HUBUNGAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN
Elza Wulandari1, Pitri Subani2, Samsulsia3
123Prodi Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
1[email protected] *; 2[email protected]; 3[email protected]
* corresponding author
Abstrak
Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan riwayat abortus dengan retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan Survey Analitik dengan rancangan case control. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Dr. Sobirin Tahun 2017 sebanyak 1710. Sampel sebanyak 116 orang terdiri dari 58 orang retensio plasenta diambil secara total sampling dan 58 orang tidak retensio plasenta diambil secara systematic random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder. Hasil penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan retensio plasenta pada di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, dengan kategori hubungan sedang.
Kata kunci: Retensio Plasenta; Riwayat Abortus; Ibu Bersalin
Relationship of Abortus History with Placenta Retentio on Labored Mother
Abstract
Retention of the placenta is the retention or not delivery of the placenta more than 30 minutes after the baby is born which can cause postpartum hemorrhage. This study aims to study the relationship between history of abortion and retained placenta in pregnant women at Dr Sobirin Hospital, Musi Rawas Regency in 2017. This study used an analytical survey approach with a case control design.
The population of this study were all mothers who gave birth in RSUD Dr. Sobirin 2017 as many as 1710. A sample of 116 people consisting of 58 people with retained placenta were taken by total sampling and 58 people without retained placenta were taken by systematic random sampling. The data collection in this research is using secondary data. Results: There is a significant relationship between a history of abortion and retained placenta at Dr. Hospital. Sobirin, Musi Rawas Regency, with moderate relationship category.
Keywords: Placental Retention; Abortion History; Maternity Mother
PENDAHULUAN
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah anak lahir, antara lain
disebabkan oleh atonia uteri, perlukaan jalan lahir, pelepasan plasenta dari uterus, dan retensio plasenta. Penyebab angka kematian ibu melahirkan di
Indonesia adalah perdarahan postpartum karena retensio plasenta (16-17%), infeksi 11 %, komplikasi masa puerperium 8%, abortus 5%, partus lama atau macet 5%, emboli obstetrik 3%, dan penyebab lain 11 % (Saifuddin, 2014).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes, 2017).
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum (Kemenkes, 2015).
Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan (Wiknjosastro, 2013). Faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah riwayat abortus dan kuretase berulang (Saifuddin, 2014)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup di luar kandungan, dimana terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu di dasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir dan berat janin neonatus yang keluar kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2014). Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya retensio plasenta (Manuaba, 2013).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Sumatera Selatan Angka Kematian Ibu (AKI) akibat perdarahan Tahun 2016 sebanyak 54 kasus dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 55 kasus. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu akibat perdarahan di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan di setiap tahunnya (Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, 2017).
Data dinas kesehatan Kabupaten Musi Rawas jumlah kematian ibu akibat perdarahan masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Pada Tahun 2016 sebanyak 4 orang dan pada Tahun 2017 meningkat menjadi 9 orang (Dinas Kesehatan Musi Rawas, 2017).
Berdasarkan data di ruang Kebidanan RSUD Dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas kejadian retensio plasenta masih cukup tinggi.
Pada tahun 2016 kasus retensio plasenta meningkat menjadi 73 kasus dari 1821 persalinan dan pada tahun 2017 sebanyak 58 kasus dari 1710 persalinan namun ada 4 bayi yang mengalami kemaian akibat retensio plasenta (Rekam Medik, 2018).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Riwayat Abortus Dengan Kejadian Retensio Plasenta Di RSUD Dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan riwayat abortus dengan kejadian retensio plasenta di RSUD Dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017? Tujuan penelitian Mempelajari hubungan riwayat abortus dengan kejadian retensio plasenta di RSUD Dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017?
METODE
Penelitian dilaksanakan dengan metode survey analitik dengan pendekatan rancangan studi case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di ruang kebidanan RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2017 sebanyak 1710 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan 1:1 yaitu seluruh variabel kasus (retensio plasenta) sebanyak 58 orang
diambil secara total sampling sedangkan 58 orang variabel kontrol (tidak retensio plasenta) diambil secara systematic random sampling sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 116.
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari data register ibu bersalin di ruang kebidanan RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2017.
Uji statistik menggunakan uji Chi-Square (χ2), derajat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Untuk mengetahui keeratan hubungan menggunakan contingency coeffisient (C). Untuk mengetahui resiko dilakukan penghitungan Odd Ratio (OR).
