIDA (S-S)
• RANTAI BERAT SATU DGN YG LAIN
• ANTIBODI PD SETIAP INDIFIDU TER-DAPAT LEBIH DARI 10 PANGKAT 9 YG BRBEDA
• FRAGMEN Fab BERFUNGSI
ME-NGIKAT Ag SANGAT VARIABEL
• FRAGMEN Fc KONSTAN
MENENTUKAN SIFAT BIOLOGIK Ig: - KEMAMPUAN MELEKAT PD SEL - FIKSASI KOMPLEMEN
Ab yg begitu banyak ragamnya disandi oleh informasi genetik yg jumlahnya
relatif sedikit
Hal ini dpt terlaksana ok baik rantai
ringan maupun rantai berat disandi oleh lebih dr satu gen
Tiga gen menyandi satu rantai
ringan
• Gen V
• Menyandi satu ruas ujung N yg terdiri
±96 gugusan asam amino
Gen J
• Gen penghubung
• Menyandi sisa daerah hipervariabel ke 3 dan satu daerah rangka
• Mulai gugusan ke 97 sp gugusan ke 109
pd produk polipeptida akhirnya
• Gen C
• Gen konstan
Rantai berat disandi oleh 4 gen
• Gen V
• Menyandi 3 daerah rangka
• Dua daerah hipervariabel
• Gen D = diversity gene
• Memperbanyak ragam Ab
• Gen J
• Menjadi daerah rangka yang ke 4
• PADA MANUSIA
• Telah diketahui:
- 5 gen J kappa,
• Informasi yg terkandung pd DNA dan
hn RNA hrs diolah dulu rantai
polipep-tida Ab
• Pada sel pembentuk Ab yg berkembang menjadi matang:
• Terjadi penggabungan 1 gen VL dg 1 gen
JL membentuk 1 gen rantai ringan
• Penggabungan gen VH, DH, dn JH 1
Dasar Mikrobiologi
dan Virologi
Aspek-aspek umum Mikrobiologi Kesehatan
• Bakteriologi umum
• Bakteri sebagai penyebab penyakit Bakteriologi
• Mikologi umum
• Jamur sebagai penyebab penyakit Mikologi
• Virologi dasar
• Virus sebagai penyebab penyakit Virologi
Penyakit infeksi Penyakit infeksi
Penginfeksi subseluler (prion, virus, viroid)
Prokariot (bakteri)
Eukariot (jamur, protozoa)
Penyakit infeksi Penyakit infeksi
Dikenal sejak ribuan tahun
• penyakit infeksi perubahan udara
Pengobatan Hipokrates :
Etiologi pertengahan abad 19
• A. van Leeuwenhoek (1683) bermacam bentuk mikroorganisme
• Kehidupan berasal dari kematian belum ada ide bahwa bakteri penyebab kematian
Penyakit infeksi
• semakin sering muncul dan semakin sering sebagai penyebab kematian
• Menjadi pusat perhatian
• Dinyatakan sudah bisa diatasi (dimusnahkan?) seperti cacar, pest, campak dll.
• Benarkah???
• penginfeksi baru yang belum dikenal sebelumnya • Penginfeksi yang sudah sejak lama dikenal muncul
kembali dalam bentuk baru
• penginfeksi baru yang belum dikenal sebelumnya • Penginfeksi yang sudah sejak lama dikenal muncul
kembali dalam bentuk baru
P eny e ba bny a : P eny e ba bny a :
Perobahan cara hidup
Mobilitas
Pola makan manusia modern
Penggunaan metoda pengobatan yang invasif dan terapi yang agresif
Kelengahan dalam pengontrolan penyakit infeksi
penginfeksi sub seluler
biologis
MO Prokariot MO Eukariot Hewan
Prion (< 5 nm)
Chlamidia
(0,3-1 µm) Yeast (5-10 µm)
Kapang
Helminthes
Viroid (< 5 nm)
Ricketsia
(0,3-1 µm) Arthropoda
Virus (2-200 nm) Bakteri (1-5 µm) Protozoa (1-150 µm)
Objek penginfeksi subselluler Objek penginfeksi subselluler
• Partikel protein penginfeksi
• Penyebab penyakit degeneratif DNA
• penyakit Jakob-Creutzfeldt (manusia)
• Scrapie(kambing) dan BSE (sapi)
• Partikel protein penginfeksi
• Penyebab penyakit degeneratif DNA
• penyakit Jakob-Creutzfeldt (manusia)
• Scrapie(kambing) dan BSE (sapi)
Prion
• Asam nukleat telanjang dengan BM yang rendah
• Dikenal menimbulkan penyakit pada tanaman
• Hepatitis D-Agens (manusia)
• Asam nukleat telanjang dengan BM yang rendah
• Dikenal menimbulkan penyakit pada tanaman
• Hepatitis D-Agens (manusia)
Prokariot Eukariot
Struktur Inti
Molekul DNA tidak diselimuti protein
Gabungan DNA dan protein basa
Lokalisasi Inti
Ditempat tertentu tanpa membran inti
Di dalam Nukleus
Lokalisasi DNA
Nukleoid dan plasmid
Inti dan mitochondria
Sitoplasma Tanpa mitochondria EPR, Ribosom 70S
Mitochondria, EPR, Ribosom 80S
Dinding sel Kaku, lapisan murein
Hanya pada tumbuhan, glukan, mannan, chitin, chitosan, selullosa
Pembiakan Tanpa perkawinan Pembelahan
• tidak menimbulkan penyakit, habitatnya materi organis mati
Saprophyt
• Mikroorganisme yang hidupnya tergantung pada organisme lain (inang)
Parasit
• penghuni alami dari kulit dan mukosa (normal flora)
Kommensalis
• penyebab penyakit
MO patogen
• dapat menyebabkan penyakit pada keadaan imun yang lemah (bukan normal flora)
MO patogen fakultatif
• kemampuan suatu spesies (penyebab penyakit) menimbulkan penyakit
Patogenitas
• Ukuran kemampuan menimbulkan penyakit dari
suatu spesies Virulensi
• waktu antara infeksi dengan munculnya gejala penyakit. Tergantung pada penyakit, bervariasi tergantung jenis penyakitnya
Waktu inkubasi
• tercemar Kontaminasi
• hadirnya MO pada kulit atau mukosa tanpa masuk ke dalam jaringan, bisa normal flora, kadang-kadang juga patogen Kolonisasi
• Masuknya MO ke dalam tubuh, berbiak dan ada reaksi dari tubuh
Infeksi
• Infeksi tanpa gejala klinis Infeksi Diam
• infeksi yang ditimbulkan oleh MO yang berkolonisasi Infeksi endogen
Seluruh Komensalis, yang menempati mikrobiotop tertentu pada tubuh Flora alami
Hidup tanpa normal flora mungkin
• (Pada hewan percobaan)
Bukan simbiont (dalam arti yang sempit)
Komensalis ini menguntungkan juga bagi host (positif)
• Stimulasi sistim imun melalui spora dari normal flora
• Pada keadaan imun yang lemah bisa menyebabkan infeksi (negatif)
Seluruh Komensalis, yang menempati mikrobiotop tertentu pada tubuh Flora alami
• (Pada hewan percobaan)
Hidup tanpa normal flora mungkin
Bukan simbiont (dalam arti yang sempit)
• Stimulasi sistim imun melalui spora dari normal flora
• Pada keadaan imun yang lemah bisa menyebabkan infeksi (negatif)
Komensalis ini menguntungkan juga bagi host (positif)
• Staphylococcus (+++)
• Corynebacterium, Yeast (++)
Kulit
• Streptococcus, Actinomyces (+++)
Rongga mulut
• Enterobacteriaceae, Clostridium (+++)
• Enterococcus (++)
Usus/Pencernaan
• Bacteroidaceae (+++)
• Staphylococcus (++)
Sistim pernafasan bhg. Atas
• Bacteroidaceae (+++)
• Mycoplasma (++
Genitalia
• kemunculan, penyebab dan pencegahan suatu penyakit infeksi pada penduduk
