• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, mahasiswa, guru karena penelitian ini mengenai peran guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi penulis maupun bagi pembaca lainnya.

b. Bagi sekolah yang masih banyak anak kesulitan membaca al-Qur‟an sehingga dengan pedoman ini dapat mengatasi anak kesulitan membaca al-Qur‟an.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk memudahkan peneliti lainnya mengenai masalah yang serupa, peran guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa.

6 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Di dalam pengertian guru, guru merupakan orang yang menjadi pedoman dalam semua tingkah laku, perkataan dan ucapan. Dan guru juga akan menjadi contoh dalam menjalankan kehidupan siswa. Dalam penjelasan lain, guru merupakan sosok yang berusaha terus menerus dan secara gradual, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan membuat dirinya menjadi contoh yang sangat baik untuk siswa.

Menurut Rojai dan Risa:

Guru memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya membentuk karakter anak bangsa yang berbudi luhur. Guru tidak pernah lelah dalam membentuk watak generasi penerus bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang di harapkan7.

Undang-Undang PP RI Pasal 1 No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.8

7Rodja, Risa Maulana Romandon, Panduan Sertifikasi Guru Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Dunia Cerdas, Cet. 1 2020), h. 8.

8 Suberia Diklat. Peraturan Pemerintah NO.55/2007.

https://suberia.wordpress.com/2010/06/20/peraturan-pemerintah-no-552007/. 2010. (diakses 6 Februari 2021 jam 12:06 AM)

Guru merupakan sosok yang profesinya mengajar. Di dalam masyarakat Jawa, guru dilacak menggunakan okranium gu dan ru. “Gu” dapat diartikan dengan dapat di gugu (dianut) dan “ru” bisa di terjemahkan ditiru (dijadikan teladan). Menurut Zainuddin. Bahwa guru merupakan “pendidik dalam artian umum yang mempunyai tugas serta tanggung jawab terhadap pendidikan dan juga pengajaran”. Jadi guru merupakan semua sosok yang berjuang membiasakan, melatih, mempengaruhi, mengajar serta memberi tauladan dalam membentuk karakter pribadi peserta didik dalam aspek intelektual, keterampilan, jasmani, rohani, yang akan kita per tanggung jawabkan pada kedua orang tua para peserta didik, masyarakat luas dan kepada Allah.

Pendidikan ialah unsur yang paling penting dari proses kependidikan dipundak guru terletak tanggung jawab yang sangat besar dalam usaha mengantarkan siswa ke arah tujuan dan cita-citanya.

Setiap orang dapat menjadi guru, guru bagi keluarganya dan orang banyak, namun tidak semua orang bisa menjadi pendidik yang melaksanakan pendidikan maupun pengajaran. Yang dimaksud pendidik di sini adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya.

Sedangkan guru pendidikan agama Islam (PAI) yaitu upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengebal, memahami, mengimani, menghayati, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur‟an dan Hadist melalui kegiatan bimbingan, latihan, pengajaran serta penggunaan pengalaman.9

Sebaliknya pemahaman guru Pendidikan Agama Islam di dalam kapita selekta Pendidikan Agama Islam ialah dengan menggunakan rujukan hasil

Konferensi Internasional terhadap penjelasan guru Pendidikan Agama Islam ialah sebagai murabbi, muaddib dan muallim.

Penjelasan tentang murabbi ialah guru agama adalah orang yang mempunyai kepribadian rabbani, yaitu terpelajar, bijaksana, di dalam bidang wawasan tentang rab. Sedangkan muallim ialah sosok guru agama yang harus ilmuan, yaitu menguasai bidang ilmu teoritik, komitmen, memiliki kreativitas, yang sangat tinggi dalam menebarkan ilmu pengetahuan dan sikap hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan penjelasan tentang ta’dib ialah integrasi antara ilmu dan amal.10

Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! “berilah kelapangan di dalam majelis-majelis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu” maka berdirilah niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa

9 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2012), h. 11

10 M Masjkur. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Self Control Remaja di Sekolah. At-Tuhfah: Jurnal Keislaman. Vol. 7, No. 1. 2018, http://ejournal.sunan-giri.ac.id/index.php/at-tuhfah/article/download/114/89/307. (diakses 6 Februari 2021 Jam 12:10)

derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.

