• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B. Membaca Al-Qur‟an

3. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an

Al-Qur‟an ialah firman Allah SWT yang selama 23 tahun diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur‟an ialah kitab suci uma islam yang di dalamnya terdapat banyak petunjuk dan pedoman hidup dalam beragama dan membimbing manusia untuk menjalankan kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Sehingga diwajibkan kepada semua umat muslim untuk senantiasa berinteraksi dengan al-Qur‟an karena al-Qur‟an adalah sumber inspirasi ketika bertindak dan berpikir. Adapun langkah utama interaksi yang

27 Abdul Majid Khon, Praktik Qira‟at Keanehan Membaca Al-Qur‟an „Ashim dan Hafash, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 44.

dimaksudkan ialah dengan membaca al-Qur‟an, selanjutnya hendaknya merenungkan dan memahami maknanya yang terkandung dalam al-Qur‟an lalu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun keutamaan-keutamaan ketika membaca al-Qur‟an ialah sebagai berikut:28

a.

ُالله ىههَص ِالله َلُٕص َس ُجْعًَِص :َلاَق ،ّ ُع الله ًضس َتَياَيُأ ًِبَأ ٍَْع اًعٍِفَش ِتَياٍَِقْنا َو ٌَْٕ ًِحْأٌَ ُّهَِئَف ٌَآ ْشُقْنا أُء َشْقِا :ُلُٕقٌَ ،َىههَص َٔ ٍَِّْهَع )ىهضي ِأس(.ِِّباَحْصَ ِلِ

Artinya:

“Dari Abu Umamah Radhiallahu „anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Bacalah al-Qur‟an itu, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa‟at bagi para orang-orang yang mengamalkannya di dunia, akan di datangkan pada Hari Kiamat, didahului oleh surat al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya akan membela orang yang mengamalkannya”. (Diriwayatkan oleh Muslim).

28 Al-Ustasz Abu Hazim bin Muhammad Bashori, Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah-bid’ah Seputar Al-Qur’an serta 250 Kesalahan dalam Membaca Al-Fatihah, (Magetan:

MaktabahDaarulAtsar, 2001), h. 16.

“Dari Utsman bin Affan Radhiallahu „anhu, beliau berkta, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya”. (Diriwayatkan oleh al-Buqhari)29

4. Metode yang Digunakan Dalam Membaca A-Qur’an

Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan sebutan sebagai istilah thariq yaitu cara. Ketika metode dihubungkan dengan pendidikan, maka metode ini harus dihubungkan untuk mengembangkan mental, sikap dan kepribadian agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif, efisien dan dapat dicerna dengan baik oleh anak didik.30 ni, nu tampa diketahui terlebih dahulu nama huruf nya seperti alif, ba, ta. Dan metode ini paling banyak diminati dan metode ini dalam praktiknya tidak membutuhkan berbagai macam alat karena hanya ditekankan pada membaca huruf al-Qur‟an dengan lancar.31

Tiga model pengajaran metode ini adalah: pertama, cara belajar santri aktif. Guru tidak lebih sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan. Kedua, privat yaitu guru menyimak seorang demi seorang. Ketiga, asistensi jika

29 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Terjemahan RiyadhusShalihin, (Jakarta:

Darul Haq, 2015), h. 667

30Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 184.

31 As‟ad Human, Cara Cepat Belajar Al-Qur’an. AMM, (Yogyakarta: Balai Litbag LPTQ. Nasional Team Tadarrus, 2000), h. 1.

tenaga guru tidak mencukupi, guru yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid yang lain.

Untuk pelajaran penunjang dalam keberhasilan metode ini, siswa juga digembleng dengan materi-materi berikut:

1) Hafalan surah-surah pendek (juz amma) 2) Hafalan ayat-ayat pilihan

3) Hafalan bacaan shalat dan praktiknya 4) Hafalan doa sehari-hari

5) Menulis huruf Al-Qur‟an.32 b. Metode Baghdadiyah

Metode bagdadiyah disebut juga metode “eja” yang berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Tidak ada seorang pun yang tahu siapa penyusun nya. Qoidah bagdadiyah memerlukan 30 huruf hijaiyah, 17 langkah yang selalu ditampilkan. Variasi dari tiap langkah dapat menimbulkan estetika kepada siswa karena bunyinya berirama dan sangat indah dilihat. Adapun kelebihan metode ini adalah:

1) Bahan pelajaran yang disusun suekensif 2) 30 huruf abjad ditampilkan secara utuh 3) Bunyi dan susunan huruf sangat rapi

4) Keterampilan mengeja yang berkembang merupakan daya tarik bagi siswa.

