• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

69

KABUPATEN PEKALONGAN

A. Analisis Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an pada Siswa di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan.

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam tentu tidak semuanya bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Masih terdapat beberapa materi-materi pembelajaran pendidikan agama Islam yang beberapa siswa masih mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kesulitan belajar dalam hal ini yaitu tentang pembelajaran Al- Qur’an. Di SMP 3 Tirto masih banyak ditemui beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an.

Berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa di SMP 3 Tirto antara lain yaitu tidak hanya dari kemampuan melafalkan kalimat yang ada dalam bacaan Al-Qur’an, akan tetapi juga kemampuan untuk mengenal huruf hija’iyah yang selanjutnya mampu melafalkannya dengan baik dan benar.

Masih banyak ditemui siswa yang masih mengalami kesulitan dalam membaca sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, kebanyakan dari siswa di SMP 3 Tirto masih kesulitan dalam masalah kelancaran membaca Al- Qur’an. Selanjutnya kesalahan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

(2)

Misalnya ada beberapa siswa yang masih terbata-bata dalam membaca, belum mampu mempraktikkan ketepatan makharijul huruf yang benar dalam membaca Al-Qur’an dan sesuai dengan ilmu tajwid yang baik dan benar bahkan masih terdapat siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an sama sekali.

Kondisi tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian bagi guru PAI untuk mengatasi masalah siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Berbagai strategi harus dilakukan guru agar bisa mengatasi masalah tersebut. Karena Al-Qur’an adalah Firman Allah dan merupakan salah satu sumber hukum Islam sehingga sebagai umat Islam harus bisa membaca dan mengamalkan Al-Qur’an agar mendapat jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi untuk siswa di SMP 3 Tirto yang masih harus diberikan pendidikan agama sebagai pondasi atau bekal bagi siswa untuk kehidupannya di masa mendatang.

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat bagi Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an pada Siswa di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan.

Secara keseluruhan, strategi-strategi yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an di SMP 3 Tirto sudah dilaksanakan, akan tetapi tentu saja ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan strategi tersebut.

(3)

1. Faktor Pendukung

Berikut hasil analisis yang menjadi faktor pendukung bagi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan, antara lain :

1) Adanya program ekstrakurikuler BTQ di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan.

2) Sekolah sudah melengkapi dan memfasilitasi sarana dan prasarana yang mendukung guru dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini meliputi buku-buku penunjang pembelajaran, alat pembelajaran dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan teori dari Wina Sanjaya bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Dengan demikian, ketersediaan sarana yang lengkap memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi mengajarnya serta dapat meningkatkan gairah mengajar mereka. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar karena setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa yang menentukan pilihan dalam belajar.

(4)

2. Faktor Penghambat

Berdasarkan temuan yang ditemukan penulis di lapangan ada dua faktor penghambat bagi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP 3 Tirto Kab.

Pekalongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor Intern

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis temukan di lapangan sebenarnya ada dua faktor intern yang menjadi penghambat bagi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP 3 Tirto, antara lain kurangnya kesadaran dari siswa sendiri untuk bisa membaca Al- Qur’an dengan lancar dan benar sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Serta beberapa siswa di SMP 3 Tirto tidak belajar di TPQ bahkan ada yang putus sekolah TPQ.

Oleh karena itu dibutuhkan peran dan strategi guru untuk menumbuhkan kesadaran diri bagi siswa SMP 3 Tirto untuk memperbaiki diri dalam belajar membaca Al-Qur’an. karena kalau tidak ada kesadaran diri dari siswa tersebut tentu akan sulit untuk bisa memperbaiki kualitas membaca Al-Qur’an dari siswa SMP 3 Tirto. Sehingga hal tersebut sangat menghambat guru dalam proses pembelajaran PAI terutama pada saat pelajaran tentang membaca Al-Qur’an.

(5)

2) Faktor Ekstern

Berdasarkan penemuan yang penulis temukan di lapangan ada dua faktor yang menjadi penghambat bagi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an di SMP 3 Tirto Kab. Pekalongan, antara lain :

a) Kurangnya perhatian dan motivasi dari keluarga dalam mendidik agama kepada anaknya.

Keluarga merupakan salah satu lembaga yang ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan terutama pendidikan agama bagi anak. Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan pendidikan, dan dikatakan utama karena pendidikan dan bimbingan anak itu paling banyak dilaksanakan dalam lingkungan keluarga.