Epidemologi
• tempat dan waktu kemunculannya
• Epidemis (tempat dan waktu tertentu)
• Pandemis (waktu tertentu, tidak
tergantung tempatnya)
• Endemis (tidak tergantung waktu
• Melalui bahan makanan
• melalui minuman
• melalui bahan yang terkontaminasi
• melalui vektor
• melalui manusia
Penularan tidak langsung:
• Fekal-oral
• Aerogen (droplet infection)
• Melalui kulit (jarang)
• Diaplazental (melalui plasenta)
• Prenatal (pada proses kelahiran)
Penularan langsung:
• Langsung
• Tidak langsung
Penularan penyakit infeksi
Anthroponose (homolog)
• Dari manusia ditularkan ke manusia
Zoonose (heterolog)
• dari hewan ditularkan ke manusia
• Virus
• Bakteri
• Protozoa
• Helminthes
• Artropoda
Zoonosa viral
Zoonosa Penyebab Hewan asalnya Penularan oleh
Rabies Rhabdovirus Berbagai jenis hewan Gigitan hewan yang sakit
Meningoencephalitis Flavivirus Binatang liar tungau
Zoonosa bakterial
Zoonosa Penyebab Hewan asalnya Penularan oleh
Brucellosis Brucella sp Sapi, kambing, domba, babi dll
Kontal dengan jaringan atau sekret dari hewan sakit
Borelliosis Borrelia burgdorferi Binatang pengerat, kirang dan rusa liar
tungau
Pest Yersinia pestis Binatang pengerat Kontang dengan
binatang sakit (gigitan kutu tikus)
Demam Q Coxiella burnetii Kambing, domba dan sapi
Debu, susu ataupun produk susu
Zoonosa protozoal
Zoonosa Penyebab Hewan asalnya Penularan oleh
Toxoplasmosis Toxoplasma gondii Kucing, domba dan binatang ternak lainnya
Posnatal, oral , prenatal ataupun diaplacental Kriptosporodiosis Cryptosporidium
parvum
Sapi dan binatang peliharaan
Oral
Zoonosa Artropodal
Zoonosa Penyebab Hewan asalnya Penularan oleh
Pseudoskabies Sarcoptes sp. Anjing, kucing dan hewan peliharaan
Kontak dengan hewan sakit
Zoonosa helminthal
Zoonosa Penyebab Hewan asalnya Penularan oleh
Echinokokkosis Echinococcus Anjing dadn rubah Oral (telurnya) Taeniosis Taenia saginata,
T. solium, T. Asiatica
Sapi, kerbau Babi
Babi, sapi, kambing
• Masuk melalui kulit, mulut, hidung, tenggorokan, dan lambung
Penyakit yang penularannya melalui udara (Air Borne Infection)
• (Food and water borne infection) masuk melalui mulut dan saluran pencernaan.
Penyakit yang penularannya melalui makanan dan minuman
• Masuk melalui luka, gigitan hewan.
Penyakit yang penularannya melalui kulit dan selaput lendir
Penyakit yang penularannya melalui udara (Air Borne Infection)
• (Mycobacterium TBC)
TBC
• Corinebacterium diphteria
Dipteri
• Diplococus pneumoniae
Pneumonia
• Small pox (virus)
• Variola major (kematian 10-30%)
• Variola minor (kematian 0,1-0,3% )
• Salmonella thyphi, S. Parathyphi, S. Enteritidis
Penyakit Typhus (Typhoid fever)
• Shigella disentriae
Penyakit disentri basiler
• Vibrio cholerae
Penyakit Kolera
• Butilisima (Clostridium botulinum)
• Staphylococci (Toksin Micrococus)
• Eksotoksin ( Pseudomonas cocovenenans pada tempe bongkrek
Penyakit akibat keracunan makanan
• Triponema pallidum
• Triponema pallidum
Syphilis Syphilis
• Neisseria gonorhoe
• Neisseria gonorhoe
Gonorhoe Gonorhoe
• Clostridium tetani (Penyebab kejang otot leher, rahang dan otak)
• Clostridium tetani (Penyebab kejang otot leher, rahang dan otak)
Tetanus Tetanus
• Virus (Melalui gigitan)
• Virus (Melalui gigitan)
Rabies Rabies
• Plasmodium vivax, P. Valciparum
• Plasmodium vivax, P. Valciparum
Malaria Malaria
TAKSONOMI BAKTERI
TAXONOMI
Klassifikasi
Nomenklatur
• Bakteri yang mempunyai karakter morfologi, fisiologis dan kimiawi yang berdekatan dikelompokkan pada kelompok yang berdekatan pula Spesies, Genus
• Saat ini karakter kimiawi lebih/semakin menonjol
Komposisi struktur Murein dari dinding sel
Kehadiran asam lemak tertentu
• Komposisi DNA secara kasar dapat ditentukan dengan perbandingan basa ( mol/l Guanin + Cytosin )
Kandungan GC (mol %) bakteri-bakteri human
patogen berkisar antara 25 – 70%
• Untuk Penentuan kekerabatan filogenetis
analisis sequens dari (16S-rRNA atau (16S-) rDNA. ukuran jumlah pembentukan DNA
Resmi
Divisi
Klas
Ordo
Famili Enterobacteriaceae
Genus Escherichia
Species E. coli
Var Serovar 0157:H7
Strain xyz
Basis klassifikasi Species
Species yang berdekatan dikelompokkan Genus
Genus yang berdekatan dikelompokkan Famili
Biakan dengan ciri-ciri tertentu yang sama-sama dimiliki oleh suatu species dikelompokkan ke dalam suatu Vare (Varitas)
Biovar, Phagovar, Pathovar, Morphovar, Serovar
Strain
Klinis biakan awal
Klassifikasi Bakteri
Menurut Murray (1968)
Kingdom : Prokaryotae
Divisi I : Gracilicutes (bakteri gram negatif) Klas I : Scotobacteria
Klas II : Anoxyphotobacteria Klas III : Oxyphotobacteria
Divisi II : Firmicutes (bakteri gram positif)
Klas I : Firmibacteria (bakteri gram positif sederhana) Klas II : Thallobacteria (bakteri gram positif komplex) Divisi III : Tenericutes (Tanpa dinding sel)
Klas I : Mollicutes
• Menurut Murray (1968)
– Kingdom : Prokaryotae
– Divisi I : Gracilicutes (bakteri gram negatif)
• Klas I : Scotobacteria
• Klas II : Anoxyphotobacteria
• Klas III : Oxyphotobacteria
– Divisi II : Firmicutes (bakteri gram positif)
• Klas I : Firmibacteria (bakteri gram positif sederhana)
• Klas II : Thallobacteria (bakteri gram positif komplex)
– Divisi III : Tenericutes (Tanpa dinding sel) Klas I : Mollicutes
• Menurut Ballows et al (1992) – Kingdom : Archaebacteria
– Kingdom : Eubacteria
– Divisi A : Firmicutes
– Divisi B : Cyanobacteria
– Proteobacteria
– Spirochaeta
– Chlorobiaceae
– Grup Bacteroides dan Cytophaga
– Chlamydia
– Planctomyces
– Deinococcaceae
– Chloroflexaceae
– Verrucomicrobium
1. Bacteria
2. Archaea
3. Eucarya
Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology
Seksi : nama kelompok
Mikrobiologi Mikroorganisme
Animalia
Plantae
Protista
Heterotroph, Pencernaan
Autotroph Chlorofil &
Karotinoid
Plantae (tumbuhan)
Tumbuhan tidak bergerak, multi sellular, eukariot, yang memproduksi makanannya dengan fotosintesa, dinding selnya terdiri dari sellulosa.
