• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

205

Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM)

Analisis Penentuan Sektor Basis dan Sektor Ekonomi Unggulan Kota Jakarta Barat Tahun 2011-2018

TITLE (ENGLISH VERSION), WRITTEN USING CALISTO-10 BOLD-ITALIC, 10 WORDS MAXIMUM, ALIGN LEFT

Anis Kurnianingsih

S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar

*[email protected]

Abstrak

___________________________________________________________________

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi dan mengidentifikasi sektor basis serta unggulan di Kota Jakarta Barat sebagai bahan informasi dan perimbangan bagi perencanaan pembangunan ekonomi baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari PDRB serta komponen lainnya dari Kota Administrasi Jakarta Barat dan Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2018. Analisis LQ mengindikasikan sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Real Estate, sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta sektor Jasa-jasa sebagai sektor basis di Jakarta Barat. Analisis shift share dipergunakan untuk mengindikasikan sektor kompetitif.

Kata kunci: PDRB, Location Quotient, Shift share.

Abstract

________________________________________________________________

This research was conducted with the aim of analyzing changes in economic structure and identifying the basis and leading sectors in West Jakarta City as material information and balance for economic

development planning both now and in the future. This study uses secondary data from the GDP and other components from the City Administration of West Jakarta and DKI Jakarta Province in 2011-2018. The LQ analysis indicates the Water Supply, Waste Management, Waste and Recycling sector, Construction sector, Wholesale and Retail sector; Car and Motorcycle Repair, Transportation and Warehousing sector,

Accommodation and Food Supply, Information and Communication sector, Real Estate sector, Education Services sector, Health Services and Social Activities sector and Services sector as a base sector in West Jakarta. Shift share analysis is used to indicate the competitive sector.

Keywords: GDP, Location Quotient, Shift share.

(2)

206 PENDAHULUAN

Pada beberapa negara berkembang seperti Indonesia, pembangunan akan lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi di negara tersebut. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau mendorong perubahan serta pembaharuan di bidang lainnya Siagian (1984:128) bahwa keterbelakangan utama pada negara berkembang terdapat pada bidang ekonomi. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan tujuan yang paling utama dalam pembangunan negara berkembang.

Menurut Sadono Sukirno (1996) pembangunan ekonomi adalah upaya meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi real dengan melakukan penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swsta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No.

33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Pembangunan ekonomi di Kota Jakarta Barat dari tahun 2004-2018 tidak selalu mengalami peningkatan namun rata-rata dari 15 tahun tersebut jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya baik dari 9 sektor maupun 17 sektor akan mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi meski nilainya tidak terlalu tinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta Barat mengalami kenaikan yang rata-ratanya sebesar 0.355 persen untuk tahun 20111-2018.

Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Ibukota Jakarta yang mempunyai kekhususan yaitu sebagai kota tua dan kota metropolitan. Julukan ini didasarkan pada terdapatnya bangunan-bangunan kuno yang ada di wilayah administrasi Jakarta Barat. Batas wilayah dari Jakarta Barat di sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Utara, di sebelah timur berbatasan dengan wilayah Jakarta Pusat, sebelah selatan Banten dan di sebelah barat berbatasan dengan Tangerang.

Pelaksanaan otonomi daerah dengan pemberdayaan potensi daerah akan bisa berjalan jika sektor unggulan daerah dapat dioptimalkan, dimana sektor unggulan ini penting untuk

(3)

207

menentukan skala prioritas dalam pembangunan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencoba menggambarakan pola perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian, menentukan sektor-sektor basis dan non basis, serta perubahan dan pergeseran sektor perekonomian sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan di Kota Jakarta Barat.

LANDASAN TEORI

Produk Domestik Regional Bruto

PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun dengan memperhitungkan unsur inflasi dan dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun dengan tidak memperhitungkan unsur inflasi.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (Provinsi/Kabupaten/Kota).Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah suatu sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu

daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi didaerah. Semakin tinggi nilai PDRB perkapita berarti semakin tinggi kekayaan daerah (region prosperity) tersebut, dengan kata lain nilai PDRB perkapita dianggap merefleksikan tingkat kekayaan daerah (Tadjoedin, Suharyo, & S, 2001).

