• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Islam memiliki tiga cabang ilmu yang wajib dipelajari dan dipahami oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Islam memiliki tiga cabang ilmu yang wajib dipelajari dan dipahami oleh"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam memiliki tiga cabang ilmu yang wajib dipelajari dan dipahami oleh para pemeluknya, yaitu tauhid, fikih, dan tasawuf. Tauhid adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang keyakinan dalam penetapan akidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.1 Adapun fikih adalah ilmu tentang suatu hukum yang dapat dipahami dan ditentukan oleh para fukaha baik melalui nash atau melalui ijtihâd dengan menggunakan dalil-dalil yang terperinci.2 Sedangkan tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan untuk mempelajari cara bagaimana seorang muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.3

Perjanjian primodial antara mausia dan Tuhan sebagaimana yang tetercantum dalam surah al-A’raf ayat 172 yaitu:

øŒÎ)uρ x‹s{r&

y7•/u‘

.ÏΒ ûÍ_t/

tΠyŠ#u

óΟÏδÍ‘θßγàß ÏΒ öΝåκtJ−ƒÍh‘èŒ

öΝèδy‰pκô−r&uρ

#’n?tã öΝÍκŦàΡr&

àMó¡s9r&

öΝä3În/tÎ/

(

(#θä9$s%

4’n?t/

!$tΡô‰Îγx© ¡ χr& ¡

(#θä9θà)s?

tΠöθtƒ Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$#

$ ‾ΡÎ)

$ ¨Ζà2 ôtã

# x‹≈yδ

t,Î#Ï≈xî

∩⊇∠⊄∪

Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

1Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 2.

2Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 1

3K. Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 22.

(2)

Ayat tersebut mengandung arti bahwa manusia pada dasarnya memiliki fitrah berupa keimanan kepada Allah SWT. Ia dilahirkan dengan bekal tauhid, bukan dalam keadaan ateis atau musyrik.

Semua agama yang diturunkan Allah SWT kemuka bumi (agama wahyu) menempatkan tauhid di tempat pertama dan utama, karena itu setiap rasul yang diutus Allah SWT mengemban tugas untuk menanamkan tauhid kedalam jiwa umatnya. Mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, menyembah, mengabdi dan berbakti kepada-Nya. Melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk apapun, baik zat, sifat maupun af’al-Nya.

Misi risalah semacam itu pulalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW. Karena itu, tema sentral setiap dakwahnya adalah tauhid. Mendahulukan dan mengutamakan aspek akidah (tauhid) dalam risalah Nabi Muhammad SAW daripada aspek hukum, bukan saja karena tauhid merupakan dasar pokok ajaran Islam, tetapi juga karena hukum-hukum Allah tersebut tidak akan bisa diterima dan dilaksanakan dengan baik dan benar tanpa keimanan yang kuat dan kokoh.

Penerimaan, penghayatan dan pengamalan terhadap hukum-hukum Tuhan hanya bisa terwujud dengan baik jika seseorang memiliki keimanan yang kuat.

Sebaliknya, hukum-hukum Tuhan juga diperlukan untuk memantapkan ketauhidan seseorang.

Ilmu tauhid ialah ilmu yang meneliti hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil (bukti) yang nyata, sedangkan buahnya ialah mengetahui

(3)

sifat-sifat Allah dan rasul-Nya.4 Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan muwahhidin (yang memperjuangkan tauhid).

Sebagai orang Islam, tauhid menjadi pondasi dasar yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Seorang muslim harus terlebih dahulu menyempurnakan imannya, karena tanpa iman maka segala yang dikerjakan tidak akan bernilai apa- apa dan segala ibadah yang dikerjakan akan menjadi sia-sia. Setelah sempurna keimanan barulah menyempurnakan keislaman. Keislaman ini adalah bentuk pembuktian apakah seorang muslim itu taat kepada Allah atau tidak. Selanjutnya adalah menyempurnakan Ihsan. Ihsan perlu kita tanamkan di dalam diri agar tumbuh rasa keikhlasan dalam beribadah.