Kelemahan:

1) Qoidah bagdadiyah yang asli tidak diketahui karena sudah dimodifikasi

32 Direktur Bimbingan Agama Islam, Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum (Jakarta: Depag RI, 1998), h. 42

2) Penyajian materi menjemukan

3) Penampilan huruf dapat menyulitkan siswa

4) Memerlukan waktu yang sangat lama agar mampu membaca Al-Qur‟an33

c. Metode Al-barqy

Al-barqy disusun dengan metode yang baku dan dirancang mula-mula untuk anak-anak yang berbahasa Indonesia/Melayu sesuai dengan metode pengajaran bahasa Arab bagi orang-orang yang tidak bertutur dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, metode ini sangat cocok digunakan di Indonesia dan negara-negara dengan bahas Melayu.34

d. Metode Hattaiyah

Dari beberapa metode cara cepat membaca Al-Qur‟an metode hattaiyah merupakan salah satu metode membaca dan menulis Al-Qur‟an sistem cepar dari beberapa metode yang ada. Metode hattaiyah pertamakali ditemukan oleh Al Ustadz Drs. H Muhammad Hatta bin Usman, metode ini pada awalnya berkembang di provinsi Riau tempat penulis metode ini berasal, kemudian pada tahun 1988 menyebar ke berbgai provinsi di Indonesia, dan pada tahun 1994 menyebar ke seluruh negara-negara Asean dan bahkan smpai ke Inggris, Jerman, Prancis.35

e. Metode Qira‟ati

33 Mundir Thohir, Ihya’ Al-Qur’aan Al-Karim Metode Memahami Al-Qur’an Perkata, (Kediri; Azhar Risalah, 2014), h. 10.

34 Al Barqy, Belajar Mengaji cepat, mudah & menyenangkan, https://al-barqy.com/profil-metode-al-barqy/, Diakses pada 10 agustus 2021.

35 Samauddin Siregar, Metode Hattaiyyah, samsuddin.blogspot.com/21/4/metode-hattaiyyah.html?m=1, Diakses. 10 Agustus 2021

Metode membaca Al-Qur‟an ini baru berakhir di susun pada tahun 1963 H oleh KH.Dahlan Salim Zarkasyi yang terdiri dari enam jilid. Buku ini merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari kaidah baghdadiyah.

Metode qira‟ati ini secara umum agar siswa mampu membaca l-Qur‟an dengan baik sekaligus dengan benar menurut kaidah tajwid.36

secara umum, pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan metode Qira‟ati adalah sebagai berikut

1) Dapat digunakan secara klasikal dan individual

2) Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi okok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri.

3) Siswa membaca tampa mengeja

4) Sejak permulaan belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan cepat dan tepat.37

f. Metode Tilawah

Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al-Qur‟an yang kemudian disebut metode tilawah yang terdiri dari enam jilid. Secara khas buku ini menggunakan pendekatan klasikal dan individual secara seimbang.38

Sebagai metode baru, hasil kreasi para guru Jawa Timur ini menanamkan beberapa spesifikasi sebagai berikut:

36 Imam Murijto, Pedoman Metode Praktis pengajaran ilmu Al-Qur’an Qiro’ati (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2000), h. 9

37 Imam Murjito, Pengantar Metode Qira’ati (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2002), h. 13

38 Direktur Jenderal Bimbingan Agam Islam, Metode-metode Mmembaca Al-Qur’an di Sekolah Umum , (Jakarta: Depag RI, 1998), H. 43

1) Metode Tilawah terdiri atas 6 jilid buku, termasuk ghorib dan musykilat.

Tiap-tiap jilid berbeda warna cover.

2) Masing-masing jilid dilengkapi dengan peraga yang berisi 20 halaman.

fungsi peraga agar membantu santri belajar secara klasikal dan memudahkan penguasaan materi karena peraga ini akan di ulang-ulang (satu peraga bisa di khatamkan 17-21 kali).

3) Menggunakan irama lagu rost (irama yang bergerak ringan dan cepat.