Al-Mujadalah: 11).11

Jadi, penjelasan tentang Guru Pendidikan Agama Islam ialah guru yang mengajarkan bidang studi pendidikan agama Islam yang memiliki kemampuan sebagai pendidik dan bertanggung jawab terhadap siswa.

2. Peran Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Di antara hal-hal yang sangat penting diperlukan oleh seorang guru di dalam menangani kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa adalah dengan mencari metode yang sangat berpengaruh untuk mengajarkan al-Qur‟an kepada anak didik mereka. Karena, pengajaran al-Qur‟an ialah fondasi yang paling utama di dalam Islam yang harus ditanamkan dalam diri siswa supaya mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan hati mereka bersinar cerah tanpa dikeruhkan dengan gelapnya maksiat dan dosa.12

Ada banyak cara dan metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran, namun ada hal yang sudah terbukti paling baik dalam proses pengajaran dan penjabaran nya di dalam kehidupan nyata, yaitu dengan adanya guru, panutan, suri tauladan. Oleh sebab itu, jika sosok guru sangat ingin berperan penting dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam membaca al-Qur‟an harusnya iya terlebih dahulu menanamkan rasa cinta anak didik nya terhadap al-Qur‟an. Dan seorang guru harusnya menjadi teladan dan panutan pertama bagi mereka.

11 Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 543.

12 Sa‟ad Riyadh, Anakku Cintailah Al-Qur’an (Jakarta: Aqwam Medika, 2007), h. 14.

Al-Qur‟an dapat membersihkan jiwa yang kotor dan menjadikan seseorang berakhlak mulia, namun itu juga tergantung pada pengaruh akhlak seorang guru. Jika akhlak guru sesuai dengan apa yang ia ajarkan, maka dengan sendirinya peserta didik juga akan mengikuti akhlak gurunya.

Peran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya, peran sendiri menentukan apa yang harus di perbuat oleh seseorang bagi masyarakat dan kesempatan-kesempatan apa yang diberikan kepadanya serta mengatur perilaku seseorang. Sedangkan yang dimaksud peran guru adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.13

Peran pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca al-Qur‟an ialah dengan pembelajaran observasi. Pembelajaran observasi merupakan pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati, meniru perilaku orang lain dengan menggunakan kognitif nya dan bukan sebagai penguatan (reinforcement). Karena siswa ialah manusia biasa dan manusia memiliki sifat meniru. Memberi keteladanan merupakan faktor yang penting dalam proses pendidikan dan pengajaran.14

Adapun peran kedua yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa dengan menggunakan pembelajaran yang menggunakan zona perkembangan proksimal. Zona

13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), h. 165

14 Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 53&54.

perkembangan proksimal ini adalah sesuatu yang masih belum dapat dilaksanakan seorang siswa, tetapi dapat dikerjakan dengan bantuan teman atau orang dewasa yang ahli. Ada beberapa guru menyebutkan saat pengajaran ketika seorang siswa berada tepat pada fase kesiapan untuk mendapatkan konsep tertentu. Pembelajaran yang dilakukan ialah dengan menyediakan berbagai dukungan dan meminta agar anak tersebut bertanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup. Contohnya, dengan bantuan guru, siswa dapat membaca dan mengenal huruf hijaiyah dengan baik dan tepat. Selanjutnya guru, dapat mengarahkannya untuk menyatukan huruf-huruf hijaiyah tersebut sehingga menjadi satu kata.15

Guru hanya merupakan salah satu diantara banyaknya sumber dan media belajar. Maka dengan begitu peran guru dalam proses belajar mengajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan bisa mendorong siswa untuk selalu belajar dalam berbagai kesempatan dengan menggunakan berbagai sumber dan media. Guru harus nya mampu membantu setiap siswa untuk selalu efektif dapat menggunakan berbagai kesempatan belajar dan sumber belajar serta media belajar yang ada. Hal ini berarti bahwa guru harusnya dapat meningkatkan cara dan kebiasaan belajar yang baik. Guru sangat di harapkan dapat memberikan fasilitas yang mendukung sehingga siswa belajar dengan efektif.16

15 Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 21.

16 Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhnya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 98.

Guru merupakan seorang pemimpin. Guru memiliki kekuasaan untuk membentuk dan membangun karakter dan kepribadian siswa menjadi seorang yang bermanfaat terhadap agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut banyak kepada guru untuk selalu mengembangkan ke profesionalitas diri masing-masing guru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Mengajar, Mendidik dan melatih siswa merupakan tugas yang sangat penting bagi guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik ialah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada siswa. Tugas guru sebagai pengajar ialah dengan meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada kepada siswa.

