• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye Pelestarian Terumbu Karang Kepulauan Seribu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kampanye Pelestarian Terumbu Karang Kepulauan Seribu."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK/ABSTRACT

Luas terumbu karang yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan kerusakan, yang tidak

terlepas dari berbagai kegiatan industri, rumah tangga, dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja

pada sungai, tetapi juga pada kegiatan manusia seperti penambangan karang, penangkapan ikan dengan

bahan peledak, telah menimbulkan masalah besar bagi kerusakan terumbu karang.

Gugusan Kepulauan Seribu memiliki potensi yang besar untuk pengembangan berbagai macam

industri, seperti pertambangan dan perikanan serta yang terutama adalah pariwisata. Pulau-pulau yang

terdapat di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan tempat ideal untuk snorkeling,

berenang, atau menyelam. Jumlah wisatawan yang semakin meningkat juga membutuhkan infrastruktur

yang lebih besar dan ini dapat menimbulkan polusi dan sikap tidak peduli baik dari wisatawan yang

datang

Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) didirikan pada bulan September 1999 .

Terangi merupakan yayasan nirlaba yang bertujuan mendukung konservasi dan pengelolaan

sumberdaya terumbu karang Indonesia secara berkelanjutan.

Konsep dari kampanye ini adalah “ Tak Kenal maka Tak Sayang”. Pada tahap awal, masyarakat

dan wisatawan akan diberi informasi akan keberadaan dan pentingnya peranan terumbu karang di

Kepulauan Seribu. Setelah itu, anak-anak akan diajak untuk mengenali terumbu karang ini baik melalui

beberapa media seperti lomba mewarna atau event. Tahap pengenalan ini sendiri dimaksudkan agar

dengan mengenal, maka anak-anak akan menyayangi, menjaga, dan melestarikan terumbu karang.

Kampanye ini bersifat informatif dan persuasif, anak-anak diberitahu bahwa terumbu karang penting

kegunaannya bagi masa depan. Anak-anak diajak untuk mulai belajar melestarikan lingkungan sejak

dini, contohnya di Kepulauan Seribu dengan cara yang utama yaitu membuang sampah pada

tempatnya, tidak semaunya sendiri, tidak mengambil karang untuk cinderamata, dan lain-lain.

Terumbu Karang di Kepulauan Seribu yang sudah dalam kondisi rusak membutuhkan suatu

pembaharuan yaitu dengan mengadakan transplantasi karang. Dengan adanya transplantasi, diharap

terumbu karang menjadi sehat lagi dan dapat menjadi tempat tinggal memberi makan bagi ikan-ikan

dan makhluk laut lainnya. Diadakan kampanye ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi terumbu

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN………iii

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ………iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN………..v

KATA PENGANTAR………....vi

DAFTAR ISI………..vii

BAB I PENDAHULUAN ... 3

I. Latar Belakang Masalah ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1. 3 Tujuan Pembahasan ... 6

1.3.1 Ruang Lingkup Kajian ... 6

1.4 Sumber Data ... 7

1.4.1 Data Primer ... 7

1.4.2 Data Sekunder ... 7

1.5 Teknik Pengumpulan Data ... 7

1.5.1 Wawancara ... 7

1.5.2 Observasi ... 8

1.5.3 Studi Pustaka ... 9

1.6 Kerangka Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Pengertian teori kampanye, dan periklanan ... 11

2.1.1 Kampanye ... 11

2.1.1a Aspek perencanaan kampanye: ... 12

2.1.1b Tujuan Kampanye ... 18

2.1.1b Pelaksanaan Kampanye ... 19

2.1.2 Periklanan ... 22

2.2.1 Berapa lama waktu yang dibutuhkan karang untuk tumbuh? ... 25

2.2.2 Berapa umur sebuah Terumbu Karang ? ... 25

2.2.3 Jenis terumbu karang ... 27

2.2.4 Sumber Kehidupan Karang ... 28

(3)

2.2.5 Nilai Ekonomis Terumbu Karang ... 30

2.2.6 Kerugian yang Ditimbulkan karena Hancurnya Terumbu Karang ... 33

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 34

3.1 Data dan Fakta ... 34

3.1.1. Yayasan Terangi ... 34

3.1.2 Tinjauan terhadap proyek sejenis ... 65

3.1.2a International Year Of the Reef ... 65

3.1.2b Penyelamatan terumbu karang di Teluk Kimbe, Papua ... 66

3.2 Analisis terhadap permasalahan berdasarkan data dan fakta ... 68

BAB IV ... 71

PEMECAHAN MASALAH ... 71

4.1 Konsep komunikasi ... 71

4.1.1 Tahap Kognitif (Conditioning) ... 71

4.1.2 Tahap Afektif (Informing) ... 72

4.1.3 Tahap Behaviour (Reminding) ... 72

4.2 Konsep Kreatif ... 72

4.3 Konsep Media... 75

4.4 Biaya dan budgeting ... 91

4.5 Timeline... 92

BAB V PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang terletak di antara Samudera Pasifik dan

