BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA
DI SMP MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh: Darini Diva Adinda NIM: G 000110031 NIRM: 11/X/02.2.1/0904
FAKULTAS AGAMA ISLAM
i
BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA
DI SMP MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh: Darini Diva Adinda NIM: G 000110031 NIRM: 11/X/02.2.1/0904
FAKULTAS AGAMA ISLAM
1
BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QURAN PADA SISWA DI SMP
MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Darini Diva adinda
G000110031 Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Bimbingan adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (enpowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah Swt kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar fitrah yang ada pada individu itu berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah Swt.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendiskripsikan jenis kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, bentuk layananan bimbingan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam serta faktor pendukung dan penghambat layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), karena data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan, yaitu di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Untuk memperoleh data dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan penarikan kesimpulannya menggunakan cara berfikir induktif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, jenis kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an diantaranya siswa belum mengenal huruf hijāiyah, siswa belum menguasai tanda baca, isyarat baca, serta hukum-hukum tajwīd. Sedangkan bentuk layanan bimbingan mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an tidak hanya membagi kelompok sesuai dengan kemampuan, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum-hukum tajwīd, tutor sebaya,
tilāwah dan tartīl . Namun peneliti menemukan layanan bimbingan baru yang belum
ada pada teori yaitu: menggunakan lagu (Ibu-Farhan feat Hadad Alwi) untuk mengenalkan huruf hijāiyah kepada siswa. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan ada faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya adalah guru yang sabar, sarana dan prasarana, ekstrakurikuler, serta guru yang berkompeten. Sedangkan faktor penghambat adalah kurang perhatian dari orang tua, beragamnya kemampuan siswa yang berbeda-beda, terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat seperti bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak bermanfaat, kurangnya kesadaran siswa itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau kegiatan Ektrakurikuler dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak memperhatikan ketika kegiatan bimbingan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.
2 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura sebagai usaha untuk mendewasakan siswa mempunyai peranan dalam membina dan membimbing siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Melihat begitu besar peran SMP Muhammdiyah 1 Kartasura dalam membentuk kepribadian siswa, maka sekolah membekali siswa dengan membaca Al-Qur’an, menghafal, menulis, memahami arti, serta mampu memahami isi kandungannya dengan baik dan benar. Dalam usahanya tersebut ada saja hambatan-hambatan yang datang, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal), sehingga diperlukan pemecahan.
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, banyak saya temukan sebagian dari siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga, bimbingan dirasakan sangat perlu untuk mengatasi kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Bimbingan merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada individu secara terus menerus dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya.
Kesulitan belajar ini jika tidak diatasi dengan baik dan tepat dari pihak sekolah, maka untuk mencetak peserta didik di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia akan terkendala. Oleh karena itu, diperlukan program khusus yaitu bimbingan yang mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam terutama Al-Qur’an. Dengan adanya bimbingan diharapkan dapat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an.
Rumusan Masalah
Masalah adalah pokok yang hendak diteliti dan dibahas. Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah mendasar yang akan dikaji adalah:
1. Jenis kesulitan belajar apa saja yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura? 2. Apa bentuk layanan bimbingan
yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura? 3. Apa faktor pendukung dan
penghambat bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura? Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Untuk mendiskripsikan jenis kesulitan belajar apa saja yang dihadapi siswa dalam membaca
Al-Qur’an di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura
2. Untuk mendiskripsikan bentuk layanan bimbingan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. 3. Untuk mendiskripsikan faktor
pendukung dan penghambat layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
3 Sebagai acuan untuk
memperluas pemikiran dan pengalaman penulis dalam bidang pendidikan di masa depan khususnya menambah wawasan keilmuan pendidikan Al-Qur’an.
2. Bagi lembaga yang di teliti
Dapat memberi informasi pada guru pendidikan agama Islam tentang mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
3. Bagi masyarakat
Peneliti berharap agar hasil penelitian ini digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan untuk bahan penelitian lebih lanjut, khususnya spesifikasi ke Al-Qur’annya dan tentunya akan memberikan inspirasi dan alternatif untuk mencari cara terbaik dalam proses pembelajaran Al-Qur’an. Tinjauan Pustaka
Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya yang dapat penulis kemukakan sebagai bahan pustaka. 1. Yusuf Rahmadi (UMS, 2014)
dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Bimbingan Konseling Terhadap Penanaman Nilai Akhlak Siswa SMP N1 Teras Boyolali
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Menyimpulkan bahwa seluruh staf sekolah berperan dalam upaya penanaman nilai akhlak kepada sekolah dan melalui upaya pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, serta pengembangan yang di internalisakan dengan kegiatan sekolah memberikan pengaruh terciptanya kesadaran keagamaan pada siswa dan pemahaman siswa akan peraturan-peraturan yang ada disekolah.