Sayangnya, akidah sekarang sudah banyak dicampuri oleh pemikiran yang diada-adakan oleh manusia, bahkan ada yang dinodai oleh sekumpulan pendapat yang tidak mencerminkan keyakinan yang hak. Sementara itu kemajuan materi sudah merayap kesegenap penjuru dari seluruh bidang kehidupan, sampai-sampai akidah keagamaan tidak dapat lagi berhadapan dengan ilmu pengetahuan yang terus mendesak.

Selain itu, adanya berbagai macam kajian-kajian keagamaan di zaman sekarang ini baik berupa pengajian-pengajian, majelis-majelis dan lainnya, yang bercorak lebih mementingkan nilai-nilai kerohanian sampai kepada pemahaman yang bisa menyesatkan, telah menambah kompleksnya permasalahan sekarang ini.

4Sayyed Husein Afandiy, Memperkokoh Akidah Islamiyah (Surabaya: Pustaka Setia, 1999), 11-12

(4)

Permasalahan ini dirasakan oleh masyarakat muslim di Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kalimantan pada khususnya.

Masyarakat Kalimantan, khususnya memiliki hubungan yang sangat erat dengan Islam, bahkan Islam tidak dapat dilepaskan dari keseharian masyarakat.

Hal ini terlihat dari berbagai adat dan budaya yang banyak berwarna Islam.

Daerah yang dihuni mayoritas Banjar juga dikenal sebagai daerah yang agamis, karena masyarakatnya memegang teguh ajaran Islam dengan sungguh-sungguh.

Walaupun secara umum masyarakat Kalimantan sudah memeluk agama Islam akan tetapi masih banyak dari mereka yang belum sepenuhnya dapat meninggalkan adat kebiasaan lama, yang berasal dari agama Hindu yang semula anutan umumnya masyarakat sebelum memeluk Islam, atau adat istiadat yang berbau Animisme, seperti mempercayai adanya tuah dan keramat dari suatu benda pusaka seperti keris dan tombak, demikian pula memuliakan kuburan dan mengeramatkannya.

Karena itu, pengajaran agama di luar dari sekolah sangat penting, apalagi untuk orang tua yang memang belum pernah mengenyam bangku pendidikan.

Agar segala sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi, maka alangkah baiknya kita mengikuti pengajaran agama di majelis taklim atau sejenisnya agar dapat memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Kebanyakan pengajian menyampaikan masalah keagamaan, terutama dibidang akidah, karena bidang ini adalah hal terpenting dari Islam. Akidah menyangkut masalah keyakinan umat Islam kepada Allah SWT dan menjadi

(5)

pondasi dari agama Islam. Masalah akidah atau keyakinan ini semuanya terangkum dalam satu ilmu, yakni ilmu tauhid.

Pada umumnya pengajian tauhid yang disampaikan dimasyarakat awam membahas mengenai sifat-sifat Allah yang dicetuskan oleh salah seorang ahli teologi Islam yakni Abu Abdillah Muhammad Ibnu Yusuf Al-Sanusi. Lahir di Tilimsan, sebuah kota di Al-Jazair. Adapun karya beliau yang terkenal ialah Aqîdah Ahl al-Tauhîd dan Umm al-Barahîn.

Karyanya dalam masalah pembagian sifat-sifat Allah, rasul dan yang lainnya kini banyak dipelajari dan dikaji lebih lanjut oleh para ulama sesudahnya, sehingga banyak ditemukan karangan-karangan ulama lain yang diantaranya juga membahas mengenai sifat-sifat Tuhan. Selain dikaji lebih lanjut, kebanyakan karyanya juga dijadikan acuan dalam mempelajari ilmu tauhid untuk orang-orang awam, karena pembahasannya yang mudah dimengerti dan bisa diterima oleh orang-orang yang memang sebelumnya belum pernah mempelajari ilmu tauhid.

