• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur'an Pada Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur'an Pada Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 201"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA

DI SMP MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Disusun oleh: Darini Diva Adinda NIM: G 000110031 NIRM: 11/X/02.2.1/0904

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

i

BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA

DI SMP MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Disusun oleh: Darini Diva Adinda NIM: G 000110031 NIRM: 11/X/02.2.1/0904

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(3)
(4)

1

BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QURAN PADA SISWA DI SMP

MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Darini Diva adinda

G000110031 Fakultas Agama Islam

ABSTRAK

Bimbingan adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (enpowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah Swt kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar fitrah yang ada pada individu itu berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah Swt.

Tujuan penelitian ini adalah ingin mendiskripsikan jenis kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, bentuk layananan bimbingan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam serta faktor pendukung dan penghambat layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), karena data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan, yaitu di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Untuk memperoleh data dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan penarikan kesimpulannya menggunakan cara berfikir induktif.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa, jenis kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an diantaranya siswa belum mengenal huruf hijāiyah, siswa belum menguasai tanda baca, isyarat baca, serta hukum-hukum tajwīd. Sedangkan bentuk layanan bimbingan mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an tidak hanya membagi kelompok sesuai dengan kemampuan, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum-hukum tajwīd, tutor sebaya,

tilāwah dan tartīl . Namun peneliti menemukan layanan bimbingan baru yang belum

ada pada teori yaitu: menggunakan lagu (Ibu-Farhan feat Hadad Alwi) untuk mengenalkan huruf hijāiyah kepada siswa. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan ada faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya adalah guru yang sabar, sarana dan prasarana, ekstrakurikuler, serta guru yang berkompeten. Sedangkan faktor penghambat adalah kurang perhatian dari orang tua, beragamnya kemampuan siswa yang berbeda-beda, terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat seperti bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak bermanfaat, kurangnya kesadaran siswa itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau kegiatan Ektrakurikuler dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak memperhatikan ketika kegiatan bimbingan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.

(5)

2 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura sebagai usaha untuk mendewasakan siswa mempunyai peranan dalam membina dan membimbing siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Melihat begitu besar peran SMP Muhammdiyah 1 Kartasura dalam membentuk kepribadian siswa, maka sekolah membekali siswa dengan membaca Al-Qur’an, menghafal, menulis, memahami arti, serta mampu memahami isi kandungannya dengan baik dan benar. Dalam usahanya tersebut ada saja hambatan-hambatan yang datang, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal), sehingga diperlukan pemecahan.

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, banyak saya temukan sebagian dari siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga, bimbingan dirasakan sangat perlu untuk mengatasi kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Bimbingan merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada individu secara terus menerus dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya.

Kesulitan belajar ini jika tidak diatasi dengan baik dan tepat dari pihak sekolah, maka untuk mencetak peserta didik di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia akan terkendala. Oleh karena itu, diperlukan program khusus yaitu bimbingan yang mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam terutama Al-Qur’an. Dengan adanya bimbingan diharapkan dapat membantu siswa dalam

mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an.

Rumusan Masalah

Masalah adalah pokok yang hendak diteliti dan dibahas. Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah mendasar yang akan dikaji adalah:

1. Jenis kesulitan belajar apa saja yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura? 2. Apa bentuk layanan bimbingan

yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura? 3. Apa faktor pendukung dan

penghambat bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura? Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mendiskripsikan jenis kesulitan belajar apa saja yang dihadapi siswa dalam membaca

Al-Qur’an di SMP

Muhammadiyah 1 Kartasura

2. Untuk mendiskripsikan bentuk layanan bimbingan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. 3. Untuk mendiskripsikan faktor

pendukung dan penghambat layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

3 Sebagai acuan untuk

memperluas pemikiran dan pengalaman penulis dalam bidang pendidikan di masa depan khususnya menambah wawasan keilmuan pendidikan Al-Qur’an.

2. Bagi lembaga yang di teliti

Dapat memberi informasi pada guru pendidikan agama Islam tentang mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

3. Bagi masyarakat

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan untuk bahan penelitian lebih lanjut, khususnya spesifikasi ke Al-Qur’annya dan tentunya akan memberikan inspirasi dan alternatif untuk mencari cara terbaik dalam proses pembelajaran Al-Qur’an. Tinjauan Pustaka

Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya yang dapat penulis kemukakan sebagai bahan pustaka. 1. Yusuf Rahmadi (UMS, 2014)

dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Bimbingan Konseling Terhadap Penanaman Nilai Akhlak Siswa SMP N1 Teras Boyolali

Tahun Pelajaran 2012/2013.