HASIL 1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi riwayat abortus sebagai independent variable dan retensio plasenta sebagai dependent variable, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Retensio Plasenta pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas
Retensio plasenta Frekuensi Persentase (%) Ya
Tidak
58 58
50 50
Total 116 100,0
Berdasarkan Tabel 1 dari 116 sampel terdapat 58 orang retensio plasenta dan 58 orang tidak retensio plasenta.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Riwayat abortus Ibu Bersalin di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas
Riwayat abortus Frekuensi Persentase (%)
Riwayat abortus Tidak riwayat abortus
26 90
22,4 77,6
Total 116 100,0
Berdasarkan Tabel 2 bahwa dari 116 sampel terdapat 26 orang
mengalami riwayat abortus dan 90 orang tidak mengalami riwayat abortus.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan riwayat abortus dengan retensio plasenta di RSUD Dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas dan keeratannya. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, maka tabulasi silang antara variabel independen dan dependen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Hubungan Riwayat abortus dengan Retensio plasenta pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas
Riwayat Abortus
Retensio Plasenta χ2 p C OR
Ya Tidak Total
21,862 0,000 0,414 19,765
f % f % f %
Ya 24 41,4 2 3,4 26 22,4 Tidak 34 58,6 56 96,6 90 77,6 Total 58 100,0 58 100,0 116 100,0
Berdasarkan Tabel 4 didapatkan dari 58 orang retensio plasenta terdapat 24 orang riwayat abortus dan 34 orang tidak riwayat abortus dan dari 58 orang tidak retensio plasenta terdapat 2 orang riwayat abortus dan 56 orang tidak riwayat abortus.
Hasil uji statistik Pearson Chi- Square didapat nilai χ2 = 21,862 dengan p=0,000 < α = 0,05 berarti signifikan, maka Ho ditolak Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C= 0,414 dengan ρ=0,000
< α = 0,05 berarti signifikan, nilai C tersebut di badingkan dengan nilai Cmax
= 0,707 (karena nilai terendah dari baris atau kolom adalah 2). Karena nilai C tidak jauh dengan nilai Cmax = 0,707 maka kategori hubungan sedang.
Hasil uji risk estimate diperoleh nilai Odd Ratio (OR) sebesar 19,765, artinya ibu bersalin dengan riwayat abortus berpeluang mengalami retensio plasenta sebesar 19,76 kali lipat jika dibandingkan dengan ibu bersalin tidak riwayat abortus.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian dari 116 sampel terdapat 50% retensio plasenta, kondisi tersebut dapat terjadi akibat berbagai kondisi diantaranya adalah kotraksi uterur yang melemah, grandemultipara, usia beresiko, kala II lama, plasenta previa dan riwayat sectio caesarea dan 50% tidak tidak retensio plasenta menunjukkan karena ibu bersalin tidak mengalami komplikasi serta riwayat kesehatan yang dapat berdampak pada terjadinya retensio plasenta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Manuaba (2013), bahwa faktor predisposisi terjadinya retensio
plasenta adalah grandemultipara, kehamilan ganda sehingga memerlukan implantasi plasenta yang lebih kuat, kasus infertilitas karena lapisan endometriumnya jelek, plasenta previa karena di bagian isthimus pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk lebih dalam dan bekas operasi pada uterus yang menimbulkan parut sehingga implantasi plasenta pada parutan dan tertanam lebih dalam.
Hasil penelitian dari 116 sampel terdapat 22,4% riwayat abortus menunjukkan bahwa sebagian kecil ibu bersalin pernah mengalami riwayat abortus sebelumnya yang dapat berdampak pada terjadinya komplikasi persalinan diantaranya retensio palsenta dan 77,6% tidak riwayat abortus menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin tidak pernah mengalami riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya sehingga mengurangi dampak terjadinya komplikasi pada persalinan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Saifuddin (2014), bahwa riwayat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh seorang ibu juga merupakan risiko tinggi dalam terjadinya perdarahan. Cidera dalam alat kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan berakibat buruk pada kehamilan yang sedang di alami. Hal ini dapat berupa keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi (section caesarea) atau bekas kuretase.
Hasil penelitian dari 58 orang retensio plasenta terdapat 24 orang riwayat abortus riwayat abortus menunjukkan bahwa pada ibu bersalin dengan riwayat abortus telah mengalami cedera didalam alat kandungan sehingga keadaan tersebut
berdampak pada terjadinya retensio plasenta pada persalinan selanjutnya.
Hasil tabulasi silang antara riwayat abortus dengan retensio plasenta ternyata dari 58 orang retensio plasenta terdapat 34 orang tidak riwayat abortus menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya retensio plasenta selain dari riwayat abortus yaitu 15 orang mengalami permasalahan dengan his atau kontraksi uterus lemah, 8 orang dengan paritas grandemultipara, 2 orang dengan kehamilan ganda, 4 orang dengan partus lama, 3 orang mengalami bayi besar dan 2 orang mengalami hydramnion.