Tumbuhan adalah sumber yang penting dari oksigen, bahan makanan,
pakaian/bangunan. Juga penting sebagai penghasil pigmen, bumbu, zat warna dan obat-obatan.
Animalia (Hewan)
Hewan adalah multisellular, eukariot yang heterotrof sanggup bergerak pada beberapa tingkatan kehidupan. Sel-sel hewan tidak mempunyai dinding sel. Protista
Merupakan kingdom tertua, mencakup bermacam-macam eukariot, singel sel. Berkoloni atau multi selluler, hidup sebagai autotrof, heterotrof atau keduanya. Definisi : Eukariot yang bukan fungi, hewan atau tumbuhan
Fungi
Adalah grup yang eukariot, heterotrof, biasanya multi selluler, mempunyai dinding sel. Energi didapat dari dekomposisi organisme dan menyerap bahan makanannya dari organisme tersebut. Beberapa jamur menimbulkan penyakit (Infeksi ragi, karat dan bercak) sementara yang lainnya berguna pada pembuatan roti, bir, sebagai
makanan, obat-obatan dan sebagai sumber antibiotik.
Protista
Protista tingkat tinggi
Protista tingkat rendah
(Ernst Haeckel, 1866)
Organisme yang karena morfologisnya yang relatif kecil berbeda dari hewan dan tumbuhan,
umumnya adalah uniselular
Eukariot: Algae, Jamur dan Protozoa
EUkariot Prokariot
Tidak mempunyai inti sel yang jelas karena tidak mempunyai dinding inti
DNA berbentuk cincin, terletak bebas di Dalam sitoplasme
Tidak mempunyai Organel
Ribosomnya kecil 70 S
Bakteri, Algae biru Mempunyai dinding inti sel yang
jelas
Mempunyai Organel
Ribosomnya besar 80 S
(satuan Svedberg)
Sifat-sifat
Mikroorganisme
Perbandingan luas permukaan dengan volume yang besar, memungkinkan metabolisme yang cepat
Ukurannya yang kecil. Bakteri :
1mm = 10-3 mm
Perbandingan ukuran dengan
permukaan besar
Permukaan kubus 1 cm3 dibagi
menjadi menjadi kubus dengan
luas 1 mm3 didapat 1012
kubus, sehingga luas
permukaannya 10.000 x lebih besar
Fleksibel dalam metabolisme
Tergantung pada lingkungan, enzim diproduksi hanya jika dibutuhkan
Penyebarannya
Ukurannya yang kecil secara ekologis juga menguntungkan dalam penyebarannya
Sel dan strukturnya
I. Sel Eukariot
1. Nukleus
Struktur dan cara pembelahan dari nukleus adalah hal yang paling prinsip yang membedakan sel eukariot dengan prokariot
Nukleus dilapisi oleh dua lapis membran yang tembus pandang
DNA tersebar di dalam Chromosom, yang baru terlihat sewaktu pembelahan inti
Pembelahan nuklues terjadi secara mitosis
Mitosis
1. Menggandakan kembali materi genetis yang identik
2. Sitoplasma
Sitoplasma adalah material diantara dinding inti dan plasma membran (membran sel)
3. Mitochondria dan chloroplast
Keduanya juga merupakan ciri-ciri dari sel Eukariot
Mitochondria berfungsi untuk respirasi, bentuknya berobah-robah, dilapisi oleh dua membran, membran luar dan
membran dalam yang berlipat-lipat
Pada bahagian dalam terdapat komponen yang berperan pada transport elektron dan sintesa ATP
4. Organel untuk pergerakan
Flagella dan cillia
II. Sel Prokariot (Bakteri) Ukurannya sangat kecil, bakteri yang berbentuk batang umumnya tidak lebih dari 1 x 5 mm, Pseudomonas (0,4 – 0,7) x (2 – 3) mm, Micrococcus berdiameter kira-kira 0,5 mm.
DNA tidak terbungkus di dalam suatu membran inti, tidak mempunyai organel
Di bahagian tengah terdapat cytoplasma yang dipenuhi oleh Ribosom
Penghasilan energi berlangsung pada membran sitoplasma (pada eukariot: Mitochondria)
Ribosom prokariot lebih kecil (70S)
Informasi genetisnya terletak pada
satu-satunya “benang atau fragmen DNA”,
(khromosom bakteri) yang berbentuk cincin
Reproduksi dari bakteri adalah dengan pembelahan yang
disebut sebagai “Binary fission”
Karena tidak mempunyai
organel, maka pembelahan sel pada bakteri sangat sederhana Pembelahan diawali dengan penggandaan khromosom bakteri, fase diploid bertahan hanya pada waktu yang sangat pendek, sehingga sel bakteri tetap haploid
Reproduksi dengan pembentukan tunas adalah jarang pada
prokaiot
Kebanyakan prokariot bergerak dengan bantuan flagella
Flagella bakteri sangat
sederhana, hanya terdiri dari satu helai benang (fibril)
Kandungan air dari sel bakteri
70 – 85%
Berat kering bakteri 15 – 30 %
dari berat segar, kalau sel
mengandung cadangan seperti lemak, polisakarida, polifosfat atau belerang maka berat
keringnya meningkat.
Berat kering bakteri terdiri dari :
50 % protein, 10 – 20 % dinding
sel; 10 – 20 % RNA; 3 – 4 %
DNA; 10 % lemak
Struktur Sel Bakteri
“Inti Bakteri”:
Bakteri tidak mempunyai membran inti dan membran yang mengikat organel.
Bacterial DNA (DNA bakteri) melingkar dan tersusun di daerah sel yang disebut as the nucleoid
Plasmids, adalah suatu fragmen kecil dari DNA yang terdapat di dekat Bacterial DNA yang ditemui hampir pada seluruh bakteri, yang membawa 2 sampai 30 gen, kadang-kadang terlihat mampu bergerak ke dan dari Bacterial khromosom
Bacterial genes (gen Bakteri) diatur oleh suatu sistim yang disebut sebagai operons.