Tetapi fungsi keluarga yang dikenal sebagi tempat pendidikan utama dan pertama, nampaknya saat ini sudah berubah seiring dengan era globalisasi dalam setiap lini kehidupan. Para orang tua banyak yang sibuk bekerja di luar rumah, sehingga pada gilirannya anggota keluarga, terutama anak-anak sering menjadi korban kurang terperhatikan terutama dalam kebutuhan agamanya termasuk yang dialami oleh siswa di SMP 3 Tirto terdapat siswa yang tidak

(6)

diperhatikan dalam pendidikan agamanya karena orang tuanya tersebut tidak pernah berinisiatif untuk menyekolahkan anaknya ke TPQ padahal sebenarnya anak tersebut menginginkan dirinya bisa belajar di TPQ. Sehingga dampaknya anak tersebut sampai sekolah SMP tidak bisa membaca Al-Qur’an sama sekali. Hal tersebut merupakan faktor penghambat bagi guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP 3 Tirto karena pada dasarnya untuk mengatasi masalah tersebut guru tidak bisa bekerja sendiri melainkan juga membutuhkan peran serta dari orang tua untuk bisa berhasil mengatasi masalah tersebut.

b) Kurangnya dukungan dari masyarakat serta lingkungan tempat tinggal siswa.

Salah satu yang menjadi kendala bagi guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami oleh siswa di SMP 3 Tirto yaitu iklim masyarakat disana yang kurang mendukung. Masyarakat merupakan lingkungan dimana anak itu tinggal dan berbaur bersama orang yang ada di sekitarnya. Kondisi masyarakat yang baik tentu saja akan berpengaruh baik terhadap anak tetapi sebaliknya kondisi masyarakat yang kurang baik tentu saja juga akan berpengaruh buruk tehadap anak.

(7)

Hal inilah yang terjadi pada siswa di SMP 3 Tirto kebanyakan dari mereka tinggal dan dibesarkan di masyarakat yang pendidikan agamanya masih kurang.

Dampaknya beberapa siswa SMP 3 Tirto masih kurang dalam pendidikan agamanya terutama dalam hal belajar membaca Al-Qur’an bahkan beberapa siswa didapati tidak belajar TPQ dan ada juga yang putus sekolah TPQ .

C. Analisis Strategi Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an pada Siswa di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan.

Dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, peran strategi guru sangat diperlukan. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang.

Dengan melakukan strategi yang direncanakan dengan baik seorang guru akan lebih mudah dalam mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami pada siswa. Guru merupakan seseorang yang dapat memotivasi, membimbing, dan mengajarkan siswa untuk belajar Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Peran utama seorang guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an adalah sebagai motivator, fasilitator dan

(8)

evaluator bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi ujung tombak keberhasilan dalam belajar siswa.

Sesuai dengan teori yang ada bahwa sebagai pembimbing guru harus menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif, harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar sehingga menjadi tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Selain sebagai pembimbing peranan guru lainnya yaitu sebagai perencana (planner), sebagai pelaksana (organizer) dan sebagai evaluator.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru PAI tidak hanya hadir untuk menyampaikan materi pelajaran di depan kelas, tetapi juga harus dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami siswa sehingga siswa menemui kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini strategi guru sangat diperlukan dan diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an.

Beberapa strategi yang dilakukan oleh guru PAI di SMP 3 Tirto dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an sebagai berikut : 1. Membaca Al-Qur’an bersama (tadarrus) pada jam ke-0 sebelum

pelajaran dimulai.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan SMP 3 Tirto menerapkan program pembiasaan membaca Al-Qur’an bersama-sama.

Program tersebut juga merupakan salah satu metode pembiasaan yang diterapkan kepada siswa di SMP 3 Tirto. Metode pembiasaan adalah

(9)

sebuah cara mebiasakan anak untuk berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan agama Islam yaitu dengan cara melakukan sesuatu tersebut secara berulang-ulang. Sebelum memulai kegiatan pelajaran di pagi hari, yaitu dengan membaca Al-Qur’an bersama di dalam kelas, mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Semua siswa diwajibkan untuk mengikuti program tersebut. Program tersebut diharapkan dapat membantu siswa lancar dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid.

Hal yang demikian itu sesuai dengan Imam Ghazali yang mengatakan bahwa Pembiasaaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu maka akan menjadi sikap kebiasaan yang melekat pada dirinya sendiri. Karena pada dasarnya kepribadian manusia itu dapat menerima segala usaha pembentukan melalui kebiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat baik, maka ia akan menjadi orang yang baik. Untuk itu Imam Ghazali menganjurkan supaya orang tua dapat mendidik anak dan melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.

Dengan mengawali tadarrus bersama-sama juga diharapkan siswa akan lebih siap dan semangat dalam menerima pelajaran serta dapat menerima materi yang diajarkan dengan baik dan penuh konsentrasi.

(10)

2. Diadakannya program ekstrakurikuler BTQ di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan.

Sebagaimana yang penulis temukan di lapangan melalui observasi dan wawancara bahwa ekstrakurikuler BTQ di SMP 3 Tirto merupakan strategi yang dilakukan oleh guru PAI untuk membantu, mempermudah dan memperlancar siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Dengan adanya ekstrakurikuler BTQ diharapkan dapat mengatasi masalah siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an serta dapat memahami hukum bacaan-bacaan sesuai dengan ilmu tajwid.

