Disusun oleh:
Adang Suryana Iip Ichsanudin Winih Wicaksono
01 MEMBANGUN TIM SEKOLAH
Direktur SMK
Mochamad Widiyanto, S.Pd., M.T Koordinator Bidang Penilaian Drs. Haryono, M.M
Koordinator Bidang Peserta Didik Arie Wibowo Khurniawan, S.Si., M.Ak Koordinator Bidang Sarana dan Prasarana Dr. Abdul Haris, M.Si
Koordinator Bidang Tata Kelola Chrismi Widjajanti, S.E., M.B.A
Koordinator Bidang Program dan Evaluasi Arfah Laidiah Razik, S.H., M.A
Kasubbag Tata Usaha Penulis:
Adang Suryana Iip Ichsanudin Winih Wicaksono Penyunting:
Huda Saifullah Kamalie Tim Dit. SMK
Desain Sampul:
Sonny Rasdianto Layout:
Winih Wicaksono
ISBN: 978-602-5517-69-3
© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Direktorat
01. MEMBANGUN TIM SEKOLAH
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Disusun oleh:
Adang Suryana Iip Ichsanudin Winih Wicaksono
KATA PENGANTAR
Pengembangan dan penerapan pendidikan karakter kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan hal yang pokok dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas lulusan SMK. Hal ini tertuang dalam penjelasan Pasal 15 Undang Undang nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja.
Perpres No. 87 tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan SMK/MAK, khususnya Standar Kompetensi Lulusan terdapat 9 (sembilan) area kompetensi, salah satu area kompetensi tersebut adalah Karakter Pribadi dan Sosial lulusan SMK/MAK.
Pengembangan karakter kerja bagi siswa SMK merupakan aspek penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan berhasil dalam pekerjaannya. Siswa SMK harus dipersiapkan untuk menghadapi persaingan dan tantangan dalam bekerja di dunia usaha dan industri. Bekerja di dunia usaha dan industri berbeda dengan lingkungan sekolah sehingga diperlukan adanya pengembangan karakter kerja meliputi pembinaan ketahanan mental, disiplin kerja, ketahanan fisik, dan perilaku positif siswa.
Pelaksanaan pembentukan karakter kerja di SMK, diperlukan adanya materi pembentukan tim yang memuat tentang materi Kesamaptaan, Tata Tertib Siswa, dan Pembentukan Organisasi Siswa. Pembentukan karakter kerja ini terintegrasi dalam proses pembelajaran dengan melibatkan pihak internal maupun eksternal sekolah. Dalam rangka inilah Direktorat SMK pada tahun 2020 menyusun Dokumen Pembinaan Karakter Kerja berbasis Ketarunaan, yang meliputi, Pedoman Pelaksanaan, Materi Pembinaan Ketarunaan (Membangun Tim Sekolah, Pembinaan Kedisiplinan Peserta Didik, Pembinaan Ketarunaan, Pembinaan Kerohanian, Pusat Pengembangan Karir Bakat dan Minat Peserta Didik SMK, Pembentukan Karakter Kerja & Kontrak Belajar) dan Panduan Training of Trainer (ToT) sebagai dokumen yang utuh dan menyeluruh.
Dokumen pembinaan ketarunaan ini diharapkan dapat digunakan bagi SMK bersama pihak terkait yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung, dalam menyiapkan kemampuan dan membangun karakter utama para peserta didiknya yang pada akhirnya tercipta suatu budaya yang disiplin, maju, modern dan kompetitif.
Direktur SMK
Dr. Ir. M. Bakrun, M.M.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 1
C. RUANG LINGKUP 2
BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3
A. MEMBANGUN SOLIDITAS TIM KERJA 3
B. MEMBANGUN KARAKTER TIM KERJA 13
C. MANAJEMEN PERUBAHAN 17
D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN 18
E. KOMUNIKASI 20
F. MANAJEMEN KONFLIK 23
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
A. GAME SIMULASI KOMUNIKASI (PESAN BERANTAI) 30
B. STRATEGI DAN DISIPLIN 33
C. GAME STUDI KASUS 43
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai kemajuan teknologi, kompetisi global, dan ketahanan ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi di antara manusia lintas departemen atau lintas keahlian. Intinya, pikiran orang banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim kerja adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi anggota-anggota kelompok kerja agar merasa bangga dalam melaksanakan tugasnya. Pembangun tim (team builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu, dan sebagainya) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok kerja (adil, tidak konflik, dan sebagainya.
Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta keterampilan, sebuah tim kerja seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu. - “A team work is a group organized to work together to accomplish a set of objectives that cannot be achieved effectively by individuals”- Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Tim kerja yang relatif permanen biasanya dinamakan “natural team work”, sedangkan yang temporer banyak disebut sebagai “a cross-functional action team” – biasanya terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling maju adalah “self-directed”, karenanya tim kerja semacam ini kurang memerlukan pengawasan, dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Agar tim bisa bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah satu aspek dari pengembangan organisasi.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan membangun tim kerja ini, diharapkan pemangku kebijakan atau tim PPK di sekolah mampu:
1. Menerapkan tim kerja sekolah yang solid
2. Menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter pada tim kerja sekolah 3. Menerapkan manajemen perubahan di sekolah
4. Menerapkan model pengambilan keputusan yang efektif
5. Menerapkan teknik berkomunikasi yang efektif
6. Menerapkan manajemen konflik yang sesuai dengan kondisi sekolah
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi “Membangun Tim Kerja Sekolah” terdiri dari:
1. Membangun Tim Kerja yang solid 2. Membangun Karakter Tim Kerja 3. Manajemen Perubahan 4. Pengambilan Keputusan 5. Komunikasi
6. Manajemen Konflik
Ruang Lingkup Kegiatan “Membangun Tim Kerja”, meliputi:
Kegiatan “INDOOR”, terdiri dari:
1. Kondisioning (perkenalan dengan Tim Fasilitator, Pembentukan kelompok/tim, pembuatan lagu/yel kelompok/tim, Trusty (membangun kepercayaan antar anggota tim)
2. Penyampaian materi Pengantar (Membangun Tim, Komunikasi) 3. Review kegiatan simulasi (outdoor) dari setiap kelompok/tim
4. Pemahaman dan Resume hasil review dikaitkan dengan penerapan materi 5. Informasi perolehan prestasi kelompok/tim
6. Diskusi/presentasi kelompok/tim “Studi kasus Profil”
7. Upacara “Kemenangan Tim”
Kegiatan “OUTDOOR”, terdiri dari:
1. Simulasi Komunikasi
2. Simulasi Motivasi Tim/kelompok 3. Simulasi Percaya diri Tim 4. Simulasi Kerjasama Tim 5. Simulasi Kekompakan Tim
6. Simulasi pembentukan karakter tim 7. Simulasi komitmen tim
8. Simulasi Prestasi Tim
BAB II
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. MEMBANGUN SOLIDITAS TIM KERJA 1. Pengertian Membangun Tim Kerja
Membangun tim kerja adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk mengembangkan kerja tim dalam suatu organisasi. Ahli-ahli ilmu sosial menyebut kelompok adalah suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih yang berinteraksi dengan stabil dan diantara mereka mempunyai tujuan yang sama serta menganggap kelompok itu sebagai kelompoknya sendiri (merasa memiliki). Walaupun tak dapat disangkal bahwa ada beberapa kegiatan/aktifitas yang mungkin lebih efisien bila dikerjakan oleh perseorangan, namun banyak sekali masalah yang bersifat terlalu luas dan terlalu kompleks untuk ditangani oleh satu orang. Dalam hal ini kerja team pada manajemen dapat memberikan hasil akhir yang lebih efektif dibanding dengan kerja perorangan.
