• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VII SMPN 3 BARAKA KAB. ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VII SMPN 3 BARAKA KAB. ENREKANG"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA KELAS VII SMPN 3

BARAKA KAB. ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NURDAHLIA NIM: 105191104017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2021 M

(2)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA KELAS VII SMPN 3

BARAKA KAB. ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NURDAHLIA NIM: 105191104017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2021 M

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nurdahlia

NIM :105191104017

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam

Kelas : B

Dengan ini saya menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi ini (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia menerima sanksi dengan aturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 15 Dzulhijjah 1442 H 25 Juli 2021 M

Yang membuat pernyataan

Nurdahlia

NIM: 105191104017

(7)

vii ABSTRAK

NURDAHLIA. 105191104017. 2021. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang. Skripsi Prodi Pendidikan Islam, Fakultas Agama Islam. Dibimbing oleh ayahanda Ahmad Nashir dan ayahanda Samsuriadi.

Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui gambaran kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan Siswa. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut: 1) kesulitan yang di temui adalah dalam penyebutan makharijul huruf nya, dan dalam membaca makharijul huruf beberapa siswa juga bisa membedakan antara, ذ, ث, ش, ز, س dan ص walaupun terkadang belum lancar. Dan ada beberapa siswa yang membaca Al-Qur‟an dengan lancar, ada juga yang masih terbata-bata. 2) Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang adalah metode iqro dulu sempat menggunakan metode baghdadia tapi tidak bertahan lama karena siswa tidak menyukai nya ditambah lagi mereka belajar di TPQ di sekitar tempat tinggal mereka menggunakan metode iqro. 3) Peran guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang adalah dengan memahami sifat dan karakter dari setiap siswa, karena setiap siswa memiliki karakter sendiri baik dalam gaya belajar atau kemampuan. Dengan memahami karakter setiap siswa baik dalam hal latar belakang siswa, status sosial, budaya dan juga kemampuan dasar siswa maka guru akan lebih mudah untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Kata Kunci: Peran guru, Kesulitan dan Metode Guru Pendidikan Agama Islam

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan islam yang telah membawa sinar kecemerlangan islam yaitu Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat- sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membimbing umat islam ke arah yang terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Untuk yang teristimewa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orang tua penulis. Ayahanda Kalam dan ibunda Erni beserta keluarga besar yang selalu mendoakan dan mengantarkan penulis hinga seperti sekarang ini dengan penuh kasih sayang yang begitu besar, kesabaran, keikhlasan, baik secara material maupun dalam bentuk doa dan terima kasih juga kepada saudara kandung saya, yakni Muhammad Jufri K, Sandi K, Adli Kalam, dan Annisa Khumairah yang selalu memberikan doa dan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah

(9)

ix

diberikan demi keberhasilan penulis menuntut ilmu. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis bernilai ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat Aamiin.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak dapat terselesaikan tampa adanya dukungan, sumbangan pemikiran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis menyampaikan rasa syukur dan ungkapan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Nurhidaya Mukhtar, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ahmad Nashir, S.Pd.I., M.Pd.I. DAN Bapak Drs. Samsuriadi, M.A selaku pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, serta motivasi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga skripsi ini dapat tersusun sebagai mana mestiya.

5. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(10)

x

7. Bapak Mukhtar, S.Pd selaku kepala sekolah SMPN 3 Baraka yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Bapak/ibu guru beserta seluruh staf di SMPN 3 Baraka.

9. Siswa SMPN 3 Baraka.

10. Sahabat penulis serta teman seperjuangan angkatan 2017 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap atas saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama bagi pribadi penulis Aamin.

Makassar, 9 Zulkaidah 1442 H 20 Juni 2021 M

Nurdahlia

NIM: 105191104017

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 6

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 6

2. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ... 9

B. Membaca Al-Qur‟an ... 14

1. Pengertian Membaca Al-Qur‟an ... 14

2. Adab Membaca Al-Qur‟an ... 15

3. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an ... 16

4. Metode yang Digunakan Dalam Membaca Al-Qur‟an ... 18

C. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an ... 24

1. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an ... 24

2. Faktor Yang Menyebabkan Kesulitan Membaca Al-Qur‟an ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29

C. Fokus Penelitian ... 30

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 30

E. Sumber Data ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

H. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

1. Sejarah Sekolah ... 35

(12)

xii

2. Profil Sekolah ... 35

3. Visi, Misi Sekolah ... 36

4. Keadaan Guru ... 36

5. Keadaan Siswa ... 38

6. Sarana dan Prasarana ... 39

7. Unit kegiatan siswa ... 40

B. Hasil Penelitian ... 41

1. Gambaran Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang ... 41

2. Gambaran Metode Yang di Gunakan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatsi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang ... 45

3. Gambaran Peran Guru Pendidikan Agama IslamDalam Mengatasi Kesulitn Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 60

LAMPIRAN ... 61

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan ………..37

Tabel 4.2 Jumlah Siswa………..38

Tabel 4.3 Fasilitas Sekolah………..38

Tabel 4.4 Unit Kegiatan Siswa………..………..39

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti luas, yaitu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala aspek lingkungan dan sepanjang hidup manusia. Sementara itu dalam artian sempit pendidikan ialah sekolah yang artinya pengajaran yang dilaksanakan di sekolah sebagai pendidikan formal.1 Kemudian pada intinya pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang ditemukan, baik dari pendidikan sekolah formal maupun non formal dari semua pengalaman hidup manusia sepanjang hidup.

Pendidikan suatu sistem dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam sejarah hidup manusia, hampir tidak ada kelompok hidup manusia yang tidak memakai pendidikan sebagai instrumen pembudayaan dan peningkatan kualitas.2

Pendidikan Agama Islam ialah berupa bimbingan dan usaha terhadap siswa agar setelah tuntas dari pendidikannya dapat menguasai dan mengamalkan keyakinan Islam dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.3

Adanya guru pada saat proses belajar mengajar maupun pengajaran masih sangat memegang peranan yang penting. Kewajiban guru dalam proses pengajaran belum mampu digantikan oleh radio, mesin, tape recorder atau

1 Bintu Maunah, Landasan Pendidikan (Yogyakarta: Teres, 2009), h. 1-2.

2 Hijair AH dan Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia (Yogyakarta: Safira Insani Press, 2003), h. 4.

3 Aat Syafaat, Soeharni Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2008), h. 11.

(15)

komputer yang sangat baru. Karena masih banyak nilai-nilai manusiawi seperti motivasi, kebiasaan, sikap, perasaan, sistem nilai, yang sangat diharapkan dari hasil proses pengajaran, yang tidak dapat diperoleh melalui alat-alat tersebut.4