Umumnya irama ini digunakan untuk mengumandangkan adzan dan untuk mengimami sholat) sebagai lagu dasar yang mudah difahami dan ditirukan.

g. Metode Ummi

Pada pertengahan tahun 2007, KPI menerbitkan sebuah metode baca tulis AL-Qur‟an yang bernama Ummi. Metode ini di susun oleh Mansuri da A.

Yusuf MS. Buku ini telah melewati beberapa tim penguji pentashiha, antara lain, Roem Rowi, yang merupakan guru besar Ulumul Qur‟an IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pentashih selanjutnya adalah Mudawi Ma‟arif beliau pemegang sanat Muttashi sampai Rasulullah SAW. Qira‟ati riwayar Hafs dan Qira‟ati Asyarah.39

Umm memiliki beberapa buku panduan yang harus dipelajari murud, yaitu buku jilid yang terdiri dari jilid 1-6, buku tajwid, dan gharib. Ummi tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang dipegang anak saja, akan tetapi lebih kepada tiga kekuatan utama, yaitu:

39 Mansuri dan A. Yususf, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an Ummi, (Surabaya: KPI, 2007), H. 4

1) Pengelolaan yang baik 2) Mutu guru

3) Sistem berbasis mutu h. Metode Halaqah

Halaqah artinya lingkaran. Lembaga ini dikenal dengan sistem halaqah yang mana biasanya seorang guru duduk diatas lantai sambil menerangkan, membacakan karangan atau komentar orang lain terhadap suatu karya-karya pemikiran. Murid-murid akan mendengarkan penjelasan guru dengan duduk diatas lantai, yang melingkari gurunya. Sistem ini merupakan gambaran dari murid-murid yang berkumpul pada saat itu. Metode ini bahkan berkembang sampai sekarang, seperti di pesantren. Sistem halaqah tidak mengenal kelas, semua jenjang dan umur berkumpul bersama untuk mendengarkan penjelasan guru, tidak dibedakan atara usia dan jenjang pendidikan. Kegiatan halaqagh ini biasa dilaksanakan di mesjid atau di rumah.

Halaqah yang dilaksanakan di rumah biasanya dilaksanakan oleh seorang ulama dengan mengundang ulama-ulama lainatau muridnya untuk berdiskusi, berdebat atau mengajar kepada murid. Kegiatan ini berlangsung secara kontiniu. Bahkan setelah adanya madrasah sistem halaqah tidak husus mengajar atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga filsafat atau pengetahuan umum lainnya. Oleh karena itu halaqah biasa dikelompokkan kedalam lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum.40

40Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Ilmu, 1999), h. 49-50

C. Kesulitan Membaca Al-Qur’an 1. Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Membaca merupakan proses komunikasi antara pembaca dengan penulis teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya terdapat hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Adapun unsur membaca ada tiga , yaitu bermakna sebagai unsur bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna, dan simbol tertulis di artikan sebagai unsur visual.41

Kemampuan siswa dalam membaca al-Qur‟an merupakan dasar untuk mencerna apa yang ada di dalam al-Qur‟an. Kemampuan membaca al-Qur‟an pada siswa harus dibentuk dan dilatih pada masa usia balita. Jika pelatihan untuk membaca al-Qur‟an ini dimulai pada masa anak sudah beranjak dewasa atau remaja maka proses pembelajaran yang akan dilakukan terkadang lebih sulit dari pada dilakukan pada masa kanak-kanak.

Membaca merupakan kegiatan kompleks yang meliputi fisik dan mental.

Kegiatan fisik yang berkaitan dengan membaca ialah gerak mata dan daya penglihatan. Aktifitas mental meliputi ingatan dan pemahaman. Setiap orang dapat membaca dengan baik jika bisa melihat huruf dengan jelas, bisa menggerakkan mata secara lincah, mampu mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran untuk menguasai bacaan.42

Itulah mengapa di dalam Islam anak harus dididik mulai mereka masih berada di dalam kandungan. Anak akan sulit untuk membaca al-Qur‟an ketika

41 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 143.

42 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.