Samudera Hindia, keanekaragaman hayati laut Indonesia tak terhitung jumlahnya. Sebagian

besar wilayah Indonesia adalah lautan, juga letak wilayah Indonesia yang strategis di wilayah

negara tropis. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari

17.000 pulau, dan 6.000 di antaranya merupakan pulau berpenduduk. Secara keseluruhan,

Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang di dunia yakni 81.000 km yang merupakan 14%

dari garis pantai yang ada. Indonesia memiliki wilayah terumbu karang terluas dan terkaya, yaitu

lebih dari 50.000 km2 atau 18% dari luas total terumbu karang di dunia serta lebih dari 450 jenis

karang dan 2.400 jenis ikan.

Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan

sumberdaya laut yang memiliki keragaman hayati. Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki

wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di dalamnya, maka

keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut

yang luas tersebut. Terumbu Karang adalah ribuan karang yang terbentuk untuk tempat hidup

berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Pentingnya fungsi terumbu karang bagi kelangsungan

hidup manusia maupun hewan sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Contohnya adalah penopang

ekonomi bagi para nelayan pesisir dan sumber pangan bagi jutaan manusia di daratan. Terumbu

karang Indonesia yang beraneka ragam memegang peranan yang penting dalam menjaga

keseimbangan lingkungan hidup dan menyumbangkan stabilitas fisik pada garis pantai tetangga

sekitarnya. Oleh karena itu harus dilindungi dan dikembangkan secara terus menerus untuk

(5)

Terumbu karang di Indonesia mampu mendukung kehidupan jutaan penduduk, khususnya dalam

sektor perikanan dan pariwisata. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton

ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun. Ikan laut

menyediakan 60% dari protein hewani yang dikonsumsi penduduk Indonesia. Sebagian besar

dari terumbu karang di Indonesia merupakan tipe terumbu karang tepi (fringing reefs),

berdekatan dengan garis pantai dan mudah diakses oleh penduduk.

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa luas terumbu karang dari tahun ke tahun mengalami

penurunan dan kerusakan, yang tidak terlepas dari berbagai kegiatan industri, rumah tangga,

dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja pada sungai, tetapi juga pada kegiatan manusia

seperti penambangan karang, penangkapan ikan dengan bahan peledak, telah menimbulkan

masalah besar bagi kerusakan terumbu karang. Laporan Reef at Risk (2002) menempatkan

Indonesia sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Lebih lanjut, hasil survey P2O LIPI (2006) menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik. Laporan status terumbu karang dunia yang dikeluarkan Global Coral Reef Monitoring Network

(GCRMN) menyebutkan bahwa dalam selama 2004 hingga 2008 luasan area terumbu karang semakin menurun. Dalam periode 2004 hingga 2008, 19% luasan terumbu karang dunia telah hilang, 15% terancam hilang 10-20 tahun ke depan dan 20% luasan terancam hilang 20-40 tahun mendatang. Di Indonesia sendiri 34% berada dalam kondisi sangat buruk 42% agak baik sedang hanya 21% dalam kondisi sehat dan 3 % sangat sehat. Dan juga kejadian pemutihan karang (coral bleaching) yang terjadi tahun 2010 disebut sebagai salah satu peristiwa terburuk bagi

terumbu karang dunia. Melanda ratusan terumbu di berbagai negara, fenomena akibat kenaikan

suhu laut ini juga melanda Indonesia. Hal ini menjadi masalah serius yang selalu mengancam

keberadaan terumbu karang di Indonesia.

Kawasan di perairan bagian utara Jakarta dihiasi oleh untaian pulau-pulau kecil dan indah yang

dikenal dengan sebutan Kepulauan Seribu. Pulau-pulau di kawasan ini terbentuk dari terumbu

karang sejak ribuan tahun yang lalu, karena itu kawasan ini menyimpan kekayaan sumber daya

(6)

populasi penduduk dan ancaman lainnya seperti sampah dan limbah industri menjadi sangat

berpengaruh terhadap berkurangnya populasi terumbu karang. Kepulauan Seribu berada di pusat

kawasan segitiga karang (coral triangle) - kawasan dengan kekayaan terumbu karang tertinggi di

dunia, termasuk Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan Australia Utara membuat daerah ini

sangat kaya oleh berbagai kehidupan laut. Gugusan Kepulauan Seribu memiliki potensi yang

besar untuk pengembangan berbagai macam industri, seperti pertambangan dan perikanan serta

yang terutama adalah pariwisata. Pulau-pulau yang terdapat di Kawasan Taman Nasional