2. Muttaqin, Alfian Huda (UMS, 2014) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Bimbingan Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar
Membaca Al-Qur’an pada Siswa
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran Magetan Tahun Pelajaran
2013/2014. Menyimpulkan bahwa
guru pendidikan agama Islam memilih metode yang tepat, penggunaan media yang bervariasi, guru berusaha dengan lebih telaten dalam memahamkan siswa, guru memberikan pekerjaan rumah, selalu memberikan motivasi kepada siswanya setelah selesai kegiatan. Faktor pendukung diantaranya guru PAI mewajibkan bagi siswa yang masih Iqra’ untuk ikut taman pendidikan Al-Qur’an, dan faktor penghambat yaitu siswa mempunyai beragam kemampuan yang disebabkan input lulusan yang berbeba.
3. Wilda Fahriyah (UIN Syarif Hidayatullah, 2011) dalam skripsinya yang berjudul Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 35 Jakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011. Mengatakan
4 konseling berperan terhadap
kesulitan belajar pendidikan agama Islam.
Tinjauan Teoritik Bimbingan
a. Pengertian Bimbingan
Menurut Moh. Surya dalam Yahya, menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapainya mampu memahami diri (self
understanding), menerima diri,
mengarahkan diri (self direction), merealisasikan diri (self realization) sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Menurut Crow and Crow dalam Yahya, menjelaskan bahwa bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya, membuat pilihan dan memikul bebannya sendiri.1
Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kuswari, menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu menjadi pribadi yang mandiri.2
Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada
1
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan (Bandung : CV Pustaka Setia, 2013), cet 1, hlm. 148-149.
2
Ketut Sukardi dan Nila Kuswari, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta :
Rineka Cipta, 2008), hlm. 2.
seorang baik pria maupun wanita secara terus-menerus agar menjadi pribadi yang mandiri.
b. Tujuan Bimbingan
Menurut Sukiman dalam Suhesti, menjelaskan bahwa bimbingan bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin dan menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangannya. Perkembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: Pertama, pemahaman dan kesadaran. Kedua, sikap dan penerimaan. Ketiga, ketrampilan atau tindakan melaksanakan tugas-tugas perkembangan.3
Menurut Thohirin menjelaskan bahwa tujuan bimbingan adalah: 1) Agar klien (siswa) memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
2) Agar klien (siswa) dapat mengarahkan dirinya kearah perkembangan yang optimal. 3) Agar klien (siswa) memecahkan
sendiri masalah yang dihadapinya. 4) Agar klien (siswa) mempunyai
wawasan yang lebih tentang dirinya.
5) Agar klien (siswa) dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik dengan diri sendiri atau lingkungan.4
Dari penjabaran tujuan bimbingan yang telah dijabarkan oleh para ahli di atas dapat diketahui bahwa pada prinsipnya tujuan bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau siswa untuk mengetahui masalah yang dihadapinya, bantuan yang diberikan untuk
3
Suhesti, Endang Ertiati, Bagaimana Konselor Bersikap (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 7.
4
5 memecahkan masalah yang dihadapinya dan bantuan untuk menjaga atau memelihara situasi dan kondisi agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan “kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran atau informasi yang diberikan”.5
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi belajar bahwa “kesulitan belajar adalah siswa-siswi yang berkategori diluar rata-rata (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya”.6
Sedangkan dalam pengertian lain, kesulitan belajar adalah “keadaan dimana siswa atau anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.7
Jadi yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “suatu kondisi proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar”.
b. Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Setiap murid mempunyai bakat yang berbeda-beda, dan bakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar. Murid yang berkurang berbakat dalam suatau pelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai suatu bahan, dibanding murid yang berbakat dalam mata pelajaran tersebut. Bila ditelusuri akan terdapat sejumlah
5
Fadillah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Islam (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), Cet 1, hlm 135.