2. Tujuan Membangun Tim Kerja
Tim kerja dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan antar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim kerja.
Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu proyek belum menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan.
Secara spesifik, membangun sebuah tim kerja artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas.
a. Semangat: Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik b. Saling percaya: Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan
syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif.
c. Kedekatan: Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya.
Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif.
d. Komunikasi: Agar tim kerja bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama menghadapi masalah. “Poor communication means no team”.
e. Produktivitas: Tim kerja seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan.
3. Mengapa Diperlukan Membangun Tim Kerja
Pada prinsipnya kita memerlukan membangun tim kerja untuk memperbaiki kinerja kelompok yang kita miliki, namun ada beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan membangun tim kerja, antara lain:
a. Kondisi kelompok yang memerlukan peningkatan moralitas dan hasil kerja tim.
b. Pucuk pimpinan yang jarang berfikir dan bertindak sebagai bagian sebuah kelompok.
c. Terjadi kurang pengertian antar sesama anggota tim kerja, tidak ada arahan dan semangat kerja yang timbul dalam suatu kelompok, sehingga kelompok kehilangan arah kerja.
d. Dalam kelompok baru dimana terdapat beberapa individu yang menonjol tapi tidak dapat bekerja bersama dalam tim kerja.
e. Kurangnya rasa percaya diri antar sesama anggota tim kerja, tidak dapat dicapai kesepakatan terhadap tujuan bersama tim dan adanya ketidaktahuan akan kemungkinan peluang yang dapat dilakukan oleh anggota tim.
4. Karakteristik Kerja Tim yang Efektif
a. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik secara verbal maupun non verbal.
b. Anggota tim kerja harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.
c. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
d. Anggota tim kerja adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
e. Individu yang tergabung dalam kelompok kerja, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.
5. Manfaat Membangun Tim Kerja
Team Work building yang dilakukan secara benar dan berkesinambungan akan memberikan hasil perubahan yang seringkali jauh lebih baik dari dugaan semula.
6. Manfaat atau hasil yang dirasakan:
Bagi pimpinan tim/ kelompok kerja:
a. Pimpinan tim kerja akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif
b. Pimpinan tim kerja mampu menyesuaikan gaya kepimimpinannya, dengan lebih memperhatikan kepentingan dan tanggung jawab kelompok dibandingkan kepentingan pribadi
c. Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim terhadap kebutuhan anggota tim dan bagian-bagian dalam tim.
d. Pimpinan menjadi lebih mampu untuk berkomunikasi secara langsung kepada anggota tim sehingga terjadi hubungan pengertian yang lebih baik antara pimpinan dan anggota tim.
e. Pimpinan tim kerja memiliki inisiatif untuk lebih memahami prakasa anggotanya.
f. Pimpinan mempunyai komitmen yang lebih tinggi terhadap sasaran kerja dan memiliki harapan yang lebih besar.
Bagi individu anggota tim/ kelompok Kerja:
a. Sebagian besar individu memiliki pendekatan yang lebih persuasif, toleransi menjadi lebih tinggi dan memiliki kepercayaan untuk mengajukan argumentasi tanpa terikat oleh hirarki.
b. Komunikasi dan dialog antar sesama anggota kelompok menjadi lebih bebas dan terbuka, yang selama ini menjadi salah satu hambatan utama dalam perkembangan kelompok.
c. Terdapat “ruang“ yang lebih terbuka untuk mengakui beberapa kelemahan-kelemahan pribadi, bahkan kadangkala tidak jarang yang mengundurkan diri karena kesadaran diri (ini bukan penyelesaian yang diharapkan).
d. Banyak masalah antar pribadi sesama anggota tim/kelompok yang selama ini mengganjal dapat dipecahkan dengan lebih mudah karena keterbukaan semua anggota tim.
Bagi pelaksanaan kerja tim/ kelompok:
a. Pertemuan tim/kelompok menjadi lebih terstruktur dan efektif.
b. Hasil yang diperoleh lebih dapat diterima dan terdistribusi dengan baik kepada sesama peserta.
c. Terjadi perbaikan kerja dalam mencapai sasaran, peningkatan kemampuan dalam mengevaluasi individu dan kelompok dengan cara yang lebih profesional.
d. Tingkat komunikasi dalam dan antar kelompok menjadi lebih komprehensif dan efektif, walaupun dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
e. Komitmen yang lebih kuat terhadap sasaran-sasaran baru.
f. Terciptanya otonomi yang lebih besar pada tingkat manajer.
g. Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja sama dengan kolega dan bekerja sama dalam mencapai tujuan.
7. Proses Membangun Tim Kerja
Konsep “tim” berbeda dari konsep “kelompok”. Tim adalah kumpulan orang yang tergabung dalam kelompok yang memiliki tujuan yang sama dan memiliki ciri-ciri tertentu. Sedang kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuan bersama. Kelompok memiliki struktur, hubungan, tugas dan hirarki, sedang tim hanya memiliki anggota saling tergantung, bekerja dengan saling percaya, saling memotivasi, dan permasalahan diselesaikan secara terbuka (win-win solution). Tim kerja pembinaan karakter kerja di sekolah terdiri atas:
Gambar 2.1 Tim Kerja Pembinaan Karakter Kerja Sekolah
8. Hambatan Organisasi Dalam Membangun Tim Kerja a. Visi, misi dan strategi kurang motivable,
b. Moral dan semangat rendah, c. Conflict of interest merebak, d. Kemampuan mental rendah, e. Seleksi kurang berhasil,
f. Kepribadian dominan introvert/ ekstrovert, g. Komposisi susunan tim tidak efektif, h. Peran tim tidak jelas,
i. Tertutup untuk evaluasi, j. Pemberdayaan kurang efektif.
9. Langkah-langkah Membangun Tim Kerja
Tidak ada satu cara khusus yang dipakai untuk membangun sebuah tim kerja. Tujuan untuk membangun tim kerja yang bersemangat, memiliki kedekatan, saling percaya, dan produktif dapat dilakukan dengan banyak cara. Apapun caranya, hal yang penting diingat adalah tim kerja itu sendiri harus mengembangkan kemampuan mengidentifikasikan persoalan kerja mereka dan sekaligus juga memecahkannya. Lima tahap atau langkah yang umumnya dilakukan dalam membangun sebuah tim kerja diuraikan di bawah ini.
Gambar 2.2 Langkah-langkah Membangun Tim Kerja
a. Langkah I. Membentuk Struktur Tim Kerja
Setiap tim kerja harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani isu-isu berat dan memecahkan persoalan- persoalan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda antara perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen yang umumnya ada meliputi:
1) . Tim Pengarah, yang terdiri atas tim manajemen tingkat atas, pimpinan serikat kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia, pimpinan tim, dan orang-orang penting lainnya. Seperti seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan seperangkat tindakan dan berperan sebagai nara sumber dan pemberi umpan balik atas kegiatan tim
2) . Perancang Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggota-anggota dari semua jenjang dan fungsi dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para penyelia dan para manajer.
3) . Pemimpin, merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim.