Kepulauan Seribu merupakan tempat ideal untuk snorkeling, berenang, atau menyelam. Jumlah

wisatawan yang semakin meningkat juga membutuhkan infrastruktur yang lebih besar dan ini

dapat menimbulkan polusi dan sikap tidak peduli baik dari wisatawan yang datang, seperti:

• membuang sampah ke laut;

• berjalan di atas karang;

• mengambil karang untuk dijadikan hiasan atau suvenir,

Kondisi ini akan menjadi semakin mengkhawatirkan apabila keadaan ini tidak segera

ditanggulangi akan membawa bencana besar bagi kehidupan biota laut, dan kesejahteraan

masyarakat Indonesia. Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan

bahan obat-obatan bagi manusia di masa kini maupun di masa depan. Di masa depan, generasi

muda (anak-anak) memegang peranan penting demi kelangsungan terumbu karang. Selain itu

keindahannya juga menjadi daya tarik yang bisa menjadi sumber devisa negara melalui kegiatan

pariwisata.

Dari fakta-fakta di atas, kita mengetahui bahwa masalah terumbu karang adalah masalah yang

sangat serius, dan perlu ditangani secara serius juga. Maka, penulis berangkat dari masalah ini

mengangkat tema “Kampanye Pelestarian Terumbu Karang di Kepulauan Seribu” sebagai

proyek Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka disusunlah rumusan masalah yang lebih

fokus dalam membahas Tugas Akhir tentang “Kampanye Pelestarian Terumbu Karang di

(7)

1. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran dan kepedulian wisatawan (terutama

anak-anak) untuk melestarikan terumbu karang bagi masa yang akan datang?

2. Bagaimana menciptakan media yang mampu memberikan kesadaran pada anak-anak

tentang pentingnya pelestarian ekosistem laut terumbu karang ?

1. 3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan penjabaran masalah adanya tujuan pembahasan Tugas Akhir ini adalah, sebagai

berikut :

1. Meningkatkan kesadaran wisatawan generasi muda (anak-anak) akan pentingnya

pelestarian terumbu karang demi masa depan.

2. Menanamkan pola pikir pada anak-anak untuk lebih peduli dan menjaga kelestarian

terumbu karang demi masa depan mereka.

3. Mampu memberikan perubahan dan perbaikan terhadap masalah perusakan terumbu

karang di Indonesia pada umumnya, dan di Kepulauan Seribu pada khususnya.

4. Perancangan Tugas Akhir ini dapat menjadi sumber referensi dan contoh nyata bagi

penciptaan desain komunikasi visual yang efektif dan efisien, serta menarik minat

anak-anak pada khususnya, dan orang dewasa pada umumnya

1.3.1 Ruang Lingkup Kajian

Prinsip-prinsip teori yang digunakan penulis sebagai landasan berpikir dalam memecahkan

masalah dilihat dari sudut pandang objeknya adalah :

• Mengidentifikasi kerusakan terumbu karang yang terdapat di Kepulauan Seribu

• Sasaran kampanye: nelayan, wisatawan domestik dan internasional. Anak-anak pada

umumnya dan orang dewasa pada khususnya

• usia 7- 15 tahun pada umumnya, dan 15 tahun ke atas pada khususnya

• Ruang Lingkup kampanye : Daerah Jakarta; Kepulauan Seribu dan Ancol

1.4 Sumber Data

(8)

1.4.1 Data Primer

Adalah data yang diambil dari sumber data secara langsung. Wawancara dan observasi dilakukan

pada Yayasan Pelestarian Terumbu Karang Terangi, Maranatha Diving Club, dan Kepulauan

Seribu.

1.4.2 Data Sekunder

Adalah data yang diambil tidak dari sumber langsung asli, yaitu data yang diperoleh dari buku,

dokumen, internet, majalah, dan jurnal yang telah dilakukan oleh peneliti lainnya. Media yang

banyak digunakan adalah media buku, internet, dan fakta di lapangan.

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:

1.5.1 Wawancara

Dengan mewawancarai narasumber, menghasilkan data yang nyata melalui jawaban atas

pertanyaan yang dilontarkan. Wawancara bersifat fleksibel, melalui wawancara, pendapat

personal dapat diketahui sebagai masukan untuk langkah selanjutnya yang akan diterapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Maranatha Diving Club (MDC), pemilik usaha

akuarium, dan Yayasan Terangi; didapat hasil bahwa kondisi terumbu karang Kepulauan Seribu

sudah rusak berat dikarenakan banyaknya sampah masyarakat seperti bohlam, plastik bekas

makanan, sandal, sarung, berbagai macam sampah rumah tangga sepertinya dari limbah pabrik,

dan kondisi air laut yang kotor, juga kondisi visibility yang buruk hanya antara 5-10 m bagi

penyelam. Hal ini dapat dijumpai pada pulau-pulau di bagian selatan contohnya Pulau Pramuka,

Pulau Untung Jawa, dan Pulau Tidung. Sedangkan pulau-pulau di bagian utara masih cukup

bagus, seperti Pulau Sepa, Pulau Pelangi kondisi visibility masih dapat terlihat cukup jelas,

(9)

arah akuarium air tawar karena dia sudah mengerti dan mengetahui dampak kerusakan terumbu

karang.