Salah satu ulama Kalimantan yang juga mengkaji lebih lanjut masalah sifat-sifat Allah ini ialah Haji Asy’arie Sulaiman. Beliau anak dari keluarga Haji Sulaiman dengan isterinya Hajjah Tijarah, lahir pada tahun 1909 M, di Desa Tangga Ulin Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan meninggal pada tahun 1981, dalam usia 72 tahun. Satu-satunya karya yang ditinggalkan adalah risalah Sirâj al-Mubtadi’în fî‘Aqâid al-Mu’minîn yang di susun pada tanggal 21 Dzul Qaidah 1357 H. Kitab tersebut ditulis dengan huruf Arab dan berbahasa Melayu.

Isi materi kitab kecil ini secara garis besar dapat dibagi menjadi enam bagian.

Pertama, sepuluh mabadi. Kedua, hukum akal. Ketiga, penjelasan tentang makna

(6)

hakikat. Keempat, penjelasan tentang I’tiqâd kepada Allah secara jumlî (global) dan tafshîlî (detail). Kelima, penjelasan tentang I’tiqâd kepada rasul secara jumlî (global) dan tafshîlî (detail). Keenam, penjelasan tentang isi kandungan ‘aqâ’id dalam kalimat lâ ilâha illa Allâh Muhammad rasûl Allâh.5

H. Asy’arie Sulaiman menyebutkan dalam bukunya bahwa Kitab Sirâj al- Mubtadi’în ini diambil dari kitab-kitab ilmu ushuluddin.6 Dengan adanya pernyataan tersebut, maka diketahui bahwa beliau mengarang kitab tersebut tidak sembarangan, tetapi mempunyai rujukan dari kitab-kitab lain.

Karena kitab Sirâj al-Mubtadi’în ini berbahasa Melayu dan penjelasan dalam kitab tersebut mudah dimengerti, maka banyak para kiyai atau ustadz yang memakai kitab tersebut untuk dipelajari oleh masyarakat dalam majelis taklim maupun pengajian-pengajian. Salah satu majelis taklim yang menggunakan kitab Sirâj al-Mubtadi’în ini yakni Majelis Taklim al-Wasilah yang didirikan oleh Habib H. Said Ismail, terletak di Desa Maluen Kecamatan Basarang Kota Kuala Kapuas. Pengajian ini sering kali diajarkan oleh Bapak Masrani, beliau pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Bangil.

Meskipun hampir seperempat penduduk Kecamatan Basarang beragama Hindu, dan lokasi majelis yang berdekatan dengan desa-desa yang dihuni oleh masyarakat yang beragama non Islam, tidak menyurutkan niat Beliau membangun majelis taklim di wilayah tersebut. Peserta yang hadirpun cukup banyak, baik dari

5M. Zurkani Jahja, “Unsur-Unsur Filsafat dalam Kitab Sirâj al-Mubtadi’în Karya H.

Asy’arie Sulaiman”Jurnal Penelitian IAIN Antasari, Nomor 1, (1 Juli 1997). 2-3.

6Asy’arie Sulaiman, " Sirâj al-Mubtadi’în Fii Aqaid al-Mukminin” (Surabaya: tp, 1975), 1.

(7)

penduduk yang berdekatan dengan lokasi pengajian maupun dari desa-desa yang cukup jauh dari lokasi.

Pengajian tauhid di majelis ini, dilaksanakan setiap hari Sabtu siang, dan bisa dihadiri oleh semua kalangan, baik itu perempuan, laki-laki, anak-anak, sampai orang yang sudah lanjut usia. Bapak H. Said Ismailpun sangat disegani oleh masyarakat, selain beliau adalah keturunan orang yang terpandang, juga karena beliau adalah orang yang baik dan membaur dengan masyarakat. majelis taklim ini sudah berdiri 8 tahun dan Majelis ini adalah salah satu dari beberapa majelis yang didirikan Habib H. Said Ismail di Kalimantan Tengah.