Sitoplasma, Protein dan Ribosom
Proses biokimia yang biasanya terjadi pada choloroplast atau mitochondrion dari eukariot, pada prokariot terjadi di sitoplasma
Protein terdiri dari asam amino yang mempunyai urutan tertentu, yang masing-masingnya dihubungakan oleh ikatan peptida menjadi rantai polipeptida
Membran
Membran sitoplasma terdiri dari suatu lapisan yang terdiri dari 2 lapis Lipid (phospholipid).
Membran sitoplasma sangat
menentukan dalam metabiolisme bakteri, karena membran
sitoplasma merupakan pintu pengontrol bahan-bahan yang masuk ke dalam sel.
Dinding sel
Di sebelah luar sel membran,
berfungsi melindungi sel tekanan osmotis (plasmolysis)
Gram positif
Berlapis-lapis murein (teichoic acid) (30 – 70 % berat kering dinding sel
Tanpa ruang periplasma Gram negatif
murein (teichoic acid)
Halangan yang permeabel
Ada ruang periplasma Membran
Membran sitoplasma terdiri dari suatu lapisan yang terdiri dari 2 lapis Lipid (phospholipid).
Membran sitoplasma sangat
menentukan dalam metabiolisme bakteri, karena membran
sitoplasma merupakan pintu pengontrol bahan-bahan yang masuk ke dalam sel.
Dinding sel
Di sebelah luar sel membran,
berfungsi melindungi sel tekanan osmotis (plasmolysis)
Gram positif
Berlapis-lapis murein (teichoic acid) (30 – 70 % berat kering dinding sel
Tanpa ruang periplasma Gram negatif
murein (teichoic acid)
Halangan yang permeabel
Ada ruang periplasma
Kapsul dan lendir
Membuat bakteri resisten
terhadap pagocyt (virulensinya lebih tinggi)
Flagel dan pergerakan
– Untuk pergerakan sel (seperti propeller)
– Tertanam pada sel membran
– Flagellin (protein)
Mono polar
monotrich Vibrio
polytrich Pseudomonas, Bipolar polytrich Spirillum
Peritrich Proteus Kapsul dan lendir
Membuat bakteri resisten
terhadap pagocyt (virulensinya lebih tinggi)
Flagel dan pergerakan
– Untuk pergerakan sel (seperti propeller)
– Tertanam pada sel membran
– Flagellin (protein)
Mono polar
monotrich Vibrio
polytrich Pseudomonas, Bipolar polytrich Spirillum
GRAM POSITIVE
GRAM NEGATIVE
CytoplasmCytoplasm
Lipoteichoic acid Peptidoglycan-teichoic acid
Cytoplasmic membrane
Inner (cytoplasmic) membrane Outer Membrane
Lipopolysaccharide
Porin
Nomenklatur
1. Fisiologis Beijerinck & Winogradsky
(Acetobater, Nitrosomonas, Azotobacter)
2. Penyakit Pneumococcus, Phytomonas
3. Pigmentasi Chromobacterium, Rhodobacterium
Sejarah Taksonomi bakteri
1866 (Haeckel) Kingdom baru untuk Mikroorganisme (Protista) 1950-an Mikroskop elektron pemisahan protista berdasarkan dinding inti
menjadi prokariot dan eukariot 1967 Whittaker Kingdom Fungi
1980 Woese Phylogenetic analysis berdasarkan ssrRNA (small subunit ribosomal RNA)
Eucarya, Bacteria and Archaea
Identifikasi bakteri
Bentuk sel Coccus, Bacillus, Spirilla atau
Spirochetes, Vibrio
Sifat gram Gram positif dan gram negatif Bergerak/tidak Coccus umumnya tidak bergerak,
spiral umumnya bergerak Lingkungan, fisiologis buku determinasi
(Bergey’s Mannual of Determinative Bacteriology )
Pewarnaan gram pada Bacillus anthracis Berat kering bakteri 15 – 30 % dari berat segar,
kalau sel mengandung cadangan seperti lemak, polisakarida, polifosfat atau belerang maka berat keringnya meningkat.
Keyser, F,H., K.A. Bienz, J. Eckert, R.M. Zinkernagel. 1998. Medizinische
Mikrobiologie. Georg Thieme Verlag. Stuttgart
Madigan, M.T., J.M. Martinko dan J. Parker. 2000. Brock Biology of Microrganisms.
Prentice Hall New Jersey
Schlegel,
PROSEDUR STANDAR
TRANSFUSI DARAH
Prosedur Kerja Standar
Uji Cocok Serasi
I. Metoda
1. Aglutinasi Langsung
2. Aglutinaso Tidak Langsung
II. Prinsip
III. Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya antibodi, baik anti bodi komplet (tipe IgM) maupun antibodi inkomplet (tipe IgG) yang terdapat di dalam serum pasien maupun didalam serum / plasma donor
IV. REAGENESIA
-Saline / NaCL 0,9 % -Bovine Albumin 22% -Coomb”s Serum
V. PERALATAN
- Tabung gelas ukuran 12x75 mm - Inkubator /waterbath 370
- Obyek glass - Mikroskop
VI.UJI COCOK SERASI UNTUK SATU
DONOR
• Phase I : Phase suhu kamar didalam saline medium. Ambil 3 buah tabung ukuran 12x75 mm, masukan kedalam masing-masing tabung
Tabung I. Mayor Test ; 2 tetes serum pasien dan tambahkan 1 tetes sel donor suspensi
Tabung II : Minor Test : 2 tetes plasma donor dan tambahkan 1 tetes pasien suspensi 2 – 5 %
Tabung III : Auto kontrol : 2 tetes serum pasien dan tambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 2 – 5 %
VII. Phase II : Phase inkubasi 37
0dalam
medium Bovine albumine
• Tambahkan kedalam setiap tabung 2 tetes Bovine Albumine 22 %
• Kocok isi tabung dan inkubasi pada suhu 370 selama 15 menit
IX. PEMBACAAN HASIL
• Tidak terjadi Lisis Lanjutkan fase III Aglutinasi lanjutkan Fase III
X. Phase III: Phase snti globulin test (AHG)
• Cuci sel darah merah dalam tabung 3 kali dengan saline
• Kocok isi tabung dan putar 300 rpm selama 15 detik
XI.PEMBACAAN HASIL
• Tidak terjadi - aglutinasi cocok /
kompatibel darah boleh diberikan pada penderita
• Terjadi hemolisis dan atau aglutinasi tidak cocok / inkompatibel , darah tidak boleh
XII. COCOK SERASI TERHADAP LEBIH
DARI SATU DONOR (Miss : 3 kantong
darah donor)
Phase 1 : phase suhu kamar dalam saline medium
Ambil 6 tabung ukuran 12x75mm, kedalam masing-masing tabung masukan :
Tabung I : Mayor I : 2 tetes serum pasien dan tambahkan 1 tetes sel donor 2 – 5 %