Pemilihan pemimpin merupakan faktor penting, mereka harus yang bergaya partisipatif. Pemimpin tipe X kurang tepat untuk diminta sebagai pemimpin tim.
4) . Rapat-rapat, merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda ini harus difasilitasi dan dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain mencakup perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat, mendistribusikan notula rapat, mengatur bahan dan waktu rapat.
5) . Proses konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar, membantu menyelesaikan konflik, kadang sangat diperlukan. Karena sesungguhnya mereka bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan tantangan bagi anggota tim. Mereka bisa lebih obyektif dan bisa lebih bebas bekerja dan berpendapat ketika membantu tim.
b. Langkah II: Mengumpulkan informasi
Membangun tim kerja harus dimulai dengan penilaian diri anggota kelompok (self-assesment), untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan tim kerja dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survei tentang sikap, wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan atas diskusi-diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian konsensus, dan nilai kelompok.
c. Langkah III: Membicarakan Kebutuhan
Informasi yang diperoleh dalam langkah II harus dirangkum dan diumpan-balikan kepada anggota tim. Tim harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan sejumlah kebutuhan; kekuatan yang ada harus dicoba dipertahankan dan dikembangkan sedangkan kelemahan harus segera diatasi. Proses ini sangat penting dalam upaya untuk menetapkan sendiri tujuan tim. Melalui pemahaman atas kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tim sudah dalam kondisi siaga untuk mendiagnosis masalah dan menemukan jalan keluarnya.
d. Langkah IV: Merencanakan sasaran dan menetapkan pencapaiannya Begitu isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan dan
misinya, serta menetapkan prioritas kegiatan. “Perhaps most importantly, a team must have a shared sense of mission. Whether we are talking about a temporary work improvement team, or branch, all members must share the sense of mission”. Hal yang paling utama dilakukan oleh tim adalah bekerja pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Konsultan akan sangat membantu dengan cara memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang mungkin dilakukan dalam upaya mencapai tujuan.
e. Langkah V: Mengembangkan Ketrampilan
Sebagian besar proses “pembangunan tim kerja” akan memusatkan kegiatannya pada pengembangan ketrampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja tinggi. Seperti halnya para atlit olah raga, setiap anggota tim kerja harus belajar bermain, bergerak, dan mempraktekan ketrampilan mereka.
10. Kompetensi Yang Diperlukan dalam membangun Tim Kerja
Beberapa jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam membangun tim yang baik adalah:
a. Mengembangkan tim kerja.
Mengembangkan suatu tim dilakukan melalui tahapan-tahapan yang bisa diprediksi, yaitu fase orientasi, fase evaluasi, dan fase kontrol. Fase orientasi ditandai oleh adanya keragu-raguan para anggota kelompok akan peran mereka. Pada fase evaluasi, anggota ce n d e r u n g m e n g a l a m i ko n f l i k y a n g d i s e b a b k a n o l e h kekurangsetujuan mereka terhadap cara-cara penyelesaian tugas.
Dalam fase ini tim bisa terpecah-pecah dalam beberapa koalisi.
Dalam fase kontrol, tim kembali bersatu, karena mereka mulai memahami satu sama lainnya.
Jika pimpinannya baik maka ketiga fase tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tim dapat segera bisa berfungsi.
b. Klarifikasi Peran
Setiap anggota harus memahami peran mereka masing-masing.
Mereka harus tahu dengan baik apa yang harus mereka kerjakan dan juga batas-batas kewenangannya. “Team members must know what others expect from them. Ambiguity in role expectations produces stress and hampers performance”
Uraian jabatan formal seringkali tidak sesuai dengan harapan masing-masing anggota, oleh karena itu pembagian peran sebaiknya dibicarakan bersama.
c. Pemecahan Masalah.
Memahami bagaimana menggunakan teknik-teknik pemecahan masalah merupakan hal penting yang menunjang keberhasilan kerja tim. Setiap anggota tim harus bisa berpartisipasi menggunakan beberapa cara dasar dalam memecahkan masalah di bawah ini:
1) Diagram Pareto, menggambarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh tim. Setiap “bar” menunjukan tingkat seringnya masalah tertentu muncul, atau biaya yang diakibatkan oleh adanya masalah. Tim harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sering muncul atau yang dampaknya paling merugikan.
2) Diagram Alur Kerja, menggambarkan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan mulai dari awal sampai dengan akhir.
Dengan mempelajari diagram tersebut setiap anggota dapat membayangkan proses kerja tim secara keseluruhan.
3) Diagram Sebab-Akibat, biasanya juga disebut dengan nama diagram “tulang ikan”. Di dalamnya tertera masalah utama dan secara berurutan hal-hal lain yang diperirakan sebagai penyebab munculnya masalah.
4) “Brainstorming”, setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengembangkan gagasan-gagasan sebebas dan sebanyak mungkin. Setiap gagasan dituliskan dalam “flip- chart”. Anggota tidak diperkenankan untuk “membunuh”
gagasan segila apapun. Melalui cara ini diharapkan muncul pemikiran kreatif guna pemecahan masalah.
5) Rencana tindakan, memungkinkan apa yang telah diputuskan untuk segera dilaksanakan. Peran dan tanggungjawab diberikan, Laporan diperlukan. Biasanya temuan-temuan dan
rencana tindakan disajikan di hadapan manajemen atau panitia pengarah untuk memperoleh persetujuan, atau sebagai informasi dan komunikasi.
6) Bagan pertanggung-jawaban menggambarkan kegiatan- k e g i a t a n , w a k t u n y a , t e k n i k n y a , d a n o r a n g y a n g melaksanakannya. Adanya bagan ini semua anggota tim mengetahui secara rinci keseluruhan proses kegiatan yang sedang berlangsung.
d. Konsensus dalam mengambil keputusan.
Sebagian besar keputusan di tempat kerja dibuat oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Konsensus terjadi manakala semua anggota mengatakan: “Saya sepakat dengan keputusan itu, walau tidak 100%
setuju, namun saya sangat mendukungnya”. Konsensus berbeda dengan demokratis. Keputusan yang diambil secara demokratis mengandalkan pada suara terbanyak, artinya masih ada anggota tim yang tidak setuju, yaitu minoritas. Pihak yang tidak setuju biasanya tidak sungguh-sungguh bersedia melaksanakan hasil keputusan.
Dalam teknik pengambilan keputusan melalui konsensus yang sebenarnya, keputusan diambil setelah semua anggota setuju.
Konsensus merupakan cara terbaik dalam pengambilan keputusan, berpotensi memunculkan komitmen tinggi pada diri setiap anggota tim untuk melaksanakannya. Kualitas keputusan melalui consensus memang sangat baik, sehingga memudahkan pelaksanaannya karena semua yang mengambil keputusan sepakat atas apa yang telah diputuskan.
Pengambilan keputusan secara konsensus harus dilakukan secara sistematis dan sabar. Tidak perlu tergesa-gesa. Apabila tim mencapai konsensus, tim akan dapat bekerja secara maksimal.
e. Mengatasi konflik
Bukan hal yang aneh jika suatu tim yang terdiri atas orang-orang yang berbeda latar belakang, berpotensi memunculkan konflik. Jika tim gagal menangani konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan. Dengan dikembangkannya keterampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi konflik, tim masih memperoleh manfaat daripadanya. Pandangan yang saling bertentangan satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan suatu keputusan yang lebih baik.