Menyimpulkan bahwa seluruh staf sekolah berperan dalam upaya penanaman nilai akhlak kepada sekolah dan melalui upaya pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, serta pengembangan yang di internalisakan dengan kegiatan sekolah memberikan pengaruh terciptanya kesadaran keagamaan pada siswa dan pemahaman siswa akan peraturan-peraturan yang ada disekolah.

2. Muttaqin, Alfian Huda (UMS, 2014) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Bimbingan Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar

Membaca Al-Qur’an pada Siswa

di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran Magetan Tahun Pelajaran

2013/2014. Menyimpulkan bahwa

guru pendidikan agama Islam memilih metode yang tepat, penggunaan media yang bervariasi, guru berusaha dengan lebih telaten dalam memahamkan siswa, guru memberikan pekerjaan rumah, selalu memberikan motivasi kepada siswanya setelah selesai kegiatan. Faktor pendukung diantaranya guru PAI mewajibkan bagi siswa yang masih Iqra’ untuk ikut taman pendidikan Al-Qur’an, dan faktor penghambat yaitu siswa mempunyai beragam kemampuan yang disebabkan input lulusan yang berbeba.

3. Wilda Fahriyah (UIN Syarif Hidayatullah, 2011) dalam skripsinya yang berjudul Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar

Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 35 Jakarta Tahun

Pelajaran 2010/2011. Mengatakan

(7)

4 konseling berperan terhadap

kesulitan belajar pendidikan agama Islam.

Tinjauan Teoritik Bimbingan

a. Pengertian Bimbingan

Menurut Moh. Surya dalam Yahya, menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapainya mampu memahami diri (self

understanding), menerima diri,

mengarahkan diri (self direction), merealisasikan diri (self realization) sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Menurut Crow and Crow dalam Yahya, menjelaskan bahwa bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya, membuat pilihan dan memikul bebannya sendiri.1

Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kuswari, menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu menjadi pribadi yang mandiri.2

Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

1

Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan (Bandung : CV Pustaka Setia, 2013), cet 1, hlm. 148-149.

2

Ketut Sukardi dan Nila Kuswari, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta :

Rineka Cipta, 2008), hlm. 2.

seorang baik pria maupun wanita secara terus-menerus agar menjadi pribadi yang mandiri.

b. Tujuan Bimbingan

Menurut Sukiman dalam Suhesti, menjelaskan bahwa bimbingan bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin dan menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangannya. Perkembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: Pertama, pemahaman dan kesadaran. Kedua, sikap dan penerimaan. Ketiga, ketrampilan atau tindakan melaksanakan tugas-tugas perkembangan.3

Menurut Thohirin menjelaskan bahwa tujuan bimbingan adalah: 1) Agar klien (siswa) memperoleh

pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.

2) Agar klien (siswa) dapat mengarahkan dirinya kearah perkembangan yang optimal. 3) Agar klien (siswa) memecahkan

sendiri masalah yang dihadapinya. 4) Agar klien (siswa) mempunyai

wawasan yang lebih tentang dirinya.

5) Agar klien (siswa) dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik dengan diri sendiri atau lingkungan.4

Dari penjabaran tujuan bimbingan yang telah dijabarkan oleh para ahli di atas dapat diketahui bahwa pada prinsipnya tujuan bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau siswa untuk mengetahui masalah yang dihadapinya, bantuan yang diberikan untuk

3

Suhesti, Endang Ertiati, Bagaimana Konselor Bersikap (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 7.

4

(8)

5 memecahkan masalah yang dihadapinya dan bantuan untuk menjaga atau memelihara situasi dan kondisi agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar dapat diartikan “kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran atau informasi yang diberikan”.5

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi belajar bahwa “kesulitan belajar adalah siswa-siswi yang berkategori diluar rata-rata (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya”.6

Sedangkan dalam pengertian lain, kesulitan belajar adalah “keadaan dimana siswa atau anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.7

Jadi yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “suatu kondisi proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar”.

b. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Setiap murid mempunyai bakat yang berbeda-beda, dan bakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar. Murid yang berkurang berbakat dalam suatau pelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai suatu bahan, dibanding murid yang berbakat dalam mata pelajaran tersebut. Bila ditelusuri akan terdapat sejumlah

5

Fadillah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Islam (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), Cet 1, hlm 135.