6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet 1, hlm. 165.
7
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta Rineka Cipta, 1991), Cet 1, hlm. 77.
murid yang mengalami kesulitan dalam belajar. Ada beberapa jenis kesulitan dalam belajar secara umum: 1) Sekelompok murid yang belum
mencapai tingkat ketuntasan akan hampir mencapainya. Murid tersebut mendapat kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang sukar dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kesulitan dapat diatasi dengan membaca kembali materi atau mempelajari penjelasan-penjelasan khusus dari buku teks.
2) Sekelompok murid yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Jenis kesulitan yang dihadapi murid semacam ini tidak dapat diatasi dengan cara mengulang bahan yang sama tapi harus dicarikan alternaif kegiatan lain yang berbeda yang mengarah pada tujuan instruksional dan tujuan yang sama. Dengan cara seperti ini serta bantuan dari guru diharapkan kesulitan murid dapat diatasi.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami murid, karena secara konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajari secara menyeluruh, tingkat penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikusai, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian-bagian yang sedang atau mudah tidak dapat dikuasai dengan baik. Untuk jenis kesulitan semacam yang dialami murid seperti ini, perlu bimbingan dan penanganan secara khusus dan bersifat individual.8
Membaca Al-Qur’an a. Pengertian membaca Al-Qur’an
Menurut Manna Khalil Al-Qattan dalam study Ilmu-ilmu Qur’an
8
6 menyatakan Al-Qur’an adalah kalam atau firman yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya merupakan suatu ibadah. Secara etimologi kata “baca” adalah bentuk kata benda dari kata kerja
“membaca”. Menurut Bahasa Arab dalam kamus Al-Munawwir adalah
“Iqra’ ” yang berarti membaca. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan “melihat tulisan dan mengerti atau dapat
melisankan apa yang tertulis itu.”
Khusus dalam membaca Al-Qur’an harus dibarengi dengan kemampuan mengetahui (ilmu) tajwid dan mengaplikasikannya dalam membaca teks.
Membaca Al-Qur’an juga tidak terlepas hubungannya dengan masalah tempo ini. Ada empat tingkatan (tempo) yang telah disepakati oleh ahli Tajwīd, yaitu:
1) Al-Tartīl
Al-Tartīl yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya, baik asli maupun baru datang (hukum-hukumnya) serta memperhatikan makna (ayat).
2) Al-Hadr
Al-Hadr yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya.
3) Al-Tadwīr
Al-Tadwīr yaitu bacaan sedang tidak terlalu cepat juga tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan antara keduanya. 4) Al-Tahqīq
At-Tahqīq yaitu membaca seperti halnya tartīl lebih tenang dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk belajar (latihan) dan mengajar, tapi tidak
boleh dipakai pada waktu shalat atau menjadi imam.9
b. Bentuk Layanan Bimbingan dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an
Masalah belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab semua usaha di sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan layanan-layanan bimbingan sebagai berikut:
1) Layanan Orientasi
Adapun cara layanan orientasi dalam membaca Al-Qur’an secara garis besar seseorang harus menguasai beberapa hal, yaitu: a) Pengenalan huruf hijāiyah yang
berjumlah 28 huruf berikut
makhārijul ḥurūfnya. Hal ini
dikarenakan untuk bisa membaca Al-Qur’an 90% ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyah dan 10% oleh tanda baca, hukum lainnya. b) Pengenalan tanda baca seperti
kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun,
dan lainnya. Tanda baca dalam Al-Qur’an seperti A, I, U, E, O dalam bahasa latin yang
berfungsi untuk
menyambungkan kata.
c) Pengenalan isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel
(tasydīd), dan seterusnya.
Isyarat baca panjang dan pendek dalam Al-Qur’an mengandung unsur irama yang indah.
d) Pengenalan hukum-hukum tajwīd baca dengung (idgām), samar-samar (ikhfā), jelas (izhār) dan lain-lainnya.