Hasil penelitian dari 58 orang tidak retensio plasenta terdapat 2 orang riwayat abortus dengan paritas yang tidak beresiko sehingga kondisi kesehatan reproduksi ibu tejaga dengan baik karena paritas dan usia ibu tidak beresiko dan ibu tidak mengalami kejadian retensio plasenta.
Dari 58 orang tidak retensio plasenta terdapat 56 orang tidak riwayat abortus karena pada ibu bersalin yang tidak mengalami riwayat abortus sistem reproduksi ibu terutama rahim masih dalam keadaan sehat dan belum mengalami trauma sehingga tidak berdampak pada terjadinya retensio plasenta.
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan retensio plasenta di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Permatasari, Handayani, &
Rachmawati (2017), tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian perlengketan plasenta
(retensio placenta) di Rumah Sakit Islam Jakarta, diperoleh data dari sampel kasus retensio plasenta terdapat 38,1% mengalami komplikasi persalinan (abortus) dan 61,9% tidak mengalami komplikasi persalinan (tidak abortus). Komplikasi persalinan yang banyak terjadi pada ibu bersalin diantaranya adalah abortus. Riwayat abortus dapat menyebabkan terjadinya retensio plasenta.
Hasil uji Contingency Coefficient didapatkan kategori hubungan sedang yang menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi retensio plasenta selain dari riwayat abortus diantaranya paritas, umur dan kontraksi uterus lemah. Hasil penelitian ini sejalan penelitian Riyanto (2015), bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin (p=0,040). Ibu bersalin yang usia berisiko tinggi mempunyai risiko 2,414 kali untuk mengalami retensio plasenta dibandingkan dengan usia berisiko rendah (POR 2,414; 95%
CI: 1,110-5,250).
Hasil perhitungan nilai Odd Ratio (OR) ibu bersalin dengan riwayat abortus berpeluang mengalami retensio plasenta sebesar 19,76 kali lipat jika dibandingkan dengan ibu bersalin tidak riwayat abortus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ulviyatulillah
& Kuswandi (2016), tentang Hubungan Riwayat Abortus dan Riwayat Kuretase dengan Kejadian Plasenta Previa, menunjukkan bahwa kelompok ibu bersalin yang memiliki riwayat abortus lebih banyak (55,3%) mengalami plasenta previa dibandingkan dengan yang tidak mengalami plasenta previa hanya 19,1%. Sebaliknya, pada kelompok ibu bersalin yang tidak memiliki riwayat abortus lebih banyak
(80,9%) tidak mengalami plasenta previa dibandingkan dengan yang mengalami plasenta previa hanya 44,7%.
Hasil uji statistik ada hubungan antara riwayat kehamilan (abortus) dan persalinan ibu dengan retensio plasenta. Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu (abortus) mempunyai risiko 2,247 kali untuk mengalami retensio plasenta dibandingkan dengan tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu.
Adanya riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya baik yang diinduksi maupun spontan berpengaruh terhadap terjadinya plasenta previa. Mekanisme yang dapat menjelaskan pengaruh tersebut adalah kerusakan ataupun terbentuknya jaringan parut pada endometrium akibat dilakukannya kuretase uterus sehingga menganggu proses implantasi plasenta di bagian fundus uteri.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesimpulan yaitu : Dari 116 sampel terdapat 58 orang retensio plasenta dan 58 orang tidak retensio plasenta. Dari 116 sampel terdapat 90 orang tidak riwayat abortus, Ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan retensio plasenta pada di RSUD Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, dengan kategori hubungan sedang dan OR sebesar 19,76.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Musi Rawas. (2017).
Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas. Musi Rawas:
Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas.
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan.
(2017). Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan. Palembang:
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan.
Kemenkes. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Idonesia.
Kemenkes, R. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Manuaba, I. (2013). Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.
Permatasari, F. A., Handayani, S., &
Rachmawati, E. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Perlengketan Plasenta (Retensio Placenta) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih: Sebuah Studi Kasus Kontrol. ARKESMAS, 102-108.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rekam Medik. (2018). Data Retensio Plasenta RSUD Dr. SObirin . Musi Rawas.
Riyanto. (2015). Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di Rsud Dr.
H. Bob Bazar, Skm Kalianda . Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawa, 38-44.
Saifuddin. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ulviyatulillah, & Kuswandi, K. (2016).
Hubungan Riwayat Abortus Dan Riwayat Kuretase dengan Kejadian Plasenta Previa.
Jurnal Obstretika Scientia, 401- 417.
Wiknjosastro, H. (2013). Ilmu Kebidanan Edisi Revisi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.