Tabung III : Mayor III : 2 tetes serum pasien dan tambahkan 1 tetes sel donor III suspensi 2 – 5 %
Tabung IV : auoto kontrok : 2 tetes serum pasien dan tambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 2 – 5 %
Tabung V : Minor : 2 tetes pool plasma donor I,II, III dan tambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 2 – 5 %
Tabung VI ; auto pool : 2 tetes pool plasma donor I,II,III dan tambahkan 1 tetes pool sel donor I,II,III suspensi 2 – 5 %
Kocok-kocok tabung agar isi homogen,kemudian putar 3000 rpm selama 15 detik
XIII. PEMBACAAN HASIL
Lisis Lanjut phase II Tidak terjadi
Aglutinasi Lanjut phase II
XIV. Phase II:Phase inkubasi 37
0dalam
medium Bovine Albumin
Tambahkan kedalam setiap tabung 2 tetes bovine albumine 22 %
XV.Pembacaan hasil
Lisis Lanjut phase II Tidak terjadi
Aglutinasi Lanjut phase II
XVI.Phase III: Phase Antiglobulin Test (AHG)
• Cuci seldarahmerah dlm tabung 3 kali dengan saline
• Tambahkan ke dalam setiap tabung 2 tetes coombs serum
• Kocok isi tabung dan putar 3000 rpm selama 15 detik
PROSEDUR KERJA STANDAR
PENDISTRIBUSIAN DAN
PENYERAHAN DARAH
A.Maksud dan Tujuan : Prosedur kerja ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
penderita yang memerlukan darah dari RS ke UTDC PMI
B. RUANG LINGKUP : Prosedur kerja ini harus
C.BAHAN YANG DIPERLUKAN :
1. Sampel darah dimasukan dalam Diposible Syring/botol 5 cc
D.CARA KERJA
1. Petugas menerima surat permintaan dariRS dan sampel darah yang dibawa petugas RS
2. Surat permintaan dari RS dan sampel penderita harus sama identitasnya (lengkap dengan
keterangan)
3. Memberi informasi kepada petugas RS bahwa 1. Untuk mempersiapkan darah PMI diperlukan waktu +
90 menit
4. a. Apabila sudah ada Bank darah di Rsmaka petugas Bank Darah langsung menyerahkan kepada petugas RS setelah dilakukan Cross Match
b.Apabila belum, petugas UTDC PMI
membawa sendiri dalam termos/Foam yang di inginkan
STANDAR
PELAYANAN TRANSFUSI
STANDART PELAYANAN TRANSFUSI
DARAH
Ketentuan Umum :
1. Semua prosedur dan kebijaksanaan yg diambil oleh UTD PMI haruslah dilaksanakan dengan bimbingan seorang dokter yg berwenang, yg bertanggung jawab atas
seluruhkegiatan Usaha Transfusi darah palang Merah Indonesia
2. Haruslah ada tenaga yg kompeten dibawah bimbingan dokter Pimpinan suatu UTD
3. Harus ada tempat/ruangan yang layak yang dapat
menunjang berlangsungnya kegiatan pelayanan transfusi darah sebagaimana mestinya
5. Standart ini ditunjang oleh petunjuk teknis
Laboratorium Transfusi darah PMI yang akan menjadi pedoman dlm melakukan pekerjaan
laboratorium transfusi darah
6. Darah dan komponen mungkin mengandung
bahan yang infeksius : karena itu harus ditangani secara legeartis, semua alat yg kontak dengan
darah yang akan menularkan penyakit baik pada
donor maupun pada resipien harus dalam
B.Donor dan Darah Donor
1. Seleksi donor darah
:
Bertjuan menjamin keselamatan donor dan resipien .
a. Kriteria untuk menjadi donor darah : Untuk melindungi kesehatan
donor,menyumbangkan darah, calon donor hendaknya diperiksa dahulu oleh dokter atau seorang yang diberi wewenang dibawah
1) Garis Besar : Calondonor dgn peyakit : jantung,hati, paru-paru, ginjal,kencing manis, penyakit
pendarahan,kejang,kanker atau penyakit kulit kronis tidak diperkenankan menyumbangkan darah tanpa seizin dokter yang merawatnya,
2) Umur : Donor berumur antara 7 – 60 tahun dapat menyumbangkan darahnya
3) Berat Badan : BB pendonor min 45 kg untuk sumbang darah 250 ml, darah untuk pemeriksaan tidal lebih 30 ml. BB 55 kg atau l ebih boleh donor 450 ml
4) Kadar hemoglobin : HB pendonor minimal 12,5 g/dl 5) Tekanan darah : Sistole : 100 – 180 mmHg, Diastole :
6. Nadi : Denyut nadi berkisar 50- 100/menit, teratur tanpa denyut patologis
7. Kehamilan: selama hamil dan menyusui tidak diperkenankan. 6 bulan setelah melahirkan baru diperbolehkan
8.Interval penyumbang darah : jarak boleh
b. Kriterian penolakan donor darah utk
melindungi resipien :
1) Kulit donor : kulit tmpt penyadapan harus ehat
tanpa kelainan.Bila ada kelainan clon donor tidak diperkenankan untuk donor
2) Mendapat transfusi darah atau komponennya
3) Penyakit infeksi
4) Imunisasi dan vaksinasi
5) Alkohol ,Narkottik
C.Informasi Untuk Donor
2. Penyadapan Darah Donor
a. Metoda
b. Contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium
c. Antikougulan d. Suhu
3. Penyadapan Darah Untuk
Kepentingan pengobatan
Penyadapan darah hanya dilakukan atas
4.Pembuatan Komponen Darah
a. Ketentuan Umum : Sterilitas harus diperhatikan saat menyiapkan komponen darah.Komponen darah harus dibuat secara
aseptis,menggunakan alat-alat dan cairan yang steril dan bebas priogen. Akan lebih baik bila menggunakan kantong ganda.
Segel Penutup kantong darah : 1) Tidak rusak
2) Bila merusak segel kantong darah,termasuk pooling, darah
disimpan pada suhu 20 – 60 C, harus di transfusikan dlm waktu 24
jam,sdg komponen disimpan pada suhu 200 – 240 C,maks
pengolahan 6 jam
3) Bila merusak segel kantong darah selama proses pembuatan dan komponen akan di simpan beku dlm lemari es(freezer) slm 6 jam stelah menusuk kantong darah,bila komponen dicairkan disimpan pada suhu 20 – 60 C. segera ditarnsfusikan dlm 24 jam, sdg
b. Komponen Sel darah merah pekat
1. Sel darah merah pekat
2. Sel darah nerah beku yg telah dicuci ialah sel
darahmerah yg disimpan pda suhu optimal dgn zat pelindung, yg sebelumnya di transfusikan harus di cuci terlebi fahulu.