6

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet 1, hlm. 165.

7

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta Rineka Cipta, 1991), Cet 1, hlm. 77.

murid yang mengalami kesulitan dalam belajar. Ada beberapa jenis kesulitan dalam belajar secara umum: 1) Sekelompok murid yang belum

mencapai tingkat ketuntasan akan hampir mencapainya. Murid tersebut mendapat kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang sukar dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kesulitan dapat diatasi dengan membaca kembali materi atau mempelajari penjelasan-penjelasan khusus dari buku teks.

2) Sekelompok murid yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Jenis kesulitan yang dihadapi murid semacam ini tidak dapat diatasi dengan cara mengulang bahan yang sama tapi harus dicarikan alternaif kegiatan lain yang berbeda yang mengarah pada tujuan instruksional dan tujuan yang sama. Dengan cara seperti ini serta bantuan dari guru diharapkan kesulitan murid dapat diatasi.

Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami murid, karena secara konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajari secara menyeluruh, tingkat penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikusai, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian-bagian yang sedang atau mudah tidak dapat dikuasai dengan baik. Untuk jenis kesulitan semacam yang dialami murid seperti ini, perlu bimbingan dan penanganan secara khusus dan bersifat individual.8

Membaca Al-Qur’an a. Pengertian membaca Al-Qur’an

Menurut Manna Khalil Al-Qattan dalam study Ilmu-ilmu Qur’an

8

(9)

6 menyatakan Al-Qur’an adalah kalam atau firman yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya merupakan suatu ibadah. Secara etimologi kata “baca” adalah bentuk kata benda dari kata kerja

“membaca”. Menurut Bahasa Arab dalam kamus Al-Munawwir adalah

“Iqra’ ” yang berarti membaca. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan “melihat tulisan dan mengerti atau dapat

melisankan apa yang tertulis itu.”

Khusus dalam membaca Al-Qur’an harus dibarengi dengan kemampuan mengetahui (ilmu) tajwid dan mengaplikasikannya dalam membaca teks.

Membaca Al-Qur’an juga tidak terlepas hubungannya dengan masalah tempo ini. Ada empat tingkatan (tempo) yang telah disepakati oleh ahli Tajwīd, yaitu:

1) Al-Tartīl

Al-Tartīl yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya, baik asli maupun baru datang (hukum-hukumnya) serta memperhatikan makna (ayat).

2) Al-Hadr

Al-Hadr yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya.

3) Al-Tadwīr

Al-Tadwīr yaitu bacaan sedang tidak terlalu cepat juga tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan antara keduanya. 4) Al-Tahqīq

At-Tahqīq yaitu membaca seperti halnya tartīl lebih tenang dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk belajar (latihan) dan mengajar, tapi tidak

boleh dipakai pada waktu shalat atau menjadi imam.9

b. Bentuk Layanan Bimbingan dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an

Masalah belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab semua usaha di sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan layanan-layanan bimbingan sebagai berikut:

1) Layanan Orientasi

Adapun cara layanan orientasi dalam membaca Al-Qur’an secara garis besar seseorang harus menguasai beberapa hal, yaitu: a) Pengenalan huruf hijāiyah yang

berjumlah 28 huruf berikut

makhārijul ḥurūfnya. Hal ini

dikarenakan untuk bisa membaca Al-Qur’an 90% ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyah dan 10% oleh tanda baca, hukum lainnya. b) Pengenalan tanda baca seperti

kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun,

dan lainnya. Tanda baca dalam Al-Qur’an seperti A, I, U, E, O dalam bahasa latin yang

berfungsi untuk

menyambungkan kata.

c) Pengenalan isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel

(tasydīd), dan seterusnya.

Isyarat baca panjang dan pendek dalam Al-Qur’an mengandung unsur irama yang indah.

d) Pengenalan hukum-hukum tajwīd baca dengung (idgām), samar-samar (ikhfā), jelas (izhār) dan lain-lainnya.