Oleh karena itu, melihat kitab yang diajarkan adalah kitab tauhid yang dikarang oleh ulama Kalimantan dan letak majelis yang berdekatan dengan wilayah orang yang beragama Hindu, akhirnya penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul skripsi: “Pengajian Tauhid Kitab Sirâj Al- Mubtadi’în Karya H. Asy’arie Sulaiman Di Majelis Taklim Al-Wasilah Desa Maluen Kecamatan Basarang Kota Kuala Kapuas”

B. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengajian tauhid kitab Sirâj al-Mubtadi’în di Majelis Taklim al-Wasilah di Desa Maluen Kecamatan Basarang?

2. Apa alasan peserta mengikuti pengajian tauhid kitab Sirâj al-Mubtadi’în di Majelis Taklim al-Wasilah di Desa Maluen Kecamatan Basarang?

(8)

C. Tujuan dan Signifikasi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajian tauhid kitab Sirâj al- Mubtadi’în di Majelis Taklim al-Wasilah di Desa Maluen Kecamatan Basarang.

b. Untuk mengetahui alasan peserta mengikuti pengajian kitab Sirâj al- Mubtadi’în di Majelis Taklim al-Wasilah di Desa Maluen Kecamatan Basarang.

2. Signifikansi Penelitian

Pada aspek ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan fakta ilmiah mengenai kehidupan keagamaan di kawasan Kalimantan Tengah khususnya di Kuala Kapuas terkait aktivitas pengajian agama di majelis taklim dalam bidang tauhid. Pada aspek sosial, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penyadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya mengikuti pengajian tauhid di majelis taklim. Pada aspek praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk melakukan pembinaan dan pengembangan majelis taklim di Kuala Kapuas. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji dinamika pengajian agama di Kuala Kapuas.

(9)

D. Definisi Istilah

Untuk mempermudah serta memfokuskan penelitian yang dimaksudkan agar menghindari kesalahpahaman terhadap judul penelitian ini, maka berikut akan dijelaskan definisi dari beberapa istilah sebagai berikut:

1. Pengajian Tauhid

Pengajian merupakan pendidikan nonformal yang khusus dalam bidang agama. Pengajaran tentang agama Islam yang bertujuan unuk menanamkan norma-norma agama kepada masyarakat untuk lebih terarah dan kegiatan sehari- hari yang berkaitan dengan agama.7 Tauhid dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fí’il wahhada yuwahhidu tauhîdan artinya menjadikan satu.8 Pengajian yang dimaksud dalam penelitian ini ialah pengajian tauhid kitab Sirâj al-Mubtadi’în karya H. Asy’arie Sulaiman di Majelis Taklim al-Wasilah terkait pelaksanaan pengajian yang meliputi: waktu dan tempat pengajian, guru pengajar pengajian, peserta pengajian, kitab pegangan yaitu kitab Sirâj al-Mubtadi’în, materi pengajian dan metode penyampaian pengajian, serta alasan peserta mengikuti pengajian.

2. Kitab Sirâj al-Mubtadi’în

Kitab Sirâj al-Mubtadi’în karya H. Asy’arie Suliman, adalah kitab tauhid yang terdiri dari 65 halaman tanpa daftar isi dan bab. Dalam kitab tersebut dijelaskan mengenai mabadi tauhid, pembagian hukum tauhid, sifat-sifat wajib,

7Muhammad Zein, Metode Pendidikan Agama Islam Pada Lembga Pendidikan Non Formal (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1995), 17.

8Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Yogyakarta: Pustaka Progressi, 1997), 203.

(10)

mustahil dan jaiz bagi Allah dan nabi serta penjelasan mengenai malaikat dan lain-lain.