a. Metode yg dipakai harus metode yg menjamin pemulihan stelah degliserolisasi
b. Seld arahmerah harus dibekukan dalam waktu 5 hari setelah penyadapan
c. Slang kantong harus beirisi komponen tsb dlm jumlah yg cukup untuk keperluan uji silang
3. Sel darah merah yg tlh dicuci ialah sel darah merah yg telah dicuci dgn larutan garm fisiologis dgn
c. Plasma dan Komponennya
1) Plasma donor tunggal
2) Plasma segar beku tunggal 3) Kriopresipitat
4) Trombosit pekat , ygh terdiri dari :
1) Trombosit pekat yg berasal dari 500 ml darah lengkap 2) Trombosit pekat yg di ambil dgn cara sitaferesis
3) Trombosit yg akan disimpan haru suspensi di dlm vol plasma
5) Granulosit Pekat
5. Pemeriksaan dan Uji Saring Darah
Donor
a. Penemuan Golongan darah ABO
b. Penentuan Golongan darah Rhesus c. Data Sebelumnya
d. Pemerikasaan HBsAy
6.Label
Label harus mudah dibaca: a. Kantong darah
b. Pemberian label dan waktu
c. pembuatanLabel (sebelum dikeluarkan)
d. Warna Label
7. Penyimpan Darah dan Kadaluwarsa
a. Penyimpanan darah :
1. Pakai pendingin
2. Suhu almari harus dimonitor 3. Almari dilengkapi kipas
b.Kadaluawarsa Darah
1. Suhu penyimpanan
2. Darah lengkap anti koagulan ACD atau CPD 3. Sel darah merah pekat
4. Sel darah merah beku
5. Sel darah merahbeku yg telah di cuci 6. Plasma donor tunggal
7. Plasma segar beku donor tunggal dan
kriopresipitat
8.Pengiriman darah.
Suhu pengiriman darah lengkap dan semua
komponen cair dapat dipertahankan antara 20
– 4 C . Trombosit di simpan pd suhu 200 – 240 C, pada saat transportasi di usahakan agar
C. HEMAFARESIS
1. Defenisi
2. Indikasi
3. Hemaferesis. Tujuan :
a. Pernyataan donor b. Perawatan donor c. Plasmaferesis :
1. Defenisi 2. Tujuan
3. Seleksi Donor
4. Hemaferesis untuk tujuan
Pengobatan :
1. Dilakukan bila ada permintaan tertulis dari dokter
D. Pelayan permintaan Darah
1. Formulir Permintaan darah
2. Pemeriksaan Golongan darah penderita
3. Pemeriksaan Ulang Golongan darah donor yg sesuai dgn gol darah penderita
a. Contoh darah donor
b. Pemeriksaan Golo darah ABO
c. Pemeriksaan golongan darah Rh (D)
E. Pemeriksaan kecocokan darah
Donor dan Darah penderita
• Reaksi Silang
• Reaksi Silang Mayor dan Minor
• Reaksi Silang Mayor
• Reaksi Silang Minor
• Hasil Reaksi Silang
• Bila reaksi silang mayor dan minor dari fase 1 smp fase 3 tidak menunjukan hemolisis atau aglutinasi
• Bila reaksi silang mayor dan minor dari fase 1 smp 3 yg negatif
• Kontrol Reaksi Silang
• Reaksi Silang terhadap beberapa Unit darahDonor a.Reaksi Silang Mayor :
1. Reaksi yg dilakukan dgn mereaksikan serum penderita dg masing-masing sel darah merah donor
2. Reaksi silang minir dgn mereaksikan masing-masing plasma donordgn sel darah merah penderita
b. Reaksi Silang terhadap lebih dari 3 unit darah donor
Mereaksikandarah penderita dgn beberapa pool darah donor yg berisi 3 unit darah donor :
1. Reaksi Silang Mayor 2. Reaksi Silang Minor
3. Reaksi Silang Antar donor
8. Reaksi Silang pada Bayi
Hemilitik (HDN)
a. Untuk transfusi tukar yg pertama
,dgnmereaksikan serum ibu dgn sel darah donor
b. Pemeriksaan Direct Coombs Test (DCT)
c. Utk Dilakukan transfusi tukar/reaksi silang dilakukan dgn mereaksikan darah bayi
F.Seleksi Darah & Komponen Darah
Untuk Transfusi
1. Darah Lengkap.
a. Penderita harus haruslah menerima darah
lengkap gol ABO yg spesifik atau sel darah pekat yg gol ABO nya cocok
b. Dalam keadaan darurat, ditunda krna membahayakan jiwa penderita,karena :
1. Penderita yg tidak diketahui gol darah ABO, diberikan sel darah darah pekat
3. Pencatatanlabel
a. Pencatuman pernyataan dokter b. Label darah dicantumkan scr
menyolok bahwa pemeriksaan silang belum dilakukan
2. Plasma donor tunggal dan palsma segar beku donor tunggal hendaknya sesuai dgn gol
darah ABO
3. Trombosit pekat hendaknya berasald ari donor yg plasmanya bergol ABO
G. Pegeluaran Darah Untuk
Transfusi
1. Pemeriksaan darah
a. Sebelum melakukan reaksi silang hendaknya
memeriksa keadaan darah lebih dahulu. Darah yg berubah warna tidak diberikan
b. Darah yg tidak jadi dipakai di RS dikembalikan UTD PMI dab dapt diberikan pd yg lain bila : a. Kantong masih utuh
b. Suhu stabil
c. Darah tidak berubah warna
2. Identifikasi Darah
a. Formulir pengiriman darah RS bserta gol darah b. Label darah
PETUNJUK TEKNIK LABORATORIUM
TRANSFUSI DARAH
1. Dgn Larutan Kupersulfat (CuSo4) a.Alat-alat :
Pipet pasteur yg bersih dan kering
Blood lancet
Kapas Alkohol 70 %l arutan kupersulfat BJ.1052
Wadah tembus pandang
b.Cara Kerja
1. Bersihkan ujung jari yg akan ditusuk dgn alkohol 2. Buat luka di ujung jari
3. Hisap darah dgn pipet
4. Teteskan darah dri pipet dgn posisi tegak
c. Penilaian :
2. Dengan Hemometer Sahli : a. Alat-alat :
- Blood Lancet
- hemometer Sahli - Kapas alkohol 70 %
- NCL 0,1 N - Air Suling b. Cara kerja:
2. Bersihkan ujung jari
3.Buat luka di ujung jari 4.Hisap darah
5.Campurkan larutan
B. Memisahkan Serum / Plasma Dari Sel-Sel darah 1. Serum /plsma contoh darah utk penelitian serologi gl
darah, baik beku atau tidak beku harus dipisahkan dri sel-seld arah dgn jln pemutaran
2. Cara Kerja :
1. Ambil bag darah yg mencair 2. Putar tabung
3. Ambil plasma
C. MEMISAHKAN SERUM/PLASMA DARI SEL DARAHMERAH
Tergantung pd tujuan pencucian, Sel darah dpt dicuci dgn 2 cara :
1. a. Pisahkan sel darahmerah dari plasmanya b. Cuci endapan sel dgn menambah saline
2. Cara mencuci sel darahmerah untuk pemeriksaan Coombs: tujuan :untuk menghilangkan sisa globulin yg tidak
melekat pd sel
D.Membuat Suspensi Sel
Kepekaan sel didlm medium akan mempengaruhi antigen-antibodi
% Suspensi Sel Endapan Sel Medium
5 % (1/120) 10 % (1/10) 25 % (1/4) 40 % (2/5)
E.Membuat Sel Uji A,B,O
Sel uji A : berisi go darah A atau pool 3 gol A atau lebih
Sel uji B : berisi sel darah gol B
F. MEMBUAT SEL UJI COOMBS
Sel uji coombs adlh : sel darah merah normal yg dibuat diselimuti oleh antibodi lgG.