Program ekstrakurikuler BTQ di SMP 3 Tirto diwajibkan bagi semua siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, yang dilaksanakan setiap hari kamis mulai jam 13.00-14.00. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalisir siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Karena Pekalongan sebagai kota santri sehingga sekolah mempunyai kebijakan yang berbeda dari sekolah lain. Program ekstrakurikuler BTQ merupakan salah satu kebijakan yang diberikan sekolah dalam menangani siswa yang berkesulitan belajar membaca Al-Qur’an. Dengan menerapkan kebijakan tersebut juga sebagai upaya untuk memberantas buta huruf Arab yang dialami beberapa siswa di SMP 3 Tirto.

(11)

3. Memberikan materi ilmu tajwid dan membaca Al-Qur’an di setiap sela-sela pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran, seringkali guru PAI SMP 3 Tirto memberikan materi ilmu tajwid. Pemberian materi tentang ilmu tajwid dan membaca Al-Quran di setiap sela-sela pembelajaran

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai ilmu tajwid terutama untuk siswa yang masih mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, guru juga dapat memantau siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an dalam setiap pertemuan. Sehingga hal ini dapat memudahkan guru untuk mengevaluasi dalam mengatasi masalah siswa yang kesulitan belajar membaca Al-Qur’an.

4. Menyuruh siswa mengaji di rumah dan diadakan evaluasi bagi siswa yang kesulitan dan tidak bisa membaca Al-Qur’an.

Dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami oleh siswa di SMP 3 Tirto tidak cukup hanya dengan kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah saja. Karena kegiatan pembelajaran di sekolah masih terbatas oleh waktu. Untuk itu perlu diadakan kegiatan yang lebih intens salah satunya yaitu dengan menyuruh siswa agar mengaji di rumah. Dengan kegiatan mengaji di rumah akan sangat membantu bagi guru dalam mengatasi masalah kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami oleh siswa di SMP 3 Tirto.

(12)

Dengan mengaji di rumah siswa akan lebih fokus dalam memahami bacaan-bacaan Al-Qur’an sehingga siswa juga lebih cepat paham tentang cara membaca Al-Qur’an yang benar sesuai dengan ilmu tajwid.

Untuk mengetahui siswa tersebut mengaji atau tidak guru PAI SMP 3 Tirto mengadakan evaluasi dengan cara metode privat, yaitu dengan menanyai siswa satu persatu yang diberikan tugas untuk mengaji di rumah lalu menyuruh siswa untuk mengulangi membaca surat apa yang sudah dibaca di rumah. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan sudah dicapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula untuk melihat efisiensi pelaksanaan. Esensi dari evaluasi menurut stafflebeam yaitu memberikan informasi bagi kepentigan pengambilan keputusan. Dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi adalah bagian penting yang tidak bisa diabaikan.

Dengan menyuruh siswa mengaji di rumah masing-masing merupakan strategi yang dilakukan guru PAI di SMP 3 Tirto agar siswa dapat membaca Al-Qur’an yang baik sesuai dengan hukum bacaan membaca Al-Qur’an yang benar, sesuai dengan ketepatan makharijul huruf nya dan berdasarkan ilmu tajwid yang baik dan benar.

(13)

5. Diadakan pembinaan khusus bagi siswa yang sama sekali tidak bisa membaca Al-Qur’an.

Siswa yang mengalami masalah kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an memang sudah seharusnya diberikan perhatian lebih dan juga pembinaan khusus. Pembinaan khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur’an sudah dilakukan oleh guru PAI di SMP 3 Tirto yaitu selain dengan mewajibkan mereka mengikuti ekstrakurikuler BTQ juga memberikan bimbingan khusus pada saat jam istirahat. Pembinaan dan bimbingan khusus ini diberikan kepada siswa yang sama sekali tidak bisa membaca Al-Qur’an. bimbingan khusus yang dilakukan oleh guru PAI yaitu dengan mengajari huruf hija’iyah dan menghafalnya kemudian setelah siswa hafal dan memahami huruf hija’iyah dilanjutkan dengan belajar kitab yaitu dimulai dari jilid satu, jilid dua dan seterusnya sampai siswa bisa membaca Al-Qur’an dengan benar dan lancar sesuai dengan makhraj huruf dan ilmu tajwid yang benar.

Referensi

Dokumen terkait

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

PLN dapat dikatakan sehat ( terletak pada grade AAA ) yang artinya TS lebih besar dari 95.. Penilaian Kinerja

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan

Berdasarkan pengertian diatas, VoIP atau yang dikenal juga dengan sebutan IP Telephony dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang menggunakan jaringan komputer untuk

Dari hasil penelitian akhir ini, didapatkan bahwa skema yang paling optimal dalam me minimalisir efek non linier Cross Phase Modulation adalah dengan menggunakan

Pergerakan Perempoean Arab di Indonesia: Pergerakannja Tjoema Adakan Courcours Pakaian dalam Kondangan, Aliran Baroe. Perkawinan di antara

Teknologi a informasi a dan komunikasi (TIK) telah menjadi suatu kebutuhan dalam a mendukung proses bisnis yang dijalankan oleh suatu organisasi untuk mencapai

[r]