Al-Qur‟an ialah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber semua ilmu pengetahuan yang dijadikan pedoman dalam pendidikan agama Islam. Oleh karena nya kemahiran menulis, menghayati, membaca, mengerti, isi kandungan yang ada dalam al-Qur‟an harus dimiliki oleh setiap muslim, terutama kemahiran dalam membaca al-Qur‟an. Membaca al-Qur‟an adalah keterampilan awal yang wajib dimiliki seorang muslim. Karena membaca al- Qur‟an adalah suatu ibadah dan merupakan petunjuk bagi umat muslim di dunia.5

Allah SWT berfirman:

ُالله ىّهَص ِ هاللَّ ُلٕصس َلاق : لاق ُُّع هاللَّ ًَضس ٌَافع ٍب ٌَاًثع ٍع : ىههَصٔ ٍَِّْهَع ًُّههع َٔ ٌَآ ْشُقنا َىههَعَح ٍَْي ىُكشٍَخ «

» يساخبنا ِأس

Terjemahnya:

“Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Allah SWT berfirman:

ًٌََُٕح ْشُح ْىُكههَعَن ۟إُخ ِصََأ َٔ ۥَُّن ۟إُعًَِخْصٲَف ٌُاَء ْشُقْنٱ َا ِشُق اَرِإ َٔ

Terjemahnya:

4 Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Yogyakarta: Penerbit STAIN Purwokerto Press, 2011), h. 107.

5 Sayyud Muhammad Alwi Al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an.

(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010), h. 187.

(16)

“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”(Al- A‟raf:204)6

Dalam proses pendidikan agama Islam semua sumber ilmu pengetahuan diambil dari dalil yang terdapat di dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an begitu istimewa dan penting sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk mempelajarinya. Akan tetapi kemampuan seseorang dalam memahami dan membaca al-Qur‟an itu berbeda-beda. Ada orang yang bisa membaca dengan benar tapi kurang bisa memahami isi al-Qur‟an, ada juga yang kurang bisa membaca al-Qur‟an tapi bisa memahami isi al-Qur‟an, dan adapun yang bisa membaca dan memahami isi kandungan al-Qur‟an dengan baik.

Maka dari itu guru seharusnya dapat membimbing dan mengontrol siswa untuk belajar terutama tentang al-Qur‟an. Guru harus memiliki peran penting untuk menumbuh kembangkan agar siswa terbiasa membaca al-Qur‟an dengan benar.

Dalam meningkatkan kualitas membaca al-Qur‟an guru mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan minat siswa selama proses belajar, karena minat siswa kadang berubah-rubah selama pelajaran berlangsung.

Berdasarkan hal diatas, di SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang masih ada yang ditemui kesalahan siswa dalam membaca al-Qur‟an seperti beberapa siswa yang masih belum lancar tajwid nya seperti terbata-bata pada saat membaca al-Qur‟an, dan ada juga yang belum tepat makharijul huruf nya, dan

6 Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 176.

(17)

dalam membaca makharijul huruf beberapa siswa belum bisa membedakan antara, ذ, ث, ش, ز, س dan ص.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca al-Quran Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran kesulitan membaca al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang?

2. Metode apa saja yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang?

3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab.

Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

3. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, mahasiswa, guru karena penelitian ini mengenai peran guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi penulis maupun bagi pembaca lainnya.

b. Bagi sekolah yang masih banyak anak kesulitan membaca al-Qur‟an sehingga dengan pedoman ini dapat mengatasi anak kesulitan membaca al-Qur‟an.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk memudahkan peneliti lainnya mengenai masalah yang serupa, peran guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan membaca al- Qur‟an siswa.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Di dalam pengertian guru, guru merupakan orang yang menjadi pedoman dalam semua tingkah laku, perkataan dan ucapan. Dan guru juga akan menjadi contoh dalam menjalankan kehidupan siswa. Dalam penjelasan lain, guru merupakan sosok yang berusaha terus menerus dan secara gradual, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan membuat dirinya menjadi contoh yang sangat baik untuk siswa.

Menurut Rojai dan Risa:

Guru memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya membentuk karakter anak bangsa yang berbudi luhur. Guru tidak pernah lelah dalam membentuk watak generasi penerus bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang di harapkan7.

Undang-Undang PP RI Pasal 1 No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang- kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.8

7Rodja, Risa Maulana Romandon, Panduan Sertifikasi Guru Berdasarkan Undang- Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Dunia Cerdas, Cet. 1 2020), h. 8.

8 Suberia Diklat. Peraturan Pemerintah NO.55/2007.

https://suberia.wordpress.com/2010/06/20/peraturan-pemerintah-no-552007/. 2010. (diakses 6 Februari 2021 jam 12:06 AM)

(20)

Guru merupakan sosok yang profesinya mengajar. Di dalam masyarakat Jawa, guru dilacak menggunakan okranium gu dan ru. “Gu” dapat diartikan dengan dapat di gugu (dianut) dan “ru” bisa di terjemahkan ditiru (dijadikan teladan). Menurut Zainuddin. Bahwa guru merupakan “pendidik dalam artian umum yang mempunyai tugas serta tanggung jawab terhadap pendidikan dan juga pengajaran”. Jadi guru merupakan semua sosok yang berjuang membiasakan, melatih, mempengaruhi, mengajar serta memberi tauladan dalam membentuk karakter pribadi peserta didik dalam aspek intelektual, keterampilan, jasmani, rohani, yang akan kita per tanggung jawabkan pada kedua orang tua para peserta didik, masyarakat luas dan kepada Allah.

Pendidikan ialah unsur yang paling penting dari proses kependidikan dipundak guru terletak tanggung jawab yang sangat besar dalam usaha mengantarkan siswa ke arah tujuan dan cita-citanya.

Setiap orang dapat menjadi guru, guru bagi keluarganya dan orang banyak, namun tidak semua orang bisa menjadi pendidik yang melaksanakan pendidikan maupun pengajaran. Yang dimaksud pendidik di sini adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya.

Sedangkan guru pendidikan agama Islam (PAI) yaitu upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengebal, memahami, mengimani, menghayati, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

(21)

ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur‟an dan Hadist melalui kegiatan bimbingan, latihan, pengajaran serta penggunaan pengalaman.9

Sebaliknya pemahaman guru Pendidikan Agama Islam di dalam kapita selekta Pendidikan Agama Islam ialah dengan menggunakan rujukan hasil

Konferensi Internasional terhadap penjelasan guru Pendidikan Agama Islam ialah sebagai murabbi, muaddib dan muallim.