2) Layanan Penempatan

Layanan bimbingan

penempatan membantu

9

(10)

7 menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya. Termasuk didalamnya:

a) Penempatan kedalam kelompok belajar, misalnya saja anak yang punya bakat dalam pelajaran Al-Qur’an dikelompokkan kepada anak-anak yang minat baca tulis Al-Qur’an, agar bakatnya tersebut berkembang dengan baik.

b) Penempatan di dalam kelas, misalnya saja dalam pengaturan tepat duduk di dalam kelas, anak yang tubuhnya pendek di tempatkan di depan sedangkan anak yang tubuhnya tinggi di tempatkan di belakang. Hal ini sangat membantu sekali dalam proses pebelajaran di kelas. c) Mengadakan kegiatan

ekstrakurikuler, misalnya saja anak yang kurang dalam baca tulis Al-Qur’an di khususkan dan diberi kegiatan ektrakurikuler.10

3) Tutor Sebaya

Menurut Hamalik,

mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efesien dan efektif. Tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa.11

Menurut Ischak dan Warji, mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah kelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran memberikan bantuan kepada siswa

10

Ibid., hlm. 14.

11

Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), hlm. 73.

yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang dipahaminya.12

Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tutor sebaya adalah seseorang yang ditunjuk dan ditugaskan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam memahami materi pelajaran yang dipahaminya.

4) Tilāwah

Makna tilāwah awalnya adalah mengikuti (tabiʻa atau

ittabaʻa) secara langsung dengan

tanpa pemisah, yang secara khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik dengan cara qirā’ah atau menjalankan apa yang terkandung didalamnya (ittabaʻa).13

Tilāwah adalah membaca Al-Qur’an dengan sepenuh hati dan sepenuh pengertian.14

Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tilāwah adalah membaca Al-Qur’an dengan sepenuh hati dan menjalankan apa yang terkandung didalamnya.

5)Tartīl

Tartīl adalah membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Yakni mengeluarkan/menyebutkan huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan

12

Suryo dan Amin. 1984. Pembelajaran Tutor Sebaya.

(http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/07/21/ pembelajaran-tutor-sebaya), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.

13

(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.muslimah/po sts/755544284462803), diakses pada tanggal 16

Juni 2015.

14

(

(11)

8

makhraj (tempat keluarnya huruf)

dan sifat-sifat huruf.15

Tartīl adalah sesuatu yang terpadu dan tersistem secara konsisten, yakni melepaskan kata-kata dari mulut secara baik, teratur, dan kosisten.16

Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tartīl adalah membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hasil pelaksanaan layanan bimbingan. Faktor pendukung yang dapat terselenggara dengan baik mampu menunjang tercapainya layanan bimbingan yang berkualitas.

Menurut Prayitno berpendapat bahwa yang mampu menjadi pendukung layanan bimbingan berkualitas adalah adanya modal personal, modal profesional, dan modal instrumental. Keseluruhannya menjadi modal dasar yang dapat menjamin suksesnya pelayanan bimbingan. Modal personal yang dimaksud adalah berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan.

15

(

http://indoking.blogspot.com/2012/08/belajar-tartil-dan-tilawah-quran.html), diakses pada tanggal

15 Juni 2015.

16

(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.muslimah/po sts/755544284462803), diakses pada tanggal 16 Juni 2015.

Modal profesioanal yang diperoleh melalui pendidikan dan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuwan, teknologi, dan kode etik secara profesional dapat diyakini bahwa nantinya pelaksanaan bimbingan akan berjalan lancar dan sukses sedangkan yang menjadi modal instrumental adalah seluruh penunjang kegiatan, meliputi sarana dan prasarana, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan bimbingan, dan sarana pendukung lainnya.17

Menurut Dewa Ketut Sukardi berpendapat bahwa “Pengelolaan pelayanan bimbingan didukung oleh adanya organisasi, personel pelaksana, sarana dan prasarana, kerjasama, dan pengawasan pelaksanaan bimbingan”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan bimbingan tidak dapat terlepas dari seluruh komponen pelayanan bimbingan yang ada, sehingga apabila semuanya mampu berjalan sesuai dengan prosedur pelaksanaan sebenarnya, maka layanan bimbingan akan berkualitas.18

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat menjadi pendukung layanan bimbingan menjadi berkualitas sebagai berikut:

1) Mempunyai modal personal, yaitu guru pembimbing berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan.

2) Mempunyai modal profesional, yaitu guru pembimbing mendapatkan pendidikan secara formal, sesuai dengan

17

Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling SD (Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1997), hlm. 45-46.

18

(12)

9 kaidah keilmuwan, teknologi, dan kode etik.

3) Mempunyai modal instrumental, yaitu seluruh penunjang kegiatan, meliputi sarana dan prasarana, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan bimbingan, dan sarana pendukung lainnya.