2) Layanan Penempatan
Layanan bimbingan
penempatan membantu
9
7 menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya. Termasuk didalamnya:
a) Penempatan kedalam kelompok belajar, misalnya saja anak yang punya bakat dalam pelajaran Al-Qur’an dikelompokkan kepada anak-anak yang minat baca tulis Al-Qur’an, agar bakatnya tersebut berkembang dengan baik.
b) Penempatan di dalam kelas, misalnya saja dalam pengaturan tepat duduk di dalam kelas, anak yang tubuhnya pendek di tempatkan di depan sedangkan anak yang tubuhnya tinggi di tempatkan di belakang. Hal ini sangat membantu sekali dalam proses pebelajaran di kelas. c) Mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler, misalnya saja anak yang kurang dalam baca tulis Al-Qur’an di khususkan dan diberi kegiatan ektrakurikuler.10
3) Tutor Sebaya
Menurut Hamalik,
mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efesien dan efektif. Tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa.11
Menurut Ischak dan Warji, mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah kelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran memberikan bantuan kepada siswa
10
Ibid., hlm. 14.
11
Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), hlm. 73.
yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang dipahaminya.12
Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tutor sebaya adalah seseorang yang ditunjuk dan ditugaskan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam memahami materi pelajaran yang dipahaminya.
4) Tilāwah
Makna tilāwah awalnya adalah mengikuti (tabiʻa atau
ittabaʻa) secara langsung dengan
tanpa pemisah, yang secara khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik dengan cara qirā’ah atau menjalankan apa yang terkandung didalamnya (ittabaʻa).13
Tilāwah adalah membaca Al-Qur’an dengan sepenuh hati dan sepenuh pengertian.14
Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tilāwah adalah membaca Al-Qur’an dengan sepenuh hati dan menjalankan apa yang terkandung didalamnya.
5)Tartīl
Tartīl adalah membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Yakni mengeluarkan/menyebutkan huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan
12
Suryo dan Amin. 1984. Pembelajaran Tutor Sebaya.
(http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/07/21/ pembelajaran-tutor-sebaya), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.
13
(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.muslimah/po sts/755544284462803), diakses pada tanggal 16
Juni 2015.
14
(
8
makhraj (tempat keluarnya huruf)
dan sifat-sifat huruf.15
Tartīl adalah sesuatu yang terpadu dan tersistem secara konsisten, yakni melepaskan kata-kata dari mulut secara baik, teratur, dan kosisten.16
Berdasarkan dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tartīl adalah membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an
Pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hasil pelaksanaan layanan bimbingan. Faktor pendukung yang dapat terselenggara dengan baik mampu menunjang tercapainya layanan bimbingan yang berkualitas.
Menurut Prayitno berpendapat bahwa yang mampu menjadi pendukung layanan bimbingan berkualitas adalah adanya modal personal, modal profesional, dan modal instrumental. Keseluruhannya menjadi modal dasar yang dapat menjamin suksesnya pelayanan bimbingan. Modal personal yang dimaksud adalah berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan.
15
(
http://indoking.blogspot.com/2012/08/belajar-tartil-dan-tilawah-quran.html), diakses pada tanggal
15 Juni 2015.
16
(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.muslimah/po sts/755544284462803), diakses pada tanggal 16 Juni 2015.
Modal profesioanal yang diperoleh melalui pendidikan dan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuwan, teknologi, dan kode etik secara profesional dapat diyakini bahwa nantinya pelaksanaan bimbingan akan berjalan lancar dan sukses sedangkan yang menjadi modal instrumental adalah seluruh penunjang kegiatan, meliputi sarana dan prasarana, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan bimbingan, dan sarana pendukung lainnya.17
Menurut Dewa Ketut Sukardi berpendapat bahwa “Pengelolaan pelayanan bimbingan didukung oleh adanya organisasi, personel pelaksana, sarana dan prasarana, kerjasama, dan pengawasan pelaksanaan bimbingan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan bimbingan tidak dapat terlepas dari seluruh komponen pelayanan bimbingan yang ada, sehingga apabila semuanya mampu berjalan sesuai dengan prosedur pelaksanaan sebenarnya, maka layanan bimbingan akan berkualitas.18
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat menjadi pendukung layanan bimbingan menjadi berkualitas sebagai berikut:
1) Mempunyai modal personal, yaitu guru pembimbing berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan.
2) Mempunyai modal profesional, yaitu guru pembimbing mendapatkan pendidikan secara formal, sesuai dengan
17
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling SD (Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1997), hlm. 45-46.
18
9 kaidah keilmuwan, teknologi, dan kode etik.