Penjelasan tentang murabbi ialah guru agama adalah orang yang mempunyai kepribadian rabbani, yaitu terpelajar, bijaksana, di dalam bidang wawasan tentang rab. Sedangkan muallim ialah sosok guru agama yang harus ilmuan, yaitu menguasai bidang ilmu teoritik, komitmen, memiliki kreativitas, yang sangat tinggi dalam menebarkan ilmu pengetahuan dan sikap hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan penjelasan tentang ta’dib ialah integrasi antara ilmu dan amal.10

Allah berfirman:

إُحَضْفاَف ِشِناَجًَْنا ًِف إُحهضَفَح ْىُكَن َمٍِق اَرِإ إَُُيآ ٌٍَِزهنا آٌََُّأ اٌَ

َُُيآ ٌٍَِزهنا ُ هاللَّ ِعَف ْشٌَ أُزُشَْاَف أُزُشَْا َمٍِق اَرِإ َٔ ۖ ْىُكَن ُ هاللَّ ِحَضْفٌَ

ْىُكُِْي إ

شٍِبَخ ٌَُٕهًَْعَح اًَِب ُ هاللَّ َٔ ۚ ٍثاَج َسَد َىْهِعْنا إُحُٔأ ٌٍَِزهنا َٔ

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! “berilah kelapangan di dalam majelis-majelis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu” maka berdirilah niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa

9 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2012), h. 11

10 M Masjkur. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Self Control Remaja di Sekolah. At-Tuhfah: Jurnal Keislaman. Vol. 7, No. 1. 2018, http://ejournal.sunan- giri.ac.id/index.php/at-tuhfah/article/download/114/89/307. (diakses 6 Februari 2021 Jam 12:10)

(22)

derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.

Al-Mujadalah: 11).11

Jadi, penjelasan tentang Guru Pendidikan Agama Islam ialah guru yang mengajarkan bidang studi pendidikan agama Islam yang memiliki kemampuan sebagai pendidik dan bertanggung jawab terhadap siswa.

2. Peran Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Di antara hal-hal yang sangat penting diperlukan oleh seorang guru di dalam menangani kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa adalah dengan mencari metode yang sangat berpengaruh untuk mengajarkan al-Qur‟an kepada anak didik mereka. Karena, pengajaran al-Qur‟an ialah fondasi yang paling utama di dalam Islam yang harus ditanamkan dalam diri siswa supaya mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan hati mereka bersinar cerah tanpa dikeruhkan dengan gelapnya maksiat dan dosa.12

Ada banyak cara dan metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran, namun ada hal yang sudah terbukti paling baik dalam proses pengajaran dan penjabaran nya di dalam kehidupan nyata, yaitu dengan adanya guru, panutan, suri tauladan. Oleh sebab itu, jika sosok guru sangat ingin berperan penting dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam membaca al-Qur‟an harusnya iya terlebih dahulu menanamkan rasa cinta anak didik nya terhadap al-Qur‟an. Dan seorang guru harusnya menjadi teladan dan panutan pertama bagi mereka.

11 Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 543.

12 Sa‟ad Riyadh, Anakku Cintailah Al-Qur’an (Jakarta: Aqwam Medika, 2007), h. 14.

(23)

Al-Qur‟an dapat membersihkan jiwa yang kotor dan menjadikan seseorang berakhlak mulia, namun itu juga tergantung pada pengaruh akhlak seorang guru. Jika akhlak guru sesuai dengan apa yang ia ajarkan, maka dengan sendirinya peserta didik juga akan mengikuti akhlak gurunya.

Peran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya, peran sendiri menentukan apa yang harus di perbuat oleh seseorang bagi masyarakat dan kesempatan-kesempatan apa yang diberikan kepadanya serta mengatur perilaku seseorang. Sedangkan yang dimaksud peran guru adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.13

Peran pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca al-Qur‟an ialah dengan pembelajaran observasi. Pembelajaran observasi merupakan pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati, meniru perilaku orang lain dengan menggunakan kognitif nya dan bukan sebagai penguatan (reinforcement). Karena siswa ialah manusia biasa dan manusia memiliki sifat meniru. Memberi keteladanan merupakan faktor yang penting dalam proses pendidikan dan pengajaran.14

Adapun peran kedua yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang menggunakan zona perkembangan proksimal. Zona

13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), h. 165

14 Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 53&54.

(24)

perkembangan proksimal ini adalah sesuatu yang masih belum dapat dilaksanakan seorang siswa, tetapi dapat dikerjakan dengan bantuan teman atau orang dewasa yang ahli. Ada beberapa guru menyebutkan saat pengajaran ketika seorang siswa berada tepat pada fase kesiapan untuk mendapatkan konsep tertentu. Pembelajaran yang dilakukan ialah dengan menyediakan berbagai dukungan dan meminta agar anak tersebut bertanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup. Contohnya, dengan bantuan guru, siswa dapat membaca dan mengenal huruf hijaiyah dengan baik dan tepat. Selanjutnya guru, dapat mengarahkannya untuk menyatukan huruf-huruf hijaiyah tersebut sehingga menjadi satu kata.15

Guru hanya merupakan salah satu diantara banyaknya sumber dan media belajar. Maka dengan begitu peran guru dalam proses belajar mengajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan bisa mendorong siswa untuk selalu belajar dalam berbagai kesempatan dengan menggunakan berbagai sumber dan media. Guru harus nya mampu membantu setiap siswa untuk selalu efektif dapat menggunakan berbagai kesempatan belajar dan sumber belajar serta media belajar yang ada. Hal ini berarti bahwa guru harusnya dapat meningkatkan cara dan kebiasaan belajar yang baik. Guru sangat di harapkan dapat memberikan fasilitas yang mendukung sehingga siswa belajar dengan efektif.16

15 Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 21.

16 Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhnya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 98.

(25)

Guru merupakan seorang pemimpin. Guru memiliki kekuasaan untuk membentuk dan membangun karakter dan kepribadian siswa menjadi seorang yang bermanfaat terhadap agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut banyak kepada guru untuk selalu mengembangkan ke profesionalitas diri masing-masing guru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Mengajar, Mendidik dan melatih siswa merupakan tugas yang sangat penting bagi guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik ialah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada siswa. Tugas guru sebagai pengajar ialah dengan meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada kepada siswa.