Apabila ditemukan faktor penghambat, hal tersebut akan berpengaruh dan menjadikan layanan tidak berkualitas. Diantaranya faktor yang dapat menghambat pelaksanaan bimbingan sebagai berikut;

Menurut Slameto dalam makalahnya menyebutkan faktor yang melatarbelakangi rendahnya efektifitas layanan bimbingan diantaranya; bimbingan belum mampu terlaksana seperti yang diharapkan, lemahnya manajemen dikalangan guru pembimbing, terdapat guru pembimbing bekerja tanpa adanya perencanaan yang matang, dan program bimbingan dipakai sekedar pajangan dan dokumen administrasi.

Menurut Tombak Alam berpendapat bahwa faktor penghambat layanan bimbingan disebabkan oleh; rasa malas dalam diri siswa, tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk belajar, lingkungan kurang mendukung untuk belajar, dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.19

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat menjadi penghambat layanan bimbingan sebagai berikut:

1) Kurangnya perhatian orang tua

terhadap anaknya.

2) Lingkungan yang kurang

mendukung untuk belajar.

3) Lemahnya manajemen dikalangan guru pembimbing.

4) Rasa malas dalam diri siswa. METODE PENELITIAN

Jenis dan Pendekatan Penelitian

19

Tombak Alam, Metode Membaca dan Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai ( Jakarta : PT Rineke Cipta, 2002), hlm. 11.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang dialami oleh subyek penelitian yang diamati.20 Jenis penelitian kualitatif deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dalam peneitian ini adalah:

Metode Observasi

Metode observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pengamatan yang meliputi kegiatan, pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.21 Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an, proses layanan bimbingan di lapangan, serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat.

Metode Wawancara atau Interview

Metode wawancara/interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewee).22 Teknik wawancara yang

digunakan adalah teknik wawancara semi

20

Lexy Moleong, Metode Penelitian

Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3.

21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 275.

22

(13)

10

structured,dalam hal ini mula-mula

interview menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variable, dengan keterangan yang lebih lengkap dan mendalam.23 Metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis untuk mengambil data tentang jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an, pelaksanaan layanan bimbingan membaca Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, serta faktor pendukung dan faktor penghambat bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Wawancara dilakukan kepada Guru pendidikan agama Islam, siswa serta pihak-pihak yang terkait seperti kepala sekolah, dan guru pelajaran. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.24 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak bisa diungkap dengan metode lainnya. Dalam pelaksanaanya penulis melihat melihat arsip-arsip dan catatan-catatan yang diperlukan. Diantaranya tentang sejarah singkat berdirinya sekolah, inventaris sekolah, struktur organisasi, daftar nama guru, proses layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, faktor pendukung dan faktor penghambat, serta jumlah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

Metode Analisis Data

Teknik analisis data dipakai setelah data selesai dikumpulkan, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa samapai

23

Ibid., hlm. 270

24

Ibid., 174.

berhasil menyimpulkan kebenaran yang akan dipakai menjawab persoalan yang digunakan dalam penelitian.

Adapun analisa yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu, setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul kemudian disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya dianalisis kemudian diintepretasikan dengan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan objek-objek penelitian disaat penelitian dilakukan, sehingga diambil kesimpulan secara proporsional dan logis.

Dalam melakukan metode analisis diatas digunakan dengan pola berfikir induktif, yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus tersebut kemudian ditarik generalisasi yang memiliki sifat umum.25 Metode ini digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari objek lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori yang relevan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Sesuai dengan data yang diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, jenis kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an adalah adanya siswa yang sama sekali belum mengenal huruf hijaiyah, serta adanya siswa yang belum menguasai tanda baca (kasroh, pathah, dhamah, sukun dan lainnya), isyarat baca (panjang, pendek, dobel/tasdid), serta hukum-hukum tajwid (dengung/idgham, samar-samar/ikhfa’, jelas/idhar, dan lainnya). Jenis-jenis kesulitan itulah yang menyebabkan siswa kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an. Setelah mengetahui kesulitan yang dialami siswa, maka perlu adanya layanan bimbingan dalam membaca Al-Qur’an agar kesu litan-kesulitan yang dialami siswa dapat teratasi.26

25

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Affset,1 987), hlm. 42.

26

Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm.

(14)

11 Hal ini sejalan dengan teori Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, di antaranya; secara konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajari secara menyeluruh, tingkat penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikusai, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian-bagian yang sedang atau mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.27

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya jenis-jenis kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an, maka guru dapat memberikan layanan bimbingan agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat segera diatasi.