3. Majelis Taklim

Majelis adalah suatu tempat yang didalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktifitas atau perbuatan.9 Majelis juga diartikan sebagai lembaga (organisasi) sebagai wadah pengajian. Adapun kata taklim berasal dari bahasa arab yaitu Ta’lîm. Asal katanya ialah ‘Allama Yu’allimu Ta’lîman yang artinya pengajaran.10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia taklim berarti pengajaran agama.11 Dalam pengajian yang penulis teliti ini, mempelajari masalah tauhid yang bersumber pada kitab Sirâj al-Mubtadi’în. Adapun yang dimaksud majelis taklim disini ialah Majelis Taklim al-Wasilah yang terletak di Desa Maluen, Kecamatan Basarang Kota Kuala Kapuas.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penelusuran penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan adanya penelitian serupa terkait dengan yang diangkat oleh peneliti, yaitu tentang pengajian tauhid kitab Sirâj al-Mubtadi’în karya H. Asy’arie Sulaiman di Majelis Taklim al-Wasilah. Peneliti hanya menemukan beberapa pengajian yang juga penelitian menyangkut masalah tauhid, akan tetapi tidak secara spesifik membahas masalah kitab tauhid yang akan peneliti bahas. Adapun beberapa

9Dewan Redaksi, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), 121.

10Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus wa Dzurriyyah, 2010), 278.

11Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet, ke-3, 1124.

(11)

penelitian yang penulis temukan berkaitan dengan pengajian tauhid diantaranya ialah:

1. Penelitian yang berjudul “Unsur-Unsur Filsafat dalam Kitab Sirâj al- Mubtadi’în”, penelitian ini ditulis oleh H. M. Zurkani Jahja dalam jurnal penelitian nomor 1 tahun 1- Juli 1997. Dalam penelitian ini, beliau memaparkan bahwa dalam kitab Sirâj al-Mubtadi’în terdapat unsur-unsur filsafat, baik yang berasal dari filsafat Yunani, maupun dari filsafat Islam.

2. Skripsi yang di tulis oleh Ismawati mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Jurusan Perbandingan Agama pada Tahun 1995 yang berjudul

“Efektifitas Pengajian Tauhid di Desa Tambalangan Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara”. Dalam peneitian ini pengajian tersebut menggunakan beberapa kitab, salah satunya ialah kitab Sirâj al- Mubtadi’în karangan H. Asy’arie Sulaiman.

3. Skripsi yang ditulis oleh Laila Mardiati mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Jurusan Akidah Filsafat pada Tahun 2000 yang berjudul

“Efektifitas Pengajian Tauhid Dan Tasawuf Di Majelis Taklim Al- Hidayah Kelurahan Mendawai Kecamatan Arut Selatan Kalimantan Tengah”. Skripsi ini menjelaskan mengenai gambaran pelaksanaan pengajian tauhid dan tasawuf di majelis taklim tersebut dan seberapa efektif pengajian dalam pembinaan keagamaan di masyarakat.

Pengajiannya dilaksanakan satu kali dalam seminggu dan dihadiri oleh kaum wanita saja. Dalam pengajian ini, pengajar menggunakan metode

(12)

ceramah dan tanya jawab. Kadang-kadang apabila ada yang perlu dihafal, maka peserta disuruh untuk menghafalkannya.

4. Ada salah satu skripsi yang juga menelaah kitab Tauhid yaitu skripsi yang berjudul “Kitab Aqaid Al-Iman Karya H. Abdullah Bugis (Study Tentang Dalil Adanya Tuhan”. Ditulis oleh Daman Royani mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Akidah Filsafat pada tahun 2002.

Dalam skripsi ini, meneliti apa saja yang di maksud Allah itu ada dalam kitab tersebut dan bagaimana bukti adanya Allah SWT.