Tugas guru sebagai pelatih ialah dengan mengembangkan keterampilan dan menerapkan nya dalam kehidupan sehari-hari demi masa depan siswa nya.17 Allah berfirman:

اًذْش ُس َجًِّْهُع اهًِي ًٍَِِّهَعُح ٌَْأ ٰىَهَع َكُعِبهحَأ ْمَْ ٰىَصُٕي َُّن َلاَق

Terjemahnya:

“Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikuti mu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepada mu?" (Q.S Al-Kahfi; 66)18

Menurut Zuhairini:

tugas guru agama adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam, menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak agar taat dalam menjalankan ibadah dan mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.19

17Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 36

18Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident: 2012), h. 301.

19Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Malang: UM Press,2004), h. 55.

(26)

Seperti firman Allah:

ٌَ ٌََُْْٕٓ َٔ ِف ْٔ ُشْعًَْناِب ٌَ ْٔ ُشُيْأٌَ َٔ ِشٍَْخْنا ىَنِا ٌَ ُْٕعْذهٌ تهيُا ْىُكُِّْي ٍُْكَخْن َٔ

ٌَ ُْٕحِهْفًُْنا ُىُْ َكِٕى ٰٰۤنُٔا َٔ ۗ ِشَكًُُْْنا ٍَِع

Terjemahnya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah itulah orang-orang yang beruntung.”(

Q.S Ali Imran: 104). 20

20 Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 63.

(27)

B. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa membaca adalah,

“melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis”.21 Sedangkan menurut Bamberger sebagaimana dikutip oleh imam Sirager dalam jurnal PENAMAS membaca adalah, “Suatu proses kognitif sekaligus kebahasaan”.22 Selanjutnya dia menjelaskan bahwa secara kognitif, membaca adalah “proses mentransformasikan simbol-simbol grafis ke dalam konsep-konsep intelektual, sedangkan dari segi proses pembahan membaca adalah suatu sarana efektif pengembangan kemampuan berbahasa dan kepribadian”. 23 Dengan kata lain membaca berarti melakukan sebuah pekerjaan, kegiatan, atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan dan informasi yang berbentuk teks maupun tulisan.

Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata Arab Qura‟a yaqra‟u-qira‟atan- qur‟anan, yang berarti bacaan atau hal membaca.24 Sedangkan secara terminologi para ahli mengatakan hal yang berbeda-beda

Imam Fakhlur Rasi dan Syeikh Mahmud Saitun, mengatakan: “ Al-Qur‟an adalah lafal arab yang diturunkan kepada nabi muhammad saw. Yang diturunkan kepada ita secara mutawatir”

21Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 83

22 Imam Siregar, “Kekampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam

PENAMAS, Vol.XXII, No 1, Januari-April 2009, h. 37 (diakses pada 24 juni 2021, pukul 21:59)

23 Imam Siregar, “Kekampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam

PENAMAS, Vol.XXII, No 1, Januari-April 2009, h. 37 (diakses pada 24 juni 2021, pukul 21:59)

24 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta:PT. Hidakarya Agumg, 1990), h. 79

(28)

Sedangkan DR. Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Al-Qur‟an dengan:

“Kalam Allah yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril ke dalam hati rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab serta dengan makna-makna yang benar untuk dijadikan hujjah dalam pengakuannya sebagai Rasul dan dijadikan sebagai dustur bagi seluruh umat manusia, dimana mereka mendapat petunjuk dari pada-Nya disamping merupakan amal ibadah bagi kaum muslimin yang membacanya”.25

Dari pengertian membaca Al-Qur‟an di atas penulis menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan atau keinginan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pesan dan kesan dari sebuah pelajaran ilahi dan sudah terbentuk kitab yang merupakan bagi siapapun yang membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada rasul-Nya yaitu Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia maupun akhirat.

2. Adab Membaca Al-Qur’an

Agama Islam ialah jalan hidup manusia yang paling sempurna dan di dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang dapat membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui melalui dasar-dasar dan undang-undangnya melalui al-Qur‟an. Al-Qur‟an ialah sumber yang paling utama dan mata air yang dapat memancarkan agama islam.26

25Totok Jumantoro, Smsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Amzar, 2009), h. 8

26 Sayyid muhammad Husain thabathaba‟I, Memahami Esensi Al-Qur’an diterjemahkan dari Al-Qur’an fi al-Islam oleh IdrusAlkaf, (Jakarta: 2000), h. 13

(29)

Ada banyak sekali adab-adab yang harus diterapkan bagi seorang ketika mereka akan membaca al-Qur‟an dibawah ini kami menyediakan beberapa adab yang harus diterapkan ketika akan membaca al-Qur‟an.

a. Dalam keadaan yang suci, bersuci dari hadats kecil dan besar dan sengaja jenis-jenis najis yang ada karena yang akan dibaca ialah al-Qur‟an bukan perkataan manusia.

b. Memilih tempat yang bersih, tidak semua tempat yang pantas untuk membaca al-Qur‟an, ada tempat yang tidak sesuai dalam membaca al- Qur‟an seperti kamar mandi dan tempat yang kotor.

c. Menghadap kiblat, dianjurkan untuk menghadap ke kiblat karena membaca al-Qur‟an ialah ibadah.

d. Membaca ta‟awuds terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur‟an.

e. Membaca al-Qur‟an dengan nyaring atau suara keras.27

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Al-Qur‟an ialah firman Allah SWT yang selama 23 tahun diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur‟an ialah kitab suci uma islam yang di dalamnya terdapat banyak petunjuk dan pedoman hidup dalam beragama dan membimbing manusia untuk menjalankan kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Sehingga diwajibkan kepada semua umat muslim untuk senantiasa berinteraksi dengan al-Qur‟an karena al-Qur‟an adalah sumber inspirasi ketika bertindak dan berpikir. Adapun langkah utama interaksi yang

27 Abdul Majid Khon, Praktik Qira‟at Keanehan Membaca Al-Qur‟an „Ashim dan Hafash, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 44.

(30)

dimaksudkan ialah dengan membaca al-Qur‟an, selanjutnya hendaknya merenungkan dan memahami maknanya yang terkandung dalam al-Qur‟an lalu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun keutamaan-keutamaan ketika membaca al-Qur‟an ialah sebagai berikut:28

a.

ُالله ىههَص ِالله َلُٕص َس ُجْعًَِص :َلاَق ،ّ ُع الله ًضس َتَياَيُأ ًِبَأ ٍَْع اًعٍِفَش ِتَياٍَِقْنا َو ٌَْٕ ًِحْأٌَ ُّهَِئَف ٌَآ ْشُقْنا أُء َشْقِا :ُلُٕقٌَ ،َىههَص َٔ ٍَِّْهَع )ىهضي ِأس(.ِِّباَحْصَ ِلِ

Artinya:

“Dari Abu Umamah Radhiallahu „anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Bacalah al-Qur‟an itu, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa‟at bagi para pembacanya”. ( Diriwayatkan oleh Muslim)

b.