3) Mempunyai modal instrumental, yaitu seluruh penunjang kegiatan, meliputi sarana dan prasarana, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan bimbingan, dan sarana pendukung lainnya.
Apabila ditemukan faktor penghambat, hal tersebut akan berpengaruh dan menjadikan layanan tidak berkualitas. Diantaranya faktor yang dapat menghambat pelaksanaan bimbingan sebagai berikut;
Menurut Slameto dalam makalahnya menyebutkan faktor yang melatarbelakangi rendahnya efektifitas layanan bimbingan diantaranya; bimbingan belum mampu terlaksana seperti yang diharapkan, lemahnya manajemen dikalangan guru pembimbing, terdapat guru pembimbing bekerja tanpa adanya perencanaan yang matang, dan program bimbingan dipakai sekedar pajangan dan dokumen administrasi.
Menurut Tombak Alam berpendapat bahwa faktor penghambat layanan bimbingan disebabkan oleh; rasa malas dalam diri siswa, tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk belajar, lingkungan kurang mendukung untuk belajar, dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.19
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat menjadi penghambat layanan bimbingan sebagai berikut:
1) Kurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya.
2) Lingkungan yang kurang
mendukung untuk belajar.
3) Lemahnya manajemen dikalangan guru pembimbing.
4) Rasa malas dalam diri siswa. METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
19
Tombak Alam, Metode Membaca dan Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai ( Jakarta : PT Rineke Cipta, 2002), hlm. 11.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang dialami oleh subyek penelitian yang diamati.20 Jenis penelitian kualitatif deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dalam peneitian ini adalah:
Metode Observasi
Metode observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pengamatan yang meliputi kegiatan, pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.21 Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an, proses layanan bimbingan di lapangan, serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat.
Metode Wawancara atau Interview
Metode wawancara/interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewee).22 Teknik wawancara yang
digunakan adalah teknik wawancara semi
20
Lexy Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 275.
22
10
structured,dalam hal ini mula-mula
interview menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variable, dengan keterangan yang lebih lengkap dan mendalam.23 Metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis untuk mengambil data tentang jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an, pelaksanaan layanan bimbingan membaca Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, serta faktor pendukung dan faktor penghambat bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Wawancara dilakukan kepada Guru pendidikan agama Islam, siswa serta pihak-pihak yang terkait seperti kepala sekolah, dan guru pelajaran. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.24 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak bisa diungkap dengan metode lainnya. Dalam pelaksanaanya penulis melihat melihat arsip-arsip dan catatan-catatan yang diperlukan. Diantaranya tentang sejarah singkat berdirinya sekolah, inventaris sekolah, struktur organisasi, daftar nama guru, proses layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, faktor pendukung dan faktor penghambat, serta jumlah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Metode Analisis Data
Teknik analisis data dipakai setelah data selesai dikumpulkan, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa samapai
23
Ibid., hlm. 270
24
Ibid., 174.
berhasil menyimpulkan kebenaran yang akan dipakai menjawab persoalan yang digunakan dalam penelitian.
Adapun analisa yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu, setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul kemudian disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya dianalisis kemudian diintepretasikan dengan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan objek-objek penelitian disaat penelitian dilakukan, sehingga diambil kesimpulan secara proporsional dan logis.
Dalam melakukan metode analisis diatas digunakan dengan pola berfikir induktif, yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus tersebut kemudian ditarik generalisasi yang memiliki sifat umum.25 Metode ini digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari objek lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori yang relevan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Sesuai dengan data yang diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, jenis kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an adalah adanya siswa yang sama sekali belum mengenal huruf hijaiyah, serta adanya siswa yang belum menguasai tanda baca (kasroh, pathah, dhamah, sukun dan lainnya), isyarat baca (panjang, pendek, dobel/tasdid), serta hukum-hukum tajwid (dengung/idgham, samar-samar/ikhfa’, jelas/idhar, dan lainnya). Jenis-jenis kesulitan itulah yang menyebabkan siswa kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an. Setelah mengetahui kesulitan yang dialami siswa, maka perlu adanya layanan bimbingan dalam membaca Al-Qur’an agar kesu litan-kesulitan yang dialami siswa dapat teratasi.26
25
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Affset,1 987), hlm. 42.
26
Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm.