Sektor Basis

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan,2005). Teori basis ini digolongkan kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Sektor basis dan non basisekonomi suatu wilayah dapat diketahuidengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara membanding perannya dalam 13 perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional (Emilia, 2006).

Sektor Unggulan

Sektor unggulan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi. Sektor unggulan merupakan tulang punggung dan penggerak perekonomian, sehingga dapat juga disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpin perekonomian suatu wilayah. Dengan demikian, sektor unggulan merupakan refleksi dari suatu struktur perekonomian, sehingga dapat pula dipandang sebagai salah satu aspek penciri atau karakteristik dari suatu perekonomian (Deptan, 2005). Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar

(4)

208

untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).

METODE PENELITIAN

Berisi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, target/sasaran, subjek penelitian, prosedur, instrumen dan teknik analisis data serta hal-hal lain yang berkait dengan cara penelitiannya. target/sasaran, subjek penelitian, prosedur, data dan instrumen, dan teknik pengum-pulan data, serta teknik analisis data serta hal-hal lain yang berkait dengan cara penelitiannya dapat ditulis dalam sub-subbab, dengan sub- subheading. Sub-subjudul tidak perlu diberi notasi, namun ditulis dengan huruf kecil berawalkan huruf kapital, Constantia-11 bold, rata kiri. Sebagai contoh dapat dilihat berikut.

Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data timeseries dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi, jumlahh penduduk, tenaga kerja dan jarak anardaerah yang diperoleh dari BPS Kota Jakarta Barat maupun dari BPS DKI Jakarta.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juni tahun 2020.

Di daerah administratif Jakarta Barat.

Target/Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini yaitu data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat statistik Kota Jakarta Barat dan Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta serta dinas- dinas yang terkait lainnya.

Prosedur

Tahap persiapan dilakukan dengan cara pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, melakukan penentuan untuk tempat juga penentuan fokus masalah pada penetuan sektor basis dan unggulan di Jakarta Barat. Selanjutnya tahap pelaksanaan dimulai dengan mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode Location Quotient untuk menentukan sektor ekonomi basis dan Shift Share yang digunakan untuk menentukan sektor-sektor unggulan di Jakarta Barat. Untuk tahap selanjutnya yaitu tahap pelaporan dan penyelesaian dimana penulis melakukan analisis terhadap data yang sudah diolah serta melakukan pelaporan ke dalam bentuk artikel.

Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data time series dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha, atas dasar harga konstan dalam periode penelitian tahun 2011 – 2018. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta dan Kota Jakarta Barat, serta lembaga- lembaga lain yang terkait.

Teknik Analisis Data Analisis Location Quotient

Teknik Analisis Location Quotient ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sector industri di

(5)

209

daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam industri nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor, dan bahwa perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah suatu perekonomian tertutup.

Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ >

1, berarti merupakan sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1, berarti bukan sektor basis (sektor lokal/impor).

Analisis Shift Share

Analisis Shift Share ini digunakan untuk menentukan kinerja atau produktivitas suatu daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor- sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial suatu daerah kemudian membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional) Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain (Arsyad 1999).

Tiga bidang yang saling berhubungan itu meliputi:

Pertama, pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral kemudian dibuat perbandingan dengan sektor perekonomian yang sama sebagai acuan, sehingga diketahui perubahanperubahan dan perbandingannya.

Kedua, Pergeseran proporsional (proportional shift) digunakan untuk mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri- industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan. Ketiga, Pergeseran diferensial (differential shift) digunakan untuk membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu jika pergeseran diferensial dari satu industri

adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibanding industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Glasson (1990) merumuskan analisis shift share adalah sebagai berikut:

Gj : Yjt – Yjo (1) : (Nj + Pj + Dj) (2) Nj : Yjo (Yt / Yo) – Yjo (3) (P + D)j : Yjt - (Yt / Yo) Yjo (4)

: (Gj - Nj) (5)

Pj : Σi [(Yit / Yio) - (Yt / Yo)] Yijo (6) Dj : Σt [Yijt - (Yit / Yio) Yijo] (7)

: (P + D)j – Pj (8)

Dimana Gj adalah Pertumbuhan PDRB Total Kota Jakarta Barat, Nj adalah Komponen Share di Kota Jakarta Barat, (P + D)j adalah Komponen Net Shift di Kota Jakarta Barat, Pj adalah Proportional Shift Kota Jakarta Barat, Dj adalah Diferential Shift Kota Jakarta Barat, Yj adalah PDRB total Kota Jakarta Barat, Y adalah PDRB Total Provinsi DKI Jakarta, o dan t adalah Periode Awal dan Periode Akhir Perhitungan, i adalah Subskripsi Sektor (subsektor) pada PDRB.