158.

telinga mereka tidak dapat untuk mendengar ayat-ayat suci al-Qur‟an. Islam menganjurkan kepada ibu yang tengah mengandung agar mereka selalu memperbanyak ibadah.43

Kesulitan belajar juga merupakan beragam gangguan dalam menyimak, membaca, menulis, berbicara, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak.44 Kesulitan belajar dapat disebabkan berbagai hal. Kesulitan belajar dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik dan munculnya kelainan perilaku siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah.45

Menurut para ulama ahli ushul fiqih menjelaskan bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.46

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan kesulitan membaca pada anak karena anak tidak diajarkan selama berada di dalam kandungan anak tidak terbiasa mendengar ayat al-Qur‟an dan membaca juga merupakan kegiatan yang dapat melatih gerak mata dan daya penglihatan.

43 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.

159.

44 Yulinda Erna Suryani, Kesulitan Belajar, Megistra No 73 Th.XXII September 2010, ISSN 0215-951.

45 Sopiatin dkk, Psikologi Belajar dalam Islam (B0g0r: Ghalia Indonesia, 2011), h. 17

46 Sopiatin dkk, Psikologi Belajar dalam Islam (B0g0r: Ghalia Indonesia, 2011), h. 16-17

2. Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Setiap anak itu unik. Mengapa dikatakan unik karena setiap anak tidaklah sama. Ada beberapa anak yang mudah menangkap respon dari luar, tetapi tidak sedikit juga anak yang lambat menangkap respon. Mereka memiliki alur perkembangan yang berbeda satu sama lain. Inilah yang dinamakan proses keseimbangan kehidupan.47

Kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa biasanya akan nampak dengan jelas. Dengan adanya perilaku yang tidak biasa. Tapi sangat penting untuk diingat bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi kesulitan yang dialami oleh siswa biasanya berasal dari diri siswa itu sendiri. Di bawah ini kami jelaskan beberapa faktor-faktor yang menyulitkan siswa dalam belajar membaca Al-Qur‟an

a. Faktor internal

1) Daya ingat anak rendah. Daya ingat atau memori yang sangat rendah dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Anak-anak yang sudah rajin belajar dengan keras tetapi daya memori nya dibawah rata-rata hasilnya akan kalah dengan anak-anak yang memiliki daya memori yang tinggi.

2) Terganggu nya ala-alat indra pada anak. Kita semua pasti tahu bahwa kesehatan adalah salah satu hal yang paling penting yang menentukan kegiatan kita sehari-hari. Begitupun juga pada saat belajar, anak yang memiliki masalah pada mata tentu anak akan merasa kesulitan saat mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dunia penglihatan. Begitupun

47 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogyakarta: Juvalitera, 2011), h.

11.

dengan anak yang menderita tunarungu, tentu dia akan merasa kesulitan saat mempelajari seni musik dan sebagainya.

3) Usia pada anak. Usia juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi gangguan belajar pada anak. Usia yang masih muda ataupun usia yang sudah terlalu tua dapat mengakibatkan seorang anak kesulitan untuk menerima materi belajar.

4) Jenis kelamin pada anak. Jenis kelamin juga sangat mempengaruhi hasil belajar pada anak. Anak perempuan umumnya lebih mudah belajar yang berkaitan dengan ilmu sosial. Sebaliknya, anak laki-laki kebanyakan lebih menyukai pelajaran yang langsung berhubungan dengan praktik.

5) Kebiasaan belajar atau rutinitas pada anak. Seorang anak yang memiliki jadwal belajar tertentu setiap harinya biasanya juga akan mengalami perbedaan prestasi dengan anak yang belajarnya tidak terjadwal setiap harinya.48

b. Faktor eksternal

1) Faktor pada keluarga. Keluarga adalah pusat pendidikan yang paling utama dan pertama bagi anak. Tetapi dapat juga menjadi faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada anak.

2) Keadaan ekonomi keluarga. Ekonomi pada keluarga yang kurang mampu dapat membuat anak lebih rajin membantu orang tua dibandingkan belajar.

48 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogyakarta: Juvalitera, 2011), h.

19-20

Sedangkan anak yang lahir dari keluarga ekonomi yang mapan terkadang membuat mereka malas belajar.

3) Faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan komponen yang ada di dalam maupun yang di luar kelas sangat mempengaruhi proses belajar pada anak.

4) Faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah lingkungan tempat tinggal anak, kegiatan dalam masyarakat, dan juga teman-teman pergaulan. Diantara ketiga lingkungan sosial diatas yang sangat berpengaruh pada siswa adalah lingkungan teman pergaulan.49

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan membaca al-Quran itu ada dua macam yaitu faktor internal seperti daya ingat rendah, terganggu nya ala-alat indra, usia anak, jenis kelamin, kebiasaan belajar. Selanjutnya faktor eksternal seperti faktor keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, faktor sekolah, lingkungan sosial.

49 Abu Ahmad, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.

85-92.

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti ialah penelitian kualitatif, dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan oleh peneliti bukan angka-angka, tetapi data tersebut berupa wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Seperti yang dikemukakan oleh Bodgan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.50

Peneliti turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang di butuhkan dan objek yang dibahas. Penelitian lapangan ini untuk mengetahui Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilakukannya suatu penelitian untuk memperoleh data penelitian. Lokasi penelitian bertempat di SMPN 3 Baraka, Kab. Enrekang. Objek penelitian dapat dikatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa saja yang terjadi di dalamnya. Objek dari penelitian ini adalah siswa dan guru.

50 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ialah rangkaian, susunan permasalahan yang dijelaskan dalam topik penelitian, sehingga dengan terfokus ini peneliti mampu mengumpulkan data dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.51 Fokus penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan guru pendidikan agama Islam 2. Kesulitan membaca al-Qur‟an

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam merupakan seorang pengajar di sekolah yang bertujuan untuk mendidik dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran, guru juga sebagai motivator bagi siswa untuk meningkatkan semangat belajar siswa, membimbing dalam berperilaku yang baik kepada siapapun.

2. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa adalah anak yang memiliki kesulitan dalam membaca biasanya menunjukkan kebiasaan yang tidak wajar, anak sering memperlihatkan gerakan-gerakan yang penuh dengan ketegangan seperti gelisah, suara meninggi dan menggigit bibir, anak juga memperlihatkan perasaan tidak aman seperti menolak untuk membaca, menangis dan melawan guru.

51PenelitianIlmiah.com, diakses dari http://penelitianilmiah.com/contoh-fokus-penelitian, 2020, (diakses 6 Februari 2021)

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini ialah, peneliti menjelaskan informasi yang dikumpulkan terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian. Maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun yang akan menjadi sumber data primer dalam penelitian ini ialah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa di SMPN 3 Baraka.

2. Sumber sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Bila dilihat dari teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi.52

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang akan di gunakan oleh seorang peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Keberhasilan suatu peneliti ditentukan oleh instrumen peneliti yang akan digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

52Hardayani, Metode Penelitian Kualitatif&Kuantitatif, (cet-1; Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), h. 121.

1. Observasi. Observasi ialah kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan alat indera yaitu melalui penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, penciuman.53

2. Wawancara. Wawancara ialah proses yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan melalui tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang akan di wawancarai untuk mendapatkan informasi yang kongkrit mengenai permasalahan yang di teliti.54

3. Dokumentasi. Dokumentasi ialah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mempermudah informasi dari berbagai sumber tertulis maupun dokumen yang ada di responder.55

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan teknik pengumpulan data.

Maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Teknik observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah observasi partisipatif karena peneliti dengan sumber data selama penelitian berlangsung. Pada saat observasi kegiatan yang dilakukan adalah mengamati pembelajaran PAI yang sedang berlangsung di kelas pada setiap hari Kamis.

53SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (cet-14; Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h. 199.

54 Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 108.

55 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XI; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.

18.

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur karena teknik ini sangat memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi. Hasil wawancara dari setiap informan akan ditulis lengkap dengan menggunakan kode-kode dalam transkip tersebut, adapun informan yang akan di wawancarai ialah guru dan siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

3. Dokumentasi

Dokumen yang diperoleh yaitu dokumen yang berbentuk tulisan yang berisikan tentang profil sekolah SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang dan dokumen gambar pembelajaran membaca al-Qur‟an di kelas.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dimana suatu proses penggambaran keadaan yang sebenarnya melalui kata-kata. Analisis data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Reduksi Data (reducation)

Mereduksi yaitu merangkum, proses pemilihan, memilih hal yang pokok dan penting lalu dicari tema dan pola nya. Tahap ini peneliti memilih informasi relavan dan tidak relavan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut. Semakin sedikitnya dan mengarah ke inti permasalahan sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai objek penelitian.

Dokumen terkait