Bentuk Layanan Bimbingan

Membagi Kelompok Sesuai dengan Kemampuan

Pembagian kelompok ini diawali dengan tes membaca Al-Qur’an. Melalui tes inilah tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an akan terlihat. Sesudah mengetahui tingkat kemampuan siswa, barulah pengelompokan ini bisa dilakukan sesuai dengan tingkat kemampuanya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah guru dalam memberikan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga kesulitan yang dialami siswa akan lebih mudah teratasi.

Pengenalan Huruf Hijāiyah

Pengenalan huruf hijāiyah ini dilaksanakan setiap hari senin dan selasa, bimbingan ini dilaksanakan dari jam 13.30- 15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Pengenalan huruf hijāiyah diberikan kepada siswa yang sama sekali belum mengetahui huruf-huruf hijāiyah.

Cara pengenalan huruf hijāiyah kepada siswa dengan menggunakan lagu (Ibu-Farhan feat Hadad Alwi). Tujuannya adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa khususnya bagi siswa yang sama sekali belum bisa membaca iqra’.

Pengenalan Tanda Baca

27

Telah dikutip pada Bab II, hlm. 19-20.

Pengenalan tanda baca ini meliputi:

kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun, dan

lainnya. Bimbingan ini dilaksanakan dari jam 13.30- 15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Tujuan pengenalan tanda baca ini agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Pengenalan Isyarat Baca

Pengenalan isyarat baca ini dilaksanakan setiap jam 13.30-15.00 setelah pelajaran KBM selesai. Dalam kegiatan ini guru memberikan contoh membaca yang benar sesuai dengan panjang, pendek, dan dobel/tasydīdnya kepada siswa. Kemudian siswa menyimak yang dibacakan oleh guru, setelah siswa paham maka giliran siswa yang mempraktikan maju kedepan satu persatu secara bergantian. Tujuan pengenalan isyarat baca ini agar siswa dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan panjang, pendek, dan dobel/ tasydīdnya.

Pengenalan Hukum-Hukum Tajwīd Pengenalan hukum-hukum tajwīd ini dilaksanakan setiap hari senin dan selasa jam 13.30-15.00, semua siswa diwajibkan untuk membawa Al-Qur’an tujuannya untuk mempermudah guru dalam menyampaikan atau menjelaskan hukum-hukum bacan. Dalam pengenalan hukum tajwīd ini guru membacakan Al-Qur’an serta memberikan penjelasan cara membaca dengan baik dan benar sesuai dengan makhrajnya sedangkan siswa menyimak.

Jika ada siswa yang ramai sendiri dan tidak memperhatikan, maka guru memberikan hukuman berupa menjelaskan kembali apa yang sudah guru sampaikan. Tujuannya agar siswa benar-benar fokus dalam bimbingan pembelajaran tentang pengenalan hukum-hukum bacaan. Namun dalam pelaksanaan bimbingan ini agar tidak terlihat jenuh dan membosankan, sesekali guru memberikan cerita motivasi yang sifatnya membangun semangat siswa agar kembali fokus pada pelaksanaan bimbingan.

(15)

12 Tutor sebaya ini dilaksanakan rutin setiap pagi jam 07.00-07.30 setelah selesai shalat dhuha di halaman sekolah. Kegiatan tutor ini bertujuan agar siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an akan sedikit terbantu. Kegiatan ini adalah membaca ayat-ayat pendek yang dipimpin langsung oleh teman sebayanya dan semua siswa diwajibkan membawa Al-Qur’an.

Agar kegiatan tutor sebaya ini berjalan degan tertib dan lancar, maka sebelum kegiatan dimulai guru berkeliling untuk mengkondisikan siswa dan mengecek siswa yang tidak membawa Al-Qur’an. Apabila ada siswa yang tidak membawa Al-Qur’an maka akan dapat hukuman, dan hukumannya adalah menjadi pemimpin tutor pada hari berikutnya. Hukuman ini tujuannya agar siswa tidak lupa membawa Al-Qur’an dan agar anak mau belajar sungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an.

Tilāwah

Kegiatan tilāwah ini dilaksanakan setiap hari rabu dan kamis jam 13.30-15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini guru memberikan contoh kepada siswa, kemudian siswa menirukan. Selain itu Ibu Noor Indah Soumi, S.Pd.I. juga mengatakan guru juga sering memutarkan video ataupun mp3 murotal dan siswa disuruh untuk melihat dan mendengarkan sehingga siswa akan termotivasi untuk menirukan cara membacanya. Tujuan diadakannya kegiatan tilāwah ini agar siswa termotivasi dan tertarik dalam belajar membaca Al-Qur’an.