11 Hal ini sejalan dengan teori Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, di antaranya; secara konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajari secara menyeluruh, tingkat penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikusai, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian-bagian yang sedang atau mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.27
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya jenis-jenis kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an, maka guru dapat memberikan layanan bimbingan agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat segera diatasi.
Bentuk Layanan Bimbingan
Membagi Kelompok Sesuai dengan Kemampuan
Pembagian kelompok ini diawali dengan tes membaca Al-Qur’an. Melalui tes inilah tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an akan terlihat. Sesudah mengetahui tingkat kemampuan siswa, barulah pengelompokan ini bisa dilakukan sesuai dengan tingkat kemampuanya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah guru dalam memberikan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga kesulitan yang dialami siswa akan lebih mudah teratasi.
Pengenalan Huruf Hijāiyah
Pengenalan huruf hijāiyah ini dilaksanakan setiap hari senin dan selasa, bimbingan ini dilaksanakan dari jam 13.30- 15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Pengenalan huruf hijāiyah diberikan kepada siswa yang sama sekali belum mengetahui huruf-huruf hijāiyah.
Cara pengenalan huruf hijāiyah kepada siswa dengan menggunakan lagu (Ibu-Farhan feat Hadad Alwi). Tujuannya adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa khususnya bagi siswa yang sama sekali belum bisa membaca iqra’.
Pengenalan Tanda Baca
27
Telah dikutip pada Bab II, hlm. 19-20.
Pengenalan tanda baca ini meliputi:
kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun, dan
lainnya. Bimbingan ini dilaksanakan dari jam 13.30- 15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Tujuan pengenalan tanda baca ini agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Pengenalan Isyarat Baca
Pengenalan isyarat baca ini dilaksanakan setiap jam 13.30-15.00 setelah pelajaran KBM selesai. Dalam kegiatan ini guru memberikan contoh membaca yang benar sesuai dengan panjang, pendek, dan dobel/tasydīdnya kepada siswa. Kemudian siswa menyimak yang dibacakan oleh guru, setelah siswa paham maka giliran siswa yang mempraktikan maju kedepan satu persatu secara bergantian. Tujuan pengenalan isyarat baca ini agar siswa dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan panjang, pendek, dan dobel/ tasydīdnya.
Pengenalan Hukum-Hukum Tajwīd Pengenalan hukum-hukum tajwīd ini dilaksanakan setiap hari senin dan selasa jam 13.30-15.00, semua siswa diwajibkan untuk membawa Al-Qur’an tujuannya untuk mempermudah guru dalam menyampaikan atau menjelaskan hukum-hukum bacan. Dalam pengenalan hukum tajwīd ini guru membacakan Al-Qur’an serta memberikan penjelasan cara membaca dengan baik dan benar sesuai dengan makhrajnya sedangkan siswa menyimak.
Jika ada siswa yang ramai sendiri dan tidak memperhatikan, maka guru memberikan hukuman berupa menjelaskan kembali apa yang sudah guru sampaikan. Tujuannya agar siswa benar-benar fokus dalam bimbingan pembelajaran tentang pengenalan hukum-hukum bacaan. Namun dalam pelaksanaan bimbingan ini agar tidak terlihat jenuh dan membosankan, sesekali guru memberikan cerita motivasi yang sifatnya membangun semangat siswa agar kembali fokus pada pelaksanaan bimbingan.
12 Tutor sebaya ini dilaksanakan rutin setiap pagi jam 07.00-07.30 setelah selesai shalat dhuha di halaman sekolah. Kegiatan tutor ini bertujuan agar siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an akan sedikit terbantu. Kegiatan ini adalah membaca ayat-ayat pendek yang dipimpin langsung oleh teman sebayanya dan semua siswa diwajibkan membawa Al-Qur’an.
Agar kegiatan tutor sebaya ini berjalan degan tertib dan lancar, maka sebelum kegiatan dimulai guru berkeliling untuk mengkondisikan siswa dan mengecek siswa yang tidak membawa Al-Qur’an. Apabila ada siswa yang tidak membawa Al-Qur’an maka akan dapat hukuman, dan hukumannya adalah menjadi pemimpin tutor pada hari berikutnya. Hukuman ini tujuannya agar siswa tidak lupa membawa Al-Qur’an dan agar anak mau belajar sungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an.