Tugas guru sebagai pelatih ialah dengan mengembangkan keterampilan dan menerapkan nya dalam kehidupan sehari-hari demi masa depan siswa nya.17 Allah berfirman:

اًذْش ُس َجًِّْهُع اهًِي ًٍَِِّهَعُح ٌَْأ ٰىَهَع َكُعِبهحَأ ْمَْ ٰىَصُٕي َُّن َلاَق

Terjemahnya:

“Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikuti mu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepada mu?" (Q.S Al-Kahfi; 66)18

Menurut Zuhairini:

tugas guru agama adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam, menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak agar taat dalam menjalankan ibadah dan mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.19

17Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 36

18Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident: 2012), h. 301.

19Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Malang: UM Press,2004), h. 55.

Seperti firman Allah:

ٌَ ٌََُْْٕٓ َٔ ِف ْٔ ُشْعًَْناِب ٌَ ْٔ ُشُيْأٌَ َٔ ِشٍَْخْنا ىَنِا ٌَ ُْٕعْذهٌ تهيُا ْىُكُِّْي ٍُْكَخْن َٔ

ٌَ ُْٕحِهْفًُْنا ُىُْ َكِٕى ٰٰۤنُٔا َٔ ۗ ِشَكًُُْْنا ٍَِع

Terjemahnya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah itulah orang-orang yang beruntung.”(

Q.S Ali Imran: 104). 20

20 Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 63.

B. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa membaca adalah,

“melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis”.21 Sedangkan menurut Bamberger sebagaimana dikutip oleh imam Sirager dalam jurnal PENAMAS membaca adalah, “Suatu proses kognitif sekaligus kebahasaan”.22 Selanjutnya dia menjelaskan bahwa secara kognitif, membaca adalah “proses mentransformasikan simbol-simbol grafis ke dalam konsep-konsep intelektual, sedangkan dari segi proses pembahan membaca adalah suatu sarana efektif pengembangan kemampuan berbahasa dan kepribadian”. 23 Dengan kata lain membaca berarti melakukan sebuah pekerjaan, kegiatan, atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan dan informasi yang berbentuk teks maupun tulisan.

Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata Arab Qura‟a yaqra‟u-qira‟atan-qur‟anan, yang berarti bacaan atau hal membaca.24 Sedangkan secara terminologi para ahli mengatakan hal yang berbeda-beda

Imam Fakhlur Rasi dan Syeikh Mahmud Saitun, mengatakan: “ Al-Qur‟an adalah lafal arab yang diturunkan kepada nabi muhammad saw. Yang diturunkan kepada ita secara mutawatir”

21Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 83

22 Imam Siregar, “Kekampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam

PENAMAS, Vol.XXII, No 1, Januari-April 2009, h. 37 (diakses pada 24 juni 2021, pukul 21:59)

23 Imam Siregar, “Kekampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam

PENAMAS, Vol.XXII, No 1, Januari-April 2009, h. 37 (diakses pada 24 juni 2021, pukul 21:59)

24 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta:PT. Hidakarya Agumg, 1990), h. 79

Sedangkan DR. Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Al-Qur‟an dengan:

“Kalam Allah yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril ke dalam hati rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab serta dengan makna-makna yang benar untuk dijadikan hujjah dalam pengakuannya sebagai Rasul dan dijadikan sebagai dustur bagi seluruh umat manusia, dimana mereka mendapat petunjuk dari pada-Nya disamping merupakan amal ibadah bagi kaum muslimin yang membacanya”.25

Dari pengertian membaca Al-Qur‟an di atas penulis menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan atau keinginan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pesan dan kesan dari sebuah pelajaran ilahi dan sudah terbentuk kitab yang merupakan bagi siapapun yang membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada rasul-Nya yaitu Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia maupun akhirat.