الله َل ُْٕص َس ُجْعًَِص : َلاَق ،َُُّْع ُالله ًَ ِض َس ٌَاَعًَْص ٍِْب ِسا هٕهُنا ٍَِع ههَص ٌٍَِْزهنا ِِّهَْْأ َٔ ٌِآ ْشُقناِب ِتَياٍَِقنا َو ٌَْٕ ىَح ْؤٌُ : ُل ُْٕقٌَ َىههَص َٔ ٍَِّْهَع ُالله ى

، ٌَا َشًِْع ِلآ َٔ ِة َشَقَبنا ُةَس ُْٕص ُُّيُذْقَح اٍََُّْذنا ًِف ِِّب ٌَ ُْٕهًَْعٌَ ا َُْٕاَك )ىهضي ِأس(.آًَِِب ِحاَص ٍَْع ٌِاهجاَحُح

Artinya:

“Dari an-Nawwas bin Sam‟an Radhiallahu „anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Al-Qur‟an dan ahli nya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia, akan di datangkan pada Hari Kiamat, didahului oleh surat al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya akan membela orang yang mengamalkannya”. (Diriwayatkan oleh Muslim).

c.

ِ اللَّ ُلُٕص َس َلاَق : َلاَق َُُّع ُ اللَّ َى ِض َس ٌافع ٍب ٌَاًَثُع ٍَع ِأس(. ًََّ هَع َٔ ٌَاشُقنا َى هعَح ٍَي ىُكشٍَُخ َى هَص َٔ ٍَِّهَع ُ اللَّ ىَه ص )يساخبنا

Artinya:

28 Al-Ustasz Abu Hazim bin Muhammad Bashori, Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah- bid’ah Seputar Al-Qur’an serta 250 Kesalahan dalam Membaca Al-Fatihah, (Magetan:

MaktabahDaarulAtsar, 2001), h. 16.

(31)

“Dari Utsman bin Affan Radhiallahu „anhu, beliau berkta, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya”. (Diriwayatkan oleh al-Buqhari)29

4. Metode yang Digunakan Dalam Membaca A-Qur’an

Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan sebutan sebagai istilah thariq yaitu cara. Ketika metode dihubungkan dengan pendidikan, maka metode ini harus dihubungkan untuk mengembangkan mental, sikap dan kepribadian agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif, efisien dan dapat dicerna dengan baik oleh anak didik.30

a. Metode Iqra’

Metode Iqra‟ yang ditemukan oleh KH. As‟ad Humam di Yogyakarta, terdiri dari 6 jilid. Hanya waktu 6 bulan siswa mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

Adapun inti dari metode ini ialah penekanan cara membaca a, ba, ta, na, ni, nu tampa diketahui terlebih dahulu nama huruf nya seperti alif, ba, ta. Dan metode ini paling banyak diminati dan metode ini dalam praktiknya tidak membutuhkan berbagai macam alat karena hanya ditekankan pada membaca huruf al-Qur‟an dengan lancar.31

Tiga model pengajaran metode ini adalah: pertama, cara belajar santri aktif. Guru tidak lebih sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan. Kedua, privat yaitu guru menyimak seorang demi seorang. Ketiga, asistensi jika

29 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Terjemahan RiyadhusShalihin, (Jakarta:

Darul Haq, 2015), h. 667

30Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 184.

31 As‟ad Human, Cara Cepat Belajar Al-Qur’an. AMM, (Yogyakarta: Balai Litbag LPTQ. Nasional Team Tadarrus, 2000), h. 1.

(32)

tenaga guru tidak mencukupi, guru yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid yang lain.

Untuk pelajaran penunjang dalam keberhasilan metode ini, siswa juga digembleng dengan materi-materi berikut:

1) Hafalan surah-surah pendek (juz amma) 2) Hafalan ayat-ayat pilihan

3) Hafalan bacaan shalat dan praktiknya 4) Hafalan doa sehari-hari

5) Menulis huruf Al-Qur‟an.32 b. Metode Baghdadiyah

Metode bagdadiyah disebut juga metode “eja” yang berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Tidak ada seorang pun yang tahu siapa penyusun nya. Qoidah bagdadiyah memerlukan 30 huruf hijaiyah, 17 langkah yang selalu ditampilkan. Variasi dari tiap langkah dapat menimbulkan estetika kepada siswa karena bunyinya berirama dan sangat indah dilihat. Adapun kelebihan metode ini adalah:

1) Bahan pelajaran yang disusun suekensif 2) 30 huruf abjad ditampilkan secara utuh 3) Bunyi dan susunan huruf sangat rapi

4) Keterampilan mengeja yang berkembang merupakan daya tarik bagi siswa.

Kelemahan:

1) Qoidah bagdadiyah yang asli tidak diketahui karena sudah dimodifikasi

32 Direktur Bimbingan Agama Islam, Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum (Jakarta: Depag RI, 1998), h. 42

(33)

2) Penyajian materi menjemukan

3) Penampilan huruf dapat menyulitkan siswa

4) Memerlukan waktu yang sangat lama agar mampu membaca Al-Qur‟an33

c. Metode Al-barqy

Al-barqy disusun dengan metode yang baku dan dirancang mula-mula untuk anak-anak yang berbahasa Indonesia/Melayu sesuai dengan metode pengajaran bahasa Arab bagi orang-orang yang tidak bertutur dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, metode ini sangat cocok digunakan di Indonesia dan negara-negara dengan bahas Melayu.34

d. Metode Hattaiyah

Dari beberapa metode cara cepat membaca Al-Qur‟an metode hattaiyah merupakan salah satu metode membaca dan menulis Al-Qur‟an sistem cepar dari beberapa metode yang ada. Metode hattaiyah pertamakali ditemukan oleh Al Ustadz Drs. H Muhammad Hatta bin Usman, metode ini pada awalnya berkembang di provinsi Riau tempat penulis metode ini berasal, kemudian pada tahun 1988 menyebar ke berbgai provinsi di Indonesia, dan pada tahun 1994 menyebar ke seluruh negara-negara Asean dan bahkan smpai ke Inggris, Jerman, Prancis.35

e. Metode Qira‟ati

33 Mundir Thohir, Ihya’ Al-Qur’aan Al-Karim Metode Memahami Al-Qur’an Perkata, (Kediri; Azhar Risalah, 2014), h. 10.

34 Al Barqy, Belajar Mengaji cepat, mudah & menyenangkan, https://al-barqy.com/profil- metode-al-barqy/, Diakses pada 10 agustus 2021.