Tilāwah
Kegiatan tilāwah ini dilaksanakan setiap hari rabu dan kamis jam 13.30-15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini guru memberikan contoh kepada siswa, kemudian siswa menirukan. Selain itu Ibu Noor Indah Soumi, S.Pd.I. juga mengatakan guru juga sering memutarkan video ataupun mp3 murotal dan siswa disuruh untuk melihat dan mendengarkan sehingga siswa akan termotivasi untuk menirukan cara membacanya. Tujuan diadakannya kegiatan tilāwah ini agar siswa termotivasi dan tertarik dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Tartīl
Kegiatan tartīl ini dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis jam 13.30-15.00 di ruang kelas yang sudah disediakan sekolah. Menurut Bapak Mukhson mengemukakan, kegiatan membaca tartīl ini diadakan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhrajnya. Dalam pelaksanaan kegiatan ini guru memberikan contoh kepada siswa, kemudian siswa menirukan.
Bentuk layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an sesuai dengan data yang telah diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, yaitu membagi kelompok sesuai dengan kemampuan, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum-hukum tajwīd , tutor sebaya, tilāwah dan tartīl.28 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bentuk layanan bimbingan yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura sudah sesuai dengan teori.29
Akan tetapi yang perlu diketahui bahwasanya bentuk layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an guru menggunakan cara baru yaitu lagu (Ibu- Farhan feat Hadad Alwi) untuk mengenalkan huruf hijāiyah kepada siswa agar lebih mudah diingat.
Faktor Pendukung dan Penghambat Layanan Bimbingan
Faktor Pendukung
Sesuai dengan data yang diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, faktor pendukung layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah adanya para guru pendidikan agama Islam dan jajaran guru yang dengan sabar dalam mengajarkan kepada siswa. Adanya bimbingan berkelanjutan di sekolah terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an. Adanya fasilitas seperti Iqra’, Al-Qur’an, ruang kelas, serta monitoring sehingga bimbingan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Tersedianya sarana pembelajaran Al-Qur'an dengan adanya tilawah dan tartil, serta guru yang berkompeten.30
Hal ini sesuai dengan teori Prayitno dan Dewa Ketut Sukardi, dalam pelaksanaan layanan bimbingan terdapat faktor pendukung di antaranya;
28
Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 44-45.
29
Telah dikutip pada Bab II, hlm. 30-33.
30
13 mempunyai modal personal, yaitu guru pembimbing berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan. Mempunyai modal profesional, dan mempunyai modal instrumental.31
Adanya faktor pendukung layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura diharapkan dapat membantu guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa.
Faktor Penghambat
Sesuai dengan data yang diperoleh di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, faktor penghambat layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya disebabkan kesibukan orang tua yang menghabiskan waktunya di luar sekolah. Di samping kurangnya perhatian dari orang tua yang menjadi penghambat adalah dari segi siswa itu sendiri, beragamnya kemampuan siswa yang berbeda-beda. Terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat.
Dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak bermanfaat. Kurangnya kesadaran siswa-siswi itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau kegiatan Ektrakurikuler dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak memperhatikan ketika kegiatan bimbingan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.32
Hal ini sesuai dengan teori Slameto dan Tombak Alam, di antaranya; rasa malas dalam diri siswa, tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk belajar, lingkungan
31
Telah dikutip pada Bab II, hlm. 33-35.
32
Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 55-56.
yang kurang mendukung untuk belajar, dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.33
Adanya faktor pengambat layanan bimbingan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura diharapkan dapat segera diatasi, sehingga tidak ada lagi hambatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan. Dengan demikan layanan bimbingan dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan-hambatan lagi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan analisis data penelitian mengenai Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah adanya siswa yang sama sekali belum mengenal huruf hijāiyah, serta adanya siswa yang belum menguasai tanda baca
(kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun, dan
lainnya),isyarat baca (panjang, pendek, dobel/tasydīd),serta hukum-hukum tajwīd baca dengung (idgām), samar-samar
(ikhfā), jelas (izhār) dan lain-lainnya.
Jenis-jenis kesulitan itulah yang menyebabkan siswa kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an.
Bentuk layanan bimbingan guru pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa dengan adanya membagi kelompok sesuai dengan kemampuan belajar, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum tajwīd, tutor sebaya, tilāwah dan tartīl. Dengan adanya kegiatan layanan bimbingan ini diharapkan kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa dapat teratasi secara maksimal.