Tartīl

Kegiatan tartīl ini dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis jam 13.30-15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Menurut Bapak Mukhson mengemukakan, kegiatan membaca tartīl ini diadakan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhrajnya. Dalam pelaksanaan kegiatan ini guru memberikan contoh kepada siswa, kemudian siswa menirukan.

Bentuk layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an sesuai dengan data yang telah diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, yaitu membagi kelompok sesuai dengan kemampuan, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum-hukum tajwīd , tutor sebaya, tilāwah dan tartīl.28 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bentuk layanan bimbingan yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura sudah sesuai dengan teori.29

Akan tetapi yang perlu diketahui bahwasanya bentuk layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an guru menggunakan cara baru yaitu lagu (Ibu- Farhan feat Hadad Alwi) untuk mengenalkan huruf hijāiyah kepada siswa agar lebih mudah diingat.

Faktor Pendukung dan Penghambat Layanan Bimbingan

Faktor Pendukung

Sesuai dengan data yang diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, faktor pendukung layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah adanya para guru pendidikan agama Islam dan jajaran guru yang dengan sabar dalam mengajarkan kepada siswa. Adanya bimbingan berkelanjutan di sekolah terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an. Adanya fasilitas seperti Iqra’, Al-Qur’an, ruang kelas, serta monitoring sehingga bimbingan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Tersedianya sarana pembelajaran Al-Qur'an dengan adanya tilawah dan tartil, serta guru yang berkompeten.30

Hal ini sesuai dengan teori Prayitno dan Dewa Ketut Sukardi, dalam pelaksanaan layanan bimbingan terdapat faktor pendukung di antaranya;

28

Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 44-45.

29

Telah dikutip pada Bab II, hlm. 30-33.

30

(16)

13 mempunyai modal personal, yaitu guru pembimbing berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan. Mempunyai modal profesional, dan mempunyai modal instrumental.31

Adanya faktor pendukung layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura diharapkan dapat membantu guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa.

Faktor Penghambat

Sesuai dengan data yang diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, faktor penghambat layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya disebabkan kesibukan orang tua yang menghabiskan waktunya di luar sekolah. Di samping kurangnya perhatian dari orang tua yang menjadi penghambat adalah dari segi siswa itu sendiri, beragamnya kemampuan siswa yang berbeda-beda. Terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat.

Dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak bermanfaat. Kurangnya kesadaran siswa-siswi itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau kegiatan Ektrakurikuler dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak memperhatikan ketika kegiatan bimbingan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.32

Hal ini sesuai dengan teori Slameto dan Tombak Alam, di antaranya; rasa malas dalam diri siswa, tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk belajar, lingkungan

31

Telah dikutip pada Bab II, hlm. 33-35.

32

Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 55-56.

yang kurang mendukung untuk belajar, dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.33

Adanya faktor pengambat layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura diharapkan dapat segera diatasi, sehingga tidak ada lagi hambatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan. Dengan demikan layanan bimbingan dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan-hambatan lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan analisis data penelitian mengenai Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah adanya siswa yang sama sekali belum mengenal huruf hijāiyah, serta adanya siswa yang belum menguasai tanda baca

(kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun, dan

lainnya),isyarat baca (panjang, pendek, dobel/tasydīd),serta hukum-hukum tajwīd baca dengung (idgām), samar-samar

(ikhfā), jelas (izhār) dan lain-lainnya.

Jenis-jenis kesulitan itulah yang menyebabkan siswa kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an.

Bentuk layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa dengan adanya membagi kelompok sesuai dengan kemampuan belajar, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum tajwīd, tutor sebaya, tilāwah dan tartīl. Dengan adanya kegiatan layanan bimbingan ini diharapkan kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa dapat teratasi secara maksimal.

33

(17)

14 Dalam pelaksanaan layanan bimbingan ada faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya adalah adanya para guru Pendidikan Agama Islam dan jajaran guru yang dengan sabar dalam mengajarkan kepada siswa dengan adanya bimbingan berkelanjutan di sekolah terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, adanya fasilitas seperti Iqra’, Al-Qur’an serta monitoring sehingga bimbingan bisa berjalan dengan baik dan lancar, serta tersedianya sarana pembelajaran Al-Qur'an dan dengan adanya ekstrakurikuler tilāwah dan tartīl,serta guru yang berkompeten.