Jika Dj > 0, maka pertumbuhan sektor i di Kota Jakarta Barat lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta dan bila Dj < 0, berarti pertumbuhan sektor i di Kota Jakarta Barat relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta. Bila Pj > 0, maka Kota Jakarta Barat akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat propinsi tumbuh lebih cepat.

Sebaliknya jika Pj < 0, maka Kota Jakarta Barat akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih lambat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil, maka dapat diidentifikasikan sektor-sektor mana saja yang terdapat di Kota Jakarta Barat yang merupakan sektor basis maupun non basis. Kota Jakarta Barat selama 8 tahun

(6)

210

terakhir ini secara rata-rata hanya mempunyai 9 sektor basis. Sektor basis tersebut adalah Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Sepeda Motor, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Informasi dan Komunikasi, Sektor Real Estate, Sektor Jasa Pendidikan serta Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sektor- sektor tersebut memiliki nilai indeks LQ lebih dari 1. Hasil indeks tersebut menunjukkan bahwa sektor- sektor tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Jakarta Barat dan sektor-sektor tersebut sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya bahkan berpotensi untuk ekspor. Jika kita jabarkan secara terperinci dan diurutkan berdasarkan indeks terbesar, maka Sektor Informasi dan Komunikasi merupakan sektor basis yang memiliki indeks terbesar dibandingkan dengan sektor basis lainnya yaitu dengan rata-rata sebesar 1,903, Sektor Transportasi dan Pergudangan dengan indeks 1,349 dan sektor basis yang ketiga adalah Sektor Konstruksi dengan indeks 1,225, selanjutnya sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan indeks sebesar 1,180, kemudian Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dengan rata-rata 1,114, sektor basis keenam yaitu Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Sepeda Motor dengan indeks 1,103 kemudian Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan rata-rata 1,102, sektor basis kedelapan dengan indeks 1,085 yaitu Sektor Jasa Pendidikan dan yang terakhir ialah Sektor Real Estate dengan indeks 1,078. Kesembilan sektor tersebut merupakan sektor basis yang merupakan modal yang cukup baik bagi perkembangan Kota Jakarta Barat. Sektor yang merupakan sektor bukan basis

selama periode tersebut adalah Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, Sektor Jasa Perusahaan, Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta Sektor Jasa-Jasa Lainnya. Kedelapan sektor bukan basis tersebut memiliki indeks LQ dengan rata-rata indeks masing- masing 0.981, 0.000, 0.471, 0.816, 0.646, 0.822, 0.323 dan 0,848. Sektor-sektor tersebut dalam berproduksi belum mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri bahkan meingimpor dari luar daerah. Sektor bukan basis ini perlu mendapat perhatian khusus bagi para pengambil kebijakan di Kota jakarta Barat. Dengan bermodalkan sembilan sektor basis, diharapkan kedelapan sektor bukan basis dapat dibantu untuk dikembangkan menjadi sektor basis baru.

Analisis penentuan sektor ekonomi strategis dan memiliki keunggulan untuk dikembangkan dengan tujuan untuk memacu laju pertumbuhan Kota Jakarta Barat. Hasil perhitungan analisis shift share PDRB Kota Jakarta Barat tahun 2011-2018 dapat dilihat pada tabel 3. Nilai Differential Shift sektor perekonomian Kota Jakarta Barat selama periode tahun 2011-2018 ada yang positif dan negatif. Nilai Differential Shift positif, berarti bahwa terdapat sektor ekonomi Kota Jakarta Barat tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan nilai Differential Shift negatif, berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Dari ketujuh belas sektor, terdapat sepuluh sektor dalam perekonomian Kota Jakarta Barat dengan nilai Differential Shift positif, yaitu: sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor

(7)

211

perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor jasa pendidikan yang berarti pertumbuhan kesepuluh sektor tersebut di Kota Jakarta Barat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta. Sepuluh sektor tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Kota Jakarta Barat. Sedangkan tujuh sektor lainnya memiliki nilai Differential Shift negatif.