2. Adab Membaca Al-Qur’an

Agama Islam ialah jalan hidup manusia yang paling sempurna dan di dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang dapat membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui melalui dasar-dasar dan undang-undangnya melalui al-Qur‟an. Al-Qur‟an ialah sumber yang paling utama dan mata air yang dapat memancarkan agama islam.26

25Totok Jumantoro, Smsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Amzar, 2009), h. 8

26 Sayyid muhammad Husain thabathaba‟I, Memahami Esensi Al-Qur’an diterjemahkan dari Al-Qur’an fi al-Islam oleh IdrusAlkaf, (Jakarta: 2000), h. 13

Ada banyak sekali adab-adab yang harus diterapkan bagi seorang ketika mereka akan membaca al-Qur‟an dibawah ini kami menyediakan beberapa adab yang harus diterapkan ketika akan membaca al-Qur‟an.

a. Dalam keadaan yang suci, bersuci dari hadats kecil dan besar dan sengaja jenis-jenis najis yang ada karena yang akan dibaca ialah al-Qur‟an bukan perkataan manusia.

b. Memilih tempat yang bersih, tidak semua tempat yang pantas untuk membaca Qur‟an, ada tempat yang tidak sesuai dalam membaca al-Qur‟an seperti kamar mandi dan tempat yang kotor.

c. Menghadap kiblat, dianjurkan untuk menghadap ke kiblat karena membaca al-Qur‟an ialah ibadah.

d. Membaca ta‟awuds terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur‟an.

e. Membaca al-Qur‟an dengan nyaring atau suara keras.27

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Al-Qur‟an ialah firman Allah SWT yang selama 23 tahun diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur‟an ialah kitab suci uma islam yang di dalamnya terdapat banyak petunjuk dan pedoman hidup dalam beragama dan membimbing manusia untuk menjalankan kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Sehingga diwajibkan kepada semua umat muslim untuk senantiasa berinteraksi dengan al-Qur‟an karena al-Qur‟an adalah sumber inspirasi ketika bertindak dan berpikir. Adapun langkah utama interaksi yang

27 Abdul Majid Khon, Praktik Qira‟at Keanehan Membaca Al-Qur‟an „Ashim dan Hafash, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 44.

dimaksudkan ialah dengan membaca al-Qur‟an, selanjutnya hendaknya merenungkan dan memahami maknanya yang terkandung dalam al-Qur‟an lalu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun keutamaan-keutamaan ketika membaca al-Qur‟an ialah sebagai berikut:28

a.

ُالله ىههَص ِالله َلُٕص َس ُجْعًَِص :َلاَق ،ّ ُع الله ًضس َتَياَيُأ ًِبَأ ٍَْع اًعٍِفَش ِتَياٍَِقْنا َو ٌَْٕ ًِحْأٌَ ُّهَِئَف ٌَآ ْشُقْنا أُء َشْقِا :ُلُٕقٌَ ،َىههَص َٔ ٍَِّْهَع )ىهضي ِأس(.ِِّباَحْصَ ِلِ

Artinya:

“Dari Abu Umamah Radhiallahu „anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Bacalah al-Qur‟an itu, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa‟at bagi para orang-orang yang mengamalkannya di dunia, akan di datangkan pada Hari Kiamat, didahului oleh surat al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya akan membela orang yang mengamalkannya”. (Diriwayatkan oleh Muslim).

28 Al-Ustasz Abu Hazim bin Muhammad Bashori, Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah-bid’ah Seputar Al-Qur’an serta 250 Kesalahan dalam Membaca Al-Fatihah, (Magetan:

MaktabahDaarulAtsar, 2001), h. 16.

“Dari Utsman bin Affan Radhiallahu „anhu, beliau berkta, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya”. (Diriwayatkan oleh al-Buqhari)29

4. Metode yang Digunakan Dalam Membaca A-Qur’an

Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan sebutan sebagai istilah thariq yaitu cara. Ketika metode dihubungkan dengan pendidikan, maka metode ini harus dihubungkan untuk mengembangkan mental, sikap dan kepribadian agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif, efisien dan dapat dicerna dengan baik oleh anak didik.30 ni, nu tampa diketahui terlebih dahulu nama huruf nya seperti alif, ba, ta. Dan metode ini paling banyak diminati dan metode ini dalam praktiknya tidak membutuhkan berbagai macam alat karena hanya ditekankan pada membaca huruf al-Qur‟an dengan lancar.31

Tiga model pengajaran metode ini adalah: pertama, cara belajar santri aktif. Guru tidak lebih sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan. Kedua, privat yaitu guru menyimak seorang demi seorang. Ketiga, asistensi jika

29 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Terjemahan RiyadhusShalihin, (Jakarta:

Darul Haq, 2015), h. 667

30Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 184.