5. Adapun yang juga meneliti pengajian di salah satu Majelis Taklim yaitu skripsi yang berjdul “Pengajian Majlis Taklim Al-Ihya Di Desa Habirau Nagara Kec. Daha Selatan Kab. Hulu Sungai Selatan” ditulis oleh Makhlufi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Akidah Filsafat pada tahun 2003. Yang diungkap dalam penelitian ini ialah mengenai pengajian tasawuf, bagaimana motode yang disampaikan dalam pengajian tersebut dan pandangan serta pemahaman peserta terhadap materi yang diajarkan dalam pengajian.

6. Skripsi yang berjudul “Pengajian Tauhid Akhmad Gazali di Kelurahan Pemurus Dalam Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin”. Di tulis oleh Leny Hamisah mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Akidah Filsafat pada Tahun 2003. Dalam skripsi ini diterangkan bahwa pengajian di daerah tersebut sudah dari dulu dilaksanakan, pengajian tersebut sudah terlaksana selama 11 Tahun. Adapun kitab

(13)

pegangan dalam pengajian ini ialah kitab karangan Abdus Samad al- Palimbani. Pengajian ini dilaksanakan setiap hari senin sehabis sholat isya.

Dari beberapa penelitian diatas, tidak ada yang membahas secara spesifik mengenai pengajian kitab Sirâj al-Mubtadi’în. Meskipun ada beberapa penelitian yang juga memakai kitab Sirâj al-Mubtadi’în, tetapi masalah penelitian lah yang membedakannya. Penulis lebih memfokuskan meneliti mengenai pengajian yang memakai kitab Sirâj al-Mubtadi’în. Sedangkan penelitian yang terdahulu tidak ada yang membahas hal yang sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Pada jenis penelitian ini data yang diperoleh untuk menjawab masalah penelitian digali dari fakta empiris di lapangan penelitian. Bentuk penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dihasilkan dari data yang dikumpulkan melalui beragam metode, baik itu wawancara, observasi dokumen mupun metode lainya yang relevan. Menurut Anselm Stauss dan Juliet Corbin Jenis penelitian kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap fenomena yang belum diketahui penyebabnya.12

2. Subjek dan objek penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah guru pengajar yakni bapak Masrani, dan peserta yang aktif mengikuti jalannya pengajian tauhid kitab Sirâj al-

12Anselm Stauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, terj. Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 5.

(14)

Mubtadi’în di Majelis Taklim al-Wasilah. Dalam memilih subjek penelitian pada penelitian ini penulis memakai teknik purposive.

Pemilihan subjek dengan menggunakan teknik purposive menurut Rahmadi dilakukan dengan cara menentukan kriteria khusus atau pertimbangan karakteristik tertentu terhadap subjek penelitian yang akan diteliti. Terutama orang-orang yang dianggap paling mengetahui suatu peristiwa tertentu dan sebagainya.13 Dalam penelitian ini pemilihan subjek didasarkan pada kriteria atau pertimbangan bahwa mereka yang dipilih adalah mereka yang memiliki peran penting dan banyak mengetahui pengajian tersebut. Guru pengajian secara otomatis menjadi subjek karena mereka memiliki peran penting dalam pengajian. Sementara untuk memilih peserta pengajian sebagai subjek kriteria yang digunakan adalah peserta yang telah aktif mengikuti pengajian sejak awal berdirinya majelis sampai saat penelitian ini dilakukan. Pertimbangan pemilihan subjek untuk peserta juga menggunakan pertimbangan bahwa mereka yang dipilih adalah peserta yang dapat memberi informasi dan bersedia diwawancarai pada saat penelitian dilakukan.

b. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pengajian tauhid di Majelis Taklim al-Wasilah yang terletak di Desa Maluen Kecamatan Basarang Kota Kuala Kapuas. Aspek yang diteliti pada pengajian tauhid ini adalah: (1) pelaksanaan pengajian yang meliputi: waktu dan

13Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 57-59.

(15)

tempat pengajian, guru pengajar, peserta pengajian, kitab pegangan dan materi pengajian, dan metode penyampaian materi pengajian tauhid; (2) alasan peserta mengikuti pengajian tauhid di Majelis Taklim al-Wasilah.