Sebuah tim dapat mengembangkan kapasitas menangani konflik melalui berbagai cara, misalnya diskusi terbuka tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh yang penuh perdebatan dan
skeptisme. Permainan peran (role playing), dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan komunikasi terbuka yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik secara produktif. Tim yang berkinerja tinggi antara lain dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang kritis, namun masih saling menghargai satu sama lainnya.
f. Evaluasi hasil
Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi hasil kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai cara.
Dalam beberapa kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku produktivitas atau keluaran. Jika setelah dibentuknya tim, produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka dapat dikatakan tim tersebut efektif.
11. Ciri-Ciri Tim Berkinerja Tinggi
a. Seluruh anggota mempunyai tekad menyelesaikan tujuan atau misi yang dikembangkannya.
b. Tim bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling terbuka dan percaya satu sama lainnya.
c. Seluruh anggota merasa memiliki tim, dan secara sukarela mereka berpartisipasi di dalamnya.
d. Anggota terdiri atas orang dengan pengalaman, gagasan, pandangan, yang berbeda, dan perbedaan ini dihargai.
e. Semua anggota tim secara terus menerus belajar dan memperbaiki dirinya. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan tim dalam memecahkan persoalan.
f. Semua anggota tim mengerti peranan dan tanggung-jawabnya, saling menghargai satu sama lainnya.
g. Keputusan diambil berdasarkan konsensus
h. Setiap anggota tim berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan saling mendengarkan satu sama lainnya secara obyektif dan penuh kesabaran.
i. Tim dapat menangani konflik tanpa harus memunculkan permusuhan.
j. Pimpinan tim, apakah temporer atau tetap, mempraktekan gaya
12. Teknik Meningkatkan Kinerja Kerja Tim Kerja
Gambar 2.3 Meningkatkan Kinerja Tim Kerja
B . MEMBANGUN KARAKTER TIM KERJA 1. Nilai Utama Karakter
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan membangun karakter. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Nilai Utama Karakter NILAI UTAMA KARAKTER
01 02
03 04
05
Religiusitas
Integritas Gotong Royong
Kemandirian Nasionalisme
Religiositas
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
Nasionalisme
Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
Kemandirian
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
2. Membangun Karakter Berbasis Budaya Sekolah
Terbentuknya budaya sekolah yang baik dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik, terutama dalam mengubah perilaku peserta didik.
Faktor-faktor pembiasaan budaya sekolah melibatkan nilai moral, sikap dan perilaku siswa, komponen yang ada di sekolah, dan aturan/tata tertib sekolah.
Membangun pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis Pendidikan Karakter mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.
Langkah-langkah pelaksanaan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah, antara lain dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Menentukan Nilai Utama Pendidikan Karakter
Satuan pendidikan memilih nilai utama yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pembentukan dan penguatan karakter di lingkungan mereka.
Nilai utama dan nilai-nilai pendukung yang sudah disepakati dan ditetapkan oleh satuan pendidikan, sekolah bisa membuat tagline yang menjadi motto satuan pendidikan tersebut sehingga menunjukkan
keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah. Contoh: “Membentuk Pemimpin Berintegritas”, “Sekolah Bercahaya”, “Sekolah Budaya”, dan lain-lain. Satuan pendidikan dapat pula membuat logo sekolah, himne, dan mars sekolah yang sesuai dengan branding-nya masing-masing.
b. Menyusun Jadwal Harian/Mingguan
Satuan pendidikan dapat menyusun jadwal kegiatan harian atau mingguan untuk memperkuat nilai-nilai utama pendidikan karakter yang telah dipilih sebagai upaya penguatan secara habituasi dan terintegrasi.
3. Membangun Karakter Berbasis Masyarakat
Pelibatan publik dibutuhkan karena sekolah tidak dapat melaksanakan visi dan misinya sendiri. Karena itu, berbagai macam bentuk kolaborasi dan kerja sama antar komunitas dan satuan pendidikan diluar sekolah sangat diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter.
Membangun Penguatan Pendidikan Karakter. Yang dimaksud dengan komunitas yang berada di luar satuan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Komunitas orang tua-peserta didik atau paguyuban orang tua, baik itu per-kelas maupun per-sekolah;
b. Komunitas pengelola pusat kesenian dan budaya, yaitu berbagai perkumpulan, kelompok hobi, sanggar kesenian, bengkel teater, padepokan silat, studio musik,bengkel seni, dan lain-lain, yang merupakan pusat-pusat pengembangan kebudayaan lokal dan modern;
c. Lembaga-lembaga pemerintahan (BNN, Kepolisian, KPK, Kemenkes, Kemenpora, dan lain-lain);
d. Lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran (perpustakaan, museum, situs budaya, cagar budaya, paguyuban pecinta lingkungan, komunitas hewan piaraan, dan lain-lain);
e. Komunitas masyarakat sipil pegiat pendidikan;
f. Komunitas keagamaan;
g. Komunitas seniman dan budayawan lokal (pemusik, perupa, penari, pelukis, dan lain-lain);
h. Lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan dunia pendidikan;
i. Lembaga penyiaran media, seperti televisi, koran, majalah, radio, dan lain-lain.
C. MANAJEMEN PERUBAHAN 1. Konsep Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu proses, alat dan teknik untuk mengelola orang-orang untuk berubah dalam rangka mencapai tujuan bisnis yang telah ditentukan. Tujuan utama dari perubahan itu adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan cara mengubah bagaimana cara mengerjakan pekerjaan yang lebih baik.
Dapat juga dikemukakan bahwa, manajemen perubahan adalah suatu pendekatan, alat, teknik dan proses pengelolaan sumber daya untuk membawa organisasi dari keadaan sekarang menuju keadaan baru yang diinginkan, agar kinerja organisasi menjadi lebih baik. Dalam organisasi, perubahan itu meliputi individu, tim, organisasi, struktur, proses, pola pikir dan budaya kerja.
Manajemen perubahan sering disebut dengan manajemen transisi dan manajemen inovasi. Dikatakan manajemen transisi, karena mengelola keadaan yang bersifat transisi dari kondisi lama menuju kondisi baru.
Dikatakan manajemen inovasi, karena tujuan dari perubahan adalah untuk pembaharuan, dari yang lama ke yang baru supaya lebih baik Strategi Mencapai Perubahan
Pelaksanaan manajemen perubahan dapat dilakukan dengan berbagai strategi yaitu;
a. Pendidikan dan pelatihan.
Memberikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, dan akibat adanya perubahan serta mengomunikasikan berbagai perubahan bentuk perubahan.
b. Manipulasi dan Kooptasi.
Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memelintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan. Teknik ini digunakan bila taktik lain tidak akan berhasil atau mahal.
c. Negosiasi dan persetujuan, yaitu membangun inisiatif perubahan dengan bersedia menyesuaikan perubahan dengan kebutuhan dan kepentingan para penolak aktif atau potensial. Cara ini biasa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang cukup besar.
d. Paksaan.
1) Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.
2) Bila kecepatan adalah esensial, dan inisiator perubahan mempunyai kekuasaan cukup besar.
e. Mengembangkan
Jika staf (tenaga pendidik dan kependidikan) merasa belum mampu melakukan perubahan dikarenakan keterbatasan kompetensinya, Kepala Sekolah melakukan pengembangan kompetensi stafnya sesuai dengan kondisi dan tuntutan perubahan.