Cara membuat Sel uji Coombs : 1. Bahan :
a.Serum Uji Anti D yg bisa dipakai pemeriksaan Rhesus faktor
2.Alat - alat
a. Tabung reaksi 10 x 75 mm, 12 x 75 mm b. Pipet pasieur
c. Pemanas air d. Centrifuge
3.Cara Kerja
a. Cuci sel darah merah gol O Rh + 3 x,buat suspensi 5 % dlmsaline
b. Ambil 1 tetes serum uji anti D dan masukan kedlm tabung c. Tambahkan 63 tetes saline kdlm tabung yg berisi uji anti D
(jumlah 64 tetes)
d. Dgn pipet , tambahkan separo bagian ( 32 tetes) suspensi 5 % sel darah gol O Rh
e. Inkubasi pada suhu 370 selama 30 menit f. Putar dengan kecepatan 3400 rpm
g. Cuci sedimen seld arah
h. Buat sel darah merah menjadi suspensi 5 %
Menentukan Gol darah ABO
Menentukan Gol darah dengan menggunakan antigen pd sel darah merah yg disebut : Cell-Grouping
1. Cara kerja :
-b. Alat-alat : - kaca persegi 15 x 15 cm - pengaduk
- Pipet pateur cara kerja :
1. pisahkan serum/plasma
1 tetes Anti A
1 tetes Anti B
1 tetes Anti AB
4. Serum grouping (back typing)
a) Dengan pipet (setelah dibilas) teteskan 1 tetes serum/plasma darah yg diperiksa
b) Pd masing-masing tetes serum berturut-turut diteteskan 1 tetes sel uji B. sel uji A, sel uji O dan 1 tetes suspensi sel 10% darah yg
1 tetes Anti B
1 tetes Anti A
1 tetes Anti O
1 tetes suspensi sel 10%
5. Aduklah masing-masing campuran yg ada dgn ujung pengaduk , sehingga campuran melebar
kurang lebih 2 cm
6. Sambil menggoyang-goyang kaca objek
Pembacaan Reaksi
1. Reaksi disebut positif bila ada aglunasi/hemolisis
2. Bila reaksi positif, harus di nilai dan dicatat dengan agludinasinya sebagai berikut :
4+ : semua sel darah bereaksi dgn cara mengumpal,menyatu sehingga cairannya tampak jernih
3+ : semua sel darah menggumpal, tetapi tidak menyatu, terdiri dari gumpalan besar,
B2+ : gumpalan yg agak besar, tapi tidak semua sel darah beragludinasi, sehingga sekitar gumpalan tampak cairan yang tidak jernih (agak keruh)
+(1+) : gumpalan halus,lebih banyak sel yg bebas sehingga cairan tampak keruh
3. Auto – controle (campuran serum dgn selnya) 4 Contoh Pembcaan rekasi :
Cell grouping Anti Serum Serum Grouping
Sel -Uji Auto controle
Golongan Darah
No Anti -A Anti-B Anti –Ab B A O
Cara tabung gelas
a. Bahan : - Serum uji anti-A,anti-B, anti-Ab - Suspensi sel uji 5 %:A:B:O
- Contoh darah
Cara kerja
1. Pisahkan serum/plasma dari sel darah yg akan diperiksa
2. Cuci sel darahnya lebih dahulu 3. Cell Grouping :
A1 tetes anti A
1 tetes suspensi 1 tetes anti B 1 tetes suspensi sel 10 %
1 tetes anti Ab 1 tetes suspensi 10 %
4.Serum Grouping
a) Kedlm tabung berikutnya ditetskan masing2 2 tetes serum/plasma darah yg diperiksa
b) Pd masing2 tabung diatas diteteskan 1 tetes sel uji B, A, dan O dan 1 tetes suspensi 5 %
• 2 tetes serum
• 1 tetes sel B •
2 2 tetes serum
• 1 tetes sel A
• 2 tetes serum • 1 tetes sel O
• 2 tetes serum • 1 tetes
5. Kocok-kocok semua tabung
6. Putar tabung dgn 3400 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selama 1menit, atau
e. Pembacaan Reaksi
cara dan contoh pembacaan reaksi sama dgn yg diatas
Cara tabung gelas (tube test) hasilnya lebihbaik dibanding dgncara kaca objek
3. Darah kapiler : Bila memeriksa gol darah dengan bahan pemeriksaan dari ujung jari. Pemeriksaan yg dpt dilakukan hanya
H. MENENTUKAN GOL DARAH
RHESUS
Ada 2 gol darah rhesus : 1. Rhesus positif
2. Rhesus negatif
Ada 2 macam anti gen : 1. Anti gen yg normal 2. Anti gen yang lemah
Cara pemeriksaan :
1. Cara Kaca Objek
a. Bahan : -serum uji anti D
b. Alat-alat : kaca objek Pipet pateur Viewing box
C. Cara kerja
1. Buat suspensi 40 % sel yg diperiksa
2. Letakan kaca objek diatas viewing box 3. Teteskan 1 tetes serum anti D
4. Dgn ujung pipet letakan 1 atau sel suspensi 40% pada masing antu D danbovina albumin tersebut
5. Dengan ujung pengaduk yg berbeda campuran
2.Pembacaan reaksi
Anti –D Bovina Albumin
1) + - =Anti gen D(+) Rh positif 2) - - = Anti gen D(-) perlu
2.Cara Tabung
a.Bahan : Serum uji anti D yg dapat digunakan untuk cara kaca objek atau cara tabung Bovine albumin 22%
b.Alat-alat :
- tabung gelas 10 x 75 mm atau 12 x 75 mm
- Pipet Pasteur
c.Cara kerja
1. Buatlah suspensi sel yg diperiksa 5 % didalam saline atau didalams erum/plasmanya sendiri
2. Sediakan 2 tabung : Tabung1 : isi dgn 1 tetes antiD Tabung II : isi dgn Bovine
albumin 22 %
3. Kedalam masing2 tabung teteskan 1 tetes suspensi 5% sel yg diperiksa
4. Kocok kedua tabung
5. Biarkan selama 5 menit pada suhu 370
d.Pembacaan Reaksi
Bacalah makrosko[pis ada tidaknya aglutinasi
tabung I tabung II
1. + - = antigen D (+)=Rh positif 2. - - = antigen D(-)=lanjutkan
dgn pemeriksaan D
I.MEMERIKSA REAKSI SILANG
(CROSSMATCH)
1. Persiapan
Bila transfusi darah dilakukan, maka reaksi silang antara contoh darah penderita dgn contoh darah harus dilakukan, untuk
mengetahui apakah darah donor itu cocok (compatible)atau tidak cocok (incompatible) bagi penderita yg bersangkutan.Contoh darah penderita harus berupa darah beku yg
a. Tetapkan gol darah ABO & Rhesus (D) penderita spt petunjuk G.1 dan H.1
b. Tentukan Gol darah ABO dan Rhesus donor seperti G.1 dan H.1.Bagi penderita Rh(D) negatif harus dicarikan darah
donor Rh(D) negatif Du negatif
c. Bila gol darah ABO dan Rh (D) penderita sama dengan donor, lakukanlah reaksi silang
d. Reaksi silang mayor dan minor harus dilakukan lengkap 3 fase yaitu :
Fase 1 : Fase suhu kamar /langsung diputar Fase II : Fase Inkubasi 370C
2.Bahan
- Bovine Albumin 22% - Serum Coombs
- Sel Uji coombs
- Saline (Na Cl 0,9 %)