Artinya sektor tersebut di wilayah Jakarta Barat memiliki daya saing lemah. Sektor yang bernilai negatif antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor transportasi dan pergudangan;

sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor jasa perusahaan;

sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta sektor jasa lainnya. Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan Kota Jakarta Barat yang bersifat intern dan ekstern, di mana proportional shift dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam Provinsi DKI Jakarta dan differential shift adalah akibat dari pengaruh faktor- faktor yang bekerja di dalam Kota Jakarta Barat.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Sektor informasi dan komunikasi merupakan sektor basis yang mempunyai indeks tertinggi jika dibandingkan dengan sembilan sektor lainnya. Kesepuluh sektor basis ini merupakan modal yang cukup baik bagi perkembangan ekonomi Kota Jakarta Barat. Dari hasil analisis Shift Share dapat disimpulkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang, sektor konstruksi,

sektor

perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor jasa pendidikan.

Berdasarkan pembahasan hasil di atas, penulis menyarankan beberapa pihak terkait, yaitu: Pemerintah Daerah Kota Jakarta Barat dalam upaya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) agar lebih mengutamakan pengembangan sektor dan sub sektor unggulan serta tidak mengabaikan sektor dan sub sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Kemudian untuk sektor unggulan dan memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Kota Jakarta Barat perlu mendapatkan prioritas pengembangan, sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya yang akan dilakukan diharapkan agar tidak hanya melakukan penelitian pada tahapan penentuan sektor dan sub sektor basis serta sektor unggulan saja.

Implikasi dan Keterbatasan

Implikasi dapat belupa pembaruan, novelti, dampak langsung maupun tidak langsung. Keterbatasan dapat berupa batasan yang dimiliki penulis.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2011). Jakarta Barat dalam Angka 2011. Jakarta Barat : Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat.

BPS. (2012). Jakarta Barat dalam Angka 2012. Jakarta Barat :

(8)

212

Badan Pusat Statistik Kota

Jakarta Barat.

BPS. (2013). Jakarta Barat dalam Angka 2013. Jakarta Barat : Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat.

BPS. (2014). Jakarta Barat dalam Angka 2014. Jakarta Barat : Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat.

BPS. (2015). Jakarta Barat dalam Angka 2015. Jakarta Barat : Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat.

Cholid I., Yurisinthae E., dan Komariyati. (2012).

Analisis Sektor Unggulan Perekonomian dan Komoditi Pertanian di Kabupaten Kayong Utara.

Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

Hidayat, R. (2013). Analsis Komoditas Unggulan Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sosial Ekonomi of Agriculture, 2(1), 56-66.

Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional:

Teori dan Aplikasi (ed. 1). Padang:

Baduose Media.

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2012, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2013 mengalami peningkatan terutama di Sektor Jasa-jasa (Services) sebesar 43 ribu

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa dampak yang ditimbulkan karena adanya bencana banjir adalah dampak sosial ekonomi yang berada di klasifikasi sedang,

unggulan yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pariwisata Kota Magelang sekaligus dijadikan sebagai icon pariwisata daerah. 2) Belum optimalnya komitmen pemerintah Kota

Ketersediaan barang adalah suatu strategi yang sangat penting untuk dilakukan. Karena percuma suatu gerai yang menyediakan produk yang lengkap dan beragam, tetapi tidak

Risk of indonesia samarinda kalimantan selatan, lambung moundir tennis academy tarif provinsi di indonesia padang palangkaraya palembang palu log into facebook. Pekan ilmiah

PADA TANGGAL 5 SEPTEMBER 2016 YANG LALU PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN TELAH MENGADAKAN PERTEMUAN DENGAN PELAKU USAHA DAN TOKOH MASYARAKAT SE-KOTA BALIKPAPAN UNTUK

Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak

13 Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian yaitu: implementasi religious culture in school sebagai fokus penelitian yang pertama, Keterkaitan