Strategi yang dapat dilakukan kepala sekolah diantaranya adalah;
1) Melakukan bimbingan,
2) Melakukan benchmarking pada institusi/sekolah lain yang mempunyai kemampuan lebih baik,
3) Memberikan pelatihan-pelatihan.
Taktik ini digunakan bila penolakan berkembang sebagai hasil ketidakmampuan staf untuk beradaptasi.
D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam manajemen untuk mampu membuat sejumlah keputusan dalam waktu yang tepat dan cepat, minimal terdapat tiga tantangan yaitu: (1) keadaan yang sangat kompleks, (2) keadaan yang tidak menentu, dan (3) tuntutan untuk dapat bertindak luwes.
Kualitas suatu keputusan merupakan cermin dari daya pikir seorang pemimpin. Oleh karena itu, berpikir dalam hubungannya dengan mengambil keputusan dan memecahkan masalah harus diusahakan agar tidak tersesat ke jalan yang tidak efektif dan efisien.
1. Pengertian
Pengambilan keputusan ialah proses memilih sejumlah alternatif.
Pengambilan keputusan penting bagi administrator pendidikan karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi. Setiap level administrasi sekolah mengambil keputusan secara hirarkis. Keputusan yang diambil administrator berpengaruh terhadap pelanggan pendidikan terutama peserta didik. Oleh karena itu, setiap administrator pendidikan harus memiliki keterampilan mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
2. Model Pengambilan Keputusan
a. Model Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan dapat dibedakan atas dua tipe yaitu terprogram (struktured) dan tidak terprogram (unstructured). Keputusan terprogram ialah keputusan yang selalu diulang kembali. Contohnya:
keputusan kenaikan kelas pesera didik, keputusan pengangkatan, keputusan penetapan gaji pegawai baru, keputusan pensiun, dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram ialah keputusan yang diambil untuk menghadapi situasi rumit dan atau baru.
b. Model Pengambian Keputusan Carnegie
Model ini lebih mengakui akan kepuasan, keterbatasan rasionalitas, dan koalisi organisasi. Perbedaan antara pengambilan keputusan rasional dengan Carnegie ditunjukkan oleh tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1. Perbedaan Model Rasional dengan Model Carnegie
c. Model Pengambilan Keputusan Berdasarkan Manfaat
Dasar pemikirannya adalah: (1) mutu keputusan, (2) kreativitas keputusan, (3) penerimaan keputusan, (4) pemahaman keputusan, (5) pertimbangan keputusan, (6) ketepatan keputusan.
d. Model Pengambilan Keputusan Berdasarkan Masalah
Ada tiga tendensi khusus yang dapat merusak proses keputusan kelompok yaitu: (1) pikiran kelompok, (2) perubahan beresiko, dan (3) eskalasi komitmen.
Model Rasional Model Carnegie
Banyak informasi yang tersedia Sedikit informasi yang tersedia
Murah Mahal, karena masih mencari informasi
Bebas nilai Terikat nilai
Alternatif banyak Alternatif sedikit Keputusan diambil dengan suara
bulat
Keputusan dengan kompromi persetujuan, dan akomodasi antara koalisi organisasi Keputusan dipilih yang terbaik bagi
organisasi
Keputusan dipilih yang memuaskan organisasi
(Jones,1995)
e. Model Pengambilan Keputusan Berdasarkan Lapangan
Model ini paling banyak digunakan sekolah karena ingin melibatkan partisipasi warga sekolah dalam mengambil keputusan. Lima teknik penting dalam pengambilan keputusan berdasarkan lapangan adalah:
(1) curah pendapat (brainstorming), (2) teknik grup nominal, (3) teknik Delphi, (3) pembela yang menantang apa yang dianggap baik (devil's advocate).
E. KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi. Hasil penelitian seorang pakar komunikasi menyimpulkan bahwa sekitar 75%-90% waktu kerja digunakan pimpinan atau manajer untuk berkomunikasi. Jika dua orang atau lebih bekerjasama, maka perlu adanya komunikasi antar mereka. Makin baik komunikasi mereka, makin baik pula kemungkinan kerjasama mereka. Komunikasi yang efektif menuntut rasa saling: menghormati, percaya, terbuka, dan tanggung jawab.
Leader atau manajer menyampaikan semua fungsi manajemen dan tugas manajemen melalui saluran komunikasi. Leader atau manajer melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian semuanya melalui komunikasi kepada bawahannya. Demikian juga pemberian tugas- tugas seperti administrasi: (a) peserta didik, (b) tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, (c) keuangan, (d) sarana dan prasarana, (e) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (f) layanan-layanan khusus juga dilakukan melalui komunikasi.
1. Pengertian
Komunikasi ialah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain baik langsung maupun tidak langsung, baik tertulis, lisan maupun bahasa isyarat. Seseorang yang melakukan komunikasi disebut komunikator. Orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif.
Bagi kepala sekolah, kegiatan komunikasi dapat dimaksudkan agar meberikan sejumlah manfaat, antara lain agar (a) penyampaian program yang disampaikan dimengerti oleh warga sekolah, (b) mampu memahami orang lain, (c) gagasannya kita diterima oleh orang lain, dan (d) efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan sesuatu.
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi meliputi serangkaian kegiatan sistemasik, sebagaimana digambarkan seperti berikut.
Proses komunikasi yang efektif terjadi jika pesan yang disampaikan cocok dengan yang diterima oleh penerima. Seorang komunikator yang efektif akan melakukan hal-hal berikut:
a. Mempelajari penggunaan bahasa secara positif dan ujaran yang tepat b. Mempelajari bagaimana menggunakan bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal
c. Mempelajari bagaimana memahami motivasi pihak lain d. Mempelajari bagaimana mempengaruhi orang lain
e. Mempelajari bagai memberikan pengaruh pada saat rapat dan presentasi f. Menangani konflik dengan strategi yang tepat
g. Mempelajari bagaimana memperkuat hubungan h. Membangun jaringan di dalam dan di luar tempat kerja i. Membangun kepercayaan dengan orang lain
3. Hambatan-hambatan Komunikasi
Tidak selamanya proses komunikasi berjalan secara lancar. Seringkali kepala sekolah menghadapi masalah komunikasi yang harus diatasi.
Diantara masalah tersebut adalah masalah-masalah sosio-psikologis, termasuk: kecemasan, menutup diri, masalah kesempurnaan, memahami hening, berurusan dengan lawan bicara yang menuntut, lawan bicara yang tidak dapat diandalkan, hasil yang lambat, dan hilang kendali atas diri.
Di samping itu, ada beberapa hal yang dapat menjadi penghambat atau penghalang dalam proses berkomunikasi. Penghambat tersebut dikenal dengan istilah barrier, noises, atau bottle neck communication.
Balikan
Media Coding
Pengirim pesan
Penerima pesan
Mengirim coding
Gambar 2.5 Proses komunikasi
4. Teknik Berkomunikasi secara Efektif
Untuk menjadi komunikator dan komunikan yang baik pada dasarnya tergantung sejauh mana dijawabnya pertanyaan-pertanyaan berikut: How do you communicate ? Is it effective? Is it efficient? Do you get positive feedback?