3.Alat-alat
• Tabung reaksi, gelas ukur 10 x 75 mm atau 12 x 75 mm
• Rak tabung
• Pipetpasteur
• Kaca objek
• Penangas air/inkubator
• Centrifuge
• Mikroskop
4. Cara Kerja
a. Reaksi Silang dgn 1 (satu) unit darah donor
1. Siapkan serum penderita yg jernih dan suspensi sel darah merah penderita 5% dalam saline.
Siapkan serum/plasma donor yg jernih dan
suspensi sel darah merah donor 5% dalam saline 2. Sediakan 2 buah tabung,beri tanda I untuk
Mayor dab Tanda II untuk minor:
a. Dengan pipet pasteur isikan kedalam tabung 1-2 tetes serum penderita dan I tetes suspensi sel darah merah donor 5% (rekasi silang mayor)
3. Putar kedua tabung 2400 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selama 1 menit (fase I) 4. Bacalah reaksi pd kedua tabung secara
makroskopis ,apakah ada aglutinasi atau hemolisis
5. Inkubasi kedua tabung pada suhu 370 C selama 15 menit, kemudian 3400 rpm 15 detik atau 1000 rpm selama 1 menit
6. Bacalah reaksi kedua tabung secara makroskopis
8. Bacalahmakroskopis apakah terjadiraksi aglutinasi
9. Bila tidak reaksi , tambahkan1 tetes sel uji coombs, putar 3400 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selam 1 menit.
Pemeriksaan antigen D
ua. Bahan tambahan Saline (NaCL 0,9 %) Serum Coombs
b. Cara kerja
1. Kocok kembali tabung I dan II di atas dari inkubasi pada suhu 370C selama 15 menit
2. Cuci sel tersebut 3 kali dgn saline dan buanglah semua supematan saline pencuci terakhir
c. Pembacaan reaksi:
bacalah makroskopis dan mikroskopis Tabung I Tabung II
1. Bila hasilnya + - =Du(+)Rh Positif
Du variant
2. Bila hasilnya - - = Du (-)=Rh negatif
3. Bila pemeriksaan coombs tetap negatif teteskan maisng-masing 1 tetes sel uji coombs dan putar kembali 3400 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selama 1 menit
Reaksi :
a. Hasil yg positif memberi arti bahwa pemeriksaan 2) benar danberlaku b. Bila hasilnya negatif, bearti pemeriksaan 2) tadi tidak benar, tidak berlaku
I. MEMERIKSA REKASI SILANG
(CROSSMATCH)
1.Persiapan : bila transfusi dilakukan maka reaksi silang antara contoh darah harus
dilakukan.Contoh darah berupa darah beku yg berumur kurangdari 48 jam
a. Tetapkan gol darah
b. Tentukan gol darah ABO dan Rhesus donor c. Bila Gol darah ABO dan Rh (D) sama dgn
darah donor
SISTEM GOLONGAN DARAH ABO
• Golongan darah terdiri dari A, B, O, dan AB :
Seorang golongan darah A : sel darah merahnya
didapatkan antigen A dan dalam plasmanya terdapat anti B
Golongan darah B : sel darah merahnya didapatkan
antigen B dan dalam plasmanya terdapat anti A
Golongan darah O : sel darah merahnya tidak
didapatkan antigen A ataupun antigen B dalam
plasmanya didapat anti A dan anti B
Golongan darah AB : sel darah merahnya didapatkan
Gene/Antigen pada sel darah merah
Zat anti / Antibody dalam plasma Golongan darah A B O AB Anti B Anti A
Anti A & Anti B
Antigen :
1. Gen O bersifat amorph tidak dipengaruhi dasar-dasar pembentukan antigen. Substancenya dasarnya disebut antigen H, pengontrolan dibawah gen H yang tidak berhubungan dengan gen A dan gen B. Antigen H berada pada semua sel darah merah kecuali (darah Bombay).
Tetapi jumlah pembentukannya dipengaruhi oleh gen A dan B.
2. Gen A, terdiri dari sub group A1 dan A2 dan golongan darah AB sub group A1B dan A2B.
Gen A2 sanggup mempengaruhi antigen H pada gene A1. Golongan O mengandung banyak antigen H, golongan A2 sedikit mempunyai antigen H.
Jarang seorang individu sel darah merahnya tidak beraglutinasi dengan anti A, anti B dan anti H kecuali darah Bombay.
3. Antigen A,B dan H ditemukan didalam saliva sebagai secretor.
Air liur orang yang bergolongan O kalau secretornya akan mengandung substance H yang golongan A.
Substance ABH dalam air liur orang yang secretor tidak termasuk “Bombay Blood”
Golongan Darah Antigen air liur
(Substance)
A B O AB
A dan H B dan H
H
Sifat Turunan / Genetik Golongan Darah
Contoh I : Ayah golongan A, genotype AO (heterozygote). Ibu golongan B, genotype BO,
maka anak-anaknya kemungkinan akan
bergolongan
♂ ♀
A O
B AB BO
Contoh II : Ayah golongan A, genotype AA (homozygote). Ibu golongan B, genotype BB, maka anak-anaknya kemungkinan akan bergolongan
♂ ♀
A A
B AB AB
Maka :
Genotype Phenotype
Golongan Darah
AA atau AO BB atau BO
OO AB
A B O AB
Phenotype / Genotype
Sehubungan dengan Subgroup maka kemungkinan Phenotype/Genotype golongan ABO terletak pada testserum yang dipakai dalam pemeriksaannya :
1. Dengan menggunakan testserum anti A dan anti B saja, dapat ditetapkan sebagai berikut :
+ = timbul agglutinasi - = tidak agglutinasi
Anti A Anti B Phenotype Genotype Gol. Darah
+ + -+ + -A AB B O
AA atau AO AB
BB atau BO OO
A AB
2. Dengan menggunakan testserum anti A, anti A1 dan B
Kepentingan Sub Group :
- Subgroup golongan A ialah : A1, A2, A3, A4 atau Ao - Subgroup golongan AB ialah : A1B, A2B, A3B, A4B.
Anti A Anti A1 Anti B Phenotype Genotype Gol. Darah + + -+ + -+ -+ -+ + + -A1 A2 B A1B A2B
O
A1A1 atau A1 A2 atau A1O A2 A2 atau A2O
BB atau BO A1B
A2 B OO
A1
A2 B A1B A2 B
Subgroup golongan A
Reaksi sel terhadap
Anti A Anti A1 Anti B Anti A,B
A1 A2 A3
A4 atau Ao