• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Di dalam bermuamalah, hal yang paling jelas dan menonjol yaitu adanya unsure tolong menolong. Karena bagaimanapun manusia sebagai makhluk sosial, sangat tergantung kepada orang lain terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang dimaksudkan Allah Swt dalam surat Al-Maidah (5): 2 yang berbunyi:

































Artinya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”( Departemen Agama RI, 2012: 524)

Agama Islam, sebagai the way of life, memberikan arah, petunjuk dan aturan-aturan (syariat) pada semua bidang kehidupan, salah satunya pada bidang Ekonomi yang merupakan bagian dari muamalah.

Salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi adalah bank.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara keuangan, bank dalam pasal 1 ayat(2) UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

(2)

simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di Indonesia, menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang bank, bank terdiri dari bank umum dan BPR. Bank umum adalah yang beroperasi secara umum, fungsi utamanya untuk menghimpun dana yang kemudian disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya guna investasi (penanaman modal) dan usaha-usaha yang produktif dengan sistem bunga. Dan bank syariah fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga. ( Rahman Abdul Ghazaly, dkk, 2010, 216).

Peran Bank Syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 tahun 1992 telah mengakui keberadaan Bank Syariah dan Bank Konvensional serta memperkenankan bank Konvensional membuka kantor cabang syariah. (soemitra, Ibid, h. 64) Sistem perbankan syariah sesungguhnya tidak terbatas pasarnya pada nasabah yang memiliki ikatan emosional keagamaan (masyarakat muslim). Layanan perbankan syariah dapat dinikmati oleh siapa saja, tidak tergantung agama yang dianut, sepanjang bersedia mengikuti cara berbisnis yang diperbolehkan secara syariah. Masyarakat membutuhkan lembaga keuangan yang kuat, transparan, adil dan berkomitmen membantu meningkatkan perekonomian dan usaha nasabah. (Lina Maulidiana. 2011: 72) Sebagaimana diketahui, dalam skim murabahah fungsi bank adalah sebagai Penjual barang untuk kepentingan nasabah, dalam bentuk transaksi Jual beli murabahah dengan pembiayaan konsumtif. Pembiayaan yang diberikan adalah

(3)

barang (Motor, renovasi rumah, Mobil dll), bukan uang dan pembayarannya secara tunai atau cicil. (Vibiz/News.com Syariah)

Penyaluran dana pada Bank Syariah Mandiri dilaksanakan melalui pembayaran pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract (yakni memberikan kepastian pembiayaan baik dari segi jumlah maupun waktu, cash flow (suatu laporan keuangan yang berisi pengaruh kas dari operasi kegiatan pembiayaan/pendanaan dalam suatu perusahaan selama periode tertentu)nya bisa diprekdiksi dengan relative pasti, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi di awal akad).

Dikategorikan sebagai natural certainty conctract karena dalam murabahah di tentukan berapa required of profitnya (besarnya keuntungan yang disepakati) (Aditiawarman Azram Karim. 2003: 161)

Salah satu produk pembiayaan yang dilakukan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat adalah pembiayaan murabahah, murabahah secara bahasa merupakan mashdar dari kalmiat ribhun yang berarti ziyadah (tambahan). (Rozalinda,2016: 83) Pengertian dari murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahibul mal dengan pihak yang membutuhkan, melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual, terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.

Rukun dan syarat murabahah pada dasarnya sama dengan jual beli biasa, namun ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar jual beli murabahah sah yaitu:

(4)

1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual), artinya keuntungan dari resiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.

2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya- biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi. Ini merupakan syarat sah murabahah.

3. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat murabahah.

4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual disamping bentuk menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya. (Mardani 2012, 137)

Menurut keputusan Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/ 2000 tentang ketentuan murabahah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut;

1. Bank dan nasabah harus menggunakan akad murabahah bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syari’ah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

(5)

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak Bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

9. Jika Bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Bank.

(Dewan Syariah Nasional MUI dan BI. 2006: 24-25).

Pembiayaan Murabahah merupakan produk pembiayaan perbankan syariah yang dilakukan dengan mengambil bentuk transaksi jual-beli (bai atau sale). Namun murabahah bukan transaksi jual-beli biasa antara satu pembeli dan satu penjual saja sebagaimana yang kita kenal di dalam dunia bisnis perdagangan di luar perbankan syariah. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli terlebih dahulu barang itu dari pemasok barang dan setelah kepemilikan barang itu secara yuridis berada di tangan bank, kemudian bank tersebut menjualnya kepada

(6)

nasabah dengan menambahkan suatu make-up/margin atau keuntungan di mana nasabah harus diberitahu oleh bank berapa harga beli bank dari pemasok dan menyepakati berapa besar make-up/margin yang ditambahkan ke atas harga beli bank tersebut. (Sutan Remy Sjahdeini, 2015, 191). Dalam Fatwa DSN MUI butir 9 menyatakan jika bank hendak mewakilkan kepada Nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah Barang secara prinsip menjadi milik bank.

Mekanisme yang terjadi di Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat Nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan membawa persyaratan yang telah ditetapkan Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat, setelah itu bank akan melihat kelayakan nasabah dalam menerima pembiayaaan yang ada di Bank syariah Mandiri Cabang Rantauprapat. Bagi nasabah yang layak diberikan pembiayaan bank akan memberikan uang yang dibutuhkan Nasabah dan Nasabah membawa Kwitansi pembelian barang dengan harga sejumlah uang yang diberikan bank. Apakah yang diterapkan fatwa DSN telah sesuai denganmekanisme yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat kerena Fatwa DSN menyatakan jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Dengan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melihat secara jelas bagaimana Kesesuaian Akad murabahah dengan Fatwa DSN pada mekanisme pembiayaan murabahah dengan nasabahnya, yang menjadi masalah dalam penelitian ini kesesuaian Akad murabahah dengan Fatwa DSN yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri Cabang

(7)

Rantauprapat dengan mengambil judul penelitian:“KESESUAIAN AKADMURABAHAH DENGAN FATWA DSN PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RANTAUPRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA”)

2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

2.1. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;

Bagaimana kesesuian Pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat dengan Fatwa DSN ?

2.2. Sedangkan batasan masalah dalam penelitian ini adalah;

Peneliti hanya membatasi tentang kesesuaian pembiayaan murabahah yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat dengan Keputusan Fatwa DSN.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1. Bagaimana Pelaksanaan pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri cabang Rantauprapat?

3.2. Apakah Akad murabahah di Bank Syariah Mandiri telah Sesuai dengan Fatwa DSN?

4. Signitifikasi Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan sumbangan dan ilmu pengetahuan tentang muamalah dan ilmu umum lainnya, dan sebagai informasi serta memahami tentang akad murabahah baik untuk masyarakat dan untuk Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat.

(8)

5. StudiLiteratur

Dalam penelitian yang mengenai penelitian ini belum ada yang meneliti, akan tetapi yang mirip dalam penelitian ini adalah:

5.1.“Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Pelaksanaan Akad Pembiayaaan Murabahah Renovasi Rumah pada Bank BRI Syariah Padang”, oleh Afri Jumaedi nim 305.089 jurusan Muamalah yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah tidak sesuai akad dan pelaksanaan nya, akad menjelaskan untuk merenovasi Rumah di bantu oleh Bank BRI Syariah Padang dalam pembiayaan Murabahah akan tetapi pelaksanaan yang dilakukan pembiayaan tidak untuk merenovasi Rumah tetapi untuk membeli Rumah.

5.2.“Aplikasi Akad Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Payakumbuh ditinjau dari Hukum Islam”, oleh Nani Yulia nim 303.196 Jurusan Muamalah dalam skripsi ini secara garis besar menggambarkan tentang pelaksanaan Akad Murabahah pada PT.

Bank Mandiri Cabang Payakumbuh. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa prosesnya belum sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam Fiqih Muamalah karena akad Murabahah dibuat sebelum barang secara prinsip menjadi milik Bank. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Dewan Syariah Nasional pada butir yang menyebutkan bahwa “ jika Bank hendak mewakilkan untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang dibeli, jadi secara prinsip barang tersebut sudah menjadi milik Bank”.

(9)

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Kesesuaian Akad murabahah dengan Fatwa DSN di Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat.

6. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan terdiri dari konsep murabahah dalam fikih muamalah. Murabahah secara bahasa merupakan mashdar dari kalimat ribhun yang berarti ziyadah (tambahan). (Rozalinda,2016:

83)Pengertian dari murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahibul mal dengan pihak yang membutuhkan, melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual, terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain, yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan. ( Mardani 2012, 136)

Rukun dan syarat murabahah pada dasarnya sama dengan jual beli biasa, namun ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar jual beli murabahah sah yaitu:

1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual), artinya keuntungan dari resiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.

2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas,

(10)

semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi. Ini merupakan syarat sah murabahah.

3. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat murabahah.

4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual disamping bentuk menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya. (Mardani 2012, 137)

7. Metode Penelitian 7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan data dalam penelitian kualitatif serta mengamati langsung kelapangan.

Yaitu menjelaskan penomena yang dengan mengembangkan konsep menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis (Burhan Bumin. 2011: 75). Dalam hal ini yang akan dilihat adalah kesesuian akad murabahah dengan Fatwa DSN yang ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat.

7.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Bank Syariah Mandiri yaitu Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat yang beralamat di Jl Jenderal Ahmad Yani No.4, Kel. Bakaran Batu, Kec.

Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu, Sumatera Utara.

(11)

7.3. Data danSumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer tersebut di dapat dari Pimpinan dan Karyawan serta Nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat. Sedangkan data sekunder yaitu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

7.4. TeknikPengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa cara dalam menyajikannya, antara lain:

7.4.1. Interview/wawancara

Wawancara adalah mengemukakan informasi secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar: 2003, 57). Wawancara merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang peneliti yang secara langsung terjun di sekitar daerah yang hendak diteliti serta mewawancarai orang-orang yang bergerak dalam hal yang ditelliti. Yang artinya penyusun mencari data dengan bertanya langsung kepada staf dan karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu.

7.4.2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obyek dari data- data atau sumber-sumber tertulis seperti surat pribadi, buku, majalah, surat kabar dan lain-lain (Lexy J, Moleong.

2005: 217-219). Dokumentasi yang dimaksud adalah usaha untuk mengumpulkan data yang didapat dengan

(12)

mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Seperti sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri Cabang Rantauprapat kab. Labuhanbatu manajemennya serta format surat akad murabahah kepengurusannya.

7.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis data deskriftif kualitatif, yaitu cara mengolah data yang dirumuskan dalam bentuk kalimat dan tidak berbentuk angka.

Analisis kualitatif ini didasarkan pada hasil wawancara, catatan, dokumentasi serta data-data penunjang lainnya untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai topik yang diteliti, kemudian disusun menjadi kalimat yang bermakna untuk memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. (lexy J.

Moleong, 248)

Referensi

Dokumen terkait

Defenisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang menempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system konstruksi adalah elemen yang

Perilaku pelaksana dalam hal ini petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penilaian responden cukup sopan dan ramah, sehingga unsur ini masuk

Langkah awal dalam Proses pelaksanaan Kuis Famili 100 ini adalah menugaskan kepada siswa untuk membuat soal dan jawaban menggunakan power point berdasarkan

Hal di atas dibenarkan oleh Ketua BPD Desa Pasar V Kebun Kelapa kurangnya fasilitas dan tunjangan kami dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi kami, anggota saya

Pernyataannya yang lain yaitu, “…bagi kami ijtihad bukanlah meng- istinbât hukum sebagaimana definisi para fuqaha, tetapi upaya maksimal individual untuk mendapatkan tanda

Hasil peneliitian yang dapat disimpulkan bahwa latihan lari 12 menit berpengaruh lebih baik dibandingkan latihan konvensional terhadap peningkatan daya tahan,

Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa: (1) Nilai Stabilitas, Flow, VIM, dan Marshall Quotient tanpa penambahan serbuk keramik sebagai filler akan terus meningkat sampai