Oleh karena itu, atasilah hambatan-hambatan komunikasi dengan berusaha menjadi: (1) pendengar yang baik, (2) pembicara yang efektif, (3) pembaca yang baik, (4) penulis yang baik. Berikut dapat dipelajari cara mudah untuk melakukan komunikasi secara baik.
a. Cara Menjadi Pendengar yang baik Jadilah ACTIVE LISTEN yaitu singkatan dari:
Attention (penuh perhatian) Concern (tertarik)
Timing (pilih waktu yang tepat) Involvement (merasa turut terlibat)
Vocal tones (irama suara memiliki porsi 38% terhadap komunikasi) Eyes contact (adakan kontak mata)
Look (lihat bahasa tubuh) Interest (tunjukkan minat) Summarize (singkat intisari pesan) Territory (batasi hal-hal penting) Empathy (penuh perasaan)
Nod (mengangguklah tanda Anda sudah memahami atau setuju).
(Verma,1988).
b. Cara menjadi pembicara yang baik
Untuk menjadi pembicara yang baik, dapat dilaksanakan saran-saran berikut:
1) Kuasai materi yang akan dibicarakan
2) Buat sistematika pembicaraan (pembukaan, isi, dan penutup) 3) Usahakan isi pesan bermakna dan berkesan bagi pendengar
4) Siapkan diri agar tampil dalam keadaan segar bugar dan bersemangat.
5) Berpakaian yang sopan dan rapi
6) Timbulkan rasa percaya diri, anggap Andalah yang paling menguasai materi pembicaraan dibandingkan dengan pendengarnya.
7) Lakukan kontak mata untuk meningkatkan komunikasi 8) Konsentrasi pada materi pembicaraan.
9) Gunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami pendengarnya (disesuaikan dengan kemampuan pendengarnya)
10) Berbicara jangan terlalu cepat atau terlalu lambat.
11) Memberi tekanan nada suara (intonasi) pada bagian-bagian yang penting agar tidak monoton.
12) Gunakan variasi gerakan badan, dan mimik wajah 13) Gunakan multi media bervariasi pada presentasi 14) Adakan pertanyaan untuk umpan balik.
15) Gunakan homor seperlunya yang relevan dan sopan agar suasana menjadi tidak membosankan.
F. MANAJEMEN KONFLIK
Komunikator yang handal dapat mengetahui suasana hati manusia dari penampilan wajahnya. Konflik tidak selamanya negatif, ada pula konflik yang menyebabkan positif, misalnya berkonflik karena persaingan secara sehat. Manager dan leader dalam menjalankan tugasnya pasti berhadapan dengan konflik. Untuk itu perlu dibekali bagaimana cara-cara mengatasi konflik.
Sebuah organisasi selayaknya dikembangkan sebagai system yang mendorong upaya kerjasama antar manusia. Namun, dalam “kehidupan nyata” (the real world), organisasi akan selalu diwarnai oleh adanya konflik dalam berbagai bentuk dan tingkat kekuatannya, baik secara positif dan negatif. Dalam situasi yang dinamis seperti sekarang ini, dapat dipikirkan untuk meminimalisasi kerusakan akibat konflik dan menanganinya. Konflik akan selalu muncul dalam pengalaman social, antar individu-individu, kelompok-kelompok, dan antara masyarakat dan kultur yang lebih luas lagi.
Konflik dapat terjadi di dalam (within) pribadi (person) dan unit sosial (intrapersonal, intragroup, atau intranational). Konflik juga dapat dialami antara (between) dua pihak atau lebih (interpersonal, intergroup, atau international). Konflik dalam kehidupan organisasional biasanya melibatkan konflik antarpribadi dan antar kelompok.
1. Definisi Konflik
Konflik ialah proses kegiatan A merugikan B sehingga menimbulkan perselisihan sehingga dapat menimbulan stres (Gibson, et.al, 2003). Konflik disebut juga fight, strangle, quarrel, deference, opposition, and disagreement. Konflik yang berkepanjangan dapat mengakibatkan stres bagi yang berkonflik
Pandangan perilaku menyatakan konflik adalah sesuatu yang wajar (alamiah) karena perbedaan perilaku dalam berorganisasi.
2. Karakteristik Konflik
Konflik selalu diwarnai oleh situasi berikut:
a) Meningkatnya konflik meningkatkan perhatian terhadap konflik itu sendiri
b) Keinginan menang meningkat seiring dengan keinginan pribadi untuk menyelematkan muka
c) Orang yang kita senangi ketika berkonflik dapat membongkar rahasia kita
d) Konflik dapat melampaui hal-hal yang lazim
e) Orang dapat menjadi individu berbeda selama konflik.
3. Penyebab Utama Konflik
Konflik dapat ditimbulkan oleh banyak faktor, namun penyebab utamanya meliputi hal-hal berikut:
a) Masalah komunikasi (salah pengertian, ketertutupan, penyampaian yang kasar, dan sebagainya)
b) Disain struktur (tempat basah dan tempat kering)
c) Perbedaan personal (perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman, usia, dan lain-lain). (Hunsaker, 2003)
4. Strategi Mengatasi Konflik
Unnete (1976) memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dalam lima kemungkinan yaitu: (1) jika kerjasama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan pemaksaan (forcing) atau competing;, (2) jika kerjasama rendah dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding), (3) jika kerja sama dan kepuasan diri seimbang (cukup), maka gunakan kompromi (compromising), (4) jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan kolaboratif (collaborating), dan (5) jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing).
7. Mengarah ke disintegrasi Menuju ke integrasi
8. Menghabiskan waktu dan tenaga Menghemat waktu, dan tenaga.
9. Stress, frustrasi, tegang, kurang konsentrasi, dan kurang puas
Mampu menyesuaikan diri, dan meningkatkan kepuasan 10. Tidak mampu mengambil
tindakan
Mampu mengambil tindakan No. Lama (Dampak Negatif) Baru (Dampak Positif)
1. Semua konflik berakibat negatif Konfik dapat berakibat negatif dan positif
2. Harus dihindari (tradisional) Harus dikelola 3. Berdampak negatif bagi
organisasi (disfuntional)
Berdampak positif bagi orgnisasi (functional)
4. Mengganggu norma yang sudah mapan
Merevisi dan memperbaharui norma yang sudah mapan 5. Menghambat efektivitas
organisasi
Meningkatkan efektivitas organisasi
6. Mengganggu hubungan kerja sama (menghambat komunikasi)
Menambah intim hubungan kerja sama.
TABEL 2.2. PERSEPSI LAMA DAN BARU TERHADAP KONFLIK
Pandangan interaksionis menyatakan bahwa konflik adalah proses interaktif yang mendorong keharmonisan, kedamaian, dan kerjasama untuk melakukan inovasi, perubahan dan peningkatan.
Pandangan Kontemporer tentang Konflik.
Konflik dalam organisasi saat ini tidak dapat dihindari, endemic, dan legitimate. Hal ini, karena individu dan kelompok di dalam sistem sosial manusia interdependen dan selalu berkait dalam proses definisi dan redefinisi terhadap sifat dan rentang interdependensi mereka. Proses tersebut, misalnya, ditandai oleh fakta bahwa lingkungan tempat tinggal mereka berubah secara konstan.
Berdasar paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa konflik tidak dapat dilihat baik atau buruk begitu saja; eksistensinya netral. Dampaknya terhadap organisasi dan prilaku orang di dalamnya sangat tergantung kepada ketepatan cara yang diperlakukan.
5. Persepsi terhadap Konflik
Persepsi manusia terhadap konflik seperti yang ditunjukkan tabel 2.2 berikut ini.