35 Samauddin Siregar, Metode Hattaiyyah, samsuddin.blogspot.com/21/4/metode- hattaiyyah.html?m=1, Diakses. 10 Agustus 2021

(34)

Metode membaca Al-Qur‟an ini baru berakhir di susun pada tahun 1963 H oleh KH.Dahlan Salim Zarkasyi yang terdiri dari enam jilid. Buku ini merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari kaidah baghdadiyah.

Metode qira‟ati ini secara umum agar siswa mampu membaca l-Qur‟an dengan baik sekaligus dengan benar menurut kaidah tajwid.36

secara umum, pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan metode Qira‟ati adalah sebagai berikut

1) Dapat digunakan secara klasikal dan individual

2) Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi okok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri.

3) Siswa membaca tampa mengeja

4) Sejak permulaan belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan cepat dan tepat.37

f. Metode Tilawah

Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al-Qur‟an yang kemudian disebut metode tilawah yang terdiri dari enam jilid. Secara khas buku ini menggunakan pendekatan klasikal dan individual secara seimbang.38

Sebagai metode baru, hasil kreasi para guru Jawa Timur ini menanamkan beberapa spesifikasi sebagai berikut:

36 Imam Murijto, Pedoman Metode Praktis pengajaran ilmu Al-Qur’an Qiro’ati (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2000), h. 9

37 Imam Murjito, Pengantar Metode Qira’ati (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2002), h. 13

38 Direktur Jenderal Bimbingan Agam Islam, Metode-metode Mmembaca Al-Qur’an di Sekolah Umum , (Jakarta: Depag RI, 1998), H. 43

(35)

1) Metode Tilawah terdiri atas 6 jilid buku, termasuk ghorib dan musykilat.

Tiap-tiap jilid berbeda warna cover.

2) Masing-masing jilid dilengkapi dengan peraga yang berisi 20 halaman.

fungsi peraga agar membantu santri belajar secara klasikal dan memudahkan penguasaan materi karena peraga ini akan di ulang-ulang (satu peraga bisa di khatamkan 17-21 kali).

3) Menggunakan irama lagu rost (irama yang bergerak ringan dan cepat.

Umumnya irama ini digunakan untuk mengumandangkan adzan dan untuk mengimami sholat) sebagai lagu dasar yang mudah difahami dan ditirukan.

g. Metode Ummi

Pada pertengahan tahun 2007, KPI menerbitkan sebuah metode baca tulis AL-Qur‟an yang bernama Ummi. Metode ini di susun oleh Mansuri da A.

Yusuf MS. Buku ini telah melewati beberapa tim penguji pentashiha, antara lain, Roem Rowi, yang merupakan guru besar Ulumul Qur‟an IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pentashih selanjutnya adalah Mudawi Ma‟arif beliau pemegang sanat Muttashi sampai Rasulullah SAW. Qira‟ati riwayar Hafs dan Qira‟ati Asyarah.39

Umm memiliki beberapa buku panduan yang harus dipelajari murud, yaitu buku jilid yang terdiri dari jilid 1-6, buku tajwid, dan gharib. Ummi tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang dipegang anak saja, akan tetapi lebih kepada tiga kekuatan utama, yaitu:

39 Mansuri dan A. Yususf, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an Ummi, (Surabaya: KPI, 2007), H. 4

(36)

1) Pengelolaan yang baik 2) Mutu guru

3) Sistem berbasis mutu h. Metode Halaqah

Halaqah artinya lingkaran. Lembaga ini dikenal dengan sistem halaqah yang mana biasanya seorang guru duduk diatas lantai sambil menerangkan, membacakan karangan atau komentar orang lain terhadap suatu karya-karya pemikiran. Murid-murid akan mendengarkan penjelasan guru dengan duduk diatas lantai, yang melingkari gurunya. Sistem ini merupakan gambaran dari murid-murid yang berkumpul pada saat itu. Metode ini bahkan berkembang sampai sekarang, seperti di pesantren. Sistem halaqah tidak mengenal kelas, semua jenjang dan umur berkumpul bersama untuk mendengarkan penjelasan guru, tidak dibedakan atara usia dan jenjang pendidikan. Kegiatan halaqagh ini biasa dilaksanakan di mesjid atau di rumah.

Halaqah yang dilaksanakan di rumah biasanya dilaksanakan oleh seorang ulama dengan mengundang ulama-ulama lainatau muridnya untuk berdiskusi, berdebat atau mengajar kepada murid. Kegiatan ini berlangsung secara kontiniu. Bahkan setelah adanya madrasah sistem halaqah tidak husus mengajar atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga filsafat atau pengetahuan umum lainnya. Oleh karena itu halaqah biasa dikelompokkan kedalam lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum.40

40Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Ilmu, 1999), h. 49-50

(37)

C. Kesulitan Membaca Al-Qur’an 1. Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Membaca merupakan proses komunikasi antara pembaca dengan penulis teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya terdapat hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Adapun unsur membaca ada tiga , yaitu bermakna sebagai unsur bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna, dan simbol tertulis di artikan sebagai unsur visual.41

Kemampuan siswa dalam membaca al-Qur‟an merupakan dasar untuk mencerna apa yang ada di dalam al-Qur‟an. Kemampuan membaca al-Qur‟an pada siswa harus dibentuk dan dilatih pada masa usia balita. Jika pelatihan untuk membaca al-Qur‟an ini dimulai pada masa anak sudah beranjak dewasa atau remaja maka proses pembelajaran yang akan dilakukan terkadang lebih sulit dari pada dilakukan pada masa kanak-kanak.

Membaca merupakan kegiatan kompleks yang meliputi fisik dan mental.

Kegiatan fisik yang berkaitan dengan membaca ialah gerak mata dan daya penglihatan. Aktifitas mental meliputi ingatan dan pemahaman. Setiap orang dapat membaca dengan baik jika bisa melihat huruf dengan jelas, bisa menggerakkan mata secara lincah, mampu mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran untuk menguasai bacaan.42

Itulah mengapa di dalam Islam anak harus dididik mulai mereka masih berada di dalam kandungan. Anak akan sulit untuk membaca al-Qur‟an ketika

41 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 143.

42 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.

158.