3. Data dan Sumber Data a. Data

Data yang digali dalam penelitian ini ialah data-data yang dapat menjawab masalah yang dikemukakan. Data penelitian ini terbagi dua, yakni data primer dan data sekunder. Data primer penelitian adalah data tentang pelaksanaan pengajian dan data tentang alasan peserta mengikuti pengajian. Data tentang pelaksanaan pengajian meliputi waktu dan tempat pengajian, guru, peserta pengajian, metode penyampaian dan materi pengajian serta kitab pegangan yakni kitab Sirâj al- Mubtadi’în. Adapun data sekunder adalah data tentang letak geografis dan kondisi demografi Desa Maluen, sejarah pendirian dan kondisi terkini Majelis Taklim al- Wasilah.

b. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terbagi tiga. Pertama, sumber data lapangan.

Sumber data lapangan adalah subjek penelitian yang menjadi informan penelitian ini, yaitu guru dan peserta pengajian tauhid Majelis Taklim al-Wasilah. Kedua, sumber data kepustakaan, yaitu kitab pegangan dalam pengajian tauhid. Dalam hal ini adalah kitab Sirâj al-Mubtadi’în karya H. Asyari Sulaiman. Kitab ini menjadi sumber data mengenai isi materi pengajian tauhid secara keseluruhan.

(16)

Ketiga, sumber data dokumen. Sumber data dokumen berkaitan dengan kondisi geografis dan demografis Desa Maluen yang diperoleh dari dokumen Kelurahan.

4. Teknik pengumpulan data.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi yaitu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diteliti secara sisitematis.14 Dalam penelitian ini penulis mengamati dan mengikuti secara langsung jalannya pengajian. Observasi tersebut penulis lakukan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan pengajian dan materi yang diajarkan oleh guru pengajar dalam pengajian tersebut. Dalam proses observasi ini, penulis melakukan observasi partisipan secara pasif (terlibat dalam pengajian tetapi lebih memfungsikan diri sebagai pengamat/observer) dan terbatas (hanya mengobservasi saat pengajian saja).

b. Wawancara

Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan proses tanya jawab secara lisan, yaitu dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik. Dalam melakukan tanya jawab kalau wawancara tidak dapat dilaksanakan secara bertatap muka, maka penulis akan mealkukan wawancara via handphone.

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara semi terstuktur, penulis akan merancang terlebih dahulu pertanyaan-

14Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, 37.

(17)

pertanyaan agar penulis dapat memberi batasan terhadap pertanyaan yang akan diajukan tetapi ada kemungkinan penulis akan menanyakan hal yang tidak terduga diluar dari rancangan wawancara sebelumnya. Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang riwayat hidup pengajar dan sejarah berdirinya Majelis Taklim al-Wasilah (untuk wawancara kepada pengajar), dan data tentang alasan mengikuti pengajian kitab Sirâj al-Mubtadi’în (wawancara dengan peserta pengajian).

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini penulis menggunakan 3 tahapan yaitu:

a. Data Reduction

Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan data yang dirasa masih kurang. Sugiyono mengatakan bahwa redaksi data berarti merangkumkan, memilih hal-hal pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.15

b. Penyajian data/Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Melalui penyajian data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan,

15Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung:

Elfabeta, 2011), cet. ke-12, 338.

(18)

sehingga akan semakin mudah dipahami.16 Menurut Miles and Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono, dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan sejenisnya. Ia mengatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.17

c. Verifikasi Data

Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data.

Menurut Miles dan Huberman verifikasi data adalah penarikan kesimpulan.

Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan ada perubahan-perubahan bila tidak dibarengi dengan bukti- bukti pendukung yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan yang dikemukan pada tahap awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.18

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini dibahas dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan yang berisikan: latar belakang masalah, yang mengetengahkan beberapa masalah sehingga penulis termotivasi untuk melakukan

16Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, 341.

17Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, 341.

18Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, 345.

(19)

penelitian terhadap pengajian tauhid kitab Sirâj al-Mubtadi’în, kemudian rumusan masalah berisi tentang masalah-masalah yang akan diteliti, selanjutnya tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi istilah, metode penelitian, penelitian terdahulu kemudian yang terakhir sistematika penulisan.

Bab kedua, Majelis Taklim. Pembahasan yang akan di cantumkan dalam bab ini mengenai majelis taklim, pembahasan mengenai majelis taklim ini juga sebagai landasan teori untuk menganalisis data lapangan yang sudah didapatkan.

Berikut pembahasan yang akan di uraikan dalam bab ini: pengertian dan latar belakang historis berdirinya majelis taklim, persyaratan majelis taklim, jenis dan pengelolaan majelis taklim, fungsi dan tujuan majelis taklim, metode dan materi pengajaran majelis taklim dan materi tauhid di majelis taklim.

Bab ketiga, Kitab Sirâj al-Mubtadi’în dan Pengajian Tauhid di Majelis Taklim al-Wasilah Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai materi yang dibahas dalam kitab Sirâj al-Mubtadi’în yang meliputi penjelasan mengenai sepuluh mabadi, hukum akal, penjelasan tentang makna hakikat, penjelasan tentang I’tiqâd kepada Allah secara jumlî (global) dan tafshîlî (detail), penjelasan tentang I’tiqâd kepada rasul secara jumlî (global) dan tafshîlî (detail) dan penjelasan tentang isi kandungan ‘aqâ’id dalam kalimat lâ ilâha illa Allâh Muhammad rasûl Allâh. Pada bab ini, penulis juga akan memaparkan gambaran mengenai Majelis Taklim Al-Wasilah serta pelaksanaan pengajian tauhid kitab Sirâj al-Mubtadi’în, pembahasan ini meliputi gambaran umum lokasi majelis taklim, sejarah berdiri majelis taklim, deskripsi majelis taklim, pelaksanaan pengajian tauhid di majelis taklim serta alasan peserta mengikuti pengajian.

(20)

Bab kelima, Analisis: Pelaksanaan Pengajian Tauhid Kitab Sirâj al- Mubtadi’în Karya H. Asy’arie Sulaiman di Majelis Taklim al-Wasilah. Dalam bab ini, penulis akan menganalisis mengenai pelaksanaan pengajian tauhid di Majelis Taklim al-Wasilah yang di hubungkan dengan landasan teori.

Bab V, Penutup: berisi kesimpulan penelitian dan diikuti dengan saran- saran.

Referensi

Dokumen terkait

BAB III: Kendala Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) Dalam Memerangi Cyber Crime : Aspek Koordinasi dan Kerjasama Internasional... Beberapa Penanggulangan Global

Pertanyaan ujian disampaikan secara lisan oleh Tim Penguji mengenai penguasaan mahasiswa terhadap keilmuan Ekonomi Islam yang telah didapat selama menempuh studi di

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Nilai pretest yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan (Tabel 4) juga dapat disebabkan karena flipped classroom memberikan kesempatan mahasiswa belajar sesuai

Kajian ini dilaksanakan bagi mendapatkan maklumat tentang tahap penggunaan komputer di kalangan guru-guru di beberapa buah sekolah menengah di daerah Seremban,

Untuk mengetahui besarnya hubungan pengembangan koleksi dengan kunjungan pemustaka di Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.Jenis penelitian

melatih diri mengamati sesuatu. Segala sesuatu di sekeliling Anda dapat diamati. Pengamatan dapat pula anda lakukan terhadap diri sendiri, lukisan akan terasa lebih hidup

Yang bertujuan un-tuk mengembangkan atau meningkatkan warna dari produk yang diperoleh, mem-permudah pengurangan kadar lemak agar bubuk coklat dapat tersuspensi