Sedangkan faktor penghambat adalah kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya disebabkan kesibukan orang tua yang menghabiskan waktunya di luar sekolah. Di samping kurangnya perhatian dari orang tua yang menjadi penghambat adalah dari segi siswa itu sendiri, beragamnya kemampuan siswa yang berbeda-beda, terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat. Dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak bermanfaat, kurangnya kesadaran siswa-siswi itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau kegiatan Ektrakurikuler BTA dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak memperhatikan ketika kegiatan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.

Saran-saran

Kepada Kepala Sekolah

Diharapkan kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar terus memantau kegiatsan guru dan siswa dalam proses bimbingan membaca Al-Qur’an. Kepada guru atau pembimbing

Diharapkan guru atau pembimbing SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar meningkatkan kualitas pembelajaran membaca Al-Qur’an sehingga membaca

Al-Qur’an menjadi kegiatan yang digemari oleh siswa.

Kepada Siswa

Diharapkan siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar lebih rajin dan bersemangat lagi dalam berlatih membaca Al-Qur’an agar kelak menjadi generasi muda Islam yang baik.

Kepada Orang Tua

Diharapkan orang tua siswa untuk lebih memperhatikan untuk dapat mengajarkan dan memberi semangat anak-anaknya untuk berlatih membaca Al-Qur’an dan memberi tauladan yang baik, serta mengecek kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

(http://dedendida.blogspot.com/2011/02/til awah-al-quran-membaca-al-quran.html), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.

(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.mus limah/posts/75554428446280), diakses pada tanggal 16 Juni 2015.

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineke Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunur Rahim, Faqih. 2001. Bimbingan

dan Konseling dalam Islam.

Yogyakarta: Ullpress.

Aunur Rahim, Faqih. 2004. Bimbingan

dan Konseling dalam Islam.

Yogyakarta: Ullpress.

Departemen Agama RI. 2012. Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid

Kode Angka. Bandung: CV. Sinar

Baru.

Hadi, Sutrisna. 1987. Metodologi

Research. Yogyakarta: Andi Affset.

Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar

Mengajar Berdasarkan CBSA.

(18)

15 http://indoking.blogspot.com/2012/08/bela

jar-tartil-dan-tilawah-quran.html), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.

Kasiram. 1999. Kapita Selekta Pendidikan. IAIN: Biro Ilmiyah.

Ketut Sukardi, Dewa. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineke Cipta.

Marsudi, Saring dkk. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta : Muhammadiyah University Press UMS.

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mu’awaniyah, Elfi dan Hidayah, Rifa. 2009. Bimbingan Konseling Islami

di Sekolah Dasar. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap

Kesulitan Belajar Khusus.

Jogjakarta: Nuha Litera.

Nata, Abbudin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis,Teoritis

dan Praktis. Jakarta: Ciputat Perss.

Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan

Konseling SD. Jakarta: Ikrar

Mandiri Abadi.

Suhesti, Endang Ertiati. 2012. Bagaimana

Konselor Bersikap. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sukardi, Ketut dan Kuswari, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling

di Sekolah. Jakarta: Rineke Cipta.

Surulaga, Fadillah dkk. 2005. Psikologi

Pendidikan dalam Prespektif

Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Suryo dan Amin. 1984. Pembelajaran Tutor Sebaya.

(http://bagawanabiyasa.wordpress. com/2013/07/21/pembelajaran-tutor-sebaya), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.

Syah, Muhibbin. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan

dalam Prespektif Islam. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis

Intelegensi). Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Tombak, Alam. 2002. Metode Membaca

dan Menulis Al-Qur’an 5 Kali

Pandai. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Yahya, Murip. 2013. Profesi Tenaga

Kependidikan. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Zuhairini. 1994. Sejarah Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Alfian Huda Muttaqin, Upaya Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al- Qur’an Pada Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al- Qur’an dan kesulitan yang

Hasil penelitian diperoleh bahwa sinergitas orang tua dan guru agama dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di SDN Basirih 2 Banjarmasin dengan pembinaan

Analisis Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an pada Siswa di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam tentu tidak semuanya bisa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kajian pada Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar siswa membaca al- Qur’an,

Maksud dari “Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Madrasah Tsanawiah (MTs) 6 Negri Tulungagung Dalam Membaca Al-Qur’an”,

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar PAI pada ranah afektif siswa di

Adapun faktor yang menghambat upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran siswa yaitu, kurang berjalannya program yang dibuat oleh guru pendidikan agama Islam dikarenakan