33
14 Dalam pelaksanaan layanan bimbingan ada faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya adalah adanya para guru Pendidikan Agama Islam dan jajaran guru yang dengan sabar dalam mengajarkan kepada siswa dengan adanya bimbingan berkelanjutan di sekolah terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, adanya fasilitas seperti Iqra’, Al-Qur’an serta monitoring sehingga bimbingan bisa berjalan dengan baik dan lancar, serta tersedianya sarana pembelajaran Al-Qur'an dan dengan adanya ekstrakurikuler tilāwah dan tartīl,serta guru yang berkompeten.
Sedangkan faktor penghambat adalah kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya disebabkan kesibukan orang tua yang menghabiskan waktunya di luar sekolah. Di samping kurangnya perhatian dari orang tua yang menjadi penghambat adalah dari segi siswa itu sendiri, beragamnya kemampuan siswa yang berbeda-beda, terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat. Dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak bermanfaat, kurangnya kesadaran siswa-siswi itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau kegiatan Ektrakurikuler BTA dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak memperhatikan ketika kegiatan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.
Saran-saran
Kepada Kepala Sekolah
Diharapkan kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar terus memantau kegiatsan guru dan siswa dalam proses bimbingan membaca Al-Qur’an. Kepada guru atau pembimbing
Diharapkan guru atau pembimbing SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar meningkatkan kualitas pembelajaran membaca Al-Qur’an sehingga membaca
Al-Qur’an menjadi kegiatan yang digemari oleh siswa.
Kepada Siswa
Diharapkan siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar lebih rajin dan bersemangat lagi dalam berlatih membaca Al-Qur’an agar kelak menjadi generasi muda Islam yang baik.
Kepada Orang Tua
Diharapkan orang tua siswa untuk lebih memperhatikan untuk dapat mengajarkan dan memberi semangat anak-anaknya untuk berlatih membaca Al-Qur’an dan memberi tauladan yang baik, serta mengecek kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
(http://dedendida.blogspot.com/2011/02/til awah-al-quran-membaca-al-quran.html), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.
(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.mus limah/posts/75554428446280), diakses pada tanggal 16 Juni 2015.
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineke Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunur Rahim, Faqih. 2001. Bimbingan
dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta: Ullpress.
Aunur Rahim, Faqih. 2004. Bimbingan
dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta: Ullpress.
Departemen Agama RI. 2012. Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid
Kode Angka. Bandung: CV. Sinar
Baru.
Hadi, Sutrisna. 1987. Metodologi
Research. Yogyakarta: Andi Affset.
Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar
Mengajar Berdasarkan CBSA.
15 http://indoking.blogspot.com/2012/08/bela
jar-tartil-dan-tilawah-quran.html), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.
Kasiram. 1999. Kapita Selekta Pendidikan. IAIN: Biro Ilmiyah.
Ketut Sukardi, Dewa. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineke Cipta.
Marsudi, Saring dkk. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta : Muhammadiyah University Press UMS.
Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mu’awaniyah, Elfi dan Hidayah, Rifa. 2009. Bimbingan Konseling Islami
di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap
Kesulitan Belajar Khusus.
Jogjakarta: Nuha Litera.
Nata, Abbudin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis,Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Perss.
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling SD. Jakarta: Ikrar
Mandiri Abadi.
Suhesti, Endang Ertiati. 2012. Bagaimana
Konselor Bersikap. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sukardi, Ketut dan Kuswari, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineke Cipta.
Surulaga, Fadillah dkk. 2005. Psikologi
Pendidikan dalam Prespektif
Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Suryo dan Amin. 1984. Pembelajaran Tutor Sebaya.
(http://bagawanabiyasa.wordpress. com/2013/07/21/pembelajaran-tutor-sebaya), diakses pada tanggal 15 Juni 2015.
Syah, Muhibbin. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan
dalam Prespektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis
Intelegensi). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Tombak, Alam. 2002. Metode Membaca
dan Menulis Al-Qur’an 5 Kali
Pandai. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Yahya, Murip. 2013. Profesi Tenaga
Kependidikan. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Zuhairini. 1994. Sejarah Pendidikan