(38)

telinga mereka tidak dapat untuk mendengar ayat-ayat suci al-Qur‟an. Islam menganjurkan kepada ibu yang tengah mengandung agar mereka selalu memperbanyak ibadah.43

Kesulitan belajar juga merupakan beragam gangguan dalam menyimak, membaca, menulis, berbicara, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak.44 Kesulitan belajar dapat disebabkan berbagai hal. Kesulitan belajar dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik dan munculnya kelainan perilaku siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah.45

Menurut para ulama ahli ushul fiqih menjelaskan bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.46

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan kesulitan membaca pada anak karena anak tidak diajarkan selama berada di dalam kandungan anak tidak terbiasa mendengar ayat al-Qur‟an dan membaca juga merupakan kegiatan yang dapat melatih gerak mata dan daya penglihatan.

43 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.

159.

44 Yulinda Erna Suryani, Kesulitan Belajar, Megistra No 73 Th.XXII September 2010, ISSN 0215-951.

45 Sopiatin dkk, Psikologi Belajar dalam Islam (B0g0r: Ghalia Indonesia, 2011), h. 17

46 Sopiatin dkk, Psikologi Belajar dalam Islam (B0g0r: Ghalia Indonesia, 2011), h. 16-17

(39)

2. Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Setiap anak itu unik. Mengapa dikatakan unik karena setiap anak tidaklah sama. Ada beberapa anak yang mudah menangkap respon dari luar, tetapi tidak sedikit juga anak yang lambat menangkap respon. Mereka memiliki alur perkembangan yang berbeda satu sama lain. Inilah yang dinamakan proses keseimbangan kehidupan.47

Kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa biasanya akan nampak dengan jelas. Dengan adanya perilaku yang tidak biasa. Tapi sangat penting untuk diingat bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi kesulitan yang dialami oleh siswa biasanya berasal dari diri siswa itu sendiri. Di bawah ini kami jelaskan beberapa faktor-faktor yang menyulitkan siswa dalam belajar membaca Al-Qur‟an

a. Faktor internal

1) Daya ingat anak rendah. Daya ingat atau memori yang sangat rendah dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Anak-anak yang sudah rajin belajar dengan keras tetapi daya memori nya dibawah rata-rata hasilnya akan kalah dengan anak-anak yang memiliki daya memori yang tinggi.

2) Terganggu nya ala-alat indra pada anak. Kita semua pasti tahu bahwa kesehatan adalah salah satu hal yang paling penting yang menentukan kegiatan kita sehari-hari. Begitupun juga pada saat belajar, anak yang memiliki masalah pada mata tentu anak akan merasa kesulitan saat mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dunia penglihatan. Begitupun

47 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogyakarta: Juvalitera, 2011), h.

11.

(40)

dengan anak yang menderita tunarungu, tentu dia akan merasa kesulitan saat mempelajari seni musik dan sebagainya.

3) Usia pada anak. Usia juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi gangguan belajar pada anak. Usia yang masih muda ataupun usia yang sudah terlalu tua dapat mengakibatkan seorang anak kesulitan untuk menerima materi belajar.

4) Jenis kelamin pada anak. Jenis kelamin juga sangat mempengaruhi hasil belajar pada anak. Anak perempuan umumnya lebih mudah belajar yang berkaitan dengan ilmu sosial. Sebaliknya, anak laki-laki kebanyakan lebih menyukai pelajaran yang langsung berhubungan dengan praktik.

5) Kebiasaan belajar atau rutinitas pada anak. Seorang anak yang memiliki jadwal belajar tertentu setiap harinya biasanya juga akan mengalami perbedaan prestasi dengan anak yang belajarnya tidak terjadwal setiap harinya.48

b. Faktor eksternal

1) Faktor pada keluarga. Keluarga adalah pusat pendidikan yang paling utama dan pertama bagi anak. Tetapi dapat juga menjadi faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada anak.

2) Keadaan ekonomi keluarga. Ekonomi pada keluarga yang kurang mampu dapat membuat anak lebih rajin membantu orang tua dibandingkan belajar.

48 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogyakarta: Juvalitera, 2011), h.

19-20

(41)

Sedangkan anak yang lahir dari keluarga ekonomi yang mapan terkadang membuat mereka malas belajar.

3) Faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan komponen yang ada di dalam maupun yang di luar kelas sangat mempengaruhi proses belajar pada anak.

4) Faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah lingkungan tempat tinggal anak, kegiatan dalam masyarakat, dan juga teman-teman pergaulan. Diantara ketiga lingkungan sosial diatas yang sangat berpengaruh pada siswa adalah lingkungan teman pergaulan.49

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan membaca al-Quran itu ada dua macam yaitu faktor internal seperti daya ingat rendah, terganggu nya ala-alat indra, usia anak, jenis kelamin, kebiasaan belajar. Selanjutnya faktor eksternal seperti faktor keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, faktor sekolah, lingkungan sosial.

49 Abu Ahmad, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.

85-92.

(42)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti ialah penelitian kualitatif, dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan oleh peneliti bukan angka- angka, tetapi data tersebut berupa wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Seperti yang dikemukakan oleh Bodgan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.50

Peneliti turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang di butuhkan dan objek yang dibahas. Penelitian lapangan ini untuk mengetahui Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilakukannya suatu penelitian untuk memperoleh data penelitian. Lokasi penelitian bertempat di SMPN 3 Baraka, Kab. Enrekang. Objek penelitian dapat dikatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa saja yang terjadi di dalamnya. Objek dari penelitian ini adalah siswa dan guru.

50 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4.

(43)

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ialah rangkaian, susunan permasalahan yang dijelaskan dalam topik penelitian, sehingga dengan terfokus ini peneliti mampu mengumpulkan data dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.51 Fokus penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan guru pendidikan agama Islam 2. Kesulitan membaca al-Qur‟an

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam merupakan seorang pengajar di sekolah yang bertujuan untuk mendidik dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran, guru juga sebagai motivator bagi siswa untuk meningkatkan semangat belajar siswa, membimbing dalam berperilaku yang baik kepada siapapun.

2. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa adalah anak yang memiliki kesulitan dalam membaca biasanya menunjukkan kebiasaan yang tidak wajar, anak sering memperlihatkan gerakan-gerakan yang penuh dengan ketegangan seperti gelisah, suara meninggi dan menggigit bibir, anak juga memperlihatkan perasaan tidak aman seperti menolak untuk membaca, menangis dan melawan guru.

51PenelitianIlmiah.com, diakses dari http://penelitianilmiah.com/contoh-fokus-penelitian, 2020, (diakses 6 Februari 2021)

(44)

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini ialah, peneliti menjelaskan informasi yang dikumpulkan terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian. Maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun yang akan menjadi sumber data primer dalam penelitian ini ialah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa di SMPN 3 Baraka.