6. Taktik untuk Mengurangi Konflik
Dinsmore (1990) memberikan taktik untuk mengurangi konflik dengan cara mengikuti sarannya seperti tabel 6.1berikut ini.
No. Taktik Mengurangi Konflik
1 Meminimalkan konflik dengan atasan
· Tempatk an dirinya sebagai
“sepatu bos”
· Analisis pola pikir boss
· Jangan menyempaikan masalah kepada bos tetapi pemecahan masalahnya.
· Dengarkan dengan baik infomasi bos untuk rencana dan pengembangan
· Berkonsultasi dengan bos terhadap kebijakan, prosedur, dan kriteria.
· Jangan memaksa bos
Meminimalkan konflik dengan bawahan
· Temukan profesional dan tujuan personal anggota tim.
· Jelaskan harapan Anda
· Definisikan ukuran kontrol
· K embangkan toleransi kegagalan untuk
membangkitkan kreativitas.
· Beri umpan balik positif.
· Beri kesempatan dan penghargaan
2 Meminimalkan konflik dengan teman selevel.
· Bantu kelompok mencapai tujuannya.
· Bangun iklim kerjasama
· Beri catatan kemajuan untuk membantu anda dari kelompok
· Usahakan saluran komunikasi informal
· Coba mereka dengan percobaan yang Anda inginkan.
Meminimalkan konflik dengan pelanggan
· Dorong pelanggan menuju yang mereka inginkan.
· Pelihara kontak tertutup dengan pelanggan.
· Hindari kejutan
· Si aplah melayani setiap level
· Kembangkan hubungan informal sebaik mungkin.
· Laksanakan proyek pertemuan reguler.
DAFTAR PUSTAKA
Adair, John. 1984. Menjadi Pemimpin Efektif. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Chung, K.H. & Megginson, L.C. 1981. Organizational Behavior Developing Managerial Skills. New York: Harper & Row, Publishers.
Davis, Gary A. & Thomas, Margaret A. 1989. Effective Schools and Effective Teachers. Massachusetts: Ally and Bacon.
Dinsmore, P. 1990. Human Factors in Project Management. New York: AMACOM.
Drucker, P.F. (1993). Management: Tasks, Responsibilities, Practice. New York:
Harper Collins.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H. & Konopaske, R. 2003.
Organizations Behavior Structure Process. New York: McGraw- Hill/Irwin.
Goodlad, J. 1983. A place called a School: Prospects for the Future. New York:
McGraw-Hill.
Greenfield, W. D. 1987. Instructional Leadership: Cocepts, Issues, and Controversies. Allyn & Bacon.
Hunsaker, P.L. 2001. Training in management skills. Upper Sadle River, New Jersey: Printice Hall.
Jones, G.R. 1995. Organization Theory Text and Cases. Massachusetts: Addison- Wesley Publishing Company.
Kouzes, J.M. & Posner, B.Z. 1995. The Leadership Challenge. San Francisco:
Jossey-Bass Publishing.
Kreps, G.L. Organizational Communication Theory. New York: Longman.
Lunenburg, F.C. & Ornstein, A.C. 2000. Educational Administration Concepts and Practices, 3 Edition. Belmont, C.A.: Wadsworth Thomson rd
Learning.
Manasse, A. L. 1985. Improving Conditions for Principal Effectiveness: Policy Implications of Research. Elementary School Journal, 85 (3) 439-463.
Manning, G., & Curtis, K. 2003. The art of leadership. New York: McGraw-Hill Irwin.
Martin, W. J., & Millower, D. J. 1981. The Managerial Behavior of High School Principals. Educational Administration Quarterly, 17, 69-90.
Mintzberg, H., Raisinghani, D. & Theoret, A. (1976). The Structure of Unstructureed Decision Process. Administrative Science Quarterly, 21, pp. 246-275.
Newstrom, J.W. & Davis, K. 1997. Organizational Behavior Human Behavior at Work. 10 Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.th
Sergiovanni, T. J. 1987. The Principalship: A Reflective Practice Perspective.
Boston: Allyn & Bacon.
Simon, H.A. 1997. Administrative Behavior: A Study of Decision-Making Processes in Administrative Organizations. 4 Edition. New York: Free th
Press.
Verma, V.K. 1996. The Human Aspects of Project Management Human Resource Skills for the Project Manager. Volume Two. Upper Darby: Project Management Institute.
Willower, D. J., & Kmetz, J. T. 1982. The Managerial Behavior of Elementary School Principals. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, New York.
KEGIATAN OUTDOOR MEMBANGUN
KARAKTER TIM SEKOLAH
A. SIMULASI KOMUNIKASI (PESAN BERANTAI) Entailment Messages - 1
1. Pemahaman perintah dari fasilitator kepada Ketua Tim ( 5 menit) 2. Penularan perintah dari Ketua Tim kepada Anggota Tim ( 5 menit )
3. Ketua Tim atau perwakilan tim kembali ke home base untuk menerima pesan
4. Pemahaman pesan selama 30 detik, jika bertanya atau mengulang setiap kali bertanya membeli informasi seharga 10.000
5. Lama permainan, sejak menerima pesan (poin no.4) sampai selesai selama 25 menit
6. Setiap kata atau tanda baca memiliki nilai 30.000 poin 7. Jumlah kata atau tanda baca pada pesan berantai 1 adalah 30
8. Setiap kesalahan kata dan tanda baca bernilai masing-masing 30.000 poin
9. Pesan hanya boleh disampaikan melalui lisan, kecuali pada pos 3 peserta diharuskan menulis pesan dalam bentuk tulisan
10. Pesan yang sudah ditulis, kemudian segera dibawa oleh seseorang perwakilan tim dan diserahkan kepada fasilitator
11. Tim tercepat menyelesaikan tugas dengan baik dan tanpa mendapat kesalahan baik kata maupun tanda baca mendapat bonus 200.000 poin
Entailment Messages – 2
1. Pemahaman perintah dari fasilitator kepada Ketua Tim ( 5 menit) 2. Penularan perintah dari Ketua Tim kepada Anggota Tim ( 5 menit ) 3. Ketua Tim atau perwakilan kembali ke home base untuk menerima
pesan
4. Pemahaman pesan selama 30 detik, jika bertanya atau mengulang setiap kali bertanya membeli informasi seharga 10.000
5. Lama permainan, sejak menerima pesan (poin no.4) sampai selesai selama 25 menit
6. Setiap kata atau tanda baca memiliki nilai 30.000 poin 7. Jumlah kata atau tanda baca pada pesan berantai 2 adalah 20
8. Setiap kesalahan kata dan tanda baca bernilai negatif, masing-masing 30.000 poin
9. Pesan hanya boleh disampaikan melalui lisan, kecuali pada pos 3 peserta diharuskan menulis pesan dalam bentuk tulisan
10. Pengganggu adalah 2 orang dari tim lain, yang akan menggangu pada setiap pos
Sample of Entailment Messages 20 KATA
KEMARIN MALAM, KAKAK IPAR KOMAR BERBELANJA DI TOKO SWALAYAN UNTUK KEPERLUAN ANAKNYA KOHAR YANG AKAN B E R K E M A H D I K E B U N BELAKANG KAMAR
30 KATA
P A M A N T E M A N H I L M A N BERJEMUR DI TAMAN SAMBIL MEMBACA KORAN TENTANG PERANG DI AFGANISTAN, DARI G E R B A N G TA M A N DATA N G K E P O N A K A N H I L M A N M E N G A J A K J A L A N - J A L A N BERSAMA DI JALAN SEBELAH TAMAN.