1.5.2 Observasi

Dengan menjelajah kondisi Kepulauan Seribu dapat ditarik data bahwa terdapat batas pemisah

antara air laut kotor dan bersih pada pulau-pulau yang dekat dengan Jakarta seperti Pulau

Pramuka, Pulau Tidung, dan Pulau Untung Jawa. Saat melakukan snorkeling, kondisi air tidak

jernih, serta banyak bulu babi dan terumbu karang yang rusak.

1.5.3 Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data melalui buku, koran, majalah, internet, dsb. Info dari yayasan Terangi

banyak digunakan sebagai referensi terpercaya. Majalah dan koran sebagai sumber data

terpercaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan juga melalui media elektronik yaitu internet

(10)

1.6 Kerangka Penelitian

Kampanye Pelestarian Terumbu Karang di Kepulauan Seribu

Kondisi terumbu karang Penyebab kerusakan

Awal Sekarang

Faktor manusia Faktor Alam

Baik rusak parah - Masyarakat - pemutihan karang

- Nelayan - aliran air tawar

- Wisatawan - suhu bumi meningkat

Masyarakat Nelayan Wisatawan

- Pembuangan limbah pabrik - Penangkapan ikan - Berjalan di atas karang

- Buang sampah sembarangan yang merusak - Pengambilan karang

(11)

- Kampanye meningkatkan kesadaran wisatawan (terutama anak- anak) menjaga terumbu karang

demi masa depan

- Kampanye mengajak wisatawan melakukan transplantasi karang

- Himbauan pada anak-anak tentang pentingnya terumbu karang

- Menanamkan pola pikir cinta terumbu karang pada anak-anak

- Kampanye membuat sign sekaligus himbauan pada masyarakat tentang pentingnya terumbu

karang bagi masa depan

Media Kampanye

Event Merchandise Sign system Media Elektronik

-Lomba menggambar - Pin, stiker - Poster cerita terumbu karang

ekosistem laut - Jam - Flyer transplantasi karang

- Transplantasi karang - Mug - Panduan Berwisata

- Kaos

(12)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Terumbu Karang di Kepulauan Seribu yang sudah dalam kondisi rusak membutuhkan

suatu pembaharuan yaitu dengan mengadakan transplantasi karang. Dengan adanya transplantasi,

diharap terumbu karang menjadi sehat lagi dan dapat menjadi tempat tinggal memberi makan

bagi ikan-ikan dan makhluk laut lainnya. Diadakan kampanye ini bertujuan untuk

mengembalikan kondisi terumbu karang yang rusak, serta untuk masa depan kita manusia, sektor

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Estradivari, E.Setyawan, S.Yusri, (2009), Terumbu Karang Jakarta, Jakarta, Yayasan

TERANGI.

Estradivari, E.Setyawan, S.Yusri, (2009), Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu, Jakarta, PT

IPB Press.

Drs. Antar Venus, M.A, (2004) Manajemen Kampanye, Jakarta, Sembiosa Rekatama Media.

Gregory, Anne, (2004), Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, Jakarta, Erlangga.

Kartajaya, Hermawan, Yuswohady (2006), Marketing in Venus Playbook, Jakarta, PT Gramedia

Pustaka Utama.

Wiryanto, (2004), Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Grasindo.

Jefkins, Frank, (1997), Periklanan, Jakarta, Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pendampingan selama sebulan yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat menyimpulkan masalah yang dialami oleh Keluarga Dampingan Anak Agung Istri

Downloaded by [Universitas Maritim Raja Ali Haji] at 23:15 17 January 2016..

project-based learning, problem-based learning, dan discovery learning telah direkomendasikan oleh kurikulum 2013 sebagai strategi efektif dalam pembelajaran

Dilihat dari Antropologi Hukum, baru-baru ini marak terjadi suatu kasus penggusuran pedagang kaki lima yang terjadi di Stasiun Kreta Api Bekasi, dengan kasus ini seluruh pedagang

Bahwa instansi yang berwenang melaksanakan putusan Pengadilan dalam perkara pidana adalah Kejaksaan melalui Jaksa sebagai eksekutor, termasuk eksekusi pidana denda yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) memberi pengaruh berbeda nyata (signifikan) terhadap kadar lemak, protein, volume

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bermain disentra balok dapat meningkatkan kemampuan visual spasial anak

Selanjutnya bagi penawar yang berkeberatan atas Penetapan Pemenang pelelangan sebagaimana diatas, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis