Prasangka
Mengapa Prasangka Terjadi?
Steriotipe
Diskriminasi
Teori Prasangka
Sumber Prasangka dan Diskriminasi
Cara Mengatasi Prasangka
Prasangka
David G Myers
Prasangka adalah praduga berupa penilaian negatif mengenai suatu kelompok dan setiap individu dari anggotanya.
Prasangka adalah sikap, dimana sikap adalah kombinasi dari perasaan, kecenderungan bertindak, dan keyakinan.
Ancaman terhadap
self- esteem
Serangan terhadap kelompok yang menjadi sasaran
prasangka
Self-esteem dipulihkan
David G Myers (2012), Keyakinan mengenai atribut kepribadian dari satu kelompok atau orang-orang.
Suatu kecenderungan untuk mengidentifikasi dan menggeneralisasi setiap individu, benda dan sebagainya ke dalam kategori-kategori yang sudah dikenal.
Stereotip terkadang terlalu digeneralisasi, tidak akurat, dan resisten terhadap informasi baru.
Stereotip
(Steroetype)
David G Myers (2012), Perilaku negatif yang tidak pada tempatnya pada satu kelompok dan anggotanya.
Sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.
Diskriminasi
1. Teori Kategorisasi Sosial
Pembedaan kategorisasi bisa didasarkan pada persamaan atau perbedaan.
Mereka yang memiliki kelompok yang
sama dalam satu kelompok dikategorikan in-group, sedangkan yang berbeda
kelompok dikategorikan out-group.
Pengkategorian cenderung
mengkontraskan antara kedua pihak yang berbeda. Jika satu dinilai baik maka
kelompok lain cenderung dinilai buruk.
2. Teori Konflik-realistis
Terjadinya kompetisi dan konflik antar kelompok dapat meningkatkan kecenderungan untuk berprasangka dan mendiskriminasikan anggota out-group.
Kompetisi menimbulkan permusuhan dan menciptakan penialaian yang negatif yang bersifat timbal balik.
3. Teori Identitas Sosial
Henry Tajfel dan John Tunner (1982), Prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh in-group dan favoritsm yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasi dalam perlakuan yang lebih baik atau menguntungkan in- group di atas out-group.
Orang memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri.
4. Teori Perbandingan Sosial
Selalu membandingkan diri dengan orang lain atau kelompok dengan kelompok lain.
Hal yang dibandingkan dapat berupa status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian.
Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. Artinya keadaan status yang tidak seimbanglah yang akan melahirkan prasangka.
5. Teori Deprivasi
Keadaan psikologis dimana seseorang merasakan ketidakpuasaan atas kesenjangan atau kekurangan subjektif yang dirasakannya pada saat keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan dengan orang lain atau kelompok lain.
Keadaan deprivasi bisa menimbulkan persepsi adanya suatu ketidakadilan sehingga menimbulkan terjadinya prasangka.
6. Teori Frustasi-Agresi
Prasangka merupakan manifestasi dari displaced aggresion sebagai akibat dari frustasi. Asumsi dasar teori ini adalah jika tujuan seseorang dirintangi atau dihalangi, maka individu tersebut akan mengalami frustasi. Frustasi tersebut akan membawa pada perasaan bermusuhan terhadap sumber penyebab frustasi.
7. Teori Belajar Sosial
Prasangka biasanya diperoleh anak-anak melalui proses sosialisasi. Anak-anak banyak yang menginternalisasikan norma- norma mengenai stereotip dan perilaku antar kelompok yang ditetapkan oleh orang tua dan teman sebaya. Selain dari orang tua dan teman sebaya, media massa juga menjadi sumber anak untuk mempelajari stereotip dan prasangka.
1. Konflik Langsung Antar Kelompok
Prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok sosial untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi.
2. Pengalaman Awal
Prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang sama serta melalui mekanisme dasar yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui pengalaman langsung dan observasi.
3. Kategorisasi Sosial
Kecenderungan untuk membuat kategori sosial yang membedakan antara in-group dan out- group. Kecenderungan untuk memberi atribusi yang lebih baik dan menyanjung anggota kelompoknya sendiri daripada anggota kelompok lain, terkadang dideskripsikan sebagai kesalahan atribusi utama
4. Stereotip
kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan tentang kelompok sosial tertentu dan traits tertentu yang mungkin dimiliki oleh orang yang menjadi anggota kelompok-kelompok ini.
5. Mekanisme Kognitif lain
a. Ilusi tentang hubungan, kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif dalam kelompok yang relatif kecil.
b. Ilusi Homogenitas out-group, kecenderungan untuk mempersepsikan orang-orang dari kelompok lain yang bukan kelompoknya sebagai orang yang serupa
Prasangka Bukan sesuatu yang terelakan:
Teknik Mengatasinya
Dampaknya
Prasangka tampaknya merupakan aspek
kehidupan yang ada di hampir atau bahkan seluruh masyarakat.
Apakah Hal Ini Dapat Dicegah???
Atau
Dapatkah prasangka dan efek buruk yang diakibatkan,
olehnya dihilangkan paling tidak dikurangi???
Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda
i) contact hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu.
ii) extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan
“mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang
sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dariin-group.
Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan
(belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.
Prasangka Berdasarkan Gender :
Sifat Dasar dan Dampaknya
Lebih dari 50 % penduduk adalah wanita tapi masih banyak yg
memperlakukan wanita sebagai kelompok prioritas (Fisher, 1992;
Heilman, Block, dan Lucas 1992)
Seksisme yang keras maupun halus
Prasangka diidentikkan dengan hal negatif, padahal tidak selalu
Seksisme yang penuh kebencian (hostile sexism)
Seksisme bentuk halus (benevolent sexism)
Glick dan teman-teman (2000),
melakukan penelitian dari 15.000 responden di 19 negara berbeda.
Responden sebagian besar wanita
Hasil : Kedua bentuk seksisme baik yg halus maupun penuh kebencian terjadi pada setiap negara yang diteliti.
Semakin tinggi seksisme, semakin rendah kesetaraan gender.
Pria cenderung mengekspresikan
seksisme penuh kebencian lebih kuat daripada wanita.
Kenapa seksisme terjadi ?
Stereotip Gender (stereotype gender) yaitu
keyakinan tentang karakteristik-karakterisitik yang seharusnya dimiliki oleh wanita dan pria.
Stereotip ini ada di kedua gender baik pria maupun wanita serta memiliki sisi positif dan negatif
Apakah stereotip gender itu akurat ? Hal ini sangatlah kompleks.
“Memang ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hubungannya dengan
berbagai aspek tingkah laku, tetapi secara umum, besaran perbedaan tersebut lebih kecil daripada yang digambarkan oleh
stereotip gender “ Betancourt dan Miller, 1996
Stereotip gender bukan satu-satunya yang memengaruhi seksisme
Secara khusus, wanita dan pria
mengekspresikan mengekspresikan penghargaan yang lebi tinggi kepada pria (Jackson, Esses, dan Burris)
Penelitian Jackson, Esses dan Burris (2001) melakukan penelitian dimana pesertanya adalah pria dan wanita yang mengevaluasi pelamar untuk status pekerjaan yang tinggi atau rendah.
Hasilnya, laki-laki menerima peringkat yang lebih tinggi dalam hubungan dengan
pekerjaan dan rekomendasi pekerjaan.
Sekarang ini, diskriminasi gender adalah ilegal di berbagai negara.
Wanita terus mendapatkan situasi yang tidak menguntungkan di masyarakat
Kenapa hal ini terjadi ?
Peran Harapan
Peran keyakinan diri dan persepsi
Reaksi negatif terhadap otoritas perempuan
Perbedaan gender dalam mendaki tangga perusahaan
Secara umum, wanita tampaknya memiliki
harapan yang lebih rendah terhadap karir dan upah.
Hal ini terjadi karena : perempuan berharap waktu lebih di luar pekerjaan
Perempuan menyadari bahwa secara uum perempuan memiliki gaji yang lebih kecil daripada laki-laki
Wanita cenderung membandingkan diri mereka dengan wanita lain, sehingga mengangga gaji mereka lebih kecil daripada laki-laki tidaklah buruk