2. Sumber sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Bila dilihat dari teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi.52

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang akan di gunakan oleh seorang peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Keberhasilan suatu peneliti ditentukan oleh instrumen peneliti yang akan digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

52Hardayani, Metode Penelitian Kualitatif&Kuantitatif, (cet-1; Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), h. 121.

(45)

1. Observasi. Observasi ialah kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan alat indera yaitu melalui penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, penciuman.53

2. Wawancara. Wawancara ialah proses yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan melalui tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang akan di wawancarai untuk mendapatkan informasi yang kongkrit mengenai permasalahan yang di teliti.54

3. Dokumentasi. Dokumentasi ialah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mempermudah informasi dari berbagai sumber tertulis maupun dokumen yang ada di responder.55

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan teknik pengumpulan data.

Maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Teknik observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah observasi partisipatif karena peneliti dengan sumber data selama penelitian berlangsung. Pada saat observasi kegiatan yang dilakukan adalah mengamati pembelajaran PAI yang sedang berlangsung di kelas pada setiap hari Kamis.

53SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (cet-14; Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h. 199.

54 Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 108.

55 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XI; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.

18.

(46)

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur karena teknik ini sangat memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi. Hasil wawancara dari setiap informan akan ditulis lengkap dengan menggunakan kode-kode dalam transkip tersebut, adapun informan yang akan di wawancarai ialah guru dan siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

3. Dokumentasi

Dokumen yang diperoleh yaitu dokumen yang berbentuk tulisan yang berisikan tentang profil sekolah SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang dan dokumen gambar pembelajaran membaca al-Qur‟an di kelas.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dimana suatu proses penggambaran keadaan yang sebenarnya melalui kata-kata. Analisis data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Reduksi Data (reducation)

Mereduksi yaitu merangkum, proses pemilihan, memilih hal yang pokok dan penting lalu dicari tema dan pola nya. Tahap ini peneliti memilih informasi relavan dan tidak relavan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut. Semakin sedikitnya dan mengarah ke inti permasalahan sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai objek penelitian.

(47)

2. Penyajian Data ( data display)

Setelah dilakukan reduksi data, selanjutnya ialah menyajikan data. Data yang disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan yang bersifat deskriptif.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir penarikan kesimpulan. Setelah semua data tersedia, permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian.56

56 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 247.

(48)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMPN 3 Baraka

SMPN 3 Baraka adalah salah satu SMP Negeri yang berlokasi di Dusun Awo, Desa Kendenan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. SMPN 3 Baraka saat ini dipimpin oleh Bapak Mukhtar, S.Pd. Sekolah ini berdiri pada tahun 1994 di atas tanah milik sendiri berdasarkan SK pemerintah pusat. Guru yang bertugas di SMPN 3 Baraka ada yang berstatus pegawai negeri dan ada juga guru honorer. Karena keberadaan sekolah ini sudah lama maka kontribusi lembaga pendidikan sangat jelas dirasakan karena telah melahirkan alumni yang kini ada yang berprofesi sebagai pegawai, guru, TNI.

2. Profil Sekolah

4) Nama Sekolah : SMPN 3 BARAKA

5) NSS : 201191650322

6) NPSN : 40313176

7) Provinsi : Sulawesi Selatan 8) Kabupaten : Enrekang

9) Kecamatan : Baraka

10) Desa : Kendenan

11) Dusun : Awo

12) Kode Pos : 91753

(49)

13) Daerah : Pedesaan

14) Status : Negeri

15) Akreditasi : B

16) Penerbit SK : Pemerintah Pusat 17) Tanggal SK

Pendirian : 1994-10-05 18) Tanggal SK

Izin Operator :1910-01-01 19) Tahun Berdiri : 1994

20) Bangunan Sekolah : Milik Sendiri 21) Kegiatan Belajar

Mengajar : Pagi

22) Jarak ke pusat

Kecamatan : 13KM

23) Jarak Ke Pusat

Otoda : 50 KM

3. Visi dan Misi SMPN 3 BARAKA a. Visi

Terwujudnya peserta didik yang berani, cerdas, terampil, dan berwawasan global

(50)

b. Misi

1. Menanamkan keimanan dan ketakwaannya melalui pengamalan ajaran agama

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

3. Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan minat, bakat potensi peserta didik

4. Membina peserta didik, melalui pembiasaan, kewirausahaan dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan

5. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait

4. Daftar Nama Guru Dan Mata Pelajaran SMPN 3 Baraka

Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan orang yang terpenting.

Guru merupakan orang yang dapat ditiru, oleh sebab itu guru harusnya bisa memberikan contoh yang baik dan menjadi teladan kepada siswa nya.

Keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari kemampuan guru memberikan ilmu pengetahuan yang ada dalam dirinya kepada siswa nya.

Jumlah guru yang berada di SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang yaitu 13 orang, berikut perinciannya:

Gambar

Tabel 1 : Data Guru dan Karyawan  NO  Nama  Tempat  Tanggal Lahir  Guru  Mapel  Jabatan  1  Mukhtar
Tabel 2: Jumlah Siswa
Tabel 4: Unit Kegiatan Siswa
Gambar 1: Dokumentasi Gedung Sekolah SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang (22  April 2021
+5

Referensi

Dokumen terkait

Apabila akhir kalimat berupa huruf yang didahului dengan mad atau mad lin, maka dibaca dengan mematikan huruf yang terakhir dengan memanjangkan madnya 2 harokat atau

Pola belajar yang diterapkan oleh dayah-dayah menunjukkan eksistensi dari masing-masing dayah, pola ini harus dimaknai sebagai kekuatan yang mampu dipertahankan

Abstrak : Tujuan kajian ini adalah untuk mengenalpasti tahap pengetahuan dan penggunaan komputer dalam kalangan guru-guru di tiga buah sekolah menengah teknik di Kuala

Jika 3 berkas sequential, seperti master file, transaction file dan update master file yang digunakan oleh sebuah program. Karena hanya ada 2 tape drive, maka salah satu dari

Penelitian ini menghasilkan satu kesimpulan bahwa pemodelan data dengan memanfaatkan obyek content lokasi wisata berbasis district, comment pengunjung, yang semuanya

Pengetahuan mengenai pengobatan tradisional diperoleh dari warisan leluhur, sehingga pengetahuan tersebut menjadi budaya turun temurun dalam satu keluarga. Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan statistika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

Perbedaan yang ada antara penelitian Abdul Rozak (2012) dengan penelitian saat ini adalah pada penelitian ini populasi yang digunakan yaitu perusahaan yang tergolong ke