31 As‟ad Human, Cara Cepat Belajar Al-Qur’an. AMM, (Yogyakarta: Balai Litbag LPTQ. Nasional Team Tadarrus, 2000), h. 1.

tenaga guru tidak mencukupi, guru yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid yang lain.

Untuk pelajaran penunjang dalam keberhasilan metode ini, siswa juga digembleng dengan materi-materi berikut:

1) Hafalan surah-surah pendek (juz amma) 2) Hafalan ayat-ayat pilihan

3) Hafalan bacaan shalat dan praktiknya 4) Hafalan doa sehari-hari

5) Menulis huruf Al-Qur‟an.32 b. Metode Baghdadiyah

Metode bagdadiyah disebut juga metode “eja” yang berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Tidak ada seorang pun yang tahu siapa penyusun nya. Qoidah bagdadiyah memerlukan 30 huruf hijaiyah, 17 langkah yang selalu ditampilkan. Variasi dari tiap langkah dapat menimbulkan estetika kepada siswa karena bunyinya berirama dan sangat indah dilihat. Adapun kelebihan metode ini adalah:

1) Bahan pelajaran yang disusun suekensif 2) 30 huruf abjad ditampilkan secara utuh 3) Bunyi dan susunan huruf sangat rapi

4) Keterampilan mengeja yang berkembang merupakan daya tarik bagi siswa.

Kelemahan:

1) Qoidah bagdadiyah yang asli tidak diketahui karena sudah dimodifikasi

32 Direktur Bimbingan Agama Islam, Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum (Jakarta: Depag RI, 1998), h. 42

2) Penyajian materi menjemukan

3) Penampilan huruf dapat menyulitkan siswa

4) Memerlukan waktu yang sangat lama agar mampu membaca Al-Qur‟an33

c. Metode Al-barqy

Al-barqy disusun dengan metode yang baku dan dirancang mula-mula untuk anak-anak yang berbahasa Indonesia/Melayu sesuai dengan metode pengajaran bahasa Arab bagi orang-orang yang tidak bertutur dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, metode ini sangat cocok digunakan di Indonesia dan negara-negara dengan bahas Melayu.34

d. Metode Hattaiyah

Dari beberapa metode cara cepat membaca Al-Qur‟an metode hattaiyah merupakan salah satu metode membaca dan menulis Al-Qur‟an sistem cepar dari beberapa metode yang ada. Metode hattaiyah pertamakali ditemukan oleh Al Ustadz Drs. H Muhammad Hatta bin Usman, metode ini pada awalnya berkembang di provinsi Riau tempat penulis metode ini berasal, kemudian pada tahun 1988 menyebar ke berbgai provinsi di Indonesia, dan pada tahun 1994 menyebar ke seluruh negara-negara Asean dan bahkan smpai ke Inggris, Jerman, Prancis.35

e. Metode Qira‟ati

33 Mundir Thohir, Ihya’ Al-Qur’aan Al-Karim Metode Memahami Al-Qur’an Perkata, (Kediri; Azhar Risalah, 2014), h. 10.

34 Al Barqy, Belajar Mengaji cepat, mudah & menyenangkan, https://al-barqy.com/profil-metode-al-barqy/, Diakses pada 10 agustus 2021.

35 Samauddin Siregar, Metode Hattaiyyah, samsuddin.blogspot.com/21/4/metode-hattaiyyah.html?m=1, Diakses. 10 Agustus 2021

Metode membaca Al-Qur‟an ini baru berakhir di susun pada tahun 1963 H oleh KH.Dahlan Salim Zarkasyi yang terdiri dari enam jilid. Buku ini merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari kaidah baghdadiyah.

Metode qira‟ati ini secara umum agar siswa mampu membaca l-Qur‟an dengan baik sekaligus dengan benar menurut kaidah tajwid.36

secara umum, pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan metode Qira‟ati adalah sebagai berikut

1) Dapat digunakan secara klasikal dan individual

2) Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi okok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri.

3) Siswa membaca tampa mengeja

4) Sejak permulaan belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan cepat dan tepat.37

f. Metode Tilawah

Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al-Qur‟an yang kemudian disebut metode tilawah yang terdiri dari enam jilid. Secara khas buku ini

Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al-Qur‟an yang kemudian disebut metode tilawah yang terdiri dari enam jilid. Secara khas buku ini

Dokumen terkait