11. Pengganggu hanya diperbolehkan mengganggu dengan kata-kata, bagi pengganggu yang mengganggu dengan fisik, maka dikenakan sanksi 10.000 poin untuk setiap kali pelanggaran
12. Pesan yang sudah ditulis, kemudian segera dibawa oleh seseorang perwakilan tim dan diserahkan kepada fasilitator
13. Tim tercepat menyelesaikan tugas dengan baik dan tanpa mendapat kesalahan baik kata maupun tanda baca mendapat bonus 200.000 poin
Scoring Sheet
ENTAILMENT MESSAGES 1 AND 2 Nama Kelompok :………
Jumlah Peserta :……….. Orang
TUGAS
JUMLAH KATA YANG BENAR X 30.000
JUMLAH KATA YANG
SALAH X 30.000
MEMBELI INFORMASI
X 30.000
DENDA
PELANGGARAN BONUS JUMLAH NILAI
PESAN 1
PESAN 2
Gambar Benar 2.000.000
MEMBELI INFORMASI
X 100.000 PESAN
GAMBAR
TOTAL NILAI :
B. GAME SIMULASI NILAI-NILAI KARAKTER TIM (OUTDOOR) 1. STRATEGI DAN DISIPLIN
Square One Tricks
Tim anda diminta membuat bujur sangkar dengan tali atau tambang yang telah disediakan. Tim membuat barisan dengan Ketua Tim berada paling depan. Seluruh anggota tim menutup kedua matanya masing-masing dengan kain yang telah disediakan, orang pertama dibelakang ketua tim memegang kedua bahu/ pundak ketua tim, dan orang kedua setelah ketua tim memegang kedua pundak/ bahu orang yang di depannya, demikian seterusnya. Setelah semua anggota tim siap kemudian ketua tim menutup matanya sendiri. Dengan komando ketua tim, maka tugas pencarian tambang/tali yang tersimpan dihamparan rumput/ tanah/ lantai sekeliling lokasi segera dimulai, apabila tambang/tali sudah ditemukan, maka aturlah tali sehingga membentuk bujur sangkar dan kemudian hasilnya diletakan diatas hamparan rumput/ tanah/ lantai dimana tim berada.
Waktu yang disediakan untuk melaksanakan tugas ini adalah 35 menit dengan rincian 5 menit untuk pemahaman instruksi tugas dan penyusunan strategi, dan 30 menit untuk menyelesaikan tugas. Setiap kesulitan yang timbul bisa dikonsultasikan kepada fasilitator, untuk setiap konsultasi atau bertanya, tim harus membayar sebesar 25.000 poin. Apabila tim dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya, maka berhak mendapat insentif 750.000 poin, namun apabila tim dapat menyelesaikan tugas sebelum waktunya, maka untuk setiap interval 5 menit tim anda berhak mendapat bonus sebesar 50.000 poin. Selanjutnya apabila seluruh tim dapat menyelesaikan seluruh tugas tersebut lebih dari waktu yang ditentukan atau di instruksikan untuk berhenti oleh fasilitator, maka tim anda tidak mendapat bonus sama sekali. Selanjutnya apabila salah satu dari tim anda yang tidak mengikuti tugas ini, maka tim anda dianggap gugur.
Selamat Bekerja
THE SQUARE ONE TRICKS
MERAH HIJAU BIRU KUNING
BENTUK:
Keterangan Penilaian:
1. Sisi benar, sudut benar (membentuk bujur sangkar) Nilai: 1.000.000 poin 2. Sisi benar, sudut salah atau Sisi salah, sudut benar (membentuk 4 sudut) Nilai: 750.000
3. Sisi salah, sudut salah ( tidak membentuk 4 sudut) Nilai: 0
Fasilitator-1 Fasilitator-2
(………) ( ………)
2. KEKOMPAKAN
Pearl Connections
Konon ceritanya 200 tahun yang lalu, di daerah ini terdapat mutiara bertuah dari mulut naga yang terdampar di tepi laut selatan.
Pada suatu hari juru kunci yang menjaga tempat ini mendapat wangsit dari para leluhurnya. Menurut beliau, barang siapa yang dapat mengembalikan mutiara ke mulut naga niscaya dia orang itu akan mendapat keberuntungan yang luar biasa. Untuk dapat mengembalikan mutiara ke mulut naga, tim anda harus melingkar mengikuti tubuh naga.
Keberhasilan tim anda mengembalikan mutiara ke mulut naga akan mendapat imbalan sesuai jerih payah yang anda lakukan.
Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas ini adalah 35 menit, dengan rincian 5 menit untuk memahami instruksi kerja dan menyusun strategi, dan 30 menit untuk menyelesaikan tugas.
Jika tim anda dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dalam waktu 30 menit, maka tim anda berhak atas imbalan sebesar 1.000.000 poin.
Apabila tugas tersebut dapat selesai kurang dari 30 menit, maka tim anda dapat mengulangi tugas tersebut dengan berbalik arah. Untuk tiap kali ulangan tanpa kesalahan maka tim anda akan mendapat bonus sebesar 100.000 poin.
Apabila mutiara tersebut sampai keluar kembali dari mulut naga, maka celakalah tim anda, untuk setiap kali mutiara itu keluar dari mulut naga, maka tim anda akan di denda sebesar 75.000 poin, dan tim anda harus mengulang kembali.
Untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, maka tim anda harus menjaga kekompakan tim anda.
Selamat Bekerja
MEMBELI INFORMASI
TOTAL NILAI WAKTU PELANGGARAN
KELERENG JATUH
NILAI
KEBERHASI LAN BONUS
PEARL CONNECTIONS
Jumlah Peserta:……….. Orang
Fasilitator-1 Fasilitator-2
(………) ( ………)
3.PANTANG MENYERAH
Treasure Raider
Tim anda sekarang berada di daerah penyimpanan harta karun, namun sebelumnya pencarian harta karun, kelompok anda harus menyanyikan lagu wajibnya (setelah ada aba-aba dari fasilitator).
Harta karun tersebut tersimpan di daerah ± 100 tahun yang lalu, sebagai peninggalan suatu kerajaan yang terkenal pada saat ini belum ditemukan.
Tim anda mempunyai kewajiban menemukan harta karun tersebut yang tersimpan rapi di sebuah tempat/ wadah berwarna, terpendam di tanah, berada disekitar tongkat wasiat. Untuk mendapatkan informasi lebih jelas diperbolehkan bertanya, setiap kali pertanyaan, anda wajib membeli sebesar 15.000 poin. Pencarian harta karun hanya disediakan waktu 20 menit.
Ketentuan yang perlu diperhatikan oleh semua anggota tim:
1. Dilarang menyentuh tongkat wasiat, bila dari anggota tim anda ada yang menyentuh maka tim anda didenda sebesar 10.000 poin per-pelanggran 2. Keberhasilan kelompok anda dalam menemukan harta karun akan
mendapat imbalan sebesar 500.000 poin.
Selamat Bekerja
PEARL RAIDER
NAMA TIM
WAKTU MENEMUKAN
HARTA KARUN
PELANGGRAN MEMBELI INFORMASI
NILAI KEBERHASILAN
TOTAL NILAI
MERAH
BIRU
KUNING
Fasilitator-1 Fasilitator-2
(………) ( ………)